UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI
METODE DEMONSTRASI PADA KELAS VIII B SMP NEGERI 1 JIWAN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2014-2015
OLEH : AGUS HARTONO, S.Pd
SMPN 1 JIWAN KAB. MADIUN
abstrak
Kata kunci : Metode demonstrasi, Prestasi belajar
Pembelajaran Fisika tidak lagi
mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih
mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu
aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas
Fisika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain.
Fisika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun
melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh
sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga
keterkaitan antar konsep dalam Fisika bersifat sangat kuat dan jelas.
Penelitian ini berdasarkan
permasalahan (1) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan
diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi pada siswa kelas
VIII-B semester Genap SMP Negeri 1 Jiwan Tahun Pelajaran 2014-2015? (2)
Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi terhadap
motivasi belajar siswa kelas VIII-B semester Genap SMP Negeri 1 Jiwan Madiun
Tahun Pelajaran 2014-2015?
Penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap
putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu rancangan, kegiatan dan pengamatan,
refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B semester
II SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2014-2015. Data yang diperoleh berupa
hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa (1) Pembelajaran dengan kooperatif model demonstrasi memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(76,92%) dan siklus II (88,46%).(2)
Penerapan metode demonstrasi dalam
peningkatan prestasi belajar Fisika mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan prestasi belajar Fisika, yang ditunjukan dengan hasil wawancara
dengan beberapa siswa, rata-rata jawaban menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi sehingga
mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
PENDAHULUAN
Manusia
memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan
yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling
mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang
silih asah, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar
tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah
makhluk hidup individual, berbeda satu sama lain. Karena sifatnya yang
individual, maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai
konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang
berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus
ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atu saling mencintai).
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.
Pembelajaran Fisika
tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi
lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk
itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau
tugas Fisika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang
lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Fisika
merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui
proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai
akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan
antar konsep dalam Fisika bersifat sangat kuat dan jelas.
Dalam
pembelajaran Fisika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran deduktif
untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran Fisika
adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan
konsisten.
Guru memiliki
peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran
yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat
perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya
dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini
menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode
mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam
mengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku administrator yang berusaha
menciptakan kondisi belajar yang efektif sehingga memungkinkan proses
belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran yang menguasai tujuan-tujuan
pendidikan yang harus mereka capai.
Untuk memenuhi
hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola proses belajar-mengajar yang
memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena siswalah
subjek utama dalam belajar. Dalam mencinptakan kondisi belajar-mengajar yang
efektif harus ada partisipasi aktif dari siswa, apalagi dalam pembelajar Fisika.
Fisika
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan,
eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir
dan sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam
menjelaskan gagasan.
Mengajar bukan
semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari
perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan
membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang
langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang
menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan
banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan,
memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif
harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering
meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving
about dan thinking aloud)
Untuk bisa
mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan
pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa
perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri,
menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan
tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Langkah-langkah
tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode
pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun
metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).
Pembelajaran
kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan
melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut
diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa
lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru
karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”.
(Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2). Penelitian juga menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang
rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2).
Pete Tschumi
dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan
pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja
secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36%
siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja
secara kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik
(Felder, 1994:14).
Berdasarkan
paparan tersebut di atas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian
dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui
Metode Demonstrasi Pada Kelas VIII-B SMP Negeri 1 Jiwan Madiun
Tahun Pelajaran 2014-2015.”
RUMUSAN MASALAH
Dari latar
belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan
prestasi belajar siswa tentang getaran dan gelombang dengan diterapkannya
metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi pada kelas VIII-B semester genap SMP Negeri 1 Jiwan
Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015?
2. Bagaimanakah pengaruh
metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi terhadap motivasi belajar
siswa kelas VIII-B semester genap SMP Negeri 1 Jiwan Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015?
TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa tentang getaran dan gelombang setelah
diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi pada siswa kelas
VIII-B semester genap SMP Negeri 1 Jiwan Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015.
2. Ingin mengetahui pengaruh
motivasi belajar siswa tentang getaran
dan gelombang setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi
pada siswa kelas VIII-B semester genap
SMP Negeri 1 Jiwan Madiun Tahun
Pelajaran 2014-2015.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Memberikan informasi
tentang model pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran Fisika.
2. Meningkatkan motivasi
siswa pada pelajaran Fisika.
3. Mengembangkan model
pembelajaran yang sesuai dengan bidang pelajaran Fisika.
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Agar tidak
terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran
kooperatif : Suatu pendekatan pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja
dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.
2. Motivasi belajar adalah : Merupakan
daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan
belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah
minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
3. Prestasi belajar adalah : Hasil
belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah
siswa mengikuti pelajaran Fisika.
BATASAN MASALAH
Karena
keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:
1. Penelitian ini hanya
dikenakan pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Jiwan Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015.
2. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Pebruari-April semester genap tahun pelajaran 2014-2015.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam
kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2).
Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001).
Wahyuni (2001:
8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran
dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
kemampuan berbeda.
Sependapat
dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (2001: 8) mengemukakan bahwa metode
pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara
pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Dari tiga
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu
metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok
kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap
kelompok adalah hiterogen.
Dalam
pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi
subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses
pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode
alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar,
meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan
diri.
Manusia
memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan
yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling
mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang
silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku
ajar tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah
makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena sifatnya yang
individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai
konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang
berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka
harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling
mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar
dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.
Perbedaan
antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan
ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari
ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh
(saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan
ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa “pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa
sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.
Dalam
pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat
upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil
belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih
mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara
kerjasama.
Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang
saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah
adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3)
akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar
pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman
& Bintoro, 2000:78-79)
a. Saling ketergantungan
positif
Dalam
pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa
merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi ntuk
meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai
melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan
dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d)
saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi
tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka
sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga
dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling
menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi
semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar
dari sesamanya.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran
kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian,
penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya
disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui
siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerluan bantuan dan
siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan
atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota
kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok
secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
d. Keterampilan menjalin
hubungan antar pribadi
Dalam
pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan
terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal
relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.
Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh
teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran
tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat
dikemukan sebagai berikut ini.
a. Merumuskan tujuan
pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru,
tujaun akademik (academic objectives) dan tujuan keterampilan bekerja
sama (collaborative skill objectives). Tujuan akademik dirumuskan sesuai
dengan taraf perkembangan siswa dan analisis tugas atau analisis konsep. Tujuan
keterampilan bekerja sama meliputi keterampilan memimpin, berkomunikasi,
mempercayai orang lain, dan mengelola konflik.
b. Menentukan jumlah anggota
dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap kelompok belajar tidak boleh
terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa. Ada 3 faktor yang menentukan jumlah
anggota tiap kelompok belajar. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) taraf
kemampuan siswa, (2) ketersediaan bahan, dan (3) ketersediaan waktu.
Merancang
bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif., meliputi : saling
ketergantungan bahan, saling ketergantungan informasi, aling ketergantungan
menghadapi lawan dari luar. Bahan ajar disusun dalam suatu bentuk pertandingan
antar kelompok yang memiliki kekuatan keseimbangan sebagai dasar untuk
meningkatkan saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Keseimbangan
kekuatan antar kelompok pelu diperhatikan Karena pertanding antar kelompok yang
memiliki kekuatan seimbang atau memiliki peluang untuk kalah atau menang yang
sama dapat meningkatkan motivasi belajar.
c. Menentukan peran siswa
untuk menunjang saling ketergantungan positif.
d. Menjelaskan tugas
akademik.
e. Menjelaskan kepada siswa
mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama.
f. Menyusun akuntabilitas
individual.
g. Menyusun kerja sama antar
kelompok.
h. Menjelaskan kriteria
keberhasilan.
i.
Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan.
j.
Memantau perilaku siswa.
k. Memberikan bantuan kepada
siswa dalam menyelesaian tugas.
l.
Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja
sama.
m. Menutup pelajaran.
n. Menilai kualitas pekerjaan
atau hasil belajar siswa.
o. Menilai kualitas kerja
sama antar anggota kelompok.
Penerapan Metode Demonstrasi
Metode
Demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana guru melakukan suatu
percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaulasi
oleh guru. Dalam metode pembelajaran ini, siswa tidak melakukan percobaan,
hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi Demonstrasi adalah cara
mengajar di mana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan
sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih 100C, sehingga
seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin
meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.
Dengan
demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan
secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga
siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang diperlihatkan guru
selama pelajaran berlangsung.
Adapun
penggunan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang
cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya penggunaan kompor untuk mendidihkan
air, cara membuat sesuatu misalnya membuat kertas, dengan demonstrasi siswa
dapat mengamati bagian-bagian dari sesuatu benda ata alat seperti bagian tubuh
manusia, atau bagian dari mesin jahit. Juga siswa dapat menyaksikan kerjanya
sesuatu alat atau mesin seperti penggunaan gunting dan jalannya mesin jahit.
Bila siswa melakukan sendiri demonstasi tersebut, maka ia dapat mengerti juga
cara menggunakan sesuatu alat itu seperti menggunakan gunting untuk memotong
kain. Dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara penggunaan sesuatu alat
atau perkakas, atau suatu mesin, sehingga mereka dapat memilih dan
memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan mengetahui kebenaran dari
sesuatu teori di dalam praktek.
Bila
melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Guru harus mampu menyusun
rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa
untuk belajar.
2. Pertimbangkanlah baik-baik
apakah pilihan teknik anda mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah anda
rumuskan.
3. Amatilah apakah jumlah
siswa memberi kesempatan untuk suatu Demonstrasi yang berhasil. Bila tidak anda
harus mengambil kebijaksaaan lain.
4. Apakah anda telah meneliti
alat-alat, atau telah mencoba terlebih dahulu, agar demonstasi itu berhasil.
5. Harus sudah menentukan
garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.
6. Apakah tersedia waktu yang
cukup, sehingga anda dapat memberi keterangan bila perlu, dan siswa bisa
bertanya.
7. Selama Demonstrasi
berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan
baik dan tertanya.
8. Anda perlu mengadakan
evaluasi apakah Demonstrasi yang anda lakukan itu berhasil, dan bila perlu
Demonstrasi bisa diulang.
Penggunaan
teknik demonstasi sangat menunjang proses interaksi mengajar belajar di kelas.
Keuntungan yang diperoleh ialah, dengan demonstrasi perhatian siswa lebih dapat
terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahan-kesalahan yang
terjadi bila pelajaran itu direncanakan dapat diatasi melalui pengamatan dan
contoh kongkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal
lebih lama pada jiwanya. Akibatnya selanjutnya memberikan motivasi yang kuat
untuk siswa agar lebih giat belajar. Jadi dengan demonstasi itu siswa dapat
partisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat
mengembangkan kecakapannya.
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja
dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan
menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai peneliti; (b) penelitian tindakan
kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental.
Dalam
penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung
jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan
ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas di mana guru secara
penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
Dalam
penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti
sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini, maka diharapkan
didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
TEMPAT, WAKTU DAN SUBYEK PENELITIAN
Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jiwan Madiun pada bulan Pebruari – April semester
genap tahun pelajaran 2014-2015. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas
VIII-B SMP Negeri 1 Jiwan Madiun tahun
pelajaran 2014-2015.
RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), menggunakan model penelitian
tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari
tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal,
sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan
membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan
perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan,
meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya
metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi.
3. Refleksi, peneliti
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang
direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi
dibagi dalam dua putaran, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem
pengajaran yang telah dilaksanakan.
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus, yaitu seperangkat rencana
dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta
penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP
berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa, dipergunakan siswa untuk
membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar Observasi Kegiatan
Belajar Mengajar
a. Lembar observasi metode
pembelajaran kooperatif model demonstrasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas
siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses
pembelajaran.
5. Tes Formatif, disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan dasar
Fisika. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan
adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 5 soal yang
telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal. Analisis ini
digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk
mengambil data.
6. Metode Pengumpulan Data
Data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan
metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan
guru angket motivasi siswa, dan tes formatif
Data yang diperoleh dari observer dan guru kemudian dianalisis. Apabila dari refleksi
siklus 1 tidak memenuhi indikator keberhasilan atau dapat dikatakan tujuan
penelitian belum tercapai maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus dua.
Instrumen tes:
Hasil ulangan
harian yang diperoleh siswa kemudian dianalisis. Dari analisis ulangan harian
dapat diketahui jumlah anak yang tuntas ataupun yang tidak tuntas kemudian
diambil persentase ketuntasan belajar siswa dengan rumus sebagai berikut : Ada
dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal.
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006 (KTSP ), yaitu
seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai nilai KKM (minimal 75)
dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung
persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
Instrumen Non Tes
Lembar observasi siswa digunakan oleh peneliti untuk
mengetahui keaktifan peserta didik. Aspek keaktifan siswa yang
diamati meliputi:
(a) Aktif dalam kelompok, (b)
aspek melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, (c) mengemukakan pendapat yang
dapat dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut:
Catatan
kejadian selama pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang terjadi selama
pembelajaran dan untuk mengetahui pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana
apa tidak.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data
penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi
berupa pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi
dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data
tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji
coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili
apa yang diinginkan.
Data lembar
observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan metode
pembelajaran kooperatif model demonstrasi yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan
guru.
Data tes
formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan
metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi.
Analisis Item Butir Soal
Sebelum
melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes, untuk
mendapatkan tes yang baik dilakukan analisis butir soal.
Analisis Data Penelitian Persiklus
Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari silabus, rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan
alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar
observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dan
lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap Kegiatan dan
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 12 dan 19 Maret 2014 di kelas
VIII-B dengan jumlah 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes ulangan harian I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I
adalah sebagai berikut :Jumlah siswa tuntas belajar = 16, jumlah siswa tidak
tuntas belajar 10, nilai tertinggi = 80, nilai terendah = 65, nilai rata-rata
kelas = 75,61, ketuntasan belajar klasikal 61,53%.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Guru kurang baik dalam
memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang baik dalam
pengelolaan waktu
3) Siswa kurang begitu
antusias selama pembelajaran berlangsung.
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat
kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus
berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil
dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
Di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan
dilakukan.
2) Guru perlu
mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang
dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil
dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari silabus, rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II (ulangan
harian) dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan
lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi
dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan
pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 26 Maret dan 3 April 2014 di kelas VIII-B dengan jumlah siswa 26.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I,
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun
data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: Jumlah siswa
tuntas belajar = 23, jumlah siswa tidak tuntas belajar 3, nilai tertinggi = 83,
nilai terendah = 73, nilai rata-rata kelas = 78,26, ketuntasan belajar klasikal
88,46%.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
PEMBAHASAN
Ketuntasan Hasil Belajar
Siswa
Melalui hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model demonstrasi
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II yaitu masing-masing
76,92% dan 88,62%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal
telah tercapai.
Kemampuan Guru dalam
Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode pembelajaran
kooperatif model demonstrasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
Aktivitas Guru dan Siswa
dalam Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tentang
materi Fisika dengan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi yang
paling dominant adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan / memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan
untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah
metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dengan baik. Hal ini terlihat
dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati
siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan materi yang
sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode
demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran
kooperatif model demonstrasi dalam peningkatan prestasi belajar Fisika
mempunyai pengaruh positif, yaitu siswa tertarik dan berminat sehingga
termotivasi untuk belajar.
Saran-Saran
Dari hasil
penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses pembelajaran
Fisika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka
disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode
pembelajaran kooperatif model demonstrasi memerlukan persiapan yang cukup
matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan model kooperatif model demonstrasi dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan
berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, di mana siswa
nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan,
sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian
yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas VIII-B
semester genap SMP Negeri 1 Jiwan Madiun tahun pelajaran 2014-2015.
4. Untuk penelitian yang
serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineksa Cipta, 1998.
Combs. Arthur. W. The Profesional Education of Teachers. Allin and
Bacon, Inc. Boston, 1984.
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineksa Cipta, 2000.
Felder, Richard M. Cooperative Learning in Technical Corse
(online), (Pcll\d\My% Document\Coop % 20 Report, 1994.
Hadi, Sutrisno. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta, 1981.
Hadimsyah Noor. Kepelatihan
Dasar. Jakarta: Depdikbud, 1995.
Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 2002.
Harsono. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti PPLPTK, 1988.
Joyce, Bruce dan Marsh Weil. Models of Teaching Model. Boston:
Aliyn dan Bacon, 1972.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. The Action Research Planner.
Victoria Dearcin University Press, 1988.
Lee, W.R. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd
University Press, 1985.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa
Cipta, 1996.
Masriyah. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press, 1999.
Nur, Muhammad. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas
Negeri Surabaya, 1996.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran.
Bandung. Remaja Rosda Karya, 1988.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Bina Aksara, 1996.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru, 1989.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001.
Wahyuni, Dwi. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif
Terhadap Hasil Belajar Geografi. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri
Malang, 2001.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars, 1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar