PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DAN PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI 1 JIWAN KABUPATEN
MADIUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh : SRI RUSMIYATI, S.Pd
SMP NEGERI 1 JIWAN
ABSTRAK
Kata Kunci: menulis cerpen,
pembelajaran bahasa Indonesia, model pembelajaran terpadu, penilaian berbasis kelas.
Salah satu faktor yang menentukan kualitas
pendidikan dan pengajaran di suatu sekolah adalah hasil belajar. Keberhasilan
kualitas dan pengajaran pendidikan formal secara umum dapat diindikasikan
apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai
dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan
nontes. Proses pembelajaran tidak akan
efektif apabila dilakukan tanpa melalui persiapan yang cukup dan
terencana dengan baik. Sudah tentu kualitas hasil belajar siswa akan jauh dari
harapan.
Berdasarkan permaslahan diatas maka
penelitian ini bertujuan untuk (1)
meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen bagi siswa kelas IX B
SMP Negeri 1 Jiwan, dengan menerapkan model pembelajaran terpadu dan penilaian
berbasis kelas dan (2) meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX B
SMP Negeri 1 Jiwan melalui penerapan model pembelajaran terpadu dan penilaian
berbasis kelas.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dengan menerapkan tiga siklus. Setiap siklus meliputi
empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa rerata
hasil aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran selalu meningkat. Aktivitas
siswa sebelum tindakan kategori kurang 26%, cukup 71,4% , baik 1%. Sesudah
pelaksanaan tindakan siswa dengan kategori kurang 0%, cukup 5 %, dan baik 95 %.
Aktivitas guru sebelum dilaksanakannya tindakan rata-rata perolehan skor yang dicapai
adalah 1,93 dan setelah pelaksanaan tindakan skor rata-rata yang dicapai 3,60
dari perolehan skor maksimal berjumlah 4. Hasil rata-rata kemampuan menulis
cerpen juga menunjukkan peningkatan dari pratindakan sampai siklus I, siklus
II, dan siklus III. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebelum pelaksanaan
tindakan adalah 67,60, siklus I adalah72,65, siklus II nilai rata-rata 76,85,
dan siklus III nilai rata-rata yang diperoleh 81,50.
Simpulan dari peneltian ini adalah bahwa
penerapan model pembelajaran terpadu dan penerapan penilaian berbasis kelas
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis cerpen
siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Jiwan.
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan dan
pengajaran di suatu sekolah adalah hasil belajar. Keberhasilan kualitas dan
pengajaran pendidikan formal secara umum dapat diindikasikan apabila kegiatan
belajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan
pendidikan, serta dapatdievaluasi
melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan nontes. Proses
pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan
terencana dengan baik. Hal itu perlu dilakukan untuk menghadapi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat di era globalisasi sekarang
ini. Untk dapat bersaing dalam kancah persaingan global, suatu bangsa harus
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan alasan tersebut, maka sekolah / madrasah
merasa perlu untuk melakukan inovasi pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang diimplementasikan dalam bentuk inovasi kegiatan
pembelajaran dan penilaian. Inovasi pembelajaran dan penilaian yang dilakukan
merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan dan pengajaran
di suatu sekolah yang berujud hasil belajar. Hasil belajar atau keberhasilan
proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh proses belajar mengajar. Hasil belajar
yang sudah dicapai suatu sekolah, tinggirendahnya atau baik-buruknya sangat
bergantung pada proses belajar, yakni pengalaman belajar apa saja dan proses
penilaian yang dilakukan. Proses belajarmengajar dan penilaian yang berlangsung
dengan baik dan berkualitas, dengan sendirinya akan mencetak hasil belajar yang
baik; sebaliknya proses belajar-mengajar dan penilaian yang berjalan tidak baik
akan menghasilkan hasil belajar yang tidak baik pula.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam peningkatan
kualitas pendidikan dimaksud adalah proses pembelajaran yang selama ini
dilakukan, yaitu kurangnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diharapkan. Masih banyak guru dalam proses pembelajaran, pembelajaran berpusat
pada guru (teacher centered learning) dan belum pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered learning).
Handayani (2008: 325) mengungkapkan bahwa hasil
pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk keterampilan menulis sekarang ini
masih rendah. Kekurangberhasilan pembelajaran menulis tersebut disebabkan
banyak faktor, khususnya yang menyangkut siswa dan guru. Penemuan sebab-sebab
merupakan langkah awal yang perlu ditemukan setelah ditemukan penyebabnya,
dicari solusinya sehingga siswa mencapai hasil belajar sesuai harapan.
Pencapaian kompetensi dasar pada aspek menulis siswa
kelas IX B masih rendah. Hal tersebut bisa dilihat dari rerata yang dicapai
siswa masih di bawah KKM. Pada penelitian ini, siswa yang diteliti adalah siswa
kelas IX B. Nilai rerata yang diperoleh siswa dengan kompetensi dasar masih di
bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ideal yaitu 75. Hal tersebut
mencerminkan bahwa kompetensi dasar yang terkait dengan aspek menulis,
khususnya menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami
masih rendah. Hal tersebut dapat diketahui dari kondisi awal yang berasal dari
hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas IX B dan observasi.
Faktor rendahnya kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMP 1 Jiwan kelas IX B disebabkan: proses
pembelajaran yang dilakukan guru masih konvensional, guru dalam proses
pembelajaran menggunakan metode ceramah, tanpa menggunakan media pembelajaran.
guru hanya menunjukkan contoh-contoh yang bersumber dari LKS dan buku paket. Guru
belum menyentuh potensi yang terdapat pada diri siswa agar bisa menulis cerpen
dengan menggunakan kemampuan yang dipunyai siswa dengan memanfatkan berbagai
sumber yang bisa mengasah kemampuan siswa.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan
pendekatan terpadu, keberhasilannya juga sangat ditentukan oleh penilaian yang
dilakukan. Penilaian yang dipilih dan digunakan harus memperhatikan hal-hal
yang meliputi: dapat mengukur secara langsung kemahiran berbahasa siswa, dapat
mendorong siswa untuk secara aktif berlatih berbahasa Indonesia dan bertolak
dari wacana. Penilaian yang dilakukan daharapkan dapat mengukur secara langsung
kemahiran berbahasa siswa secara menyeluruh dan terpadu. Penilaian yang dapat
mengukur kemahiran secara menyeluruh adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian
ini dilakukan secara terusmenerus, selama proses pembelajaran baik di dalam
maupun di luar kelas. Dengan demikian, kegiatan penilaian bukanlah merupakan
kegiatan yang terpisah dari pembelajaran.
Penelitian yang fokus pada peningkatan kemampuan menulis
cerpen, didasarkan pada alasan bahwa siswa-siswa kelas IX B di SMP Negeri 1
Jiwan belum mampu menulis cerpen. Proses kreatif menulis cerpen siswa dalam
menuangkan ide, gagasan dan emosi jiwa secara imajinatif belum terasah. Siswa
hanya sekadar menulis cerpen belum bisa menghasilkan cerpen yang enak untuk
dibaca dan bisa menyentuh pembaca.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen di kelas IX B SMP Negeri 1 Jiwan
dengan penerapan strategi pembelajaran terpadu dan penilaian berbasis kelas
karena dengan pendekatan terpadu dan penilaian berbasis kelas tersebut
pembelajaran menulis cerpen akan lebih menarik dan tidak menjemukan siswa.
Dengan penerapan strategi pembelajaran terpadu proses pembelajaran tidak akan
terlepas dari organisasi pembelajaran, pemilihan metode, teknik, dan media,
serta evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan secara terencana dan terpadu
dalam proses pembelajaran.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran terpadu
dan penilaian berbasis kelas dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
menulis cerpen bagi siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2013/
2014?
2. Apakah penerapan model pembelajaran terpadu
dan penilaian berbasis kelas dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa
kelas IX B SMP Negeri 1 Jiwan Tahun Pelajaran 2013/ 2014?
TUJUAN PENELITIAN
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran
menulis cerpen bagi siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Jiwan, dengan menerapkan
model pembelajaran terpadu dan penilaian berbasis kelas.
2. Meningkatkan kemampuan siswa kelas IX B SMP
Negeri 1 Jiwan dalam menulis cerpen melalui model pembelajaran terpadu dan
penilaian berbasis kelas.
MANFAAT PENELITIAN
1. Hasil penelitian ini dimanfaatkan sebagai
bahan masukan/informasi untuk memperdalam pemahaman dan wawasan teori
tentang langkah-langkah penggunaan model
pembelajaran terpadu dan penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di SMP/MTs, khususnya menulis cerpen.
2. Siswa akan lebih saksama dalam mengikuti
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya tentang menulis cerpen.
3. Siswa akan semakin bersemangat dalam belajar,
melalui strategi pembelajaran terpadu, karena mendorong siswa agar selalu aktif
untuk mengikuti pembelajaran yang berasal dari materi yang bersifat nyata dan
alamiah.
4. Siswa lebih aktif dan minat menulis siswa
meningkat dalam proses pembelajaran, karena selama pembelajaran berlangsung
siswa terlibat secara aktif dalam penilaian, baik menilai hasil karya sendiri
maupun menilai hasil karya teman.
5. Hasil belajar lebih bermakna karena siswa
lebih banyak melakukan praktek menulis dan menilai kelemahan atas
tulisan-tulisannya.
HIPOTESA TINDAKAN
Penerapan Model Pembelajaran Terpadu dan Penilaian
Berbasis Kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen bagi
siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Jiwan Tahun Pelajaran 2013/ 2014.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Kemampuan
Kridalaksana (2008:117) mengemukakan Kemampuan adalah
pengetahuan tentang bahasa yang bersifat abstrak dan bersifat tidak sadar.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat diketahui oleh orang lain setelah
seseorang tersebut mengimplementasikan dalam aktivitas sehari-hari. Baik
aktivitas yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Tugas yang
menggunakan kemampuan yang tinggi dibandingkan dengan tugas yang berada di
tingkat bawahnya. Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007:707) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita
berusaha dengan diri sendiri.
Pengertian Menulis
Pengertian menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan
seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. (Widyamartaya,1990: 9).
Sementara itu, Nurgiyantoro (2010:423) mengemukakan, agar komunikassi lewat
lambang tulis dapat seperti yang diharapkan, penulis haruslah menuangkan gagasannya
ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian bahasa yang
dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atau pikiran
penulis. Sehingga dengan bahasa tulis seseorang akan dapat menuangkan isi hati
dan pikiran.
Pengertian Cerpen
Cerpen sebagai salah satu jenis
genre sastra fiksi sangat menarik untuk ditulis dan dipelajari. Cerpen
tergolong cerita rekaan. Waluyo (2001:1) mengatakan bahwa istilah rekaan
terdapat kata ‘cerita’ dan ‘rekaan’ sebenarnya semua cerita mestinya adalah
fiksi. Namun akhir-akhir ini banyak juga cerita yang bukan fiksi karena
perkataan cerita itu berubah makna meluas yakni mengisahkan juga yang bukan
fiksi sehingga timbul cerita yang bukan nonfiksi. Baik cerita fiksi maupun
nonfiksi termasuk jenis prosa. Prosa ini pun sering juga diklasifikasikan
menjadi prosa fiksi (prose fiction) dan prosa nonfiksi (prose
nonfiction). Kata fiksi berarti bahwa cerita itu merupakan hasil khayalan
atau hasil imajinasi dan bukan cerita yang nyata terjadi.
Kardi, S. dan Nur cit, Trianto (2012:52)
mengemukakan bahwa model pembelajaran terpadu mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas.
METODE PENELITIAN DAN OBYEK PENELITIAN
Obyek penelitian ini adalah siswa
kelas IX B SMP N 1 Jiwan dan penelitian ini mencakup rangkaian kegiatan tahapan
penelitian dari awal hingga akhir penelitian. Penelitian dalaksanakan dalam
bentuk 4 tahapan yaitu (1) persiapan, (2) studi/survei awal. (3) pelaksanaan
siklus, dan (4) penyusunan laporan.
RENCANA TINDAKAN
Pelaksanaan siklus meliputi (i) perencanaan tindakan (planning),
(ii) pelaksanaan tindakan (acting), (iii) pengamatan (observing),
dan (iv) refleksi (reflecting). Jumlah siklus yang digunakan adalah
minimal dua siklus. Pelaksanaan minimal dua siklus dianggap sudah cukup untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi.
Untuk
meningkatkan keakuratan dalam penelitian maka perlu dilakasanakan observasi dan
pengumpulan databerupa keatifan siswa saat proses pembelajaran dan hasil pos
tes siwa
Alur Penelitian
1. Persiapan
Kondisi awal adalah berupa persiapan. Disini
guru mempersiapkan semua istrumen keterlaksanaan saat digunakan untuk
melaksanakan penelitian tindakan
2. Survei Awal
Berisi penentuan kelas yang akan digunakan
penelitian dan waktu mengamati proses pembelajaran menulis cerpen, melihat
kondisi awal berupa hasil pekerjaan siswa berupa cerpen, dan wawancara untuk
mendapat masukan baik dari guru maupun siswa. Kondisi awal menunjukkan bahwa
kemampuan menulis cerpen masih rendah. Dikatakan rendah karena siswa belum
maksimal memberdayakan dirinya untuk berkreatif menulis cerpen.
3. Pelaksanaan Siklus
Satu siklus ada empat tahapan yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat komponen tersebut
dijabarkan dalam desain penelitian tindakan kelas. Adapun empat komponen
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan, yaitu tindakan yang akan
dilakukan bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan, atau perubahan sebagai
solusi.
2. Tindakan, yaitu tindakan apa yang dilakukan
guru sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan sebagai solusi.
Maksudnya melakukan perbaikan terhadap siswa agar terwujud menulis cerpen
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
3. Observasi atau pengamatan, yaitu mengamati
hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan siswa. Kesulitan yang
dihadapi siswa, kesalahan siswa, motivasi siswa, dan tanggapan siswa, kita
jadikan agenda sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pada siklus
berikutnya.
4. Refleksi, adalah kegiatan yang mengulas
secara kritis tentang sejumlah perubahan-peerubahan yang terjadi baik siswa,
suasana kelas, maupun guru. Pada tahapan ini dilakukan diskusi dengan
kolaborator, untuk mengungkap kekurangan dan kelebihan selama pelaksanaan
tindakan untuk selanjutnya bertujuan menentukan perencanaan pada siklus berikutnya.
Tiap-tiap siklus terdiri atas empat langkah
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. . Indikator keberhasilan
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas
proses pembelajaran dan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX B SMP Negeri 1
Jiwan, Kabupaten Madiun. Keberhasilan pembelajaran tersebut digunakan indikator
seperti di bawah ini.
1.
Keaktifan siswa dalam berpikir
kreatif untuk bisa menulis cerpen.
2.
Atensi siswa terhadap
pembelajaran.
3.
Minat dan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran.
4.
Kemampuan siswa untuk melakukan
berbagai bentuk pengkajian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman.
5.
Kemampuan guru mengelola kelas.
6.
Kemampuan menulis cerpen siswa
ditandai dengan kemampuan siswa menulis cerpen setelah berlatih berbagai
keterampilan kognitif, personal social, dan psikomotorik, baik yang berbentuk
efek langsung pengajaran maupun sebagai dampak pengiring pelaksanaan berbagai
kegiatan belajar mengajar.
7.
Ketuntasan hasil belajar mencapai
minimal 75.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Kondisi awal
Deskripsi secara konkret tentang kualitas proses belajar
mengajar dapat dilihat dari hasil pengamatan baik pengamatan untuk guru maupun
pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas siswa. Hasil pengamatan tentang
kualitas proses belajar mengajar dari aktivitas siswa saat survei awal dapat
diketahui sebagai berikut. (1) Aktivitas siswa ketika tanya jawab tentang
pengetahuan cerpen adalah 90% berkategori kurang, 18 siswa memperoleh skor 1.
Skor 1 berkategori kurang. Sedangkan 2% siswa berskor 2 menunjukkan kategori
cukup. (2) aktivitas siswa ketika tanya jawab tentang pelaksanaan pembelajaran
terpadu dan penilaian berbasis kelas 10% siswa berskor 1 menunjukkan kategori
kurang dan 90% siswa berkategori cukup. (3) Aktivitas siswa ketika menentukan
tema cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami siswa adalah 15% siswa
berkategori kurang dan 85% siswa berkategori cukup. (4) Aktivitas siswa ketika
menyusun kerangka cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami siswa
adalah 5% siswa berkategori kurang, 90% berkategori cukup dan 5% siswa
berkategori baik. (5) Aktivitas siswa ketika menyusun cerpen bertolak dari
peristiwa yang pernah dialami siswa adalah adalah 10 % siswa berkategori kurang
dan 90% siswa berkategori cukup.
2. Pembahasan Tiap Siklus
a. Siklus I
Deskripsi siklus I menunjukkan bahwa mutu
proses pembelajaran belum maksimal. Mutu proses pembelajaran ditinjau dari dua
segi yaitu segi yang pertama adalah siswa sedangkan segi yang kedua adalah
guru. Pertama, dari segi siswa belum aktif melakukan kegiatan-kegiatan
sesuai dengan scenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal ini
disebabkan oleh karena siswa sudah terbiasa diajarkan dengan metode ceramah
dengan jalan hanya menyimak penjelasan guru. Keaktifan siswa sudah mulai tampak
tetapi hanya sedikit.. Siswa belum bersungguh-sungguh untuk melakukan aktivitas
membaca, menyimak, berbicara, dan menulis selama proses pembelajaran. Kedua,
dari segi guru belum maksimal untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Hal
tersebut dapat dibuktikan guru belum membiasakan siswa menjawab pertanyaan
berdasarkan ide yang berasal dari siswa sendiri. Untuk kegiatan kolaborasi guru
kurang terampil mengatur siswa untuk selalu aktif dalam kelompok masing-masing.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
atau observasi menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran
dengan kriteria cukup. Adapun deskripsi aktivitas siswa adalah sebagai berikut:
(1) rerata aktivitas siswa berkategori kurang adalah 20 %, (2) rerata aktivitas
siswa berkategori cukup adalah 80, (3) rerata aktivitas siswa berkategori baik
adalah 0. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti proses
pembelajaran belum sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Sedangkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan observasi terhadap guru
menunjukkan bahwa guru memperoleh skor rata-rata untuk aktivitas rencana
pelaksanaan pembelajaran sebesar 3,30. Adapun rata-rata skor maksimal adalah 4,
sehingga untuk aktivitas ini masuk skor sangat memuaskan. Kegiatan pembelajaran
inti yang dilakukan guru memperoleh rata-rata skor 2,58 termasuk kriteria
kurang memuaskan. Aktivitas selanjutnya adalah kegiatan hubungan pribadi
memperoleh skor rata-rata 2,70 kriteria kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil tes menulis cerpen
diketahui rerata kelas sebesar 72,65. Sejumlah 9 siswa mendapat nilai kurang
(di bawah) dari 75. Sebanyak 11 siswa mendapat nilai sama dengan atau lebih
dari 75. Ketuntasan secara klasikal sbesar 55 % (lihat lampiran 32 halaman
295). Bedasarkan data tersebut, rerata kelas belum mencapai batas tuntas yang
ditetapkan. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan.
b. Siklus II
Pembelajaran pada siklus II telah diikuti
siswa dengan dengan cukup baik. Keaktifan siswa untuk mengikuti pembelajaran
terutama aktivitas tanya jawab sudah tampak. Siswa lebih termotivasi
belajarnya, lebih bersemangat, lebih fokus pada pembelajaran dan antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran. Pengaruh yang tampak pada dari meningkatnya
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah meningkatnya kegiatan tanya
jawab antara guru dan siswa.. Siswa terlihat bersungguh-sungguh untuk
memberikan penilaian terhadap hasil karya siswa yang lain.
Mutu proses pembelajaran ditinjau dari dua
segi yaitu segi yang pertama adalah dari siswa sedangkan segi yang kedua adalah
dari guru. Dari segi siswa dapat dilihat saat aktivitas mengikuti pembelajaran.
Aktivitas siswa saat proses pembelajaran mulai menunjukkan peningkatan. Namun,
aktivitas tersebut masih perlu ditingkatkan. Aktivitas siswa selama mengikuti
proses pembelajaran dengan kriteria baik dapat diketahui dari hasil observasi
sebagai berikut, (1) rerata siswa berkategori kurang adalah 1%, (2) rerata
aktivitas siswa berkategori cukup adalah 79%, (3) rerata aktivitas siswa
berkategori baik adalah 20 % (lihat lampiran 20 halaman 251).
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
terhadap guru menunjukkan bahwa guru memperoleh skor rata-rata 3,023 dari
rata-rata skor maksimal 4,00 dengan kriteria memuaskan. Dengan demikian,
aktivitas guru sudah termasuk memuaskan. Meskipun demikian, perlu peningkatan
lagi agar bisa masuk pada kriteria teratas yaitu sangat memuaskan. Berdasarkan
hasil tes menulis cerpen dapat diketahui rerata kelas yang berhasil dicapai
adalah 76,85. Sejumlah 6 siswa mendapat nilai kurang (dibawah) dari 75.
Sebanyak 14 siswa mendapat nilai sama atau lebih dari 75. Ketuntasan secara
klasikal sebesar 70% (lihat lampiran 32 halaman 295). Berdasar data tersebut, rerata kelas sudah
mencapai batas tuntas yang ditetapkan. Tetapi, secara klasikal belum mencapai
ketuntasan.
c. Siklus III
Pada siklus III, pembelajaran sudah diikuti
siswa dengan baik. Siswa dan guru memperlihatkan aktivitas pembelajaran secara
maksimal, bersemangat, terfokus, dan antusias. Aktivitas tanya jawab dilakukan
siswa secara maksimal. Aktivitas guru ketika melaksanakan pembelajaran sudah
memberikan kesempatan kepada siswa yang seluas-luasnya untuk membaca beberapa
contoh novel, baik lewat media LCD, hasil karya mereka sendiri, menyimak
pembacaan cerpen hasil karya siswa yang lain, dan mengoreksi terhadap cerpen
hasil tulisan mereka sendiri maupun siswa yang lain.
Ketika pelaksanaan proses pembelajaran guru
sudah menanggapi ide-ide siswa secara terbuka. Ide-ide siswa pada siklus III
lebih bervariasi. Hal itu mudah mereka dapatkan karena kemampuan mengemukakan
ide dan menulis siswa dapatkan dari kegiatan banyak membaca cerpen. Kemampuan
tersebut akan berkembang karena ditunjang dengan kegiatan membaca dan pengayaan
kosa kata.
Aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar
menulis cerpen sudah terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan proses
belajar mengajar pada siklus sebelumnya. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan
jika diukur dengan indicator kinerja. Kemampuan menulis cerpen siswa sudah
mencapai batas tuntas secara klasikal meskipun ada satu siswa yang belum
mencapai batas tuntas.
Siswa sudah serius, aktif, dan kreatif
mengikuti proses pembelajaran. Hanya pada pelaksanaan kegiatan menanggapi
kegiatan pembacaan cerpen dan mendiskusikan kelebihan dan kekurangan cerpen yang
dibuat siswa perlu peningkatan kemampuan berbicara dan kemampuan mengungkapkan
ide dan gagasan dengan menggunakan bahasa yang baik.. Demikian juga dengan
guru, sudah melaksanakan mengajar secara maksimal. Peningkatan aktivitas siswa
sebagai indiktor mutu proses pembelajaran berkriteria baik dapat diketahui dari
hasil pengamatan atau observasi sebagai berikut, (1) tidak ada aktivitas siswa
berkategori kurang, (2) rerata siswa berkategori cukup adalah adalah 5%, (3)
rerata aktivitas siswa berkategori baik adalah 95% .
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
terhadap guru menunjukkan bahwa guru memperoleh skor rata-rata 3,66 dari
rata-rata skor maksimal 4,00. Dengan demikian, aktivitas guru saat proses
pembelajaran termasuk criteria sangat memuaskan.
Berdasarkan hasil tes menulis cerpen
diketahui rerata kelas sebesar 81,50. Ada 1 siswa mendapat nilai kurang
(dibawah) dari 75. Sebanyak 19 siswa mendapat nilai lebih dari 75. Ketuntasan
secara klasikal sebesar 95% Berdasarkan data tersebut, rerata kelas sudah mencapai
batas tuntas yang ditetapkan. Secara klasikal sudah mencapai ketuntasan tetapi
secara individual belum mencapai ketuntasan sebab masih terdapat 1 siswa
mendapat nilai di bawah 75 padahal KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
ditetapkan di indicator kinerja adalah 75.
Berdasarkan data di atas, apabila dilihat
dari aspek aktivitas siswa dan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX B SMP
Negeri 1 Jiwan sudah mencapai batas tuntas secara klasikal tetapi secara
individual masih terdapat 1 siswa yang belum mencapai batas tuntas.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian tindakan kelas tentang
pembelajaran menulis cerpen dengan model pembelajaran terpadu dan penilaian
berbasis kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus dapat dideskripsikan sebagai
berikut.
1. Kualitas Proses Pembelajaran
Kualitas proses pembelajaran ditandai dua aktivitas yaitu
dari guru dan siswa. Aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menulis
cerpen dengan model pembelajaran terpadu dan penerapan penilaian berbasis kelas
dapat dilihat dari hasil pengamatan berikut ini.
Rerata hasil observasi dari segi aktivitas siswa pada
siklus I kategori kurang sebesar 20%, kategori cukup sebesar 80% , dan kategori
baik 0%. Rerata hasil observasi dari segi aktivitas siswa pada siklus II
kategori kurang sebesar 5%, kategori cukup sebesar 79%, dan kategori baik
sebesar 20%. Rerata hasil observasi dari segi aktivitas siswa pada siklus III
kategori kurang sebesar 0%, kategori cukup sebesar 5%, dan kategori baik
sebesar 95%. Hasil observasi tersebut dapat digambarkan dengan grafik histogram
sebagai berikut.
Grafik Histogram Rata-rata Aktivitas Siswa
dari Siklus I sampai Siklus III
Aktifitas guru selama proses mengajar menulis
cerpen dengan model pembelajaran terpadu dan penilaian berbasis kelas dapat dilihat
dari hasil observasi. Adapun hasil observasi terhadap aktivitas guru pada
siklus I, siklus II, dan siklus III dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel Hasil Observasi Rata-rata Aktivitas Guru
Aspek yang Diamati
|
Siklus
|
||
I
|
II
|
III
|
|
1. Aktivitas guru ketika merencanakan pembelajaran
|
3,18
|
3,43
|
3,75
|
2. Aktifitas guru ketika pelaksanaan pembelajaran
|
2,58
|
2,96
|
3,16
|
3. Aktivitas guru dalam keterampilan hubungan pribadi
|
2,70
|
2,93
|
3,90
|
Rerata
|
2,82
|
3,10
|
3,60
|
Hasil Observasi yang disajikan pada tabel di
atas, dapat dideskripsikan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran
selalu meningkat. Aktivitas guru tersebut diperoleh dari nilai rata-rata
aktivitas guru yang meliputi, (1) penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran,
(2) penilaian pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian keterampilan
pelaksanaan hubungan pribadi. Nilai maksimal dari rata-rata perolehan aktivitas
guru tersebut 4.
2. Kemampuan Menulis Cerpen
Kemampuan menulis cerpen selama tiga siklus
mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, seperti yang disajikan dalam
tabel berikut ini.
Tabel Hasil Kemampuan Menulis Cerpen pada
Siklus
I, Siklus II, dan Siklus III.
Hasil rerata tes kemampuan menulis cerpen
pada kondisi awal adalah 67,60. Setelah diberikan tindakan perbaikan pada
siklus I, meningkat menjadi 72,65. Peningkatan dari rerata 67,60 menjadi 72,65
belum mencapai batas sesuai dengan indicator kinerja, yakni 75. Dari segi
ketuntasan belajar, baik secara individual maupun secara klasikal, hasil
tersebut belum mencapai tujuan yang diharapkan. Dari 20 siswa, tercatat 9 siswa
belum mencapai batas tuntas, baru 11 siswa yang mencapai batas ketuntasan.
Ketuntasan secara klasikal tercatat 55 %. Berdasarkan data tersebut menunjukkan
bahwa secara klasikal belum memenuhi batas ketuntasan yang telah ditetapkan.
Hasil rerata tes kemampuan menulis cerpen
pada siklus II sebesar 76,85. Dilihat dari batas minimal sudah sesuai dengan
indicator kinerja, nilai rerata siswa tersebut sudah memenuhi criteria. Namun,
secara individual dari tes pada siklus II tersebut masih terdapat 6 siswa
memperoleh nilai kurang dari 75. Siswa yang mendapat nilai lebih besar atau
sama dengan 75 sebanyak 14 siswa. Ketuntasan secara klasikal sebesar 70 %. Jadi
hasil tes kemampuan menulis cerpen siswa pada siklus II, jika dilihat dari
batas minimal sesuai dengan indikator kinerja, belum memenuhi kriteria baik
secara klasikal maupun individual sehingga penelitian tindakan kelas perlu
dilanjutkan pada siklus III.
Kemampuan menulis cerpen siswa pada siklus III
nilai reratanya sebesar 81,5. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa nilai
rerata kemampuan menulis cerpen pada siklus III telah mencapai batas tuntas
yang telah ditetapkan yaitu 75. Secara individual, dari 20 siswa masih ada satu
siswa yang mendapat nilai di bawah 75. Sedangkan secara klasikal dan rerata
kelas sudah mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan dengan tingkat
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 95 %.
Dengan demikian, penelitian tinadakan kelas
yang dilaksanakan telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yakni dapat
meningkatkan mutu proses pembelajaran menulis dan kemampuan menulis cerpen.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas
yang dilakukan sebanyak tiga siklus dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)
model pembelajaran terpadu dan
penerapan penilaian berbasis kelas dapat meningkatkan aktivitas siswa.
2) model pembelajaran terpadu dan penerapan
penilaian berbasis kelas aktivitas guru lebih bermakna bagi siswa.
B. Saran
1.
Bagi guru, khususnya guru mata
pelajaran bahasa Indonesia dapat menerapkan model pembelajaran terpadu dan
penilaian berbasis kelas dalam rangka peningkatan mutu proses pembelajaran dan
kemampuan menulis cerpen.
2.
Bagi guru, khususnya guru mata
pelajaran bahasa Indonesia perlu lebih meningkatkan wawasan tentang model-model
pembelajaran, teoro-teori pembelajaran, dan penerapan penilaian berbasis kelas
serta yang melatarbelakangi teori tersebut. teori-teori tersebut dapat
digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti. 1988. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Manajemen
Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk,
Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djuraid, Husun. 2009. Panduan Menulis Berita.
Malang: UMM Press.
Enre, Fahrudin. 1998. Dasar-dasar
Keterampilan Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Hastuti, Sri. 1982. Tulis Menulis.
Yogyakarta: Penerbit Lukman.
Isdriani, Pudji. 2009. Seribu Pena Bahasa
Indonesia untuk Kelas SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Madya, Suwarsih. 2006 . Panduan Penelitian
Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi
Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BFFE-Yogyakarta.
Sadiman. 2002. Media Pengajaran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan
Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
. 2009. Modul Menulis Fiksi.
Yogyakarta. FBS UNY.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Sumardjo, Jacob. 2007. Catatan Kecil
Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa
Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis
(Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa). Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar