PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER POWER POINT SEBAGAI
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA LAYANAN INFORMASI CARA BELAJAR EFEKTIF SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 1
JIWAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh : Drs. Y. BUDI UTOMO
SMPN 1 JIWAN KABUPATEN
MADIUN
ABSTRAK :
Kata Kunci : Media Komputer Power Point, Motivasi Belajar
Rendahnya motivasi belajar siswa klas IXG SMP Negeri 1 Jiwan mendorong peneliti
untuk melakukan tindakan dengan memberikan Layanan Informasi cara belajar
efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan media komputer power point.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian Layanan
Informasi cara belajar efektif dengan
media komputer power point dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwana
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 24 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Setiap siklus
dalam pelaksanaannya menggunakan skenario pemberian layanan yang meliputi,
angket, observasi dan wawancara dalam pengumpulan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil angket dan
hasil observasi Siklus II ditinjau dari aspek pemahaman cara belajar efektif
maupun aktivitas siswa telah terdapat peningkatan yang tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan presentasi aktivitas siswa dalam kegiatan layanan informasi
di kelas memberikan hasil yang memuaskan karena jumlah siswa di kelas sebagian
besar aktif. Pada Siklus I rata-rata sebesar 64,17% dan pada Siklus II meningkat menjadi
rata-rata 81,32% berarti ada
peningkatan motivasi belajar sebesar 17,15%.
Berdasaran hasil
penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan media komputer power point dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa pada layanan informasi cara belajar efektif siswa kelas IXG SMP Negeri 1
Jiwan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi selanjutnya disingkat IPTEK yang semakin cepat dalam era
globalisasi merupakan salah satu ciri utama dari masyarakat masa depan.
Perkembangan IPTEK tersebut dapat berdampak positif maupun negatif tergantung pada kesiapan
bangsa serta kondisi sosial budayanya untuk menerima informasi dan teknologi
tersebut. Segi positif dari perkembangan IPTEK diantaranya adalah dapat
dimanfaatkan dalam menunjang layanan informasi klasikal.
Layanan informasi
klasikal sebagai suatu sistem,
memiliki sejumlah komponen, tujuan bimbingan,
metode, strategi materi/bahan ajar, evaluasi dan penunjang/media. Dari sini tampak
bahwa media merupakan salah satu komponen dalam layanan informasi klasikal, sehingga kedudukannya tidak hanya sekedar sebagai
alat bantu memberikan
layanan informasi tetapi
sebagai bagian integral dalam proses layanan bimbingan dan konseling.
Untuk menciptakan kondisi layanan informasi yang baik, maka seorang guru dituntut
untuk mengetahui, memilih dan menerapkan strategi layanan informasi yang cocok
dengan kondisi siswa dan lingkungannya. Strategi layanan informasi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seorang guru bimbingan dan konseling yang meliputi metode layanan, media yang tersedia,
sumber layanan
informasi dan sarana lain yang
dapat menunjang.
Media pembelajaran yang dipilih
dan disiapkan secara teliti diharapkan dapat memenuhi salah satu atau lebih
tujuan pembelajaran berikut: memotivasi siswa, melibatkan siswa dalam
pengalaman layanan
informasi yang bermakna,
melaksanakan layanan
informasi klasikal,
menjelaskan dan menggambarkan materi layanan informasi. Media juga dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, minat siswa lebih
termotivasi dalam layanan
informasi.
Pada kenyataannya di SMP Negeri
1 Jiwan, metode dan media yang digunakan guru dalam mengajar masih menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab. Metode ini sering digunakan mengingat tidak
membutuhkan saran yang rumit, seperti alat peraga dan alat bantu layanan informasi lainnya. Dengan berbekal buku penunjang,
guru sudah dapat menyampaikan materi sesuai dengan rencana layanan informasi yang disusun sebelumnya. Dengan metode
tersebut, siswa merasa jenuh, bosan, dan kurang berminat dan layanan informasi yang disajikan guru bimbingan dan konseling. Hal ini ditandai dengan sikap acuh tak
acuh, berbicara dan berbisik-bisik dengan teman sebangku atau melamun pada saat
guru menyampaikan materi pelajarannya.
Oleh karena itu, perlu adanya
upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, salah satunya dengan
menggunakan teknologi terbaru, yaitu dengan komputer. Banyak fasilitas yang
dapat dimanfaatkan dari komputer dapat membantu guru bimbingan dan konseling dalam menyampaikan materi layanan informasi kepada siswa secara lebih variatif.
Misalnya, perangkat komputer disertai dengan program Power Point dan animasi,
kemudian ditampilkan dengan bantuan LCD Projector akan menumbuhkan ketertarikan
pada materi yang disajikan guru bimbingan dan konseling.
Di samping itu, keberadaan komputer untuk saat ini sudah bukan barang mewah,
artinya sekolah mampu mengadakan peralatan tersebut dengan harga terjangkau.
Saat ini komputer merupakan
alat yang sudah dikenal luas oleh masyarakat termasuk di bidang pendidikan.
Komputer dapat menyampaikan pengajaran secara langsung kepada para siswa
melalui cara berinteraksi dengan materi layanan informasi yang diprogramkan ke dalam sistem. Inilah yang
disebut pembelajaran dengan berbantuan komputer atau Computer Assisted
Instruction (CAI).
Layanan informasi
klasikal merupakan layanan bimbingan dan konseling yang abstrak sehingga banyak siswa merasa
kesulitan dalam menerima
materi layanan informasi.
Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah cara belajar efektif. Hal ini diketahui berdasarkan informasi
dari salah satu guru mata pelajaran SMP Negeri 1 Jiwan. Selain itu peneliti
memilih materi cara
belajar efektif karena kurang motivasi belajar siswa sangat
rendah. Karena itu untuk
menerangkan materi layanan
informasi ini dibutuhkan suatu
media yang dapat membantu siswa memahami materi layanan informasi.
Salah satu cara membantu
mengatasi kesulitan siswa adalah dengan memberikan suatu media layanan informasi yang
interaktif dan menarik siswa. Media layanan informasi yang digunakan yaitu menggunakan komputer, dimana siswa akan dihadapkan pada suatu
program layanan
informasi yang dibuat menarik
dan interaktif, seperti program Microsoft Power Point. Karena dalam program
Microsoft Power Point terdapat animasi-animasi yang menarik.
Berdasarkan
uraian diatas peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul: Penggunaan Media Komputer Power Point Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar Pada Layanan Informasi Cara Belajar Efektif Siswa Kelas IXG SMP Negeri 1
Jiwan Tahun Pelajaran 2014/2015.
KAJIAN PUSTAKA
Seorang guru
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar yang diterima akan tahan
lama atau meresap harus menggunakan media atau alat bantu mengajar juga disebut
alat peraga yang dapat merespon daya pikir anak secara tepat.
Menurut Toto Hernawo
(2007) media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Secara sederhana, media
dapat diartikan sebagai semua alat yang memiliki fungsi untuk menyampaikan
pesan. Kata media
sendiri berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah berarti perantara atau penghantar. Media juga dapat
diartikan sarana yang membantu proses komunikasi.
Selanjutnya beberapa
pengertian media yang dikemukakan oleh para ahli yaitu:
1. Menurut Santoso S. Hamijaya
(dalam Ahmad Rohani, 1997:2) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai
orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima.
2. Menurut Blake and Haralsen (dalam
Ahmad Rohani, 1997:2) media adalah medium yang digunakan untuk membawa atau
menyampaikan sesuatu pesan dimana medium ini merupakan jalan atau alat dengan
suatu pesan berjalan antara komunikator dengan komunikan (Blake and Haralsen).
3. AECT (Association of Education
and Communication Technology) (dalam Ahmad Rohani, 1997:2) menyatakan media
adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi.
Segala bentuk dalam pengertian di atas adalah media tidak hanya terbatas pada
media-media yang dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan tertentu, akan
tetapi keberadaannya juga hanya dimanfaatkan untuk memperjelas atau mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi atau pesan tertentu.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2001:726) menyebutkan kata “media” berarti alat,
perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan perantara penyalur
informasi belajar atau penyalur pesan kepada peserta didik/siswa.
Jadi, dapat
disimpulkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Sedangkan
pengembangan media adalah proses, cara, pembuatan mengembangkan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran,
perasaan perhatian dan kemauan siswa sehingga diharapkan mampu mendorong
terjadinya proses belajar pada diri pembelajar.
Kemajuan yang
dicapai oleh manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membuat ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat. Pola hidup
manusia dengan kemajuan ilmu dan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan
mungkin wadah paling menonjol dalam rangka kemajuan itu. Dalam rangka kegiatan
pendidikan, ada beberapa media yang dapat digunakan, mulai dari yang sederhana
sampai kepada yang canggih. Menurut Suwarna (2006:134), media pembelajaran
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok antara lain sebagai berikut:
1) Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang
menuangkan pesan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi verbal. Arti
simbol-simbol tersebut perlu dipahami dengan benar, agar proses penyampaian
pesan dapat berhasil dengan baik dan efisien. Selain fungsi tersebut grafis
secara khusus berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,
mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat terlupakan bila
tidak digrafiskan (divisualkan). Bentuk-bentuk
media grafis antara lain adalah :
(a) gambar foto,
(b) sketsa,
(c) diagram,
(d) bagan (chart),
(e) grafik,
(f) kartun,
(g) poster,
(h) peta,
(i) papan flannel, dan papan
bulletin.
2) Media Audio
Media audio berkaitan dengan indera pendengaran.
Pesan yang disampaikan melalui media audio dituangkan ke dalam lambang-lambang
auditif, balk verbal. Beberapa media yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok
media audio antara lain adalah radio, dan alat perekam pita magnetik, alat
perekam pita kaset.
3) Media Proyeksi
Media proyeksi diam memiliki persamaan dengan
media grafis, dalam arti dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual.
Bahan-bahan grafis banyak digunakan juga dalam media proyeksi diam. Media
proyeksi gerak, pembuatannya juga memerlukan bahan-bahan grafis, misalnya untuk
lembar peraga (captions). Dengan menggunakan perangkat computer (multi media),
rekayasa projeksi gerak lebih bervariasi, dan dapat dikerjakan hampir
keseluruhannya menggunakan perangkat komputer. Untuk mengajarkan skill (keterampilan
motorik) proyeksi gerak mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan proyeksi
diam. Beberapa media proyeksi
antara lain adalah sebagai berikut :
(a) film bingkai,
(b) film rangkai,
(c) film gelang (loop),
(d) film transparasi,
(e) film gerak 8 mm, 16mm, 32
mm, dan
(f) televisi dan video.
Brezt (dalam Arief S. Sadiman, 2006:20)
mengidentifikasi ciri utama media
menjadi tiga unsur pokok ialah suara, visual, dan gerak. Brezt juga mengelompokkan alat peraga ini menjadi 8
klasifikasi, yaitu sebagai berikut :
(a) Media audio visual gerak.
(b) Media audio visual diam.
(c) Media audio semi gerak.
(d) Media visual gerak.
(e) Media visual diam.
(f) Media semi gerak.
(g) Media audio.
(h) Media cetak
Dalam penelitian ini media yang digunakan adalah media
komputer dengan program power point. Penggunaan media ini termasuk dalam media proyeksi
yaitu alat yang dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual.
Berbagai alat peraga yang telah
dikemukakan di atas, dapat dianggap sebagai penunjang untuk meningkatkan
motivasi dan mengembangkan daya kreatifitas siswa dalam proses belajarnya.
Menurut
Nasution (2005:110) ”Komputer adalah hasil teknologi modern yang membuka
kemungkinan-kemungkinan yang besar alat pendidikan. Komputer berasal dari bahasa latin computare
yang mengandung arti menghitung (Romi S.W.,
2006). Karena luasnya bidang garapan ilmu komputer, para pakar dan
peneliti sedikit bebeda dalam mendefinisikan teknologi komputer.
1. Menurut Hamacher (dalam
Romi S.W., 2006) komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan
dapat menerima informasi input digital, kemudian memprosesnya sesuai dengan
program yang tersimpan di memorinya dan menghasilkan output berupa informasi.
2. Menurut Blissmer (dalam
Romi S.W., 2006) komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan
beberapa tugas sebagai berikut:
a) menerima input
b) memproses input tadi
sesuai dengan programnya
c) menyimpan
perintah-perintah dan hasil pengolahan
d) menyediakan output dalam
bentuk informasi.
3. Sedangkan Fuori (dalam
Romi S.W., 2006) berpendapat bahwa komputer adalah suatu pemroses data yang
dapat melakukan perhitungan bear secara tept, termasuk perhitungan aritmatika
dan operasi logika, tanpa campur tangan dari manusia.
Jadi dapat
disimpulkan, untuk mewujudkan konsep komputer sebagai pengolah data untuk
menghasilkan suatu informasi, maka diperlukan sistem komputer (computer
system) yang elemennya terdiri dari hardware, software dan brainware.
Ketiga elemen sistem komputer tersebut saling berhubungan dan membentuk
kesatuan. Hardware tidak akan berfungsi apabila tanpa software, demikian juga
sebaliknya. Dan keduanya tiada brmanfaat apabila ada manusia (brainware)
yang mengoprasikan dan mngendalikannya.
Sedangkan Microsoft Power Point
adalah suatu software yang akan membantu dalam menyusun sebuah presentasi yang
efektif, professional, dan juga mudah. Microsoft Power Point akan membantu
sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan jelas tujuannya jika dipresentasikan
karena Microsoft Power Point akan membantu dalam pembuatan slide, outline
presentasi, presentasi elektronika, menampilkan slide yang dinamis, termasuk
clip art yang menarik,yang semuanya itu mudah ditampilkan di layar monitor
komputer (Jufriady Hidayat,
2008).
Dalam buku
paduan microsoft powerpoint (2002: 3) powerpoint 97 adalah suatu program yang
digunakan untuk membuat slide atau presentasi yang sangat profesional.
Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan
oleh perusahaan Microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis multi
media.
Dalam semua literatur selalu dikatakan
bahwa motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses
belajar siswa. Motivasi menjadi penggerak bagi perbuatan seseorang. Tanpa
memiliki motivasi seseorang dapat diibaratkan seperti mobil tanpa motor
pengegrak, seperti orang berjalan tanpa semangat. Karena itu motivasi dalam
proses belajar siswa sangat penting ketika di rumah maupun di sekolah. Maka
banyak ahli penyusun suatu pengertian (definisi) tentang motivasi. Diantaranya
Purwanto (1993:61) yang menyatakan bahwa “motivasi adalah suatu pernyataan yang
kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu
tujuan atau perangsang”. Selanjutnya, menurut Winataputra (1994/1995:102)
“motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku”.
Demikian juga disebutkan oleh Rosyidan, dkk (1996:37) bahwa “motivasi diartikan
sebagai pendorong atau penggerak bagi terjadinya perbuatan”.
Belajar akan berhasil apabila didasarkan
pada motivasi yang ada pada siswa. Purwanto (1993:84) menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan belajar adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau pengertian”.
Demikian juga yang disebutkan oleh Slameto
(2003:2) bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi
belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan
perbuatan persiapan mengajar, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru
menguatkan motivasi belajar siswa. Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi
kemandirian siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil
belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan,
artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.
Sebagai ilustrasi, keinginan anak untuk membaca majalah misalnya, terpengaruh
oleh kesiapan alat-alat indra untuk mengucap kata. Keberhasilan mengucap kata
dari simbol pada huruf-huruf mendorong keinginan menyelesaikan tugas baca.
Dimyati; Mudjiono, 2002 (dalam Monks, 1989; Singgih Gunarso, 1990: 97).
Perilaku anak yang tidak termotivasi
menunjukkan gejala pada anak seperti sikap tidak sungguh-sungguh memahami
pelajaran selama proses belajar mengajar, apatis atau masa bodoh terhadap apa
yang disajikan sekolah, dan sering kali menghindar dari situasi belajar, dan
sekolah. Salah satu bentuk perilaku yang tidak termotivasi untuk belajar adalah
lesu dan tidak bersemangat. Orang yang tidak bersemangat dalam belajar berarti
lesu. Lesu berarti kurang bergairah. Kurang bergairah berarti kurang motivasi
(Djamarah, tanpa tahun: 13-14)
Timbulnya motivasi disebabkan karena adanya
kebutuhan, begitu kebutuhan mulai dihayati maka timbul dorongan untuk
memuaskan, oleh sebab itu penghayatan akan kebutuhan akan menjadi sumber
motivasi dalam kehidupan manusia. Apabila siswa-siswa mempunyai motivasi
positif maka ia akan (1) memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin
ikut serta, (2) bekerja keras, serta memberikan waktu kepada usaha tersebut,
dan (3) terus bekerja sampai tugas terselesaikan (Worell dan Stillwell dalam
Rosyidan dkk: 42).
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian
awal bahwa layanan informasi adalah layana
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima
dana memahami berbagai informasi.
Oleh karena itu, pemberian layanan
informasi yang tepat dan baik terhadap siswa, maka siswa akan termotivasi untuk
rajin belajar. Sebaliknya informasi yang kurang baik dan kurang tepat yang
diberikan kepada siswa maka siswa akan malas mengikuti pelajaran. Dengan
demikian layanan informasi yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan
penelitian model konseling ini pada
SMP Negeri 1 Jiwan,, Kabupaten Madiun dengan Subyek penelitian model konseling di sini adalah
siswa kelas IXG tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 24 siswa.
Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dengan dua kali siklus (putaran).
Tiap siklus terdapat empat tahapan lazim di lalui yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) evaluasi (Suharsimi Arikunto, 2006 : 16).
Instrumen yang digunakan untuk
mengambil data motivasi belajar siswa adalah observasi, angket dan wawancara. Observasi yaitu untuk mengetahui aktivitas kegiatan
siswa dengan menggunakan pedoman observasi. Angket
digunakan untuk mengungkap data motivasi belajar siswa yang disusun berdasarkan
jabaran sub variabel motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang
masing-masing item memuat alternatif jawaban yang memiliki bobot yang sama
untuk masing-masing soal. Sedangkan wawancara bertujuan untuk mengumpulkan
informasi yang meliputi pengukuran atau analisis kualitatif
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
1. Perencanaan
Materi
layanan informasi yang akan diberikan pada siklus I ini adalah pengertian
belajar dan cara belajar yang efektif. Siklus I ini berlangsung 4 kali
pertemuan, masing-masing pertemuan 1 x 40 menit.
2. Pelaksanaan
Peneliti
bersama kolabolator memasuki kelas secara bersama-sama yang akan membantu dalam
pengambilan data untuk lembar observasi aspek aktivitas siswa. Kegiatan
pemberian layanan informasi ini dilaksanakan di dalam kelas tindakan pada
setiap kegiatan dapat dilihat pada lampiran tentang skenario layanan.
3. Evaluasi Layanan Informasi dan Hasil
Observasi Pelaksanaan
Evaluasi
dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian tindakan yang sudah disediakan.
Kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel, dicari skor rata-rata dan
diklasifikasikan menurut prosentasenya.
Siklus I
Hasil klasifikasi motivasi belajar sebelum diadakan penelitian tindakan
kelas adalah sebagai berikut:
Tabel
4.1 Klasifikasi Motivasi Belajar Sebelum Tindakan
No
|
Klasifikasi
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
|
0
4
7
10
3
|
0%
16,67%
29,17%
41,67%
12,50%
|
|
Jumlah
|
24
|
100%
|
Hasil evaluasi sebelum
siklus I, yaitu kondisi awal siswa yang diambil dari hasil test awal sebelum
siklus I. Dari 24 siswa tersebut, kreteria baik sebanyak 4 siswa sehingga mencapai 16,67%, kategori cukup sebanyak 7 siswa sehingga mencapai 29,17%, kategori kurang sebanyak 10 siswa sehingga mencapai 41,67% dan kategori sangat kurang sebanyak 3 siswa sehingga mencapai 12,50%.
Tabel 4.2 Klasifikasi
Motivasi Belajar Sesudah Tindakan pada Siklus I
No
|
Klasifikasi
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
|
6
9
8
1
0
|
25%
37,5%
33,33%
4,17%
0%
|
|
Jumlah
|
24
|
100%
|
Hasil evaluasi pada
siklus I dari 24 siswa
tersebut, kreteria sangat
baik sebanyak 6 siswa sehingga mencapai 25%, kategori baik
sebanyak 9 siswa sehingga mencapai 37,5%, kategori cukup sebanyak
8 siswa sehingga mencapai 33,33% dan kategori kurang sebanyak 2 siswa sehingga mencapai 4,17%.
Ditinjau dari taraf keberhasilan siswa tindakan pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Taraf Keberhasilan
Tindakan Ditinjau dari Aspek Siswa
No
|
Diskriptor
|
Frekwensi
|
Prosentase
|
Kategori
|
1
|
Keaktifan siswa
berdiskusi tentang cara belajar yang efektif
|
16
|
67%
|
Baik
|
2
|
Keaktifan siswa
dalam ber-diskusi tentang penerapan cara belajar
|
15
|
63%
|
Cukup
|
3
|
Keaktifan siswa
dalam bertanya
|
13
|
54%
|
Cukup
|
4
|
Keaktifan siswa
dalam me-respon pertanyaan-pertanyaan
|
12
|
50%
|
Cukup
|
5
|
Mencatat konsep
atau hal-hal yang penting dengan cepat
|
18
|
75%
|
Baik
|
6
|
Memperhatikan
penjelasan yang disampaikan dalam diskusi
|
13
|
54%
|
Cukup
|
7
|
Memperhatikan
penjelasan yang disampaikan pembimbing pada waktu pembahasan di kelas
|
18
|
75%
|
Baik
|
|
Jumlah
|
105
|
438%
|
|
|
Rata-rata
|
15,00
|
62,50
|
Baik
|
Dari tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa skor hasil observasi
pada layanan informasi yang telah berlangsung secara klasikal dengan jumlah
siswa sebesar 24, setiap indikator siswa rata-rata 15,00 dengan target tercapai 62,50%. Dengan melihat pedoman taraf keberhasilan tindakan
seperti yang tercantum pada tabel 4.5 maka keberhasilan tindakan pada Siklus I
termasuk kategori Baik.
Siklus II
Tabel 4.4 Klasifikasi
Motivasi Belajar Sesudah Tindakan pada Siklus II
No
|
Klasifikasi
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
2
3
4
5
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
|
13
10
1
0
0
|
54,17%
41,67%
4,17%
0%
0%
|
|
Jumlah
|
24
|
100%
|
Hasil evaluasi pada
siklus II dari 24 siswa tersebut, kreteria sangat baik sebanyak 13 siswa
sehingga mencapai 54,17%, kategori baik
sebanyak 10 siswa sehingga mencapai 41,67%, kategori cukup sebanyak
1 siswa sehingga mencapai 4,17%.
Sedangkan observasi selama proses pemberian layanan
informasi cara belajar efektif terhadap siswa pada Siklus II dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Taraf Keberhasilan
Tindakan Ditinjau dari Aspek Siswa
No
|
Diskriptor
|
Frekwensi
|
Prosentase
|
Kategori
|
1
|
Keaktifan siswa
berdiskusi tentang cara belajar yang efektif
|
22
|
92%
|
Sangat
baik
|
2
|
Keaktifan siswa
dalam ber-diskusi tentang penerapan cara belajar yang efektif
|
18
|
75%
|
Baik
|
3
|
Keaktifan siswa
dalam ber-tanya
|
16
|
67%
|
Baik
|
4
|
Keaktifan siswa
dalam me-respon pertanyaan-pertanyaan
|
20
|
83%
|
Baik
|
5
|
Mencatat konsep
atau hal-hal yang penting dengan cepat
|
23
|
96%
|
Sangat
baik
|
6
|
Memperhatikan
penjelasan yang disampaikan dalam diskusi
|
18
|
75%
|
Baik
|
7
|
Memperhatikan
penjelasan yang disampaikan pembimbing pada waktu pembahasan di kelas
|
22
|
92%
|
Sangat
baik
|
|
Jumlah
|
230
|
579%
|
|
|
Rata-rata
|
32,86
|
82,74
|
Sangat
baik
|
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa skor hasil
observasi pada layanan informasi yang telah berlangsung untuk semua indikator
aktivitas siswa telah dilaksanakan. Dari seluruh siswa rata-rata 82,74% setiap indikator siswa
aktif. Hal ini menunjukkan bahwa layanan informasi yang peneliti laksanakan
bahwa layanan informasi yang peneliti laksanakan, aktivitas siswa optimal
kegiatannya.
PENUTUP
Simpulan
Sesuai dengan hasil
pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Pemberian layanan informasi
cara belajar efektif dengan menggunakan media komputer program power point dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat
dilihat pada
Siklus I meningkat 17,78% sedangkan pada Siklus II meningkat sebesar 17,15%.
2. Sedangkan Aktivitas siswa dalam
layanan informasi cara belajar efektif yang dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa pada siswa kelas IXG SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini
ditunjukkan dengan siswa aktif dan merasa senang mengikuti kegiatan layanan
informasi berlangsung di kelas. Siswa aktif dalam mencermati materi layanan,
melakukan pencatatan, bekerjasama, berdiskusi untuk memahami konsep cara
belajar yang efektif.
Saran-saran
Berdasarkan hasil
penelitian tindakan yang telah dilakukan dan diuraikan pada bab terdahulu bahwa
layanan informasi cara belajar yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa maka dapat peneliti sarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa akan
meningkat jika cara pemberian layanan informasi cara belajar efektif tidak
selalu tetap/monoton (rutinitas).
2. Pengelolaan pemberian
layanan informasi cara belajar efektif dengan menggunakan media komputer power
point hendaknya
selalu dan terus dikembangkan.
3. Agar siswa mempunyai motivasi
belajar yang kuat maka keberanian guru untuk mencoba hal-hal yang baru
hendaknya dibina dan ditingkatkan lebih-lebih dalam layanan informasi tentang
cara belajar yang efektif.
4. Mencari pengetahuan dan
banyak membaca model-model layanan bimbingan yang dikembangkan oleh beberapa
pakar hendaknya dibudayakan dan dikembangkan yang pada gilirannya untuk
diujicobakan.
DAFTAR PUSTAKA
Djumarah, dkk. 1996, Belajar dan Pembelajaran. Malang:
FIP-IKIP Malang.
Elida Prayitno, Motivasi Dalam Belajar,
Dirjen Dikti Proyek Pengembangan LPTK, Jakarta: 1989.
Indrakusuma. 1995. Psikologi Anak. Jakarta: Gunung Agung.
Nasution. 2005.
Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim. 1993. Ilmu Pendidikan dan Teori Praktis.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rosyidan, dkk. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Malang: FIP –
IKIP Malang.
Singgih D. Gunarso1990, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
PT BPK Gunung Mulia.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Teguh Wahyono. Tanpa tahun.
Sistem Informasi. Konsep Dasar,
Analisis Desain dan Implementasi, Graha Ilmu.
Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1998. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, Depen dan Kebudayaan, Jakarta: 1995.
Winataputra, Udin S. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Depdikbud, Dirjen Dikdasmen, Proyek Peningkatan Mutu Guru SLTP Setara D-III.
Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Yusuf, Pawit M. 1998. Pedoman Mencari Informasi. Bandung: CV
Remaja Karya.
Play Online Slots for Real Money with LuckyClub - Lucky Club
BalasHapusPlay online slots for real luckyclub money with Lucky Club and enjoy the best bonuses at our casino. Play online slots online for free at Lucky Club.