MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI STATISTIK
DENGAN LEARNING
TOGETHER SISWA KELAS IX-G SEMESTER
GASAL
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
SMP NEGERI 1 DOLOPO KABUPATEN
MADIUN
Oleh :
Drs. MAHFUR
SMPN 1
DOLOPO KAB. MADIUN
ABSTRAK
Kata Kunci: metode kooperatif model Learning
Together, prestasi belajar matematika
Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan
kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas)
mengajarnya, melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, menggunakan waktu pelajaran
secara efektif serta serius saat mengajar sehingga dapat membangkit kan minat atau
motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar,
makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya.
Permasalahan yang
ingindikajidalampenelitiantindakaniniadalah: (a) Adakah peningkatan prestasi belajar
siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Learning
Together? (b) Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif model Learning
Together terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan penelitian tindakan
ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
metode kooperatif model Learning Together, (b) Mengetahui pengaruh motivasi
belajar siswa setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together.
Penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan (action research)
sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu:
rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini
adalah siswa kelas IX-G
SMP Negeri 1 Dolopo. Data
yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan
bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan reratanya dari siklus I sampai siklus
III yaitu, siklus I (68.91),
(78,41), (84.06). Prosentase ketuntasannya
dari siklus I (59,38%),
siklus II (78,41%), siklus III (93,75%).
Simpulan dari penelitian
ini adalah metode kooperatif model Learning
Together dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa kelas IX-G SMP Negeri 1 Dolopo,
serta model
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika.
PENDAHULUAN
Peran guru sebagai pendidik, merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi
pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya
pendidikan selalu bermuara pada factor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa
pentingnya peran guru dalam dunia
pendidikan. Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut
memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang
efektif.
Agar dapat mengajar efektif, guru harus
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu
(kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar dapat ditingkatkan dengan cara
melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Menggunakan waktu pelajaran secara
efektif berarti memberi kesempatan belajar semakin banyak dan optimal serta
guru menunjukkan keseriusannya saat mengajar sehingga dapat membangkitkan minat
atau motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam
belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Sedangkan
dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan
program pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukan dalam bentuk interaksi
belajar mengajar.
Di luar lingkungan sekolah, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi
dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia.
Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Karenanya
diperlukan kemampuan untuk memperoleh, dan mengelola dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis,
kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
Dalam pembelajaran Matematika tidak lagi
mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih
mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu
aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas
matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang
lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi
aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa
secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode
pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan
bersama. Felder, (1994: 2).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan
interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan
sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat
menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami
penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf
pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam
Wahyuni 2001: 2).
Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil
belajarnya. (Nur, 1996: 2).
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock
memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga
kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok.
Dalam kelas pertama hanya 34,38% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik,
dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 59,38% dan 65,63% siswa yang
mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994:14).
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka
peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Statistik dengan Learning Together Siswa Kelas IX-G Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun”.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Adakah peningkatan prestasi belajar siswa
dengan diterapkannya metode kooperatif model Learning Together pada siswa kelas IX-G semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun ?
2. Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif model Learning Together terhadap motivasi
belajar siswa kelas IX-G Semester Gasal tahun pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun ?
TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar
siswa setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together pada siswa kelas IX-G Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun .
2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar
siswa setelah diterapkan metode kooperatif model Learning Together pada siswa kelas IX-G Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014SMP Negeri 1
Dolopo Kabupaten Madiun.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan pada permasalahan
dalam penelitian tindakan yang berjudul kooperatif model Learning Together yang dilakukan
oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Jika Proses Belajar Mengajar
Siswa Kelas IX-G Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1
Dolopo Kabupaten Madiun menggunakan
metode kooperatif model Learning Together dalam menyampaikan
materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa
kelas IX-G Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun akan lebih baik dibandingkan dengan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika.
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
3. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan
melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam
mencapai tujuan belajar.
PENJELASAN ISTILAH
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap
judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode kooperatif adalah: Suatu pengajaran yang
melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan
bersama
2. Motivasi belajar adalah: daya penggerak psikis
dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk
tercapai suatu tujuan.
3. Hasil / Prestasi belajar adalah: hasil belajar
yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa
mengikuti pelajaran matematika.
RUANG
LINGKUP DAN BATASAN PENELITIAN
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan
pembatasan masalah yang meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas
IX-G semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1
Dolopo Kabupaten Madiun.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September - Oktober Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Materi yang disampaikan adalah Standar Kompetensi Statistika dan Peluang.
KAJIAN PUSTAKA
Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku
atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14). Sependapat
dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993:68) mengemukakan bahwa pembelajaran
adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan
sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah
laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan
perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang
bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah,
berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja
yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan
kegiatan pada situasi tertentu.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran
yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan
tujuan bersama. (Felder, 1994: 2). Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan
siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. Sependapat
dengan pernyataan tersebut Setyningsih (2001: 8) mengemukakan bahwa metode
pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara
pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam
memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya
sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat
berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena
pembelajaran kooperatif merupakan metode alterrnatif dalam mendekati
permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan
komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong
untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang
menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996:4). Dalam
pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan
pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama.
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur
yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama”.
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap
siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri,
dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka
semuanya memiliki tujuan yang sama.
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai
tanggungjawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau
penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota
kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara
mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994:
2) menambahkan unsur-unsur dalam pembelajaran koopratif sebagai berikut:
1. Ketergantungan Positif. Anggota kelompok harus
saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang gagal
mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya.
2. Kemampuan Individual. Seluruh siswa dalam satu
kelompok memiliki tanggung jawab melakukan pekerjaannya dan menguasai selurah
bahan untuk dipelajari.
3. Promosi tatap muka interaktif. Meskipun
beberapa kelompok kerja dibagi-bagikan dan dilakukan tiap individu, beberapa
diantarannya harus dilakukan secara interaktif, anggota kelompok saling
memberikan timbal balik.
4. Manfaat dari penggabungan keahliah yang tepat. Siswa
didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan pembangunan
kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan konflik
manajemen keahlian.
5. Kelompok Proses. Anggota kelompok mengatur
kelompok, secara periodik menilai apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai
sebuah kelompok dan mengidentifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar
fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya.
Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran
kooperatif, Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001: 10) menyebutkan peranan guru
dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Menentukan objek pembelajaran
2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai.
3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan
tugas.
5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa
dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.
Pembelajaran Kooperatif Learning
Together
Para siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan
empat sampai lima orang per tim dan heterogen kemampuannya. Para siswa bekerja
sebagai suatu keompok untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai
gagasan, dan membantu satu sama lain dengan jawaban, dan meminta bantuan dari
teman yang lain sebelum bertanya kepada guru, dan si guru memberikan
penghargaan kepada kelompok berdasarkan kinerja kelompok.
Pembelajaran dengan model Learning Together ini dilaksanakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
·
Siswa membentuk kelompok dengan anggota kelompok sebanyak
empat sampai lima orang.
·
Siswa bekerja secara kelompok dalam menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan materi mengumpulkan data dengan mencacah, mengukur
dan mencatat data dengan tally.
·
Siswa bersama anggota kelompok dan dibimbing guru melakukan praktik atau eksplorasi mencarai
data tentang tinggi badan siswa di kelas
·
Dalam menyelesaikan materi pelajaran yang sudah diberikan
guru saling membantu sesama anggota kelompoknya, dan apabila kelompok tidak
bisa baru menanyakan kepada guru.
·
Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang kerjanya bagus.
·
Guru memberikan tugas kepada siswa mencari penggunaan
pencatatan data dengan tally dalam kehidupan sehari – hari.
·
Menguji ketrampilan siswa mencatat data dengan tally dan
menyusunnya dalam bentuk tabel.
Keterampilan-keterampilan Kooperatif
Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan
baik jika siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif.
Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti
diungkapkan Nur (1996: 25) adalah keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat
menengah dan tingkat mahir.
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi
hal-hal sebagai berikut:
- Menggunakan kesepakatan
- Menghargai kontribusi
- Menggunakan suara pelan
- Mengambil giliran dan berbagi tugas
- Berada dalam kelompok
- Berada dalam tugas
- Mendorong partisipasi
- Mengundang orang lain untuk berbicara
- Menyelesaikan tugas tepat waktunya
- Menyebutkan nama dan memandang bicara
- Mengatasi gangguan
- Menolong tanpa memberi jawaban
- Menghormati perbedaan individu.
2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Keterampilan kooperatif tingkat menengah
meliputi:
- Menunjukkan penghargaan dan simpati
- Menggunakan pesan “saya”
- Menggunakan ketidak setujuan dengan cara yang
dapat diterima
- Mendengarkan dengan aktif
- Bertanya
- Membuat ringkasan
- Menafsirkan
- Mengatur dan mengorganisir
- Memeriksa ketepatan
- Menerima tanggung jawab
- Menggunakan kesabaran
- Tetap tenang/mengurangi ketegangan
3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal
sebagai berikut:
- Mengelaborasi
- Memeriksa secara cermat
- Menanyakan kebenaran
- Menganjurkan suatu posisi
- Menetapkan tujuan
- Berkompromi
- Mengahadapi masalah khusus
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti,
1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru
bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan
terintegratif, dan (d) administrasi sosial ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan
bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah
praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan
hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian
mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama
dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar
tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti.
Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi
kevalidan data yang diperlukan.
Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas IX-G SMP Negeri 1 Dolopo Gasal jalan Adil Makmur no. 95 telepon (0351) 367048
Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun, pada bulan September semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014. Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IX-G tahun pelajaran 2013/2014 berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah
suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan
untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki / meningkatkan praktek pembelajaran secara
berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya
meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih,
yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian
tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan
pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari
tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar
Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan
penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana
tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model Learning
Together.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan
lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan
hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Observasi
dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing putaran
dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub
materi pelajaran yang diakhiri dengan
tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan
untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Silabus, yaitu seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian
hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP), yaitu merupakan
perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator
pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar
mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa, Lembar kegaian ini yang
dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil proses belajar
mengajar.
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengolahan metode kooperatif
model Learning Together, untuk
mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru,
untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif. Disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
konsep matematika pada Standar Kompetensi Statistika dan Peluang. Diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal
pilihan ganda (objektif).
Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
diperoleh melalui observasi pengolahan proses belajar metode kooperatif model Learning Together, observasi aktivitas
siswa dan guru, wawancara, dan tes formatif.
Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian
yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa
juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau
persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap
akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan
statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti
melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi
dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes
formatif dapat dirumuskan:
= Nilai rata-rata
Σ X =
Jumlah semua nilai siswa
Σ N =
Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
Ada dua
kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan
petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu
seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 75% atau nilai 75,
dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung
persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn
koooperatif model Learning Together. Untuk
menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model Learning Together digunakan rumus
sebagai berikut :
Dimana
P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2
b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktifitas
guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut :
% =
Presentase pengamatan
X = Rata-rata
∑ x = Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data lembar observasi diambil dari dua
pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan proses belajar mengajar dengan
menerapkan metode kooperatif model Learning
Together yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode
kooperatif model Learning Together
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa
dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode kooperatif model Learning Together.
Analisis Data Penelitian Per Siklus
Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2013 dan 11 September 2013 di kelas IX-G dengan jumlah siswa 31 siswa, yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 perempuan. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Aspek-aspek
yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang
mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada
siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan
dilakukan pada siklus II.
Aktivitas
guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep, yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup
besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi
yang sulit yaitu masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang
paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5 %.
Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama
anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca
buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4 dan 11,5 %.
Pada
siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode
pembelajaran kooperatif model Learning
Together sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup
dominan untuk
memberikan penjelasan dan arahan, karena model tersebut masih dirasakan baru
oleh siswa.
Pada
akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan hasil : jumlah
siswa yang tuntas belajar 19, jumlah siswa yang tidak tuntas 13, skor tertinggi
80, skor terendah 50, rata-rata nilai 68,91 dan ketuntasan belajar klasikal
59,38%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 59,38% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa
baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan metode kooperatif model Learning
Together.
c. Refleksi
Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut:
1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang begitu antusias selama
pembelajaran berlangsung.
d. Refisi
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga
perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi
siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa
diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik
dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam
memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 18 September 2013 dan 25 September 2013 di
kelas IX-G SMP Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014 semester ganjil dengan jumlah siswa 32 siswa. Dalam hal ini
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan
atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Aspek-aspek
yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh
guru dengan menerapkan metode pembelajarn kooperatif model Learning Together mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh
penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum
merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu
mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya.
Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas
alam penerapan metode pembelajarn kooperatif model Learning Together diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang
telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih
memahami tentang apa ynag telah mereka lakukan.
Aktifitas
guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa
dalam menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas
ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah
memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%), mnjelaskan materi yang sulit
(11,7). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan
membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang
paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok
yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami
peningkatan. Aktifitas siswa yang
mengalami penurunan adalah mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru
(18,75%). Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru (15,62%), menulis yang
relevan dengan KBM (9,38%), merangkum pembelajaran (6,25%). Adapun aktifitas
siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,5%), menyajikan hasil
pembelajaran (3,13%), menanggapi / mengajukan pertanyaan / ide (6,25%), dan
mengerjakan tes evaluasi (12,5%).
Pada
akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan hasil :
jumlah siswa yang tuntas belajar 25, jumlah siswa yang tidak tuntas 7, skor
tertinggi 100, skor terendah 60, rata-rata nilai 78,41 dan ketuntasan belajar
klasikal 78,13%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan
belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari
siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru
menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga
pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi utnuk belajar. Selain itu
siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan
menerapkan metode kooperatif model Learning
Together.
c. Refleksi
Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan
konsep
3) Pengelolaan waktu.
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan
kegiatan belelajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.
Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat
membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga
tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau
bertanya.
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa
merumuskan kesimpulan / menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik
sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh
soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap
kegiatan belajar mengajar.
Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2012 dan 10 Oktober 2012 di kelas IX-G SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun Tahun pelajaran
2013/2014 semester ganjil dengan
jumlah siswa 19. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi
pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak
terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Aspek-aspek
yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh
guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Learning Together mendapatkan penilaian
cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan
kesimpulan / menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan
aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Learning Together diharapkan dapat
berhasil semaksimal mungkin.
Aktivitas guru yang paling
dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan
konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab
menurun masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan
adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%), menyampaikan materi / strategi / langkah-langkah (13,3%), meminta siswa
menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa
merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas ynag tidak menglami perubahan
adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa (6,7%).
Aktivitas
siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota
kelompok yaitu (21,88%) dan mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
(18,75%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa
(12,5%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,62%). Sedangkan
aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.
Pada
akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan hasil :
jumlah siswa yang tuntas belajar 30, jumlah siswa yang tidak tuntas 2, skor
tertinggi 100, skor terendah 70, rata-rata nilai 84,06 dan ketuntasan belajar
klasikal 93,75%. Hasil pada siklus III
ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil
belajara pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru
dalam menerapkan metode kooperatif model Learning
Together menjadikan siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah
diberikan.
c. Refleksi
Pada
tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih
kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan metode kooperatif
model Learning Together. Dari
data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah
melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek
cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui
bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai
ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada
siklus III guru telah menerapkan metode kooperatif model Learning Together dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan
dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan metode kooperatif model Learning Together dapat meningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
PEMBAHASAN
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Melalui
hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif model Learning Together
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III)
yaitu masing-masing 59,38%, 78,13%,
dan 93,75%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa
secara klasikal telah tercapai. Sedangkan untuk prestasi belajar perkembangannya dari
siklusI, II, III adalah masing-masing reratanya 68.91, 78.41, 84.06.
Perkembangan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode kooperatif model Learning Together dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika
pada Standar Kompetensi
Statistika dan Peluang dengan
metode kooperatif model Learning Together
yang paling dominan adalah bekerja dengan anggota kelompok,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat
dikategorikan aktif.
Sedangkan
untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode
kooperatif model Learning Together
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan materi yang tidak dimengerti oleh siswa,
memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di
atas cukup besar.
4. Tanggapan Siswa terhadap metode kooperatif
model Learning Together
Berdasarkan
analisis wawancara dengan beberapa siswa dapat diketahui bahwa tanggapan siswa
termasuk positif. Ini ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode kooperatif model Learning Together. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan
respon positif terhapad metode kooperatif model Learning Together, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar
lebih giat. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya metode kooperatif
model Learning Together dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis
yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode kooperatif model Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu siklus I (59,38%), siklus II (78,13%), siklus III (93,75%).
2. Penerapan metode kooperatif model Learning Together mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan
rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan metode kooperatif model Learning
Together sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari
uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan
lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai
berikut:
1. Untuk melaksanakan metode kooperatif model Learning Together memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan metode kooperatif model Learning Together dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh
hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan berbagai
metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya
dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga
siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan dikelas IX-G semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun .
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto,
Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar
Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad,
Azhar. 1997. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Combs.
Arthur. W. 1984. The Profesional
Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W.
1989. Teori-teori Belajar. Jakarta:
Erlangga.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk
Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Felder,
Richard M. 1994. Cooperative Learning in
Technical Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.
Hadi,
Sutrisno. 1981. Metodogi Research.
Yayasan Penerbitan FakuLearning Togetheras
Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik,
Oemar. 1994. Media Pendidikan.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan.
J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hudoyo,
H. 1990. Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Malang: IKIP Malang.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis,
S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action
Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Margono,
S. 1996. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Mursell,
James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan).
Bandung: Jemmars.
Ngalim,
Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur,
Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto,
N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis
Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Rustiyah,
N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman,
A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto,
Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model
Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Soetomo.
1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar
Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Sudjana,
N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan
Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana,
Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Surakhmad,
Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional.
Bandung: Jemmars.
Syah,
Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan,
Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman,
Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahyuni,
Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran
Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana
Universitas Negeri Malang.
Wetherington.
H.C. and W.H. WaLearning Together.
Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan
Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar