Sabtu, 03 September 2016

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA KELAS VIII B SMP NEGERI 1 JIWAN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014-2015

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR  SISWA MELALUI  METODE  DEMONSTRASI  PADA KELAS VIII B SMP NEGERI 1 JIWAN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2014-2015

 

OLEH : AGUS HARTONO, S.Pd
SMPN 1 JIWAN KAB. MADIUN

 

 

abstrak

            Kata kunci : Metode  demonstrasi, Prestasi belajar
Pembelajaran Fisika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas Fisika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. Fisika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam Fisika bersifat sangat kuat dan jelas.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan (1) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi pada siswa kelas VIII-B semester Genap SMP Negeri 1 Jiwan Tahun Pelajaran 2014-2015? (2) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII-B semester Genap SMP Negeri 1 Jiwan Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015?
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B semester II SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2014-2015. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) Pembelajaran dengan kooperatif model demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (76,92%) dan  siklus II (88,46%).(2) Penerapan metode  demonstrasi dalam peningkatan prestasi belajar Fisika mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan prestasi belajar Fisika, yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan beberapa siswa, rata-rata jawaban menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

 



PENDAHULUAN

Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah makhluk hidup individual, berbeda satu sama lain. Karena sifatnya yang individual, maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atu saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.
Pembelajaran Fisika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas Fisika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Fisika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam Fisika bersifat sangat kuat dan jelas.
Dalam pembelajaran Fisika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran Fisika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkat­kan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku administrator yang berusaha menciptakan kondisi belajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran yang menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam mencinptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif harus ada partisipasi aktif dari siswa, apalagi dalam pembelajar Fisika.
Fisika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan.
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjuk­kan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).
Pembelajaran kooperatif lebih menekan­kan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2). Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2).
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994:14).
Berdasarkan paparan tersebut di atas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar  Siswa Melalui  Metode  Demonstrasi  Pada Kelas VIII-B SMP Negeri 1 Jiwan Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015.”

RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa tentang getaran dan gelombang dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi pada  kelas VIII-B semester genap SMP Negeri 1 Jiwan Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015?
2.    Bagaimanakah pengaruh metode pembelajar­an kooperatif model demonstrasi terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII-B semester genap SMP Negeri 1 Jiwan Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015?

TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.    Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa tentang getaran dan gelombang setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi pada siswa kelas  VIII-B semester genap  SMP Negeri 1 Jiwan Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015.
2.    Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa tentang  getaran dan gelombang setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi pada siswa kelas  VIII-B semester genap SMP Negeri 1 Jiwan  Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015.

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1.    Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran Fisika.
2.    Meningkatkan motivasi siswa pada pelajaran Fisika.
3.    Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan bidang pelajaran Fisika.

 

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Metode pembelajaran kooperatif : Suatu pendekatan pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.
2.    Motivasi belajar adalah : Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
3.    Prestasi belajar adalah : Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran Fisika.

BATASAN MASALAH

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:
1.    Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 1 Jiwan  Madiun Tahun Pelajaran 2014-2015.
2.    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari-April semester genap tahun pelajaran 2014-2015.

 

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2). Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001).
Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyaningsih (2001: 8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar mencipta­kan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.
Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpaham­an yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama.
 

Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman & Bintoro, 2000:78-79)
a.     Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan.  Hubungan yang saling membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi ntuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.
b.    Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
c.     Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampi­l­kan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerluan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
d.    Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukan sebagai berikut ini.
a.     Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, tujaun akademik (academic objectives) dan tujuan keterampilan bekerja sama (collaborative skill objectives). Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan taraf perkembangan siswa dan analisis tugas atau analisis konsep. Tujuan keterampilan bekerja sama meliputi keterampilan memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik.
b.    Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap kelompok belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa. Ada 3 faktor yang menentukan jumlah anggota tiap kelompok belajar. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) taraf kemampuan siswa, (2) ketersediaan bahan, dan (3) ketersediaan waktu.
Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif., meliputi : saling ketergantungan bahan, saling ketergantungan informasi, aling ketergantungan menghadapi lawan dari luar. Bahan ajar disusun dalam suatu bentuk pertandingan antar kelompok yang memiliki kekuatan keseimbangan sebagai dasar untuk meningkatkan saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Keseimbangan kekuatan antar kelompok pelu diperhatikan Karena pertanding antar kelompok yang memiliki kekuatan seimbang atau memiliki peluang untuk kalah atau menang yang sama dapat meningkatkan motivasi belajar.
c.     Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif.
d.    Menjelaskan tugas akademik.
e.     Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama.
f.     Menyusun akuntabilitas individual.
g.    Menyusun kerja sama antar kelompok.
h.    Menjelaskan kriteria keberhasilan.
i.      Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan.
j.      Memantau perilaku siswa.
k.    Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaian tugas.
l.      Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama.
m.  Menutup pelajaran.
n.    Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa.
o.    Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.

 

Penerapan Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah salah satu cara mengajar, di mana guru melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaulasi oleh guru. Dalam metode pembelajaran ini, siswa tidak melakukan percobaan, hanya melihat saja apa yang dikerjakan oleh guru. Jadi Demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses misalnya merebus air sampai mendidih 100C, sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.
Dengan demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperlihatkan pada apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
Adapun penggunan teknik demonstrasi mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu misalnya penggunaan kompor untuk mendidih­kan air, cara membuat sesuatu misalnya membuat kertas, dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari sesuatu benda ata alat seperti bagian tubuh manusia, atau bagian dari mesin jahit. Juga siswa dapat menyaksikan kerjanya sesuatu alat atau mesin seperti penggunaan gunting dan jalannya mesin jahit. Bila siswa melakukan sendiri demonstasi tersebut, maka ia dapat mengerti juga cara menggunakan sesuatu alat itu seperti menggunakan gunting untuk memotong kain. Dengan demikian siswa akan mengerti cara-cara penggunaan sesuatu alat atau perkakas, atau suatu mesin, sehingga mereka dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, juga mereka akan mengetahui kebenaran dari sesuatu teori di dalam praktek.
Bila melaksanakan teknik demonstrasi agar bisa berjalan efektif, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.
2.    Pertimbangkanlah baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah anda rumuskan.
3.    Amatilah apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu Demonstrasi yang berhasil. Bila tidak anda harus mengambil kebijaksaaan lain.
4.    Apakah anda telah meneliti alat-alat, atau telah mencoba terlebih dahulu, agar demonstasi itu berhasil.
5.    Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan.
6.    Apakah tersedia waktu yang cukup, sehingga anda dapat memberi keterangan bila perlu, dan siswa bisa bertanya.
7.    Selama Demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan tertanya.
8.    Anda perlu mengadakan evaluasi apakah Demonstrasi yang anda lakukan itu berhasil, dan bila perlu Demonstrasi bisa diulang.
Penggunaan teknik demonstasi sangat menunjang proses interaksi mengajar belajar di kelas. Keuntungan yang diperoleh ialah, dengan demonstrasi perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang sedang diberikan, kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu direncanakan dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh kongkrit. Sehingga kesan yang diterima siswa lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Akibatnya selanjutnya memberikan motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar. Jadi dengan demonstasi itu siswa dapat partisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai peneliti; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas di mana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini, maka diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

TEMPAT, WAKTU DAN SUBYEK PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Jiwan Madiun pada bulan Pebruari – April semester genap tahun pelajaran 2014-2015. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII-B SMP Negeri 1 Jiwan  Madiun tahun pelajaran 2014-2015.

 

RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1.    Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2.    Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi.
3.    Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4.    Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua putaran, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1.    Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2.    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3.    Lembar Kegiatan Siswa, dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4.    Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.     Lembar observasi metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b.    Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5.    Tes Formatif, disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan dasar Fisika. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 5 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data.
6.    Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan guru angket motivasi siswa, dan tes formatif
Data yang diperoleh dari observer dan guru  kemudian dianalisis. Apabila dari refleksi siklus 1 tidak memenuhi indikator keberhasilan atau dapat dikatakan tujuan penelitian belum tercapai maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus dua.

Instrumen tes:
Hasil ulangan harian yang diperoleh siswa kemudian dianalisis. Dari analisis ulangan harian dapat diketahui jumlah anak yang tuntas ataupun yang tidak tuntas kemudian diambil persentase ketuntasan belajar siswa dengan rumus sebagai berikut : Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006 (KTSP ), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai nilai KKM (minimal 75) dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Instrumen Non Tes
Lembar observasi siswa digunakan oleh peneliti untuk mengetahui keaktifan peserta didik. Aspek keaktifan siswa yang diamati meliputi: (a) Aktif dalam kelompok, (b) aspek melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, (c)  mengemukakan pendapat  yang dapat dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut:
Catatan kejadian selama pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui  kendala-kendala apa saja yang terjadi selama pembelajaran dan untuk mengetahui pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana apa tidak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi.

Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes, untuk mendapatkan tes yang baik dilakukan analisis butir soal.

Analisis Data Penelitian Persiklus

Siklus I

a.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiap­kan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b.    Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 12 dan 19 Maret  2014 di kelas VIII-B dengan jumlah 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes ulangan harian I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut :Jumlah siswa tuntas belajar = 16, jumlah siswa tidak tuntas belajar 10, nilai tertinggi = 80, nilai terendah = 65, nilai rata-rata kelas = 75,61, ketuntasan belajar klasikal 61,53%.
c.     Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)    Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2)    Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)    Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
d.    Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1)    Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)    Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3)    Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

Siklus II

a.    Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiap­kan perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II (ulangan harian) dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b.    Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 26  Maret dan 3 April  2014 di kelas VIII-B dengan jumlah siswa 26. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: Jumlah siswa tuntas belajar = 23, jumlah siswa tidak tuntas belajar 3, nilai tertinggi = 83, nilai terendah = 73, nilai rata-rata kelas = 78,26, ketuntasan belajar klasikal 88,46%.
c.     Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1)    Memotivasi siswa
2)    Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3)    Pengelolaan waktu

 

PEMBAHASAN

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II yaitu masing-masing 76,92% dan 88,62%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

 

Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

 

Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tentang materi Fisika dengan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi yang paling dominant adalah bekerja dengan meng­gunakan alat/media, mendengarkan / memperhati­kan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Pembelajaran dengan metode demonstrasi memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.    Penerapan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi dalam peningkatan prestasi belajar Fisika mempunyai pengaruh positif, yaitu siswa tertarik dan berminat sehingga termotivasi untuk belajar.

Saran-Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses pembelajaran Fisika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1.    Untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif model demonstrasi memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model kooperatif model demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.    Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.    Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di kelas VIII-B semester genap SMP Negeri 1 Jiwan Madiun tahun pelajaran 2014-2015.
4.    Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta, 1998.
Combs. Arthur. W. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston, 1984.
Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta, 2000.
Felder, Richard M. Cooperative Learning in Technical Corse (online), (Pcll\d\My% Document\Coop % 20 Report, 1994.
Hadi, Sutrisno. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta, 1981.
Hadimsyah Noor. Kepelatihan Dasar. Jakarta: Depdikbud, 1995.
Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002.
Harsono. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti PPLPTK, 1988.
Joyce, Bruce dan Marsh Weil. Models of Teaching Model. Boston: Aliyn dan Bacon, 1972.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press, 1988.
Lee, W.R. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd University Press, 1985. 
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta, 1996.
Masriyah. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press, 1999.
Nur, Muhammad. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya, 1996.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya, 1988.
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara, 1996.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru, 1989.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Wahyuni, Dwi. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Geografi. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2001.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars, 1986.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar