PENERAPAN KONSELING KELOMPOK MELALUI PENDEKATAN BEHAVIORAL SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS IXF SMP NEGERI 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh : Drs. Y. BUDI UTOMO
SMPN 1 JIWAN KABUPATEN
MADIUN
ABSTRAK
Penelitian
ini dilatar belakangi siswa SMP Negeri 1 Jiwan yang motivasi
belajarnya rendah, hal ini bisa dilihat dari sikap dan perilaku siswa yang
malas belajar, sering tidak mengerjakan tugas/PR, tidak memperhatikan
pelajaran, tidak serius dan tidak konsentrasi, suka ramai di kelas, sering
membolos pelajaran tertentu, sering membolos les,sering minta ijin keluar pada saat proses belajar
mengajar,
yang pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau
prestasinya kurang.
Subyek penelitian ini
adalah siswa kelas IXF SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013 dengan
jumlah 26 siswa.
Hasil
pengamatan di lapangan menunjukan banyaknya siswa yang motivasi belajarnya
rendah, hal ini disebabkan karena mereka memiliki perilaku maladaptif (perilaku
bermasalah). Untuk itu perlu dicarikan pendekatan konseling yang bisa mengubah
perilaku mal adaptif siswa yaitu pendekatan behavioral.
Siswa yang
motivasi belajarnya rendah jumlahnya tidak hanya satu mereka terdiri dari
sekelompok kecil atau besar, sehingga dalam memberikan layanan perlu dicarikan
layanan yang bisa menangani sekelompok orang sekaligus seperti layanan
konseling kelompok.
Layanan
konseling kelompok yang diselingi dengan game seperti yang dilakukan konselor
membuat suasana konseling menjadi hangat, meriah tidak kaku dan tidak
menegangkan. Ini merupakan inovasi yang tetap terus perlu dikembangkan.
Dengan demikian setelah mendapatkan layanan konseling kelompok dengan
pendekatan behavioral, siswa mengalami perubahan perilaku belajar yang positif
seperti mau mengerjakan PR, tidak alpha, tidak membolos, mengikuti try out.
Kata Kunci : Konseling
Kelompok, Behavioral, Motivasi Belajar
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan teknologi serta
perkembangan sosial budaya yang pesat dewasa ini memberikan tantangan
tersendiri bagi guru dan peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar.
Setiap peserta didik senantiasa ditantang untuk terus meningkatkan kegiatan
belajarnya melalui berbagai sumber dan media seperti internet, televisi,
perangkat audiovisual , selain belajar langsung dari guru. Sedangkan guru
senantiasa ditantang untuk bisa
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didik. Melalui peranannya sebagai pengajar guru
diharapkan mampu memberikan motivasi pada anak untuk belajar dalam berbagai
kesempatan, guru hendaknya mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang baik,
sehingga peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar dan pada
akhirnya bisa mencapai hasil belajar yang optimal.
Menurut pengamatan peneliti, proses belajar mengajar yang ada di SMP 1 Jiwan berjalan cukup bagus, karena
didukung guru yang berdedikasi terhadap tugasnya, didukung sarana prasarana
belajar yang sangat memadai seperti ruang kelas yang bersih, media dan sumber
pembelajaran yang lengkap (ada buku, televisi, LKS, Internet, Laboratorium dan
perangkat audio visual), juga adanya tambahan pelajaran (Intensive
Belajar) diluar jam pelajaran yang sudah dijadwalkan.
Dengan kondisi ini mestinya siswa SMP Negeri
1 Jiwan bisa menjalani proses belajar mengajar dengan baik, yang
ditunjukan dengan adanya motivasi belajar yang kuat dan pada akhirnya bisa
menunjukan hasil belajar yang optimal.
Namun kondisi nyata dilapangan tidaklah
menunjukan kondisi ideal yang diharapkan, dari hasil pengamatan ditemukan banyak siswa SMP Negeri 1 Jiwan yang motivasi belajarnya rendah, hal ini bisa
dilihat dari sikap dan perilaku siswa yang malas belajar, sering tidak
mengerjakan tugas/PR, tidak memperhatikan pelajaran, tidak serius dan tidak
konsentrasi, suka ramai di kelas, sering membolos pelajaran tertentu, sering
membolos les,sering minta ijin keluar pada saat proses belajar mengajar , yang
pada akhirnya berdampak pada nilai ulangan harian yang rendah atau prestasinya
kurang.
Menurut Abu Ahmadi (1990:98) gejala
berprestasi kurang ini sesungguhnya dirasakan sebagai salah satu masalah dalam
belajar karena secara potensial mereka memiliki kemungkinan untuk memperoleh
prestasi belajar yang lebih tinggi. Oleh karena itu Konselor sekolah hendaknya bisa memberikan layanan yang tepat
untuk mengatasi masalah peserta didik. Dalam kaitanya dengan masalah rendahnya
motivasi belajar yang terjadi pada sejumlah siswa SMP Negeri 1 Jiwan, perlu diberikan layanan yang bisa mengakomodir kepentingan sejumlah siswa
tersebut secara bersama-sama seperti layanan konseling kelompok, karena layanan
dengan pendekatan kelompok dapat memberikan kesempatan pada masing-masing
anggota kelompok untuk memanfaatkan berbagai informasi, tanggapan dan reaksi timbal balik dalam menyelesaikan
masalah, disamping itu melalui kegiatan kelompok masing-masing individu dapat
mengembangkan sikap tenggang rasa, ketrampilan berkomunikasi, pengendalian ego
yang pada akhirnya masing-masing individu dapat menyumbang peran baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah.
Selanjutnya, dalam mengatasi siswa yang
motivasi belajarnya rendah perlu pendekatan yang tepat, siswa SMP Negeri 1
Jiwan yang motivasi belajarnya rendah karena memiliki perilaku mal-adaptif
yakni memiliki kebiasaan-kebiasaan negatif seperti malas belajar, malas
mengerjakan tugas/PR, ramai dikelas, membolos dan lain-lain, sehingga model
pendekatan konseling yang digunakan haruslah yang bisa menghilangkan perilaku
mal-adaptif tersebut yaitu model konseling behavioral karena tujuan konseling behavioral
sebagaimana yang diungkapkan oleh Naharus (2008: 25) adalah
menghapus/menghilangkan tingkah laku mal-adaptif (masalah) untuk di-gantikan
dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu
adanya upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Negeri 1 Jiwan,
salah satu alternatif layanan bisa
melalui layanan konseling kelompok, sedang pendekatan konselingnya bisa
menggunakan model pendekatan konseling
behavioral.
KAJIAN
PUSTAKA
Dalam Buku Panduan Model Pengembangan
Diri (2006 : 6) yang dimaksud dengan konseling kelompok adalah: ”Layanan yang membantu
peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika
kelompok.” Kemudian dalam Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Berbasis Kompetensi (2002 : 19) yang dimaksud dengan konseling kelompok adalah Layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien)
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang
dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah
masalah-masalah pribadi yang di alami oleh masing-masing anggota kelompok.
Dari definisi di atas dapatlah ditarik
pengertian mengenai konseling kelompok sebagai berikut :
1.
Konseling kelompok adalah
bantuan, artinya kegiatan ini merupakan bantuan dari konselor kepada konseli,
sehingga konseli bisa merasakan hal-hal positif seperti bebannya jadi
ringan,punya semangat dan memperoleh alternatif pemecahan masalah.
2.
Konseling kelompok adalah kegiatan yang
memanfaatkan dinamika kelompok, artinya kegiatan ini dilaksanakan sekelompok
konseli yang bersedia melibatkan diri dalam pemecahan masalah, sanggup menjalin
kerjasama antara anggota kelompok, adanya saling mempercayai, adanya semangat
yang tinggi, adanya saling memberikan tanggapan, reaksi dan empati antar
anggota kelompok.
3.
Konseling kelompok berfungsi
untuk pembahasan dan pengentasan masalah konseli, artinya tujuan akhir dari
rangkaian kegiatan konseling kelompok adalah mengentaskan masalah konseli sehingga
konseli bisa berkembang optimal sesuai dengan tugas perkembangannya.
Konseling kelompok pada umumnya
dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap Pembentukan, tahap peralihan, tahap
pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran ( Prayitno, 1995: 40). Tahap-tahap ini merupakan
satu kesatuan dalam seluruh kegiatan kelompok.
1.
Tahap Pembentukan
Tahap Pembentukan merupakan tahap
pengenalan, tahap pelibatan diri, tahap memasukan diri kedalam kehidupan suatu
kelompok. Pada tahap ini para anggota saling memperkenalkan diri dan
mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai.
Peran konselor sebagai pimpinan
kelompok pada tahap
ini antara lain :
a.
Menjelaskan tujuan kegiatan,
b.
Menumbuhkan rasa saling
mengenal antar anggota,
c.
menumbuhkan sikap saling mempercayai
dan menerima.
Beberapa teknik yang bisa digunakan
dalam tahap ini diantaranya teknik ”pertanyaan dan jawaban” serta teknik
permainan kelompok (Prayitno, 1995: 40-44).
2. Tahap Peralihan
Setelah tahap
pembentukan konseling kelompok dapat dilanjutkan ketahap berikutnya
yaitu tahap peralihan, dimana tahap ini merupakan pembangunan jembatan antara
tahap pertama dan tahap ketiga.
Pada tahap ini
langkah-langkah yang dilakukan konselor meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a.
Konselor menjelaskan kegiatan
yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
b.
Menawarkan atau mengamati
apakah anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya,
c.
meningkatkan keikutsertaan
anggota.
Tujuan dari tahap
peralihan adalah membebaskan konseli dari perasaan enggan serta memantapkan
suasana kelompok dan kebersamaan. Peranan konselor pada tahap ini yakni
menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka, mendorong dibahasnya
suasana perasaan masing-masing konseli serta membuka diri dan penuh empati
(prayitno, 1995: 44-47).
3. Tahap Kegiatan
Tahap ketiga dari
konseling kelompok adalah tahap pelaksanaan kegiatan atau tahap kegiatan pencapaian tujuan, tahap
ini merupakan tahap yang sebenarnya dari kelompok, namum kelangsungan kegiatan
kelompok pada tahap ini amat tergantung dari keberhasilan dua tahap sebelumnya.
Langkah-langkah
kegiatan pada tahap pelaksanaan kegiatan
ini antara lain:
a.
Masing-masing konseli secara
bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan,
b.
menetapkan topik yang akan
dibahas dulu,
c.
konseli membahas
masing-masing topik secara mendalam dan tuntas, disamping itu perlu diadakan
kegiatan selingan.
Tujuan dari tahap
ketiga ini adalah terungkapnya secara bebas masalah atau topik yang dirasakan,
dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok, terbahasnya masalah dan topik
yang dikemukakan secara mendalam dan
tuntas, ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam
pembahasan, baik yang menyangkut unsur-unsur tingkah laku, pemikiran ataupun
perasaan. Peranan konselor pada tahap ini yakni sebagai pengatur lalu lintas yang sabar dan terbuka, aktif
tetapi tidak banyak bicara,
memberikan dorongan dan penguatan
serta penuh empati
(Prayitno, 1995:47-57).
4. Pengakhiran
Tahap keempat dari
konseling kelompok adalah tahap pengakhiran atau tahap penilaian dan tindak
lanjut, pada tahap ini kegiatan konseling kelompok hendaknya dipusatkan pada
pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para konseli akan mampu menerapkan
hal-hal yang telah mereka bahas dalam konseling kelompok.
Kegiatan pada tahap
peralihan ini langkah-langkah yang dapat
diambil antara lain:
a.
penjelasan konselor bahwa
kegiatan akan diakhiri,
b.
Konselor dan konseli
mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan,
c.
membahas kegiatan lanjutan,
d.
mengemukakan pesan dan
harapan.
Tujuan dari tahap
pengakhiran adalah mengungkap kesan-kesan konseli tentang pelaksanaan kegiatan,
mengungkap hasil kegiatan kelompok yang telah dicapai yang dikemukakan secara
mendalam dan tuntas, merumuskan rencana kegiatan lebih lanjut, menjadga
hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan diakhiri. Peranan
konselor disini diantaranya tetap mengusahakan suasana hangat, bebas dan
terbuka. Memberikan dorongan untuk kegiatan lebih lanjut, menjaga rasa
persahabatan dan empati. (Prayitno,
1995: 58-60).
Pendekatan konseling
behavioral merupakan penerapan berbagai macam teknik dan prosedur yang berakar
dari berbagai teori tentang belajar. Dalam prosesnya pendekatan ini menyertakan
penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku
kearah cara-cara yang lebih adaptif.
Tujuan konseling behavioral menurut Krumboltz
dan Thoresen (Shertzer dan Stone, 1980)
adalah: ‘membantu individu untuk “belajar” memecahkan masalah
interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu’. Penekanan kata belajar dalam
proposisi di atas adalah atas pertimbangan bahwa konselor membantu klien
belajar atau mengubah tingkah lakunya. Konselor berperan dalam
membantu proses belajar dengan
menciptakan kondisi yang
sedemikian rupa sehingga klien dapat memecahkan
masalah dan mengubah tingkah lakunya (Zaenudin, 2008 : 11-12).
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan penelitian model konseling ini pada SMP Negeri 1 Jiwan,, Kabupaten
Madiun dengan Subyek penelitian model konseling di sini adalah siswa kelas IX F tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 22 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Tarap kecerdasan mereka rata-rata sedang, dengan prestasi belajar
Matematika, IPA dan Bahasa Inggris cenderung rendah. Kelas ini termasuk banyak
pelanggaran saat proses belajar seperti anak terlambat masuk kelas, anak sering
tidak mengerjakan PR, banyak keluhan
dari guru bahwa anak sering ramai, mengantuk dan malas saat guru ada di kelas.
Alat dan teknik pengumpulan data dalam
pengembangan model konseling ini adalah pedoman Wawancara untuk wawancara siswa
dan guru, Pedoman Observasi untuk untuk mengobservasi saat proses konseling
kelompok berlangsung dan angket untuk mengumpulkan data tentang motivasi
belajar siswa.
Adapun daftar pertannyaan yang disusun
sebagai pedoman wawancara adalah sebagai berikut:
1. Untuk Guru Mata pelajaran
a.
Siapa saja siswa yang sering
terlambat mengikuti pelajaran ?
b.
Siapa saja siswa yang
kadang-kadang / sering tidak mengerjakan tugas/PR?
c.
Siapa saja yang sering tidak
konsentrasi atau ramai saat pelajaran di kelas ?
d.
Siapa saja yang menunjukan
sikap malas,enggan saat pelajaran?
e.
Siapa saja yang nilai
ulangan hariannya jelek ?
2. Untuk Siswa
a.
Apakah Anda sering terlambat
masuk Kelas ?
b.
Apakah anda
kadang-kadang/sering tidak mengerjakan tugas/PR?
c.
Apakah Anda sering tidak
konsentrasi ketika belajar di kelas ?
d.
Apakah Anda sering malas
atau enggan saat belajar di kelas?
e.
Ulangan harian mata
pelajaran apa saja yang nilainya jelek?
f.
Mata pelajaran apa saja yang
anda rasa sulit atau yang membuat anda malas dengan mata pelajaran tersebut?
g.
Apakah anda membutuhkan
bantuan dalam mengerjakan PR?
h.
Apakah anda merasa punya
masalah dengan motivasi belajar?
i.
Apakah anda membutuhkan
bantuan untuk menumbuhkan motivasi belajar?
j.
Jika Konselor mengajak anda melakukan kegiatan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar apakah anda
bersedia?.
Penggunaan teknik
pengumpulan data dengan wawancara ini terutama untuk identifikasi kasus atau
kajian obyektif di lapangan, sedangkan observasi disini digunakan konselor
terutama saat proses konseling kelompok berlangsung untuk mengamati jalannya
proses konseling kelompok, dan sesudah proses konseling kelompok untuk
mengamati perubahan perilaku siswa. Adapun pedoman observasi yang digunakan
adalah sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil studi lapangan melalui observasi
terhadap aktivitas belajar siswa
tidaklah menunjukan hal-hal yang positif, banyak siswa motivasi belajarnya rendah yang ditandai adanya beberapa tingkah
laku bermasalah seperti: Suka terlambat masuk kelas, tidak konsentrasi belajar,
sering tidak mengerjakan tugas atau PR dari guru, malas belajar, sering
membolos pelajaran tertentu, yang akhirnya berdampak pada menurunnya prestasi
belajar.
Langkah berikutnya, konselor melakukan
wawancara terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa
Inggris untuk mendapatkan keterangan tentang tingkah laku belajar para konseli di kelas.
Pelaksanaan Konseling kelompok sesi I
Dalam
pelaksanaan konseling kelompok ini melalui 4 tahap yaitu : Pembentukan,
peralihan, kegiatan, pengakhiran, dimana di dalam konseling kelompok ini
menggunakan pendekatan behavioral, artinya teknik-teknik yang ada dalam
pendekatan behavioral akan di gunakan dalam tahap-tahap pelaksanaan konseling
kelompok. Pelaksanaan tahap-demi tahap dapat dilaporkan sebagai berikut:
1.
Tahap I
: Pembentukan
a.
Konselor mengatur tempat duduk klien senyaman
mungkin, dan mengawali kegiatan dengan berdoa bersama.
b.
Konselor menjelaskan, topik, tahap-tahap,
tujuan (goal setting), dan tatakrama dalam konseling kelompok, setelah
konseli mengerti diadakan kesepakatan untuk melanjutkan kegiatan .
c.
Dengan teknik asertif dalam behavioral,
konselor meminta masing-masing konseli untuk memainkan peranannya sebagai
konseli yang harus memperkenalkan diri secara terbuka,hangat ramah, dan tidak
perlu malu, dari sini para konseli dan konselor bisa saling menerima keberadaan
masing-masing pribadi (Assesment).
d.
Selanjutnya masing-masing konseli menyebutkan
nama – nama dari konseli lain secara bergantian, dengan maksud untuk
mengakrabkan.
e.
Konselor mengadakan game 1-2 dor, 4-5, dor,
dst, permainan ini selain menyegarkan dan menghangatkan suasana juga membantu
konseli untuk fokus (konsentrasi).
2.
Tahap II :
Peralihan
a.
Konselor mengamati keakraban dan kehangatan
suasana, karena sudah merasa antara
konseli cukup hangat dan akrab maka konselor menjelaskan tahap konseling
kelompok berikutnya dan mengingatkan topik konseling pada saat itu.
b.
Konselor menawarkan pada konseli apakah sudah
siap memasuki tahap berikutnya, konselor juga menanyakan apa masih ada yang
malu untuk berbicara. Para konseli menyatakan kesiapanya. Kemudian konselor
menggunakan teknik behavioral penguat positif yaitu memuji konseli yang sudah
menyampaikan pendapat secara terbuka dan
konselor juga meyakinkan konseli
bahwa proses konseling kelompok akan bermanfaat bagi mereka.
3.
Tahap III : Kegiatan
a.
Konselor mengemukakan topik tentang motivasi
belajar, ciri-ciri orang yang motivasi belajarnya tinggi, ciri-ciri orang
yang motivasi belajarnya rendah.
b.
Konselor memancing masing-masing konseli
untuk menilai motivasi belajar mereka termasuk tinggi atau rendah. Sebagian
besar konseli mengaku motivasi belajarnya rendah, ada juga yang kadang-kadang
rendah kadang-kadang tinggi.
c.
Konselor meminta masing-masing konseli
mencari sebab-sebab rendahnya motivasi belajar.
d.
Konselor memberikan empati dengan membantu
konseli menganilisis kerugian-kerugian yang bisa dialami konseli jika masalah
tersebut tidak dicari jalan keluarnya.
e.
Konselor memancing seluruh konseli mengemukakan
pendapatnnya untuk mencari langkah-langkah pemecahan masalahnya sendiri maupun
pemecahan masalahnya teman sekelompok.
f.
Konselor memberikan penguat positif lagi
berupa pujian atas kemampuan konseli merumuskan langkah-langkah utuk
meningkatkan motivasi belajar dan juga menjanjikan hadiah berupa LKS bahasa
inggris pada 2 konseli yang belum punya LKS.
g.
Konselor
menggunakan teknik dalam behavioral (technique implementation)
yaitu teknik shaping untuk menghilangkan perilaku-perilaku mal adaptif yang ada
pada diri klien seperti sering alpha, sering membolos les,sering tidak
mengerjakan PR yang dirumuskan konselor dengan mengutip pendapat Fraznier
sebagai berikut:
(1) Datang di kelas
pada waktunya dengan memberlakukan absen khusus berupa tanda tangan datang dan
tanda tangan pulang baik saat pelajaran pagi maupun les sore, absen khusus ini
hanya diterapkan pada: TP, DM, SD yang sering bolos.
(2)
Berpartisipasi dalam belajar dan merespon
guru dengan memberi masukan pada siswa untuk memperhatikan saat guru
menerangkan dan bertanya jika belum tahu.
(3)
Menunjukan hasil-hasil tes dengan baik,
disini konselor akan meminta data hasil ulangan harian kepada guru mata
pelajaran.
(4)
Mengerjakan pekerjaan rumah, disini konselor
akan membentuk kelompok belajar khusus untuk mengerjakan PR dibawah bimbingan
konselor sendiri.
h.
Sebelum tahap
ini diakhiri konselor mengadakan relaksasi dengan meminta para konseli untuk melenturkan
otot-otot tubuh dan melakukan game ”kata berkait” caranya konselor membagi
kertas kosong konseli diminta menulis salah satu temannya, kemudian dilipat dan
di putar, selanjutnya konseli diminta menulis kata kerja, kata benda dan
keterangan tempat, setelah itu masing-masing kertas dibacakan. Reaksi konseli
terhadap game ini luar biasa seru hampir semua tertawa terbahak-bahak.
4.
Tahap IV
: Pengakhiran
a. Tahap ini
merupakan tahap evaluasi dan tindak lanjut, pada tahap ini konselor menanyakan
kepada konseli tentang kesanggupan untuk melaksanakan langkah-langkah yang
sudah dirumuskan dalam tahap ketiga (mencari feedback), ternyata semua konseli
dengan senang hati sanggup untuk melaksanakan.
b. Konselor
melakukan evaluasi, yaitu evaluasi hasil
dengan daftar isian penilaian segera. Dari hasil penilaian segera ini
diketahui semua konseli menyatakan bahwa kegiatan konseling kelompok itu
bermanfaat, kemudian 9 konseli menyatakan kegiatan konseling kelompok itu
menarik dan 1 orang konseli menyatakan tidak menarik. Selanjutnya dari
penilaian itu juga diketahui para konseli memiliki pemahaman baru tentang
motivasi berprestasi dan rencana kegiatan yang akan dilakukan konseli.
c. Sedangkan
evaluasi proses akan dilakukan pada tanggal 24 September 2012
dengan menggunakan angket motivasi berprestasi, dari evaluasi ini nanti
akan didapat data skor post test yang akan digunakan untuk uji hipotesis
sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya kenaikan motivasi belajar setelah
proses konseling kelompok.
d. Langkah
konselor selanjutnya setelah evaluasi melakukan kegiatan tindak lanjut
(follow-up), kegiatan tindak lanjut yang akan dilakukan konselor adalah :
1)
Monitoring absen
2)
Membimbing dan memonitor kelompok belajar
dalam mengerjakan PR atau tugas-tugas lain.
3)
Memonitor nilai ulangan harian siswa bekerja
sama dengan guru mata pelajaran.
4) Menyalurkan siswa mengikuti try
out soal-soal ujian
5) Memonitor partisipasi siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dengan bertanya pada guru
mata pelajaran.
6) Home visit kerumah DM karena sering Alpha untuk
mengajak orang tua sama-sama memonitor konseli.
e. Sebelum kegiatan diakhiri konselor menawarkan
pada konseli untuk melanjutkan kegiatan konseling kelompok in, dan disepakati
tanggal 10 Oktober 2012
bertempat di ruang konseling kelompok, jam 10.00 WIB. Akhirnya konseling kelompok ditutup dengan doa
bersama dan ucapan terima kasih dari konselor.
Pelaksanaan Konseling Kelompok Sesi II
Sebelum melakukan
konseling kelompok sesi II konselor melakukan evaluasi dan monitoring paska
kegiatan konseling kelompok sesi I.
Ternyata
masih belum semua keputusan yang di ambil dapat dilaksanakan karena 3 siswa
masih bolos les, baru 1 konseli yang aktif bertanya saat pelajaran (KA), 1 anak
2 kali mengeluh sakit pada saat pelajaran matematika tetapi pelajaran sebelum
dan sesudah matematika kelihatan segar bukgar jadi ada indikasi berbohong,
evaluasi hasil dengan menggunakan angket motivasi belajar belum menunjukan
peningkatan skor yang tajam, sementara hasil yang menggembirakan adalah
pembentukan kelompok belajar untuk mengerjakan PR bisa berjalan dengan baik,
nilai ulangan harian bahasa Indonesia memuaskan, presensi belajar pagi hari
bagus.
Berikut ini laporan pelaksanaan kegiatan
konseling kelompok sesi II :
1.
Tahap I :
Pembentukan
a.
Konseli duduk melingkar,
konselor mempersilakan konseli untuk duduk senyaman mungkin dan mengawali
kegiatan dengan doa bersama.
b.
Konselor mengingatkan
kembali tujuan tahap-tahap dan tata krama dalam konseling kelompok.
c.
Konselor melakukan game
tebak kata dan pesan berantai, game ini tidak terlalu seru tapi cukup
menghangatkan suasana.
2.
Tahap II
: Peralihan
a.
Konselor menjelaskan
kegiatan yang akan dijalani berikutnya yaitu membahas tentang peningkatan
motivasi belajar, dan menyampaikan akan ada tamu yang mau berbagi pengalaman.
b.
Konselor menanyakan kesiapan
klien untuk kegiatan berikutnya, juga menanyakan kenyamanan klien untuk
mengikuti kegiatan. Ternyata klien merasa cukup nyaman dan
siap melanjutkan kegiatan konseling kelompok.
3.
Tahap III
: Kegiatan
a.
Konselor memulai diskusi
dengan menanyakan kembali keputusan-keputusan yang dirumuskan pada konseling
sesi I, konseli dapat menjawab dengan
tepat. Kemudian konselor menanyakan hal-hal apa saja yang belum bisa
dilaksanakan. Apa sebabnya dan bagaimana sebaiknya langkah kedepannya.
b.
Konselor menjelaskan tentang motivasi ekstrinsik
(hadiah, hukuman dan persaingan). Konseli menyimak penjelasan konselor dan memberi
tanggapan. Inti tanggapan konseli bahwa mereka senang dan bersemangat jika
diberi hadiah, mereka juga malu di hukum bila lalai dengan tugas belajarnya,
mereka juga ingin bersaing dengan kawan-kawan yang pintar.
c.
Konselor mengeksplore
motivasi intrinsik dan ekstrinsik yang pernah didapat konseli dan ingin
didapatkan oleh konseli.
d.
Konselor bersama konseli
merangkum keputusan-keputusan dari kegiatan konseling kelompok yaitu;
1)
Siapa saja bisa berprestasi
asal mau belajar
2)
Belajar itu dilakukan secara
terus-menerus, rutin dan sungguh-sungguh agar hasilnya baik.
3)
Bersaing dalam kebaikan
dengan teman itu bagus asal sportif
4)
Tingkah laku yang jelek (mal
adaptif) dalam belajar jangan sampai diulang lagi seperti membolos atau
menghindari pelajaran.
e.
Konselor menggunakan teknik
dalam konseling behavioral yaitu teknik relapse prevention (pencegahan
kambuhan) teknik ini diterapkan pada konseli yang masih sering mengulang
tingkah laku negatif yaitu membolos. Dengan mengutip pendapat Marlat dan Gordon
(1985) maka langkah-langkah yang akan diambil adalah:
1)
Menyifati 3 jenis perilaku
penyebab kambuhan yaitu perasaan tertekan, konflik interpersonal dan tekanan
dari orang lain. Ternyata konseli yang membolos dikarenakan malas, lelah dan
mengantuk kalau les (Konflik interpersonal) juga karena ajaan teman (Tekanan
dari orang lain).
2)
Memberi intruksi tertulis
pada konseli berkenaan dengan tindakan yang harus diambil, disini konselor
meminta konseli membuat semacam surat pernyataan kesanggupan untuk tidak
membolos lagi.
3)
Meminta nomor telepon yang
dapat dihubungi, disini konselor meminta nomor telepon orang tua konseli dan
mengajak orang tua untuk memonitor bersama-sama keaktifan siswa dalam mengikuti
pelajaran atau les.
f.
Sebelum mengakhiri tahap kegiatan pada
konseling kelompok ini konselor mengadakan game untuk kembali
menghangatkan suasana. Nama gamenya “Kata Pak Bowo”. Disini jika konselor
memerintah konseli dengan didahului “kata Pak Bowo” maka konseli harus
melakukan, tetapi jika perintah tidak didahului dengan “Kata Pak Bowo” konseli
tidak boleh melakukan. Game ini cukup membuat suasana meriah.
4.
Tahap IV
: Pengakhiran
1)
Konselor menyampaikan pesan bahwa kegiatan
akan diakhiri
2)
Konselor meminta konseli mengungkapkan
kesan-kesan.
3)
Konselor menyampaikan kesan-kesan dan
memberikan penguat positif berupa pujian yang tulus pada konseli serta makanan
dan minuman.
4)
Konseli mengisi lembar evaluasi hasil
(penilaian segera) sementara konselor mengisi lembar observasi.
a.
Konselor mengisi lembar observasi paska konseling kelompok sesi 2 pada
hari Rabu tanggal 17 Oktober 2012.
b.
Konselor merumuskan kegiatan
tindak lanjut sebagai berikut:
(1)
Memonitor absen
(2)
Membimbing kelompok belajar
dalam mengerjakan PR.
(3)
Menjalin kerjasama dengan
orang tua melalui telpon untuk mengontrol kegiatan belajar.
c.
Konselor menutup kegiatan dengan berdoa, namun
terlebih dahulu menyampaikan pesan pada para konseli bahwa setiap saat konselor
bersedia membantu konseli dalam hubungan profesional.
Penilaian konseling kelompok dilakukan dengan Penilaian hasil. Penilaian hasil dengan menggunakan
lembar penilaian segera. Adapun hasil penilaian segera pada konseling kelompok
sesi 1 diketahui semua konseli menyatakan bahwa kegiatan konseling kelompok itu
bermanfaat, kemudian 9 konseli menyatakan kegiatan konseling kelompok itu
menarik dan 1 orang konseli menyatakan tidak menarik. Selanjutnya dari
penilaian itu juga diketahui para konseli memiliki pemahaman baru tentang
motivasi berprestasi dan rencana kegiatan yang akan dilakukan konseli.
Sedangkan hasil penilaian segera pada kegiatan konseling kelompok sesi II
diketahui semua konseli menyatakan bahwa kegiatan konseling kelompok itu
bermanfaat dan menarik Selanjutnya dari penilaian itu juga diketahui para
konseli memiliki pemahaman baru tentang motivasi berprestasi dan rencana
kegiatan yang akan dilakukan konseli.
Untuk penilaian hasil selanjutnya yaitu
penilaian jangka pendek menggunakan lembar observasi paska proses konseling
kelompok untuk mengetahui perubahan perilaku siswa.
Dari hasil penilaian segera dan penilaian
jangka pendek dapat dilihat bahwa konseli sudah bisa menghilangkan perilaku mal
adaptif dalam belajar dan mengganti dengan perilaku yang lebih adaptif,
sehingga dari hasil pengembangan ini dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok
dengan pendekatan behavioral dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Perbaikan Model Akhir Pelayanan Bimbingan dan
Konseling Behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah,
yaitu :
1. Memotret kondisi
lapangan tentang kemungkinan pengembangan model pelayanan Bimbingan dan
Konseling behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah, dengan
melakukan observasi, wawancara atau test.
2. Mengkaji
berbagai literatur dan ketentuan formal terkait pengembangan model Pelayanan
Bimbingan dan Konseling behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah,
baik literatur berupa buku, jurnal, hasil penelitian atau internet.
3. Mengkaji
kemampuan yang dibutuhkan konselor dan siswa dalam pengembangan model Pelayanan
Bimbingan dan Konseling behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya rendah,
dengan banyak membaca literatur, mengikuti diklat atau workshop pengembangan
profesi.
4. Mencari kemungkinan pola kerjasama yang dapat
dikembangkan untuk melaksanakan model Pelayanan Bimbingan dan Konseling
behavioral bagi siswa motivasi belajarnya rendah. Bisa berkola borasi dengan
sesama konselor, guru mata pelajaran, orang tua atau tenaga ahli lain.
5. Mencari kemungkinan
unsur-unsur yang seharusnya dikembangkan untuk mendukung pengembangan model
pelayanan bimbingan dan konseling behavioral bagi siswa yang motivasi belajarnya
rendah, seperti penggunaan teknik-teknik konseling, game, dan lain-lain..
PENUTUP
Kesimpulan
Layanan
konseling kelompok yang diselingi dengan game seperti yang dilakukan konselor
membuat suasana konseling menjadi hangat, meriah tidak kaku dan tidak
menegangkan.
Dengan
layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral, siswa mengalami
perubahan perilaku belajar yang positif seperti mau mengerjakan PR, tidak
alpha, tidak membolos, mengikuti tryout, mengikuti bimbingan belajar.
Konseling
kelompok dengan pendekatan behavioral bisa meningkatkan motivasi belajar siswa
kelas IXF SMP Negeri 1 Jiwan.
Saran
Dalam
penelitian penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.
Konselor hendaknya sering melakukan studi
lapangan agar mengetahui persoalan peserta
didiknya sehingga bisa memberikan pendekatan konseling yang tepat dalam
mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik.
2.
Konselor perlu banyak belajar, baik dari
literatur, penataran, workshop sehingga bisa meningkatkan kemampuan dalam
memberikan layanan yang tepat untuk peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1990. Psikologi
Belajar. Yogyakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. 2002. Prosedur
penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka cipta
Dinas Pendidikan, 2002. Panduan
Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi .
Jakarta: Dikmenum
Mcleod, 2006. Pengantar
Konseling. Jakarta : Kencana Prenada Media group .
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling kelompok
(Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ridwan. 2004. Penanganan
Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sardiman,A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Mengajar: Jakarta:
Grafindo
Zaenudin. 2008. Pendekatan-pendekatan Konseling Individual
pendekatan Psikoanalisis, pendekatan Behavioral, Pendekatan Gestalt, dan
Pendekatan Rational Emotif.
Makalah
pada Pendampingan Teknis Model Konseling MGP. P4TK
Alhamdulillah, dengan mengunjungi web ini saya mendapatkan bekal untuk lebih giat menulis karya ilmiah.
BalasHapus