PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE LEARNING DENGAN METODE KUIS TEBAK-TEBAKAN UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL FISIKA
Oleh : Aan Trianti
SMPN Satu Atap Gemarang Kab. Madiun
ABSTRAK
Kata kunci: Creative
Learning, Permainan Kuis Tebak-tebakan, kesulitan siswa menyelesaikan
sol-soal fisika
Penelitian bertujuan untuk mengetahui profil kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal fisika dan untuk mengidentifikasi profil kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika. Metode dalam penelitian ini adalah
Penellitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran Cretive Learning dengan
metode permainan kuis tebak-tebakan pada
mata pelajaran Usaha, Daya, dan Pesawat Sederhana di kelas VIII B SMP Negeri Satu Atap
Gemarang. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode tes dalam bentuk soal uraian. Hasil tes
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi profil kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal fisika. Profil kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal fisika dikelompokkan menjadi tiga profil, yaitu kesulitan dalam
pemahaman soal, kesulitan pemahaman konsep, dan kesulitan dalam memeriksa
kembali jawaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase pada siklus I
kesulitan siswa dalam pemahaman soal sebesar 6,89% menurun pada siklus II menjadi 3,45%,
kesulitan dalam penguasaan konsep sebesar 53,45% menurun pada siklus II menjadi
39,66%, dan kesulitan dalam memeriksa kembali 39,66% menurun pada siklus II
menjadi 31,03%. Penurunan persetase pada tiap profil kesulitan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Creative
Learning melalui permainan kuis tebak-tebakan dapat mengatasi kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika
PENDAHULUAN
Pada kakikatnya fisika merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam
yang mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan belajar fisika, siswa dilatih agar dapat berfikir secara
logis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama dengan baik.
Namun pada kenyataannya banyak dari siswa mengangggap bahwa fisika merupakan
mata pelajaran yang sulit. Untuk itu diperlukan strategi pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan kondisi siswa yang bervariasi agar proses belajar mengajar
dapat berjalan lancar.
Faktanya, sistem pembelajaran disekolah belum mampu menciptakan
sistem pembelajaran yang memungkinan siswa berfikir kritis, kreatif, dan
bertanggungjawab. Kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru yang cenderung
menggunakan metode pembelajaran ceramah, sehingga menyebabkan siswa hanya bersikap pasif, duduk
diam mendengarkan materi yang disajikan oleh guru, keadaan ini mengakibatkan siswa
berada pada tataran berfikir tingkat rendah dan tidak memiliki kemampuan memecahkan
masalah secara nyata. Kegiatan pembelajaran yang tidak efektif dapat
menimbulkan beberapa permasalahan
atau kesulitan pada saat siswa mengerjakan soal. Profil kesulitan yang dimaksud
antara lain kesulitan dalam memahami soal, kesulitan memahami konsep, kesulitan
dalam keterampilan matematis dan kesulitan memeriksa kembali jawaban.
Polya (Waylatul Murtafiah, 2009) menyatakan kesulitan
memahami soal adalah suatu persoalan yang diajukan yang tidak dikenali
siswa. Peserta didik dikatakan mengetahui masalah bila ia mengetahui: a) Apa
yang dibuktikan/ditayakan b) Apa data yang diketahui c) Bagaimana
syarat-syaratnya? Penguasaan konsep adalah pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh
seorang anakyang tergabung dalam suatu struktur secara skema konseptual yang
mencerminkan keseluruhan ranah kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis, evaluasi di bidang fisika selama mengikuti proses belajar
(Mufid Masruroh, 2009)
Mufid Masruroh (2009) menyatakan kesulitan
keterampilan matematika adalah kesulitan dalam menggunakan prosedur atau
operasi matematika yang tepat dan benar. Sedangkan Kesulitan memeriksa kembali adalah kesulitan siswa dalam membuktikan
jawaban yang diperoleh, atau kesulitan dalam memeriksa jawaban dimana
aturan-aturan yang digunakan sudah benar atau belum (Mufid Masruroh, 2009)
Permasalahan atau kesulitan dalam proses belajar mengajar tersebut juga
terjadi di SMP Negeri satu Atap Gemarang, dimana
permasalahan tersebut menyebabkan nilai rata-rata pelajaran fisika kelas VIII B
hanya mencapai nilai 72. Nilai tersebut tidak memenuhi SKBM SMPN Satu Atap
gemarang sebesar 75. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa-siswi dan hasil
refleksi guru bidang studi teridentifikasi beberapa permasalahan yaitu : a) masih
banyak siswa yang kesulitan mengerjakan soal fisika karena menganggap pelajaran
fisika sulit untuk dipahami, b) selama proses pembelajaran siswa hanya diam
mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan guru sehingga kreativitas
siswa kurang, dan proses pembelajaran masih berpusat pada guru sehinngga siswa
kurang aktif dalam proses pembelajaran. Sebagai solusi permasalahan tersebut
maka diperlukan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berfikir
kritis, kreatif, bertanggung jawab serta dapat memotivasi siswa agar lebih
aktif selama proses pembelajaran.
Model Pembelajaran Creative
Learning (Pembelajaran Kreatif) dapat diterapkan sebagai salah satu
alternatif dalam pembelajaran fisika. Model pembelajaran ini bertujuan
meningkatkan kreatifitas guru untuk menemukan model ataupun metode pembelajaran
yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meminimalisir
kesulitan atau permasalahan yang dihadapi siswa saat mengerjakan soal fisika.
Yeni Rachmawati (2010) menyatakan kreatifitas merupakan suatu proses mental
yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau
mengombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya.
Langkah-langkah model pembelajaran Creative
Learning menurut Sri Narwati (2011) yaitu, pahami apa kretifitas itu, Proklamasi:
saya guru kreatif, Lakukan kreatifitas, pupuklah kretifitas, Kembangkan otak kanan,
Pahami dan hargai multiple intellegences, kreatif menanamkan
nilai-nilai, Bangkitkan semangat, dan kembangkan kompetensi.
Model pembelajaran Creative
Learning dilaksanakan dengan menerapkan Metode. permainan kuis
tebak-tebakan. Ma’mur Asmani (2011) permainan kuis tebak-tebakan adalah sejenis permainan yang
diadopsi dari gabungan permainan tebak kata dan kotak kartu misteri (kokami). Permainan ini dapat digunakan
pada materi teori maupun maematis. Media yag diperlukan pada permainan ini
adalah pertanyaan kuis, kotak, amplop, kartu berisi soal, bonus, instruksi, sanksi
dan pengurangan nilai. Contoh soal kuis tebakan: Apakah aku, aku merupakan alat sederhana, aku digunakan untuk mempermudah
pekerjaan...jawaban: Pesawat
sederhana. Contoh isi kokami (kotak
kartu Misteri) berupa bonus poin sbb:
YES !!!
BONUS 2 POINT
|
SEPUNTENE MAS BRO...!!!
POIN PEAN KULO PENDET 10
|
Kartu kokami dibuat semenarik mungkin sehingga siswa menjadi semangat
untuk mengikuti permainan. Isi kokami yang beragam menyebabkan kelompok yang bernilai
tinggi tidak selalu mendapatkan nilai akhir yang tinggi, tergantung dari kartu kokami yang diambil.
Jika kartu yang diambil berupa pengurangan poin maka secara otomatis nilai
kelompok tersebut langsung dikurangi sebanyak skor yang tertera dalam kartu
tersebut. Metode pembelajaran ini disukai oleh siswa karena terasa menyenangkan
saat dilaksanakan.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah, latar belakang masalah serta
penjelasan sistem pembelajaran yang digunakan, diperoleh rumusan masalah yaitu:
a). Bagaimana cara mengidentifikasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
fisika, b). Apakah penerapan model pembelajaran Creative Learning dengan metode permainan kuis tebak-tebakan dapat
memudahkan siswa mengerjakan soal fisika pada kelas VIII B SMP Negeri Satu atap
gemarang. Adapun rencana pemecahan masalah yang dilakukanyaitu: a). Penyusunan
silabus dan RPP yang memuat desain pembelajaran kretif atau Creative
Learning, b) pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai RPP, antara lain
pembentukan kelompok, penerapan model pembelajaran, pelaksanaan soal kuis, c)
Melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung, d) melakukan refleksi
setelah pembelajaran
Penelitian bertujuan untuk mengetahui cara mengidentifikasi
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika dan untuk mengetahui
seberapa besar model pembelajaran Creative
Learning melalui permainan kuis tebak-tebakan dapat membantu siswa
mengerjakan soal fisika.
Kegunaan Penelitian ini ditujukkan untuk beberapa pihak yaitu bagi guru agar lebih termotivasi untuk
kreatif dan inovatif dalam menerapkan strategi pembelajaran yang lebih
bervariasi sehingga proses pembelajara akan terasa menarik dan menyenangkan. Bagi siswa dengan menggunakan permainan
kuis tebak-tebakan dapat memudahkan dalam mengerjakan soal fisikamserta dapat
meningkatkan kretifitas berpikir siswa, sehingga siswa lebih kritis menanggapi
suatu pesoalan. Bagi Sekolah dapat
digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk meningkatkan
keberhasilan proses belajar mengajar, sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yaitu variabel
idependen, variabel dependen, dan variabel kontrol. Variabel independen dari
penelitian ini adalah menggunakan media pembelajaran berbasis permainan.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan menyelesaikan soal
fisika. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi pelajaran, siswa,
dan tempat yang sama
METODE
Penelitian dirancang dengan metode penelitian tindakan kelas yang
direncanakan secara khusus untuk mengatasi permasalahan belajar siswa, yang di
sebabkan oleh faktor-faktor kesulitan dalam mengerjakan soal fisika. Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP N Satu atap Gemarang. Penelitian
Tindakan Kelas akan dilaksanakan selama 2 siklus dengan masing-masing siklus
terdiri dari 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi (Arikunto
dkk, 2007). Tahapan masing-masing siklus yang akan ditempuh sebagai
berikut.
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam perencanaan: a)menyusun
perangkat pembelajaran yang berupa silabus dan RPP, b) Menyiapkan soal kuis
tebak-tebakan dan kunci jawaban, c) Menyediakan media kokami dan kunci jawaban,
d) Menyiapkan instrumen penilaian yang berupa tes uraian beserta kunci jawaban,
e) menyiapkan lembar observasi guru dan siswa.
Pelaksanaan tindakan Kelas dalam proses pembelajaran akan
dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali
pertemuan dengan materi pembelajaran Usaha dan Daya serta Pesawat sederhana.
Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai RPP
dengan menerapkan model pembelajaran Creative
Learning dengan metode permainan kuis tebak-tebakan. Tahap kegiatan yang
terdapat dalam RPP meliputi tahap
pendahuluan, inti, dan penutup.
Tahapan pelaksanaan pembelajaran model Creative Learning dengan metode permainan kuis tebak-tebakan
meliputi: a) Pembentukan kelompok dan ketua kelompok, b) guru memberikan
Ilustrasi pertanyaan, c) ketua kelompok mewakili anggota menjawab pertanyaan,
d) kelompok yang jawabannya benar mendapat skor dan berhak mengambil kartu pada
kokami, e) Anggota kelompok bertugas menyelesaikan soal pada kartu kokami.
Proses observasi untuk mengumpulkan data penelitian dilakukan pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan mengobservasi dilakukan oleh
satu orang observer, untuk mengumpulkan data yang terdiri dari: Tahap persiapan
guru dan siswa, ketersediaan media, pelaksanaan pembelajaran model creative
learning, Aktifitas siswa selama proses pembelajaran, pengelolaan waktu,
serta suasana kelas selama proses.
Kegiatan terakhir yang akan dilakukan meliputi; a) menganalisis
temuan saat melakukan observasi (kelemahan dan keberhasilan guru dan
siswa) b) melakukan identifikasi profil
kesulitan siswa dari hasil tes tiap siklus c) melakukan refleksi terhadap
ketercapaian tujuan penelitian
HASIL
PENELITIAN
Data penelitian profil kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
fisika diperoleh dengan cara menganalisis atau mengidentifikasi hasil tes belajar
siswa per butir soal. Setelah proses identifikasi kemudian proses pengelompokan
profil kesulitan siswa dengan cara memberikan poin pada tabel data banyaknya jenis kesulitan siswa sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa. Indentifikasi
yang dilakukan menunjukkan bahwa saat mengerjakan soal fisika siswa mengalami 3
kesulitan yaitu kesulitan dalam pemahaman soal, kesulitan pemahaman konsep dan
memeriksa kembali. Hasil identifikasi profil kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal fisika disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data banyaknya Jenis kesulitan Siswa siklus
I dan siklus II
Nama
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||||
PS
|
PK
|
MK
|
PS
|
PK
|
MK
|
|
Agung S
|
-
|
2
|
1
|
-
|
1
|
2
|
Amin
|
-
|
2
|
2
|
-
|
1
|
-
|
Angga
|
-
|
2
|
1
|
-
|
1
|
2
|
Anik P
|
-
|
2
|
1
|
-
|
1
|
1
|
Bambang
|
-
|
1
|
2
|
-
|
2
|
-
|
Bayu W
|
-
|
2
|
1
|
-
|
1
|
-
|
Darmin
|
1
|
1
|
2
|
-
|
1
|
2
|
Efendi
|
-
|
3
|
-
|
-
|
1
|
2
|
Fendy P
|
-
|
2
|
2
|
-
|
1
|
1
|
Jiwo Susilo
|
1
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
Mariyam
|
1
|
-
|
1
|
-
|
1
|
1
|
Mukarom
|
1
|
1
|
2
|
1
|
2
|
-
|
Riyan F
|
-
|
1
|
1
|
-
|
1
|
2
|
Robika S. H
|
-
|
2
|
1
|
-
|
1
|
1
|
Siti Mifta. U
|
-
|
1
|
1
|
-
|
1
|
-
|
Sulida
|
-
|
2
|
1
|
-
|
2
|
1
|
Suwandi
|
-
|
1
|
2
|
1
|
-
|
-
|
Wibowo
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
Yudi S
|
-
|
1
|
2
|
-
|
1
|
2
|
Titah D. P
|
-
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
Jumlah
|
4
|
31
|
23
|
2
|
23
|
18
|
(PS= Pemahaman soal, PK=
Pemahaman Konsep, MK= Memeriksa
Kembali)
Prosentase penurunan profil kesulitan siswa dalam mengerjakan soal fisika pada siklus I
dan siklus II disajikan dalam gambar 1.
Gambar 1. Prosentase profil kesulitan siswa pada siklus I dan siklus II
Penurunan profil kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal fisika
pada siklus I ke siklus II menyebabkan nilai hasil tes ranah kognitif siklus II
lebih baik dari siklus I.
Selain Data profil kesulitan siswa dalam mengerjakan soal fisika
juga akan disajikan nilai hasil ranah kognitif siswa. Nilai hasil belajar siswa
disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Rekap Nilai hasil Belajar siswa pada siklus
I dan siklus II
Kriteria
|
Nilai Siklus I
|
Nilai Siklus II
|
Jumlah
|
1475
|
1580
|
Nilai Tertinggi
|
90
|
95
|
Nilai Terendah
|
60
|
75
|
Rata-rata
|
73,75
|
79
|
Dalam rangka mengetahui efektifitas model pembelajaran maka
dilakukan observasi kegiatan pembelajaran guru dan siswa yang dilakukan oleh
observer. Hasil observasi kegiatan siklus I dan siklus II disajikan pada tabel
3.
Tabel 3. Perbandingan hasil pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I dan II
Uraian
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
Jumlah
Skor
|
36
|
41
|
Persentase
(%)
|
75
|
85,4
|
Permasalahan profil kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan
soal fisika yang diatasi melalui penelitian ini sudah sesuai harapan. Meskipun persentase penurunannya tidak terlalu besar.
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 1 terjadi penurunan profil kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal fisika pada siklus I
ke siklus II. Hal ini dikarenakan
pada siklus II siswa telah memahami sistem pembelajaran yang digunakan. Kerjasama
anggota kelompok terjalin dengan baik. Keinginan mendapatkan skor yang
lebih baik selama proses pembelajaran memotivasi siswa untuk belajar lebih tekun,
mulai dari belajar materi kemudian memahami konsep maupun rumus matematisnya. Pengelompokan profil kesulitan siswa pada tabel
1 dilakukan dengan cara menganalisis jawaban siswa per butir soal.
Proses analisis tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut:
Soal no 4 siklus I: Rian
sedang menarik sebuah balok dengan usaha sebesar 450 joule selama
3 menit. Berapakah daya
yang dikeluarkan Rian?
Jawaban yang
diharapkan:
Diketahui = Wr = 450 Joule
t =3 menit
= 180 sekon
Ditanya =
P...?
Jawab =
P
= Wr / t
P = 450 Joule / 180 s
= 2,5 Watt
Ragam Jawaban
siswa:
a.
siswa dengan no absen 7 tidak memberikan jawabanmaka dalam hal ini
siswa mengalami kesulitan dalam pemahaman soal
b.
Siswa dengan nomor absen 1 tidak menuliskan
rumus daya tetapi hasil jawaban siswa benar maka dalam hal ini siswa mengalami kesulitan dalam memeriksa kembali
c.
Siswa dengan no absen 3 hanya menuliskan
diketahui dan ditanya saja dalam hal ini siswa mengalami kesulitan pemahaman konsep
Dengan cara menganalisis seperti contoh diatas maka profil
kesulitan masing-masing siswa dapat diketahui.
Selama proses
pembelajaran pada siklus I siswa mendapatkan beberapa pemahaman. Pemahaman dalam
proses pembelajaran berupa aturan atau tata cara permainan maupun kisi-kisi
soal. Kejelian siswa selama proses pembelajaran siklus I inilah yang akhirnya
membuat siswa dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan soal. Bahwasanya
kisi-kisi soal yang digunakan untuk membuat soal kuis tebak-tebakan, soal kartu
kokami, dan soal tes tiap siklus adalah sama hanya tingkat kesukaran soal
berbeda. Kisi-kisi yang digunakan harus sesuai dengan Indikator pembelajaran
dan tujuan pembelajaran. Persentase penurunan profil kesulitan siswa tidak terlalu
besar, tetapi telah memenuhi harapan. Selisih profil kesulitan siswa disajikan
pada tabel 4.
Tabel 4. Selisih persentase profil kesulitan siswa
pada siklus I dan siklus II
Profil kesulitan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
selisih
|
PS
|
6,89%
|
3,45%
|
3,44%
|
PK
|
53,45%
|
39,66%
|
13,79%
|
MK
|
39,66%
|
31,03%
|
8,63%
|
Penurunan profil kesulitan siswa yang menjadi tujuan utama dari
penelitian ini telah sesuai harapan, selain itu dengan adanya penurunan
kesulitan maka semakin banyak siswa yang dapat mengerjakan soal tes sehingga nilai
hasil tes ranah kognitif mereka meningkat. Peningkatan hasil belajar siswa yang
disajikan dalam tabel 2 menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran creative
learning efektif untuk meminimalisir
kesulitan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata siswa
pada siklus II sebesar 79 telah memenuhi target pencapaian sebesar 75 nilai ini sesuai SKBM SMPN Satu Atap Gemarang.
Produk penelitian ini juga menunjukkan adanya peningkatan jumlah
siswa yang lulus dengan nilai melebihi target pencapaian. Perbandingan jumlah
siswa yang lulus pada siklus I dan siklus II dirangkum pada tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan jumlah siswa yang tuntas pada
siklus I dan II
Uraian
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Peningkatan
|
Jumlah siswa yang tuntas
|
13
|
19
|
6
|
Jumlah siswa yang tidak tuntas
|
7
|
1
|
6
|
Selain profil kesulitan dan hasil tes ranah kognitif dalam
penelitian ini juga dilaksanakan kegiatan observasi belajar mengajar. Kegiatan
observasi ini digunakan untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran selama
proses pembelajaran. Aspek yang dinilai meliputi kinerja guru, kinerja atau
aktifitas siswa, ketersediaan media suasana kelas, dan penegelolaan waktu. Dari
Observasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I menunjukkan masih
adanya kelemahan.
Berbagai kelemahan pada siklus I, dijadikan bahan perbaikan dalam
penelitian ini agar tujuan penelitian dapat tercapai. Kelemahan kualitas
pembelajaran pada siklus I meliputi: 1) guru hanya memberi salam saat membuka
pelajaran 2) penyaimpaian indikator pembelajaran belum optimal 3) Tidak
memberikan pertanyaan motivasi 4) Anggota kelompok lebih dari lima 5) Penyaimpaian
informasi pembelajaran kurang 6) tidak memberikan tugas 7) lebih dari 5 siswa
ramai. Kelemahan tersebut diperoleh karena pelaksanaan pembelajaran kurang
sesuai dengan RPP yang di buat oleh guru. Beberapa kegiatan untuk perbaikan
siklus II meliputi: melaksanakan
kegiatan sesuai RPP, pembentukan kelompok dengan anggota maksimal 4 siswa,
meberikan informasi pembelajaran yang benar, serta lebih
tegas dalam mengontrol siswa.
Capaian siklus II ternyata lebih dapat dioptimalkan dengan usaha
perbaikan yang telah ditetapkan melalui kegiatan refleksi oleh peneliti dan
observer. Antusiasme dan peran aktif siswa lebih baik, dikarenakan pengalaman
siklus I telah dijadikan pelajaran berharga sebagai bahan perbaikan siklus II. Kesadaran
anggota kelompok akan tanggung jawabnya
serta kecermatan siswa dalam menyelesaikan soal kuis dan kokami dapat
mengefektifkan waktu diskusi di kelas pada siklus II. Siswa yang ramai
berkurang, pembelajaran berjalan sesuai harapan peneliti. Prosentase kulitas
pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 10,4% dari siklus I
Dengan demikian model pembelajaran Creative Learning dengan metode permainan kuis tebak-tebakandapat
mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mengerjakan soal fisika pada khususnya
serta dapat meningkatkan hasil belajar serta kualitas pelaksanaan pembelajaran.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian
disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Dengan Metode Permainan Kuis
Tebak-Tebakan Untuk Mengatasi Mesulitan Siswa Menyelesaikan soal Fisika Kelas
VIII B SMPN Satu atap Gemarang dapat mengatasi / mengurangi
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal fisika. Kesulitan dalam pemahaman
soal sebesar 6,89% pada siklus Imenurun menjadi 3,45% pada siklus II. Kesulitan
dalam penguasaan konsep sebesar 53,45% pada siklus I menurun menjadi 39,66%
pada siklus II. Kesulitan dalam Memeriksa kembali sebesar 39,66% menurun
menjadi 31,03%.
SARAN
Saran yang dapat diberikan demi perbaikan penelitian yang berupaya
mengatasi kesulitan pada siswa yaitu Peneliti lanjutan harus bersikap tegaspada
siswa yang ramai agar tidak mengganggu proses pembelajaran. Bagi guru Model
pembelajaran Creative Learning dengan
metode permainan kuis tebak-tebakan bisa dijadikan alternatif pada kegiatan
pembelajaran fisika karena dengan model dan metode ini dapt mengatasi kesulitan
siswa dalam mengerjakan soal-soal fisika.
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsuddin Makmun. 2007. Psikologi
Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Awal_lia. 2008. Pelajaran Dengan Permainan Kokami.
(Online), (http://cephy-net.blogspot.com/2008/12/pelajaran-dengan-permainan-kokami.html, Diunduh 25 Juli
2012).
Baharudin dan
Esa N.W. 2007. Teori Belajar &
Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Bambang Budi
Wiyono. 2009. Penelitian Tindakan Kelas
dan Penulisan Karya Ilmiah. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Bambang
Murdaka. 2008. Fisika Dasar Untuk
Mahasiswa Eksakta dan Teknik. Yogyakarta: Andi Offset.
Bennett,
Neville. 2005. Teaching
Through Play. Jakarta: PT Grasindo Anggota
Ikapi.
Budi Susetyo.2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian.
Bandung: PT Refika Aditama.
Eri
Sarimanah. 2009. Mengukur Hasil Belajar
. (Online), (http://catur.dosen.akprind.ac.id/category/expertise/, Diunduh 25 Juli 2012.
IKIP PGRI
Madiun. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi.
Madiun: Pusat penerbitan Kampus.
Jamal Ma’mur
Asmani. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM.
Jogjakarta:Diva Press.
Mufid
Masruroh. 2009. Remidiasi Pembelajaran
Fisika Dengan Menggunakan Metode QuestionsStudents Have Untuk Mengatasi
Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Fisika. Skripsi tidak
diterbitkan. Madiun: Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
IKIP PGRI Madiun.
Oemar
Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
R. Bekti Kiswardianta. 2005.
Inovasi dan Kreatifitas guru. Jurnal
Pendidikan, 11 (2): 153.
Reni
Akbar-Hawadi. 2004. Akselerasi A-Z
Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta
: PT Grasindo.
Saeful Karim,
dkk. 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala
Alam Sekitar 2 Untuk Kelas VIII SMP. Jakarta: Setia Purna Inves.
Slameto.
2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sri Narwanti.
2011. Creative Learning. Yogyakarta:
Familia Pustaka keluarga.
Sugiyono.
2010. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Suharsini Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi
Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi
Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumardi.
2011. Ranah Penilaian Kognitif, Afektif,
Dan Psikomotorik, (online), (http://sumardi28.blogspot.com/2011/01/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan.html, Diunduh 25 Juli 2012).
Utami
Munandar. 2004. Pengembangan Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Wailatul Murtafiah. 2009. Profil
Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Kontekstual Matematika di SMP Negeri 1
Madiun. Jurnal Pendidikan MIPA, 1
(2): 103-104.
Yeni
Rachmawati. 2010.Strategi Pengembangan
Kreativitas Pada Anak. Jakarta: Prenada Media Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar