Minggu, 04 September 2016

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK MELALUI PENDEKATAN BEHAVIORAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS IXF SMP NEGERI 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK MELALUI PENDEKATAN BEHAVIORAL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS IXF SMP NEGERI 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh : Drs. Y. BUDI UTOMO
SMPN 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN


ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi siswa SMP Negeri 1 Jiwan  yang motivasi belajarnya rendah, hal ini bisa dilihat dari sikap dan perilaku siswa yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas/PR, tidak memperhatikan pelajaran, tidak serius dan tidak konsentrasi, suka ramai di kelas, sering membolos pelajaran tertentu, sering membolos les,sering minta ijin keluar pada saat proses belajar mengajar, yang pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya kurang.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IXF SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 26 siswa.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukan banyaknya siswa yang motivasi belajarnya rendah, hal ini disebabkan karena mereka memiliki perilaku maladaptif (perilaku bermasalah). Untuk itu perlu dicarikan pendekatan konseling yang bisa mengubah perilaku mal adaptif siswa yaitu pendekatan behavioral.
Siswa yang motivasi belajarnya rendah jumlahnya tidak hanya satu mereka terdiri dari sekelompok kecil atau besar, sehingga dalam memberikan layanan perlu dicarikan layanan yang bisa menangani sekelompok orang sekaligus seperti layanan konseling kelompok.
Layanan konseling kelompok yang diselingi dengan game seperti yang dilakukan konselor membuat suasana konseling menjadi hangat, meriah tidak kaku dan tidak menegangkan. Ini merupakan inovasi yang tetap terus perlu dikembangkan.
Dengan demikian setelah mendapatkan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral, siswa mengalami perubahan perilaku belajar yang positif seperti mau mengerjakan PR, tidak alpha, tidak membolos, mengikuti try out.
Kata Kunci : Konseling Kelompok, Behavioral, Motivasi Belajar




PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang pesat dewasa ini memberikan tantangan tersendiri bagi guru dan peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar. Setiap peserta didik senantiasa ditantang untuk terus meningkatkan kegiatan belajarnya melalui berbagai sumber dan media seperti internet, televisi, perangkat audiovisual , selain belajar langsung dari guru. Sedangkan guru senantiasa ditantang  untuk bisa mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi  peserta didik.  Melalui peranannya sebagai pengajar guru diharapkan mampu memberikan motivasi pada anak untuk belajar dalam berbagai kesempatan, guru hendaknya mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang baik, sehingga peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dan pada akhirnya bisa mencapai hasil belajar yang optimal.
Menurut pengamatan peneliti, proses belajar mengajar yang ada  di SMP 1 Jiwan  berjalan cukup bagus, karena didukung guru yang berdedikasi terhadap tugasnya, didukung sarana prasarana belajar yang sangat memadai seperti ruang kelas yang bersih, media dan sumber pembelajaran yang lengkap (ada buku, televisi, LKS, Internet, Laboratorium dan perangkat audio visual), juga adanya tambahan pelajaran (Intensive Belajar) diluar jam pelajaran yang sudah dijadwalkan. Dengan kondisi ini mestinya siswa SMP Negeri  1 Jiwan bisa menjalani proses belajar mengajar dengan baik, yang ditunjukan dengan adanya motivasi belajar yang kuat dan pada akhirnya bisa menunjukan hasil belajar yang optimal.
Namun kondisi nyata dilapangan tidaklah menunjukan kondisi ideal yang diharapkan, dari hasil pengamatan  ditemukan banyak  siswa SMP Negeri 1 Jiwan  yang motivasi belajarnya rendah, hal ini bisa dilihat dari sikap dan perilaku siswa yang malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas/PR, tidak memperhatikan pelajaran, tidak serius dan tidak konsentrasi, suka ramai di kelas, sering membolos pelajaran tertentu, sering membolos les,sering minta ijin keluar pada saat proses belajar mengajar , yang pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya kurang.
Menurut Abu Ahmadi (1990:98) gejala berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam belajar karena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi. Oleh karena itu Konselor sekolah  hendaknya bisa memberikan layanan yang tepat untuk mengatasi masalah peserta didik. Dalam kaitanya dengan masalah rendahnya motivasi belajar yang terjadi pada sejumlah siswa SMP Negeri 1 Jiwan, perlu diberikan layanan yang bisa mengakomodir kepentingan sejumlah siswa tersebut secara bersama-sama seperti layanan konseling kelompok, karena layanan dengan pendekatan kelompok dapat memberikan kesempatan pada masing-masing anggota kelompok untuk memanfaatkan berbagai informasi, tanggapan dan  reaksi timbal balik dalam menyelesaikan masalah, disamping itu melalui kegiatan kelompok masing-masing individu dapat mengembangkan sikap tenggang rasa, ketrampilan berkomunikasi, pengendalian ego yang pada akhirnya masing-masing individu dapat menyumbang peran baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah.
Selanjutnya, dalam mengatasi siswa yang motivasi belajarnya rendah perlu pendekatan yang tepat, siswa SMP Negeri 1 Jiwan yang motivasi belajarnya rendah karena memiliki perilaku mal-adaptif yakni memiliki kebiasaan-kebiasaan negatif seperti malas belajar, malas mengerjakan tugas/PR, ramai dikelas, membolos dan lain-lain, sehingga model pendekatan konseling yang digunakan haruslah yang bisa menghilangkan perilaku mal-adaptif tersebut yaitu model konseling behavioral karena tujuan konseling behavioral sebagaimana yang diungkapkan oleh Naharus (2008: 25) adalah menghapus/menghilangkan tingkah laku mal-adaptif (masalah) untuk di-gantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Negeri 1 Jiwan, salah satu alternatif layanan  bisa melalui layanan konseling kelompok, sedang pendekatan konselingnya bisa menggunakan  model pendekatan konseling behavioral.

KAJIAN PUSTAKA
Dalam Buku Panduan Model Pengembangan Diri (2006 : 6) yang dimaksud dengan konseling kelompok adalah: ”Layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.” Kemudian dalam Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002 : 19) yang dimaksud dengan konseling kelompok  adalah Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan  peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang di alami oleh masing-masing anggota kelompok.
Dari definisi di atas dapatlah ditarik pengertian mengenai konseling kelompok sebagai berikut :
1.    Konseling kelompok adalah bantuan, artinya kegiatan ini merupakan bantuan dari konselor kepada konseli, sehingga konseli bisa merasakan hal-hal positif seperti bebannya jadi ringan,punya semangat dan memperoleh alternatif pemecahan masalah.
2.     Konseling kelompok adalah kegiatan yang memanfaatkan dinamika kelompok, artinya kegiatan ini dilaksanakan sekelompok konseli yang bersedia melibatkan diri dalam pemecahan masalah, sanggup menjalin kerjasama antara anggota kelompok, adanya saling mempercayai, adanya semangat yang tinggi, adanya saling memberikan tanggapan, reaksi dan empati antar anggota kelompok.
3.    Konseling kelompok berfungsi untuk pembahasan dan pengentasan masalah konseli, artinya tujuan akhir dari rangkaian kegiatan konseling kelompok adalah mengentaskan masalah konseli sehingga konseli bisa berkembang optimal sesuai dengan tugas perkembangannya.
Konseling kelompok pada umumnya dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap Pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran ( Prayitno, 1995: 40).  Tahap-tahap ini merupakan satu kesatuan dalam seluruh kegiatan kelompok.
1.    Tahap Pembentukan
Tahap Pembentukan merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri, tahap memasukan diri kedalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai. 
Peran konselor sebagai pimpinan kelompok  pada   tahap   ini antara lain :
a.     Menjelaskan tujuan kegiatan,
b.    Menumbuhkan rasa saling mengenal antar anggota,
c.     menumbuhkan sikap saling mempercayai dan menerima.
Beberapa teknik yang bisa digunakan dalam tahap ini diantaranya teknik ”pertanyaan dan jawaban” serta teknik permainan kelompok (Prayitno, 1995: 40-44).
2. Tahap Peralihan
Setelah tahap pembentukan konseling kelompok dapat dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu tahap peralihan, dimana tahap ini merupakan pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan konselor meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a.     Konselor menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
b.    Menawarkan atau mengamati apakah anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya, 
c.     meningkatkan keikutsertaan anggota. 
Tujuan dari tahap peralihan adalah membebaskan konseli dari perasaan enggan serta memantapkan suasana kelompok dan kebersamaan. Peranan konselor pada tahap ini yakni menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka, mendorong dibahasnya suasana perasaan masing-masing konseli serta membuka diri dan penuh empati (prayitno, 1995: 44-47).
3. Tahap Kegiatan
Tahap ketiga dari konseling kelompok adalah tahap pelaksanaan kegiatan  atau tahap kegiatan pencapaian tujuan, tahap ini merupakan tahap yang sebenarnya dari kelompok, namum kelangsungan kegiatan kelompok pada tahap ini amat tergantung dari keberhasilan dua tahap sebelumnya.
Langkah-langkah kegiatan pada tahap pelaksanaan kegiatan  ini antara lain:
a.     Masing-masing konseli secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan,
b.    menetapkan topik yang akan dibahas dulu,
c.     konseli membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas, disamping itu perlu diadakan kegiatan selingan.
Tujuan dari tahap ketiga ini adalah terungkapnya secara bebas masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok, terbahasnya masalah dan topik yang dikemukakan  secara mendalam dan tuntas, ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran  ataupun  perasaan. Peranan konselor pada tahap ini yakni sebagai pengatur  lalu lintas yang  sabar dan terbuka,  aktif  tetapi  tidak banyak   bicara,  memberi­kan dorongan  dan  penguatan  serta    penuh  empati    (Prayitno, 1995:47-57).
4. Pengakhiran
Tahap keempat dari konseling kelompok adalah tahap pengakhiran atau tahap penilaian dan tindak lanjut, pada tahap ini kegiatan konseling kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para konseli akan mampu menerapkan hal-hal yang telah mereka bahas dalam konseling kelompok.
Kegiatan pada tahap peralihan ini  langkah-langkah yang dapat diambil antara lain:
a.     penjelasan konselor bahwa kegiatan akan diakhiri,
b.    Konselor dan konseli mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan,
c.     membahas kegiatan lanjutan,
d.    mengemukakan pesan dan harapan.
Tujuan dari tahap pengakhiran adalah mengungkap kesan-kesan konseli tentang pelaksanaan kegiatan, mengungkap hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas, merumuskan rencana kegiatan lebih lanjut, menjadga hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri. Peranan konselor disini diantaranya tetap mengusahakan suasana hangat,  bebas dan  terbuka. Memberikan dorongan untuk kegiatan lebih lanjut, menjaga rasa persahabatan dan  empati. (Prayitno, 1995: 58-60).
Pendekatan konseling behavioral merupakan penerapan berbagai macam teknik dan prosedur yang berakar dari berbagai teori tentang belajar. Dalam prosesnya pendekatan ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku kearah cara-cara yang lebih adaptif.
Tujuan  konseling behavioral menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer dan Stone, 1980)  adalah: ‘membantu individu untuk “belajar” memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu’. Penekanan kata belajar dalam proposisi di atas adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu klien belajar atau  mengubah  tingkah lakunya. Konselor berperan dalam membantu proses  belajar  dengan  menciptakan  kondisi  yang  sedemikian  rupa  sehingga klien dapat memecahkan masalah dan mengubah tingkah lakunya (Zaenudin, 2008 : 11-12).

METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan penelitian model konseling ini pada SMP Negeri 1 Jiwan,, Kabupaten Madiun dengan Subyek penelitian model konseling di sini adalah siswa kelas IX F tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 22 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Tarap kecerdasan mereka rata-rata sedang, dengan prestasi belajar Matematika, IPA dan Bahasa Inggris cenderung rendah. Kelas ini termasuk banyak pelanggaran saat proses belajar seperti anak terlambat masuk kelas, anak sering tidak mengerjakan PR, banyak keluhan  dari guru bahwa anak sering ramai, mengantuk dan malas  saat guru ada di kelas.
Alat dan teknik pengumpulan data dalam pengembangan model konseling ini adalah pedoman Wawancara untuk wawancara siswa dan guru, Pedoman Observasi untuk untuk mengobservasi saat proses konseling kelompok berlangsung dan angket untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa.
Adapun daftar pertannyaan yang disusun sebagai pedoman wawancara adalah sebagai berikut:
1.  Untuk Guru Mata pelajaran
a.     Siapa saja siswa yang sering terlambat mengikuti pelajaran ?
b.    Siapa saja siswa yang kadang-kadang / sering tidak mengerjakan tugas/PR?
c.     Siapa saja yang sering tidak konsentrasi atau ramai saat pelajaran di kelas ?
d.    Siapa saja yang menunjukan sikap malas,enggan saat pelajaran?
e.     Siapa saja yang nilai ulangan hariannya jelek ?
2.  Untuk Siswa
a.     Apakah Anda sering terlambat masuk Kelas ?
b.    Apakah anda kadang-kadang/sering tidak mengerjakan tugas/PR?
c.     Apakah Anda sering tidak konsentrasi ketika belajar  di kelas ?
d.    Apakah Anda sering malas atau enggan saat belajar di kelas?
e.     Ulangan harian mata pelajaran apa saja yang nilainya jelek?
f.     Mata pelajaran apa saja yang anda rasa sulit atau yang membuat anda malas dengan mata pelajaran tersebut?
g.    Apakah anda membutuhkan bantuan dalam mengerjakan PR?
h.    Apakah anda merasa punya masalah dengan motivasi belajar?
i.      Apakah anda membutuhkan bantuan untuk menumbuhkan motivasi belajar?
j.      Jika Konselor mengajak anda  melakukan kegiatan kelompok untuk  meningkatkan motivasi belajar apakah anda bersedia?.
Penggunaan teknik pengumpulan data dengan wawancara ini terutama untuk identifikasi kasus atau kajian obyektif di lapangan, sedangkan observasi disini digunakan konselor terutama saat proses konseling kelompok berlangsung untuk mengamati jalannya proses konseling kelompok, dan sesudah proses konseling kelompok untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Adapun pedoman observasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil studi lapangan melalui observasi terhadap aktivitas belajar siswa  tidaklah menunjukan hal-hal yang positif, banyak siswa  motivasi belajarnya  rendah yang ditandai adanya beberapa tingkah laku bermasalah seperti: Suka terlambat masuk kelas, tidak konsentrasi belajar, sering tidak mengerjakan tugas atau PR dari guru, malas belajar, sering membolos pelajaran tertentu, yang akhirnya berdampak pada menurunnya prestasi belajar.
Langkah berikutnya, konselor melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris untuk mendapatkan keterangan tentang tingkah laku belajar para  konseli di kelas.

Pelaksanaan Konseling kelompok sesi I
Dalam pelaksanaan konseling kelompok ini melalui 4 tahap yaitu : Pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran, dimana di dalam konseling kelompok ini menggunakan pendekatan behavioral, artinya teknik-teknik yang ada dalam pendekatan behavioral akan di gunakan dalam tahap-tahap pelaksanaan konseling kelompok. Pelaksanaan tahap-demi tahap dapat dilaporkan sebagai berikut:
1.    Tahap I  :  Pembentukan
a.     Konselor mengatur tempat duduk klien senyaman mungkin, dan mengawali kegiatan dengan berdoa bersama.
b.    Konselor menjelaskan, topik, tahap-tahap, tujuan (goal setting), dan tatakrama dalam konseling kelompok, setelah konseli mengerti diadakan kesepakatan untuk melanjutkan kegiatan .
c.     Dengan teknik asertif dalam behavioral, konselor meminta masing-masing konseli untuk memainkan peranannya sebagai konseli yang harus memperkenalkan diri secara terbuka,hangat ramah, dan tidak perlu malu, dari sini para konseli dan konselor bisa saling menerima keberadaan masing-masing pribadi (Assesment).
d.    Selanjutnya masing-masing konseli menyebutkan nama – nama dari konseli lain secara bergantian, dengan maksud untuk mengakrabkan.
e.     Konselor mengadakan game 1-2 dor, 4-5, dor, dst, permainan ini selain menyegarkan dan menghangatkan suasana juga membantu konseli untuk fokus  (konsentrasi).
2.    Tahap II :  Peralihan
a.     Konselor mengamati keakraban dan kehangatan suasana, karena sudah merasa  antara konseli cukup hangat dan akrab maka konselor menjelaskan tahap konseling kelompok berikutnya dan mengingatkan topik konseling pada saat itu.
b.    Konselor menawarkan pada konseli apakah sudah siap memasuki tahap berikutnya, konselor juga menanyakan apa masih ada yang malu untuk berbicara. Para konseli menyatakan kesiapanya. Kemudian konselor menggunakan teknik behavioral penguat positif yaitu memuji konseli yang sudah menyampaikan pendapat secara terbuka dan  konselor juga meyakinkan  konseli bahwa proses konseling kelompok akan bermanfaat bagi mereka.
3.    Tahap III : Kegiatan
a.     Konselor mengemukakan topik tentang motivasi belajar, ciri-ciri orang yang motivasi belajarnya tinggi, ciri-ciri orang yang  motivasi belajarnya rendah.
b.    Konselor memancing masing-masing konseli untuk menilai motivasi belajar mereka termasuk tinggi atau rendah. Sebagian besar konseli mengaku motivasi belajarnya rendah, ada juga yang kadang-kadang rendah kadang-kadang tinggi.
c.     Konselor meminta masing-masing konseli mencari sebab-sebab rendahnya motivasi belajar.
d.    Konselor memberikan empati dengan membantu konseli menganilisis kerugian-kerugian yang bisa dialami konseli jika masalah tersebut tidak dicari jalan keluarnya.
e.     Konselor memancing seluruh konseli mengemukakan pendapatnnya untuk mencari langkah-langkah pemecahan masalahnya sendiri maupun pemecahan masalahnya teman sekelompok.
f.     Konselor memberikan penguat positif lagi berupa pujian atas kemampuan konseli merumuskan langkah-langkah utuk meningkatkan motivasi belajar dan juga menjanjikan hadiah berupa LKS bahasa inggris pada 2 konseli yang belum punya LKS.
g.    Konselor  menggunakan teknik dalam behavioral (technique implementation) yaitu teknik shaping untuk menghilangkan perilaku-perilaku mal adaptif yang ada pada diri klien seperti sering alpha, sering membolos les,sering tidak mengerjakan PR yang dirumuskan konselor dengan mengutip pendapat Fraznier sebagai berikut:
(1) Datang di kelas pada waktunya dengan memberlakukan absen khusus berupa tanda tangan datang dan tanda tangan pulang baik saat pelajaran pagi maupun les sore, absen khusus ini hanya diterapkan pada: TP, DM, SD yang sering bolos.
(2) Berpartisipasi dalam belajar dan merespon guru dengan memberi masukan pada siswa untuk memperhatikan saat guru menerangkan dan bertanya jika belum tahu.
(3) Menunjukan hasil-hasil tes dengan baik, disini konselor akan meminta data hasil ulangan harian kepada guru mata pelajaran.
(4) Mengerjakan pekerjaan rumah, disini konselor akan membentuk kelompok belajar khusus untuk mengerjakan PR dibawah bimbingan konselor sendiri.
h.       Sebelum tahap ini diakhiri konselor mengadakan relaksasi dengan    meminta para konseli untuk melenturkan otot-otot tubuh dan melakukan game ”kata berkait” caranya konselor membagi kertas kosong konseli diminta menulis salah satu temannya, kemudian dilipat dan di putar, selanjutnya konseli diminta menulis kata kerja, kata benda dan keterangan tempat, setelah itu masing-masing kertas dibacakan. Reaksi konseli terhadap game ini luar biasa seru hampir semua tertawa terbahak-bahak.
4.    Tahap IV   :  Pengakhiran
a.     Tahap ini merupakan tahap evaluasi dan tindak lanjut, pada tahap ini konselor menanyakan kepada konseli tentang kesanggupan untuk melaksanakan langkah-langkah yang sudah dirumuskan dalam tahap ketiga (mencari feedback), ternyata semua konseli dengan senang hati sanggup untuk melaksanakan.
b.    Konselor melakukan evaluasi, yaitu evaluasi hasil  dengan daftar isian penilaian segera. Dari hasil penilaian segera ini diketahui semua konseli menyatakan bahwa kegiatan konseling kelompok itu bermanfaat, kemudian 9 konseli menyatakan kegiatan konseling kelompok itu menarik dan 1 orang konseli menyatakan tidak menarik. Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui para konseli memiliki pemahaman baru tentang motivasi berprestasi dan rencana kegiatan yang akan dilakukan konseli.
c.     Sedangkan evaluasi proses akan dilakukan pada tanggal 24 September  2012  dengan menggunakan angket motivasi berprestasi, dari evaluasi ini nanti akan didapat data skor post test yang akan digunakan untuk uji hipotesis sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya kenaikan motivasi belajar setelah proses konseling kelompok.
d.    Langkah konselor selanjutnya setelah evaluasi melakukan kegiatan tindak lanjut (follow-up), kegiatan tindak lanjut yang akan dilakukan konselor adalah :
1)    Monitoring absen
2)    Membimbing dan memonitor kelompok belajar dalam mengerjakan PR atau tugas-tugas lain.
3)    Memonitor nilai ulangan harian siswa bekerja sama dengan guru mata pelajaran.
4)    Menyalurkan siswa mengikuti try out soal-soal ujian
5)    Memonitor partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dengan bertanya pada guru mata pelajaran.
6)    Home  visit kerumah DM karena sering Alpha untuk mengajak orang tua sama-sama memonitor konseli.
e.     Sebelum kegiatan diakhiri konselor menawarkan pada konseli untuk melanjutkan kegiatan konseling kelompok in, dan disepakati tanggal 10 Oktober 2012 bertempat di ruang konseling kelompok, jam 10.00 WIB. Akhirnya konseling kelompok ditutup dengan doa bersama dan ucapan terima kasih dari konselor.

Pelaksanaan Konseling Kelompok Sesi II
Sebelum melakukan konseling kelompok sesi II konselor melakukan evaluasi dan monitoring paska kegiatan konseling kelompok sesi I.
Ternyata masih belum semua keputusan yang di ambil dapat dilaksanakan karena 3 siswa masih bolos les, baru 1 konseli yang aktif bertanya saat pelajaran (KA), 1 anak 2 kali mengeluh sakit pada saat pelajaran matematika tetapi pelajaran sebelum dan sesudah matematika kelihatan segar bukgar jadi ada indikasi berbohong, evaluasi hasil dengan menggunakan angket motivasi belajar belum menunjukan peningkatan skor yang tajam, sementara hasil yang menggembirakan adalah pembentukan kelompok belajar untuk mengerjakan PR bisa berjalan dengan baik, nilai ulangan harian bahasa Indonesia memuaskan, presensi belajar pagi hari bagus. 
Berikut ini laporan pelaksanaan kegiatan konseling kelompok sesi II :
1.    Tahap I   :  Pembentukan
a.     Konseli duduk melingkar, konselor mempersilakan konseli untuk duduk senyaman mungkin dan mengawali kegiatan dengan doa bersama.
b.    Konselor mengingatkan kembali tujuan tahap-tahap dan tata krama dalam konseling kelompok.
c.     Konselor melakukan game tebak kata dan pesan berantai, game ini tidak terlalu seru tapi cukup menghangatkan suasana.
2.    Tahap  II  :  Peralihan
a.     Konselor menjelaskan kegiatan yang akan dijalani berikutnya yaitu membahas tentang peningkatan motivasi belajar, dan menyampaikan akan ada tamu yang mau berbagi pengalaman.
b.    Konselor menanyakan kesiapan klien untuk kegiatan berikutnya, juga menanyakan kenyamanan klien untuk mengikuti kegiatan. Ternyata klien merasa cukup nyaman dan siap melanjutkan kegiatan konseling kelompok. 
3.    Tahap  III  :  Kegiatan
a.     Konselor memulai diskusi dengan menanyakan kembali keputusan-keputusan yang dirumuskan pada konseling sesi  I, konseli dapat menjawab dengan tepat. Kemudian konselor menanyakan hal-hal apa saja yang belum bisa dilaksanakan. Apa sebabnya dan bagaimana sebaiknya langkah kedepannya.
b.    Konselor  menjelaskan tentang motivasi ekstrinsik (hadiah, hukuman dan persaingan). Konseli menyimak penjelasan konselor dan memberi tanggapan. Inti tanggapan konseli bahwa mereka senang dan bersemangat jika diberi hadiah, mereka juga malu di hukum bila lalai dengan tugas belajarnya, mereka juga ingin bersaing dengan kawan-kawan yang pintar.
c.     Konselor mengeksplore motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang pernah didapat konseli dan ingin didapatkan oleh konseli.
d.    Konselor bersama konseli merangkum keputusan-keputusan dari kegiatan konseling kelompok yaitu;
1)    Siapa saja bisa berprestasi asal mau belajar
2)    Belajar itu dilakukan secara terus-menerus, rutin dan sungguh-sungguh agar hasilnya baik.
3)    Bersaing dalam kebaikan dengan teman itu bagus asal sportif
4)    Tingkah laku yang jelek (mal adaptif) dalam belajar jangan sampai diulang lagi seperti membolos atau menghindari pelajaran.
e.     Konselor menggunakan teknik dalam konseling behavioral yaitu teknik relapse prevention (pencegahan kambuhan) teknik ini diterapkan pada konseli yang masih sering mengulang tingkah laku negatif yaitu membolos. Dengan mengutip pendapat Marlat dan Gordon (1985) maka langkah-langkah yang akan diambil adalah:
1)    Menyifati 3 jenis perilaku penyebab kambuhan yaitu perasaan tertekan, konflik interpersonal dan tekanan dari orang lain. Ternyata konseli yang membolos dikarenakan malas, lelah dan mengantuk kalau les (Konflik interpersonal) juga karena ajaan teman (Tekanan dari orang lain).
2)    Memberi intruksi tertulis pada konseli berkenaan dengan tindakan yang harus diambil, disini konselor meminta konseli membuat semacam surat pernyataan kesanggupan untuk tidak membolos lagi.
3)    Meminta nomor telepon yang dapat dihubungi, disini konselor meminta nomor telepon orang tua konseli dan mengajak orang tua untuk memonitor bersama-sama keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran atau les.
f.     Sebelum mengakhiri tahap kegiatan pada konseling kelompok ini konselor mengadakan game untuk kembali menghangatkan suasana. Nama gamenya “Kata Pak Bowo”. Disini jika konselor memerintah konseli dengan didahului “kata Pak Bowo” maka konseli harus melakukan, tetapi jika perintah tidak didahului dengan “Kata Pak Bowo” konseli tidak boleh melakukan. Game ini cukup membuat suasana meriah.
4.    Tahap IV   : Pengakhiran
1)    Konselor menyampaikan pesan bahwa kegiatan akan diakhiri
2)    Konselor meminta konseli mengungkapkan kesan-kesan.
3)    Konselor menyampaikan kesan-kesan dan memberikan penguat positif berupa pujian yang tulus pada konseli serta makanan dan minuman.
4)    Konseli mengisi lembar evaluasi hasil (penilaian segera) sementara konselor mengisi lembar observasi.
a.      Konselor mengisi lembar observasi paska konseling kelompok sesi 2 pada hari Rabu tanggal 17 Oktober 2012.
b.    Konselor merumuskan kegiatan tindak lanjut sebagai berikut:
(1) Memonitor absen
(2) Membimbing kelompok belajar dalam mengerjakan PR.
(3) Menjalin kerjasama dengan orang tua melalui telpon untuk mengontrol kegiatan belajar.
c.      Konselor menutup kegiatan dengan berdoa, namun terlebih dahulu menyampaikan pesan pada para konseli bahwa setiap saat konselor bersedia membantu konseli dalam hubungan profesional.
Penilaian konseling kelompok dilakukan dengan Penilaian hasil. Penilaian hasil dengan menggunakan lembar penilaian segera. Adapun hasil penilaian segera pada konseling kelompok sesi 1 diketahui semua konseli menyatakan bahwa kegiatan konseling kelompok itu bermanfaat, kemudian 9 konseli menyatakan kegiatan konseling kelompok itu menarik dan 1 orang konseli menyatakan tidak menarik. Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui para konseli memiliki pemahaman baru tentang motivasi berprestasi dan rencana kegiatan yang akan dilakukan konseli. Sedangkan hasil penilaian segera pada kegiatan konseling kelompok sesi II diketahui semua konseli menyatakan bahwa kegiatan konseling kelompok itu bermanfaat dan menarik Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui para konseli memiliki pemahaman baru tentang motivasi berprestasi dan rencana kegiatan yang akan dilakukan konseli.
Untuk penilaian hasil selanjutnya yaitu penilaian jangka pendek menggunakan lembar observasi paska proses konseling kelompok untuk mengetahui perubahan perilaku siswa.
Dari hasil penilaian segera dan penilaian jangka pendek dapat dilihat bahwa konseli sudah bisa menghilangkan perilaku mal adaptif dalam belajar dan mengganti dengan perilaku yang lebih adaptif, sehingga dari hasil pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok dengan pendekatan behavioral dapat meningkat­kan motivasi belajar siswa.
Perbaikan Model Akhir Pelayanan Bimbingan dan Konseling Behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah, yaitu :
1.  Memotret kondisi lapangan tentang kemungkinan pengembangan model pelayanan Bimbingan dan Konseling behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah, dengan melakukan observasi, wawancara atau test.
2.  Mengkaji berbagai literatur dan ketentuan formal terkait pengembangan model Pelayanan Bimbingan dan Konseling behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah, baik literatur berupa buku, jurnal, hasil penelitian atau internet.
3.  Mengkaji kemampuan yang dibutuhkan konselor dan siswa dalam pengembangan model Pelayanan Bimbingan dan Konseling behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah, dengan banyak membaca literatur, mengikuti diklat atau workshop pengembangan profesi.
4. Mencari kemungkinan pola kerjasama yang dapat dikembangkan untuk melaksanakan model Pelayanan Bimbingan dan Konseling behavioral bagi siswa motivasi belajarnya rendah. Bisa berkola borasi dengan sesama konselor, guru mata pelajaran, orang tua atau tenaga ahli lain.
5.  Mencari kemungkinan unsur-unsur yang seharusnya dikembangkan untuk mendukung pengembangan model pelayanan bimbingan dan konseling behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah, seperti penggunaan teknik-teknik konseling, game, dan lain-lain..

PENUTUP
Kesimpulan
Layanan konseling kelompok yang diselingi dengan game seperti yang dilakukan konselor membuat suasana konseling menjadi hangat, meriah tidak kaku dan tidak menegangkan.
Dengan layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral, siswa mengalami perubahan perilaku belajar yang positif seperti mau mengerjakan PR, tidak alpha, tidak membolos, mengikuti tryout, mengikuti bimbingan belajar.
Konseling kelompok dengan pendekatan behavioral bisa meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IXF SMP Negeri 1 Jiwan.

Saran
Dalam penelitian penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.    Konselor hendaknya sering melakukan studi lapangan agar mengetahui persoalan peserta  didiknya sehingga bisa memberikan pendekatan konseling yang tepat dalam mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik.
2.    Konselor perlu banyak belajar, baik dari literatur, penataran, workshop sehingga bisa meningkatkan kemampuan dalam memberi­kan layanan yang tepat untuk peserta didiknya.






DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1990. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka cipta
Dinas Pendidikan, 2002. Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi . Jakarta: Dikmenum
Mcleod, 2006. Pengantar Konseling. Jakarta : Kencana Prenada Media group .
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ridwan. 2004. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sardiman,A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Mengajar: Jakarta: Grafindo
Zaenudin. 2008. Pendekatan-pendekatan Konseling Individual pendekatan Psikoanalisis, pendekatan Behavioral, Pendekatan Gestalt, dan Pendekatan Rational Emotif. Makalah pada Pendampingan Teknis Model Konseling MGP. P4TK





1 komentar:

  1. Alhamdulillah, dengan mengunjungi web ini saya mendapatkan bekal untuk lebih giat menulis karya ilmiah.

    BalasHapus