MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATERI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF PROBLEM POSING SISWA KELAS
VII-B SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SMP NEGERI 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN
Oleh : CAHYO WIBOWO
SMP NEGERI 1 JIWAN KABUPATEN
MADIUN
abstrak
Kata
Kunci : Pembelajaran Kooperatif, Problem Possing, Hasil Belajar
Peran guru dalam pembelajaran di
kelas bukan hanya mengkomunikasikan pengetahuan tetapi juga membantu siswa agar
mampu memahami konsep – konsep dn dapat menerapkan konsep yang dipahami serta
mendorong terjadinya aktivitas salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk
mencapai keberhasilan dalam pembelajran adalah ketepatan guru dalam memilih dan
menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau bahan ajar dan
situasi kelas, untuk itu maka diimplementasikan pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe Problem Posing. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
: (1) Bagaimana penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Problem Posing pada
mata pelajaran IPS kelas VII-B SMP
Negeri 1 Jiwan ?, (2) Apakah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Problem Posing dapat
meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa di kelas VII-B SMP Negeri 1 Jiwan? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Penerapan model
pembelajaran Kooperatif tipe pada mata pelajaran IPS kelas VII-B SMP Negeri 1 Jiwan, (2) Peningkatan hasil belajar IPS
di kelas VII-B SMP Negeri 1 Jiwan.
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dilakukan dalam bentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus terdiri dari
empat tahapan kegiatan yaitu, Perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Problem Posing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kelas VII-B SMP Negeri 1 Jiwan, (2) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Problem
Pasing pada mata pelajaran IPS kelas
VII-B SMP Negeri 1
Jiwan telah terlaksana sesuai
dengan sintaks langkah – langkah yang telah direncanakan, (3) Adanya
peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi IPS sebagai dampak dari peningkatan aktifitas
siswa dalam pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing, (4) Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe problem
posing pada mata pembelajaran
IPS menumbuuhkan rasa senang pada
siswa.Saran bagi rekan - rekan guru yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran
kooperatif tipr problem possing
adalah sebagai berikut : (1) jika pembelajaran direncanakan dalam bentuk
kelompok, hendaknya susunan kelompok telah diseting terlebih dahulu agar tidak
memerlukan banyak waktu, (2) diupayakan agar siswa sudah mempelajari atau
memahami materi pelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran agar penyusunan soal
berhasil lebih baik, (3) dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran dan
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, pendekatan kooperatif tipe problem posing dapat dijadikan salah
satu solusinya.
PENDAHULUAN
Dari hasil pengamatan pada saat pelaksanaan pembelajaran
IPS pada kelas VII-B dengan jumlah siswa sebanyak 22 siswa, tampak bahwa
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS masih kurang. Terutama aktivitas dalam
mengajukan pertanyaan, menjawab pertannyaan, maupun memberikan tanggapan
terhadap pertanyaan. Terlihat jelas pada saat guru memberikan kesempatan untuk
bertanya secara lisan, hannya 2 orang siswa yang mengacungkan jarinya. Pada
saat mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaannya, ternyata cara
mengemukakan pertanyaan tidak jelas arah maupun apa yang ditanyakan, sehingga
sempat menjadi bahan olok-olokan teman sekelasnya. Ketika guru menyampaikan
pertanyaan kepada siswa yang lain untuk minta pendapatnya atau tanggapan tidak
ada siswa yang angkat tangan, mereka baru menjawab setelah ditunjuk oleh guru.
Jawaban yang diberikan juga kurang tepat dan tidak mengenai sasaran yang
ditanyakan. Mereka juga kurang begitu respek untuk memberikan tanggapan
terhadap jawaban dari siswa yang lain.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka peneliti
mencoba merangsang suatu tindakan alternatif untuk mengatasi masalah yang ada
berupa penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing yang lebih mengutamakan kreativitas siswa dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal
dan meningkatkan ketrampilan – ketrampilan sosial siswa, seperti kepekaan
sosial, komunikasi sosial, dan partisipasi serta tanggung jawab sosial. Keberhasilan siswa dalam belajar salah
satunya ditentukan oleh strategi atau pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran,
termasuk dalam pembelajaran IPS. Sebagai upaya meningkatkan mutu pembelajaran
IPS diperlukan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa.
Proses belajar mengajar atau pembelejaran harus
dirancang sedemikian rupa oleh guru sehingga siswa dapat terlibat secara aktif
baik mental amupun fisiknya dalam belajar IPS seperti yang dinyatakan oleh
Hudoyo (2002) agar siswa dan guru dapat berinteraksi, perlu suatu model
pembelajaran yang merupakan rangkaian pembelajaran pada masalah sehingga siswa
dapat mempresentasikan pengetahuan konseptual dan proseduralnya dalam
mengajukan masalah dan kemudian menyelesaikannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sutiarso (1999) bahwa prestasi belajar
yang diperoleh kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada
pendekatan sebagaimana biasa (konvensional). Sikap siswa selama mengikuti
pembelajaran menunjukkan dampak positif,lebih aktif dan semangat membuat
pertanyaan sekaligus mampu memberikan jawabannya.
Dari hasil penelitian terdahulu memberikan gambaran
bahwa problem posing merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang mempunyai beberapa kelebihan, seperti menurut
English dalam Siswoyo (1999) menyebutkan bahwa : (1) siswa senang mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan problem
posing dan ingin tahu lebih bannyak tentang materi yang dipelajari, (2)
mengerjakan soal yang dibuat sendiri lebih menyenangkan, dan (3) mengajukan
soal dapat mendorong siswa lebih banyak membaca materi pelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan
melakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Perubahan Sosial Budaya Dengan
Pembelajaran Kooperatif Problem Posing Siswa Kelas VII-B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Jiwan
Kabupaten Madiun”.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu suatu bentuk kajian reflektif oleh
peneliti untuk meningkatkan kemampuan rasional tindakannya dalam melakssanakan
tugas. Di samping itu juga untuk memperdalam pemahaman atas tindakan dalam
memperbaiki kondisi pelaksanaan dalam praktik
pembelajaran di kelas.
Dalam PTK ini
diimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe problem posing sebagai tindakan karena dijumpai permasalahan kurang
aktifnya siswa dalam pembelajaran di kelas. Sebagai acuan dalam pelaksanaan PTK
digunakan alur PTK model Kemmis dan Taggart (dalam Kasbulah, 1999). Model ini
merupakan rangkaian tindakan perbaikan kelas melalui siklus-siklus, tiap siklus
terdiri atas 4 (empat) tahapan tindakan yaitu : tahap perncanaan (planning),
pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (refleksition).
Refleksi terhadap pemberian tindakan pada siklus pertama dijadikan acuan dalam
merencanakan tindakan pada siklus II. Berikut ini gambar alur pelaksanaan
tidakan dalam PTK :
PTK model Kemmis dan Taggart (dalam Kasbulah, 1999)
Penjelasan
alur di atas adalah:
1.
Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian
peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2.
Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan
oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model
demonstrasi.
3.
Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4.
Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi
dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Observasi
dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran
dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub
pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat
dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaisistem pengajaran yang telah
dilaksanakan.
Metode Pengumpulan Data
Data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran
kooperatif model demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan guru angket
motivasi siswa, dan tes formatif
Data yang
diperoleh dari observer dan guru
kemudian di analisis. Apabila dari refleksi siklus 1 tidak memenuhi
indicator keberhasilan atau dapat dikatakan tujuan penelitian belum tercapai
maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus dua.
Kegiatan analisis data ini di dilakukan pada siklus 1, siklus 2 dan seterusnya samapai memenuhi indicator
keberhasilan atau samapai tujuan penelitian tercapai.
HASIL PENELITIAN
Pengamatan
atau observasi pada siklus I dan II dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran
atau pelaksanaan tindakan berlangsung. Peneliti dibantu oleh dua orang teman
sejawat atau guru mitra, dengan menggunakan blanko observasi yang telah
disediakan dan catatan-catatan selama pelaksanaan tindakan. Secara ringkas data hasil observasi pada siklus I dan II adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.6. Aktivitas Siswa
Siklus I dan Siklus II
NO
|
ASPEK
AMATAN
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
||
FREKUENSI
|
%
|
FREKUENSI
|
%
|
||
1
|
Bertanya
|
3
|
13,64
|
5
|
22,73
|
2
|
Menjawab
|
7
|
31,82
|
14
|
63,64
|
3
|
Menanggapi
|
13
|
59,09
|
18
|
81,82
|
4
|
Presentasi
|
2
|
50
|
4
|
100
|
Tabel 4.7. Hasil Belajar
dan Pemahaman siswa Siklus I dan siklus II
NO
|
ASPEK AMATAN
|
SIKLUS I
|
SIKLUS II
|
PENINGKATAN
|
1
|
Hasil Belajar (pos tes)
|
77.73
|
81.82
|
4,09
|
2
|
Kertas Kerja
|
68,18
|
86,36
|
16,19
|
Tabel
4.8 Kerjasama Dalam Kelompok Siklus I dan Siklus II
NO
|
Aspek
Amatan
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
Ket
|
||||||
BS
|
B
|
C
|
K
|
BS
|
B
|
C
|
K
|
|||
1
|
Kekompakan
|
|
2
|
2
|
-
|
2
|
2
|
-
|
-
|
Jumlah
Kelompok
Ada 4
|
2
|
Keaktifan
|
|
1
|
2
|
1
|
2
|
2
|
-
|
-
|
|
3
|
Konsentrasi
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
1
|
1
|
|
Tabel
4.9. Kategori Pertanyaan Siswa
No
|
Kategori
|
Siklus I (%)
|
Siklus II (%)
|
1
|
C
1
|
77,17
|
27.27
|
2
|
C 2
|
22.73
|
45,45
|
3
|
C
3
|
|
22,73
|
Tabel 4.10. Pendapat Siswa
Tentang Pembelajaran
|
|
Frekuensi
|
%
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Merasa senang
|
15
|
68,18
|
20
|
90,91
|
2
|
Merasa bias
|
20
|
90,91
|
22
|
100
|
3
|
Antusias
|
17
|
77,27
|
19
|
86,36
|
4
|
Memperoleh manfaat
|
16
|
72,73
|
19
|
86,36
|
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe problem
posing dapat meningkatkan hasil dan pemahaman siswa terhadap materi IPS ,
hal ini telah ditunjukkan dari hasil pos tes dan kertas kerja siswa yang
meningkat, untuk hasil belajar meningkat 9.09% sedangkan kertas kerja meningkat
18,18%.. Meskipun dalam penelitian ini peningkatan hasil belajar bukan
merupakan tujuan utama ternyata penerapan dari pembelajaran kooperatif tipe problem posing membawa dampak pada
peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa pada materi IPS sebagai dampak dari adanya peningkatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran di dalam kelas. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Sutiarso (1999) “bahwa prestasi belajar
yang diperoleh kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada pendekatan
sebagaimana biasa (konvensional)”,
Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe problrm posing dapat
membuat siswa merasa senang pada pembelajaran IPS , hai ini dapat dilihat dari
angket pendapat siswa dalam pelaksaanaan pembelajaran yang mengalami peningkatan
sebesar : merasa senang meningkat 22,72%, merasa bias 9.09%, antusias 9,09% dan
memperoleh manfaat meningkat 13,63%. Menurut English dalam Siswono (1999) dari
hasil penelitian terdahulu memberi gambaran bahwa problem posing merupakan pendekatan pembelaajaran yang mempunyai
kelebihan : (1) siswa senang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem
posing dan ingin tahu lebih banyak tentang materi yang dipahami, (2)
mengerjakan soal yang dibuat sendiri lebih menyenangkan, dan (3) mengajukan soal
dapat mendorong siswa lebih banyak membaca materi pelajaran. Pendapat siswa
yang senang pada pembelajaran ditunjukkan pada angket siklus I maupun pada
siklus II, yang dapat diamati pada table 4.10.
KESIMPULAN
Berdasarkan
paparan data, analisis data, temuan penelitian, dan pembahasan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang
perubahan sosial budaya di
kelas VII-B semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Jiwan
Kabupaten Madiun.
2.
Penerapan
pembelajaran koooperatif tipe problem
posing pada mata pelajaran IPS kelas
VII-B semester gasal
tahun pelajaran
2015/2016
SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun telah terlaksana sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan.
3.
Adanya
peningkatan prestasi/hasil
belajar dan pemahaman siswa terhadap materi Perubahan Sosial Budaya sebagai dampak dari
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe problem posing.
4.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe problem
posing pada pembelajaran IPS
menumbuhkan rasa senang pada siswa.
DAFTAR
PUSTAKA
A. Jalil,
2006 Pembelajaran dan Pendekatan Problem
Posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Siswa Kelas VIII SMP Negeri IV
Malang Pada Konsep system Hormon Tahun Pelajaran 2004/2005. Tesis tidak
dipublikasikan, Universitas Negeri Malang.
A’ari, A.R. 2000 Pembelajaran
Matematika yang demokratis, Makalah disajikan dalam seminar Nasional :
Penngajaran Matematika Sekolah Menengah Jurusan Matematika FMIPA Universitas
Negeri Malang.
Chotimah Husnul, 2007, Model-model Pembelajaran untuk PTK, Malang.
Corebina, A. D. 2002, Pelatihan terintegrasi Berbasis Kompentensi Guru Mata Pelajaran Biologi
. PTK. Dirjen dikdasmen. Jakarta. Depdiknas.
Hamalik, O, 2004 Proses Belajar Mengajar, Jakarta :
Bumi Aksara
Hasibuhan, J.J. Moedjiono, 1995, Proses Belajar Mengajar,
Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Hadoyo, H, 2002, Suatu
usaha Untuk meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Belajar Matematikan. Makalah
Disajikan dalam Seminar Nasional Penngajaran Matematika di Sekolah Jurusan
Matematika. Universitas Negeri Malang.
Isjoni, 2007,Cooperative
Learning, Alfabeta, Bandung.
Kasbolah, K. 1999, Penelitian
Tindakan Kelas Untuk Guru Sains. Makalah dalam Penelitian Guru Sains dengan
Pendekatan STM, Malang 12 – 15 Juli 1999
Nurhadi, Yasin, B. Dan Senduh, AG, 2004, Pembelajaran Konteksrual dan Penerapannya
dalam KBK, Malang : Universitas Negeri Malang
Rochiati Wiriaatmadja.2008. Metode Penelitian Tindakan
Kelas Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
Siswoyo. T. Y. E. 1999. Metode Pemberian Tugas penyajian soal dalam pembelajaran Matematika.
Tesis. Tidak Diterbitkan. Surabaya : PPS IKIP Surabaya
Suryanto, 1988, Pembentukan
Soal Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar
Nasional. Malang : PPS IKIP Malang.
Susilo, H. 2002. Pembelajaran
Kontekstual Dalam MIPA “Majalah Pendidikan Konsep”, Nomor 1
Agustus-Oktober, 15-20
Sutiarso, S. 1999. Pengaruh
Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar
Aritmatika Siswa Kelas II SMP N 18 Malang. Tesis. Tidak Diterbitkan. Malang
: IKIP Malang.
Trianto.2007.Model-model
Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Puistaka
Plubiser. Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar