Minggu, 04 September 2016

PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER POWER POINT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA LAYANAN INFORMASI CARA BELAJAR EFEKTIF SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 1 JIWAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER POWER POINT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA LAYANAN INFORMASI CARA BELAJAR EFEKTIF SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 1 JIWAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh : Drs. Y. BUDI UTOMO
SMPN 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN


ABSTRAK :
Kata Kunci : Media Komputer Power Point, Motivasi Belajar

Rendahnya motivasi belajar siswa klas IXG SMP Negeri 1 Jiwan mendorong peneliti untuk melakukan tindakan dengan memberikan Layanan Informasi cara belajar efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan media komputer power point. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian Layanan Informasi cara belajar efektif dengan media komputer power point dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwana Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 24 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus dalam pelaksanaannya menggunakan skenario pemberian layanan yang meliputi, angket, observasi dan wawancara dalam pengumpulan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  hasil angket dan hasil observasi Siklus II ditinjau dari aspek pemahaman cara belajar efektif maupun aktivitas siswa telah terdapat peningkatan yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan presentasi aktivitas siswa dalam kegiatan layanan informasi di kelas memberikan hasil yang memuaskan karena jumlah siswa di kelas sebagian besar aktif. Pada Siklus I rata-rata sebesar 64,17% dan pada Siklus II meningkat menjadi rata-rata 81,32% berarti ada peningkatan motivasi belajar sebesar 17,15%.
Berdasaran hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media komputer power point dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada layanan informasi cara belajar efektif siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015.




Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selanjutnya disingkat IPTEK yang semakin cepat dalam era globalisasi merupakan salah satu ciri utama dari masyarakat masa depan. Perkembangan IPTEK tersebut dapat berdampak positif  maupun negatif tergantung pada kesiapan bangsa serta kondisi sosial budayanya untuk menerima informasi dan teknologi tersebut. Segi positif dari perkembangan IPTEK diantaranya adalah dapat dimanfaatkan dalam menunjang layanan informasi klasikal.
Layanan informasi klasikal sebagai suatu sistem, memiliki sejumlah komponen, tujuan bimbingan, metode, strategi materi/bahan ajar, evaluasi dan penunjang/media. Dari sini tampak bahwa media merupakan salah satu komponen dalam layanan informasi klasikal, sehingga kedudukannya tidak hanya sekedar sebagai alat bantu memberikan layanan informasi tetapi sebagai bagian integral dalam proses layanan bimbingan dan konseling.
Untuk menciptakan kondisi layanan informasi yang baik, maka seorang guru dituntut untuk mengetahui, memilih dan menerapkan strategi layanan informasi yang cocok dengan kondisi siswa dan lingkungannya. Strategi layanan informasi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seorang guru bimbingan dan konseling yang meliputi metode layanan, media yang tersedia,  sumber layanan informasi dan sarana lain yang dapat menunjang.
Media pembelajaran yang dipilih dan disiapkan secara teliti diharapkan dapat memenuhi salah satu atau lebih tujuan pembelajaran berikut: memotivasi siswa, melibatkan siswa dalam pengalaman layanan informasi yang bermakna, melaksanakan layanan informasi klasikal, menjelaskan dan menggambarkan materi layanan informasi. Media juga dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, minat siswa lebih termotivasi dalam layanan informasi.
Pada kenyataannya di SMP Negeri 1 Jiwan, metode dan media yang digunakan guru dalam mengajar masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Metode ini sering digunakan mengingat tidak membutuhkan saran yang rumit, seperti alat peraga dan alat bantu layanan informasi lainnya. Dengan berbekal buku penunjang, guru sudah dapat menyampaikan materi sesuai dengan rencana layanan informasi yang disusun sebelumnya. Dengan metode tersebut, siswa merasa jenuh, bosan, dan kurang berminat dan layanan informasi yang disajikan guru bimbingan dan konseling. Hal ini ditandai dengan sikap acuh tak acuh, berbicara dan berbisik-bisik dengan teman sebangku atau melamun pada saat guru menyampaikan materi pelajarannya.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, salah satunya dengan menggunakan teknologi terbaru, yaitu dengan komputer. Banyak fasilitas yang dapat dimanfaatkan dari komputer dapat membantu guru bimbingan dan konseling dalam menyampaikan materi layanan informasi kepada siswa secara lebih variatif. Misalnya, perangkat komputer disertai dengan program Power Point dan animasi, kemudian ditampilkan dengan bantuan LCD Projector akan menumbuhkan ketertarikan pada materi yang disajikan guru bimbingan dan konseling. Di samping itu, keberadaan komputer untuk saat ini sudah bukan barang mewah, artinya sekolah mampu mengadakan peralatan tersebut dengan harga terjangkau.
Saat ini komputer merupakan alat yang sudah dikenal luas oleh masyarakat termasuk di bidang pendidikan. Komputer dapat menyampaikan pengajaran secara langsung kepada para siswa melalui cara berinteraksi dengan materi layanan informasi yang diprogramkan ke dalam sistem. Inilah yang disebut pembelajaran dengan berbantuan komputer atau Computer Assisted Instruction (CAI).
Layanan informasi klasikal merupakan layanan bimbingan dan konseling yang abstrak sehingga banyak siswa merasa kesulitan dalam menerima materi layanan informasi. Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah cara belajar efektif. Hal ini diketahui berdasarkan informasi dari salah satu guru mata pelajaran SMP Negeri 1 Jiwan. Selain itu peneliti memilih materi cara belajar efektif karena kurang motivasi belajar siswa sangat rendah. Karena itu untuk menerangkan materi layanan informasi ini dibutuhkan suatu media yang dapat membantu siswa memahami materi layanan informasi.
Salah satu cara membantu mengatasi kesulitan siswa adalah dengan memberikan suatu media layanan informasi  yang interaktif dan menarik siswa. Media layanan informasi yang digunakan yaitu menggunakan komputer,  dimana siswa akan dihadapkan pada suatu program layanan informasi yang dibuat menarik dan interaktif, seperti program Microsoft Power Point. Karena dalam program Microsoft Power Point terdapat animasi-animasi yang menarik.
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul: Penggunaan Media Komputer Power Point Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Pada Layanan Informasi Cara Belajar Efektif Siswa Kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwan Tahun Pelajaran 2014/2015.

KAJIAN PUSTAKA
Seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar yang diterima akan tahan lama atau meresap harus menggunakan media atau alat bantu mengajar juga disebut alat peraga yang dapat merespon daya pikir anak secara tepat.
Menurut Toto Hernawo (2007) media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampai­kan pesan. Secara sederhana, media dapat diartikan sebagai semua alat yang memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan. Kata media sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau penghantar. Media juga dapat diartikan sarana yang membantu proses komunikasi.
Selanjutnya beberapa pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
1.    Menurut Santoso S. Hamijaya (dalam Ahmad Rohani, 1997:2) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.
2.    Menurut Blake and Haralsen (dalam Ahmad Rohani, 1997:2) media adalah medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan sesuatu pesan dimana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan (Blake and Haralsen).
3.    AECT (Association of Education and Communication Technology) (dalam Ahmad Rohani, 1997:2) menyatakan media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Segala bentuk dalam pengertian di atas adalah media tidak hanya terbatas pada media-media yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu, akan tetapi keberadaannya juga hanya dimanfaatkan untuk memperjelas atau mempermudah pemahaman siswa terhadap materi atau pesan tertentu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:726) menyebutkan kata “media” berarti alat, perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan perantara penyalur informasi belajar atau penyalur pesan kepada peserta didik/siswa.
Jadi, dapat disimpulkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sedangkan pengembangan media adalah proses, cara, pembuatan mengembangkan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian dan kemauan siswa sehingga diharapkan mampu mendorong terjadinya proses belajar pada diri pembelajar.
Kemajuan yang dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membuat ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia dengan kemajuan ilmu dan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan mungkin wadah paling menonjol dalam rangka kemajuan itu. Dalam rangka kegiatan pendidikan, ada beberapa media yang dapat digunakan, mulai dari yang sederhana sampai kepada yang canggih. Menurut Suwarna (2006:134), media pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga kelompok antara lain sebagai berikut:
1)    Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi verbal. Arti simbol-simbol tersebut perlu dipahami dengan benar, agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dengan baik dan efisien. Selain fungsi tersebut grafis secara khusus berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat terlupakan bila tidak digrafiskan (divisualkan). Bentuk-bentuk media grafis antara lain adalah :
(a)  gambar foto,
(b) sketsa,
(c)  diagram,
(d) bagan (chart),
(e)  grafik,
(f)  kartun,
(g) poster,
(h) peta,
(i)   papan flannel, dan papan bulletin.
2)    Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan melalui media audio dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, balk verbal. Beberapa media yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok media audio antara lain adalah radio, dan alat perekam pita magnetik, alat perekam pita kaset.
3)    Media Proyeksi
Media proyeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis, dalam arti dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Bahan-bahan grafis banyak digunakan juga dalam media proyeksi diam. Media proyeksi gerak, pembuatannya juga memerlukan bahan-bahan grafis, misalnya untuk lembar peraga (captions). Dengan menggunakan perangkat computer (multi media), rekayasa projeksi gerak lebih bervariasi, dan dapat dikerjakan hampir keseluruhannya menggunakan perangkat komputer. Untuk mengajarkan skill (keterampilan motorik) proyeksi gerak mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan proyeksi diam. Beberapa media proyeksi antara lain adalah sebagai berikut :
(a)  film bingkai,
(b) film rangkai,
(c)  film gelang (loop),
(d) film transparasi,
(e)  film gerak 8 mm, 16mm, 32 mm, dan
(f)  televisi dan video.
Brezt (dalam Arief S. Sadiman, 2006:20) mengidentifikasi ciri utama  media menjadi tiga unsur pokok ialah suara, visual, dan gerak.  Brezt juga mengelompokkan alat peraga ini menjadi 8 klasifikasi, yaitu sebagai berikut :
(a)  Media audio visual gerak.
(b) Media audio visual diam.
(c)  Media audio semi gerak.
(d) Media visual gerak.
(e)  Media visual diam.
(f)  Media semi gerak.
(g) Media audio.
(h) Media cetak
Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media komputer dengan program power point. Penggunaan media ini termasuk dalam media proyeksi yaitu alat yang dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual.
Berbagai alat peraga yang telah dikemukakan di atas, dapat dianggap sebagai penunjang untuk meningkatkan motivasi dan mengembangkan daya kreatifitas siswa dalam proses belajarnya.
Menurut Nasution (2005:110) ”Komputer adalah hasil teknologi modern yang membuka kemungkinan-kemungkinan yang besar alat pendidikan.   Komputer berasal dari bahasa latin computare yang mengandung arti menghitung (Romi S.W., 2006). Karena luasnya bidang garapan ilmu komputer, para pakar dan peneliti sedikit bebeda dalam mendefinisikan teknologi komputer.
1.    Menurut Hamacher (dalam Romi S.W., 2006) komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan di memorinya dan menghasilkan output berupa informasi.
2.    Menurut Blissmer (dalam Romi S.W., 2006) komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas sebagai berikut:
a)    menerima input
b)    memproses input tadi sesuai dengan programnya
c)    menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahan
d)    menyediakan output dalam bentuk informasi.
3.    Sedangkan Fuori (dalam Romi S.W., 2006) berpendapat bahwa komputer adalah suatu pemroses data yang dapat melakukan perhitungan bear secara tept, termasuk perhitungan aritmatika dan operasi logika, tanpa campur tangan dari manusia.
Jadi dapat disimpulkan, untuk mewujudkan konsep komputer sebagai pengolah data untuk menghasilkan suatu informasi, maka diperlukan sistem komputer (computer system) yang elemennya terdiri dari hardware, software dan brainware. Ketiga elemen sistem komputer tersebut saling berhubungan dan membentuk kesatuan. Hardware tidak akan berfungsi apabila tanpa software, demikian juga sebaliknya. Dan keduanya tiada brmanfaat apabila ada manusia (brainware) yang mengoprasikan dan mngendalikannya.
Sedangkan Microsoft Power Point adalah suatu software yang akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang efektif, professional, dan juga mudah. Microsoft Power Point akan membantu sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas tujuannya jika dipresentasikan karena Microsoft Power Point akan membantu dalam pembuatan slide, outline presentasi, presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk clip art yang menarik,yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor komputer (Jufriady Hidayat, 2008).
Dalam buku paduan microsoft powerpoint (2002: 3) powerpoint 97 adalah suatu program yang digunakan untuk membuat slide atau presentasi yang sangat profesional. Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis multi media.
Dalam semua literatur selalu dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses belajar siswa. Motivasi menjadi penggerak bagi perbuatan seseorang. Tanpa memiliki motivasi seseorang dapat diibaratkan seperti mobil tanpa motor pengegrak, seperti orang berjalan tanpa semangat. Karena itu motivasi dalam proses belajar siswa sangat penting ketika di rumah maupun di sekolah. Maka banyak ahli penyusun suatu pengertian (definisi) tentang motivasi. Diantaranya Purwanto (1993:61) yang menyatakan bahwa “motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang”. Selanjut­nya, menurut Winataputra (1994/1995:102) “motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku”. Demikian juga disebutkan oleh Rosyidan, dkk (1996:37) bahwa “motivasi diartikan sebagai pendorong atau penggerak bagi terjadinya perbuatan”.
Belajar akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada siswa. Purwanto (1993:84) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau pengertian”.
Demikian juga yang disebutkan oleh Slameto (2003:2) bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan perbuatan persiapan mengajar, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa. Sebagai ilustrasi, keinginan anak untuk membaca majalah misalnya, terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indra untuk mengucap kata. Keberhasilan mengucap kata dari simbol pada huruf-huruf mendorong keinginan menyelesaikan tugas baca. Dimyati; Mudjiono, 2002 (dalam Monks, 1989; Singgih Gunarso, 1990: 97).
Perilaku anak yang tidak termotivasi menunjukkan gejala pada anak seperti sikap tidak sungguh-sungguh memahami pelajaran selama proses belajar mengajar, apatis atau masa bodoh terhadap apa yang disajikan sekolah, dan sering kali menghindar dari situasi belajar, dan sekolah. Salah satu bentuk perilaku yang tidak termotivasi untuk belajar adalah lesu dan tidak bersemangat. Orang yang tidak bersemangat dalam belajar berarti lesu. Lesu berarti kurang bergairah. Kurang bergairah berarti kurang motivasi (Djamarah, tanpa tahun: 13-14)
Timbulnya motivasi disebabkan karena adanya kebutuhan, begitu kebutuhan mulai dihayati maka timbul dorongan untuk memuaskan, oleh sebab itu penghayatan akan kebutuhan akan menjadi sumber motivasi dalam kehidupan manusia. Apabila siswa-siswa mempunyai motivasi positif maka ia akan (1) memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta, (2) bekerja keras, serta memberikan waktu kepada usaha tersebut, dan (3) terus bekerja sampai tugas terselesaikan (Worell dan Stillwell dalam Rosyidan dkk: 42).
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian awal bahwa layanan informasi adalah layana  bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dana memahami berbagai informasi.
Oleh karena itu, pemberian layanan informasi yang tepat dan baik terhadap siswa, maka siswa akan termotivasi untuk rajin belajar. Sebaliknya informasi yang kurang baik dan kurang tepat yang diberikan kepada siswa maka siswa akan malas mengikuti pelajaran. Dengan demikian layanan informasi yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan penelitian model konseling ini pada SMP Negeri 1 Jiwan,, Kabupaten Madiun dengan Subyek penelitian model konseling di sini adalah siswa kelas IXG tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 24 siswa.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dengan dua kali siklus (putaran). Tiap siklus terdapat empat tahapan lazim di lalui yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) evaluasi (Suharsimi Arikunto, 2006 : 16).
Instrumen yang digunakan untuk mengambil data motivasi belajar siswa adalah observasi, angket dan wawancara. Observasi yaitu untuk mengetahui aktivitas kegiatan siswa dengan menggunakan pedoman observasi. Angket digunakan untuk mengungkap data motivasi belajar siswa yang disusun berdasarkan jabaran sub variabel motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang masing-masing item memuat alternatif jawaban yang memiliki bobot yang sama untuk masing-masing soal. Sedangkan wawancara bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang meliputi pengukuran atau analisis kualitatif

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.    Perencanaan
Materi layanan informasi yang akan diberikan pada siklus I ini adalah pengertian belajar dan cara belajar yang efektif. Siklus I ini berlangsung 4 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 1 x 40 menit.
2.    Pelaksanaan
Peneliti bersama kolabolator memasuki kelas secara bersama-sama yang akan membantu dalam pengambilan data untuk lembar observasi aspek aktivitas siswa. Kegiatan pemberian layanan informasi ini dilaksanakan di dalam kelas tindakan pada setiap kegiatan dapat dilihat pada lampiran tentang skenario layanan.
3.    Evaluasi Layanan Informasi dan Hasil Observasi Pelaksanaan
Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian tindakan yang sudah disediakan. Kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel, dicari skor rata-rata dan diklasifikasikan menurut prosentasenya.

Siklus I
Hasil klasifikasi motivasi belajar sebelum diadakan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Klasifikasi Motivasi Belajar Sebelum Tindakan
No
Klasifikasi
Jumlah
Prosentase
1
2
3
4
5
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
0
4
7
10
3
0%
16,67%
29,17%
41,67%
12,50%

Jumlah
24
100%

Hasil evaluasi sebelum siklus I, yaitu kondisi awal siswa yang diambil dari hasil test awal sebelum siklus I. Dari 24 siswa tersebut, kreteria baik sebanyak 4 siswa sehingga mencapai 16,67%, kategori cukup sebanyak 7 siswa sehingga mencapai 29,17%, kategori kurang sebanyak 10 siswa sehingga mencapai 41,67% dan kategori sangat kurang sebanyak 3 siswa sehingga mencapai 12,50%.

Tabel 4.2 Klasifikasi Motivasi Belajar Sesudah Tindakan pada Siklus I
No
Klasifikasi
Jumlah
Prosentase
1
2
3
4
5
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
6
9
8
1
0
25%
37,5%
33,33%
4,17%
0%

Jumlah
24
100%

Hasil evaluasi pada siklus I dari 24 siswa tersebut, kreteria sangat baik sebanyak 6 siswa sehingga mencapai 25%, kategori baik sebanyak 9 siswa sehingga mencapai 37,5%, kategori cukup sebanyak 8 siswa sehingga mencapai 33,33% dan kategori kurang sebanyak 2 siswa sehingga mencapai 4,17%.
Ditinjau dari taraf keberhasilan siswa tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Taraf Keberhasilan Tindakan Ditinjau dari Aspek Siswa
No
Diskriptor
Frekwensi
Prosentase
Kategori
1
Keaktifan siswa berdiskusi tentang cara belajar yang efektif 
16
67%
Baik
2
Keaktifan siswa dalam ber-diskusi tentang penerapan cara belajar
15
63%
Cukup
3
Keaktifan siswa dalam bertanya
13
54%
Cukup
4
Keaktifan siswa dalam me-respon pertanyaan-pertanyaan
12
50%
Cukup
5
Mencatat konsep atau hal-hal yang penting dengan cepat
18
75%
Baik
6
Memperhatikan penjelasan yang disampaikan dalam diskusi 
13
54%
Cukup
7
Memperhatikan penjelasan yang disampaikan pembimbing pada waktu pembahasan di kelas
18
75%
Baik

Jumlah
105
438%


Rata-rata
15,00
62,50
Baik

Dari tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa skor hasil observasi pada layanan informasi yang telah berlangsung secara klasikal dengan jumlah siswa sebesar 24, setiap indikator siswa rata-rata 15,00 dengan target tercapai 62,50%. Dengan melihat pedoman taraf keberhasilan tindakan seperti yang tercantum pada tabel 4.5 maka keberhasilan tindakan pada Siklus I termasuk kategori Baik.

Siklus II
Tabel 4.4 Klasifikasi Motivasi Belajar Sesudah Tindakan pada Siklus II
No
Klasifikasi
Jumlah
Prosentase
1
2
3
4
5
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
13
10
1
0
0
54,17%
41,67%
4,17%
0%
0%

Jumlah
24
100%

Hasil evaluasi pada siklus II dari 24 siswa tersebut, kreteria sangat baik sebanyak 13 siswa sehingga mencapai 54,17%, kategori baik sebanyak 10 siswa sehingga mencapai 41,67%, kategori cukup sebanyak 1 siswa sehingga mencapai 4,17%.
Sedangkan observasi selama proses pemberian layanan informasi cara belajar efektif terhadap siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Taraf Keberhasilan Tindakan Ditinjau dari Aspek Siswa
No
Diskriptor
Frekwensi
Prosentase
Kategori
1
Keaktifan siswa berdiskusi tentang cara belajar yang efektif 
22
92%
Sangat baik
2
Keaktifan siswa dalam ber-diskusi tentang penerapan cara belajar yang efektif
18
75%
Baik
3
Keaktifan siswa dalam ber-tanya
16
67%
Baik
4
Keaktifan siswa dalam me-respon pertanyaan-pertanyaan
20
83%
Baik
5
Mencatat konsep atau hal-hal yang penting dengan cepat
23
96%
Sangat baik
6
Memperhatikan penjelasan yang disampaikan dalam diskusi 
18
75%
Baik
7
Memperhatikan penjelasan yang disampaikan pembimbing pada waktu pembahasan di kelas
22
92%
Sangat baik

Jumlah
230
579%


Rata-rata
32,86
82,74
Sangat baik

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa skor hasil observasi pada layanan informasi yang telah berlangsung untuk semua indikator aktivitas siswa telah dilaksanakan. Dari seluruh siswa rata-rata 82,74% setiap indikator siswa aktif. Hal ini menunjukkan bahwa layanan informasi yang peneliti laksanakan bahwa layanan informasi yang peneliti laksanakan, aktivitas siswa optimal kegiatannya.

PENUTUP

Simpulan

Sesuai dengan hasil pembahasan adalah sebagai berikut:
1.       Pemberian layanan informasi cara belajar efektif dengan menggunakan media komputer program power point dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat pada Siklus I meningkat 17,78% sedangkan pada Siklus II meningkat sebesar 17,15%. 
2.       Sedangkan Aktivitas siswa dalam layanan informasi cara belajar efektif yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan siswa aktif dan merasa senang mengikuti kegiatan layanan informasi berlangsung di kelas. Siswa aktif dalam mencermati materi layanan, melakukan pencatatan, bekerjasama, berdiskusi untuk memahami konsep cara belajar yang efektif.

Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan dan diuraikan pada bab terdahulu bahwa layanan informasi cara belajar yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa maka dapat peneliti sarankan beberapa hal sebagai berikut:
1.       Motivasi belajar siswa akan meningkat jika cara pemberian layanan informasi cara belajar efektif tidak selalu tetap/monoton (rutinitas).
2.       Pengelolaan pemberian layanan informasi cara belajar efektif dengan menggunakan media komputer power point hendaknya selalu dan terus dikembangkan.
3.       Agar siswa mempunyai motivasi belajar yang kuat maka keberanian guru untuk mencoba hal-hal yang baru hendaknya dibina dan ditingkatkan lebih-lebih dalam layanan informasi tentang cara belajar yang efektif.
4.       Mencari pengetahuan dan banyak membaca model-model layanan bimbingan yang dikembangkan oleh beberapa pakar hendaknya dibudayakan dan dikembangkan yang pada gilirannya untuk diujicobakan.








DAFTAR PUSTAKA

Djumarah, dkk. 1996, Belajar dan Pembelajaran. Malang: FIP-IKIP Malang.

Elida Prayitno, Motivasi Dalam Belajar, Dirjen Dikti Proyek Pengembangan LPTK, Jakarta: 1989.

Indrakusuma. 1995. Psikologi Anak. Jakarta: Gunung Agung.

Nasution. 2005. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, Ngalim. 1993. Ilmu Pendidikan dan Teori Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rosyidan, dkk. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Malang: FIP – IKIP Malang.

Singgih D. Gunarso1990, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT BPK Gunung Mulia.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Teguh Wahyono. Tanpa tahun. Sistem Informasi. Konsep Dasar, Analisis Desain dan Implementasi, Graha Ilmu.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, Depen dan Kebudayaan, Jakarta: 1995.

Winataputra, Udin S. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikdasmen, Proyek Peningkatan Mutu Guru SLTP Setara D-III.

Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Yusuf, Pawit M. 1998. Pedoman Mencari Informasi. Bandung: CV Remaja Karya.


1 komentar:

  1. Play Online Slots for Real Money with LuckyClub - Lucky Club
    Play online slots for real luckyclub money with Lucky Club and enjoy the best bonuses at our casino. Play online slots online for free at Lucky Club.

    BalasHapus