PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI MEDIA BERITA DENGAN
METODE LATIHAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS IX F SMPNEGERI 1 JIWAN KAB. MADIUN TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
Oleh : ANANG AGUNG SURONO S.Pd
SMPN 1 JIWAN
ABSTRAK
Kata kunci : peningkatan, menulis cerpen, media berita, metode
latihan
Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen melalui media berita
dengan metode latihan terbimbing pada siswa kelas IX F SMPN 1 Jiwan.
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IX F SMPN 1 Jiwan. Penelitian ini termasuk
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur pelaksanaan dan implementasi di
lokasi penelitian terbagi dalam dua siklus. Siklus I dilakukan dua kali
pertemuan dan begitu juga siklus II dilakukan dua kali pertemuan. Penelitian
ini difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan
menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan terbimbing. Data
diperoleh dengan menggunakan pedoman pengamatan, catatan lapangan, angket,
wawancara, dan tes. Teknik analisis dalam penelitian ini mencakup proses
tindakan kelas yang dilakukan secara kualitatif dan analisis hasil tindakan
yang berupa skor secara kuantitatif. Kriteria keberhasilan penelitian ini
dilihat dari adanya peningkatan keberhasilan proses dan produk.
Penerapan media
berita denga metode latihan terbimbing dapat meningkatkan proses dan produk
belajar siswa. Peningkatan proses siswa pada akhir tindakan siklus I, yaitu
siswa menjadi cukup antusias, semangat, gembira, aktif dalam menulis cerpen. Pada
akhir tindakan siklus II terlihat peningkatan proses, yaitu antusias dan
semangat yang ditunjukkan siswa dalam menulis cerpen lebih besar, aktif, dan
percaya diri. Peningkatan produk ditunjukkan dengan semakin meningkatnya
ketutasan tes hasil belajar. Skor ratarata yang dicapai siswa sebelum proses
tindakan adalah 61,44. Pada akhir tindakan siklus I skor rata-rata yang
diperoleh sebesar 70,31 sehingga mengalami peningkatan 8,87 poin. Pada akhir
siklus II skor rata-rata yang diperoleh sebesar 83,81sehingga mengalami
peningkatan sebesar 13,5 poin dari siklus I.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui media berita
dengan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan keterampilan
menulis cerpen siswa kelas IX F SMPN 1 Jiwan
PENDAHULUAN
Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang
memerlukan perhatian khusus baik oleh guru mata pelajaran atau pihak-pihak yang
terkait dalam penyusunan kurikulum pembelajaran. Saat ini pembelajaran menulis
lebih banyak disajikan dalam bentuk teori, tidak banyak melakukan praktik menulis.
Hal ini menyebabkan kurangnya kebiasaan menulis siswa sehingga mereka sulit
menuangkan ide mereka dalam bentuk tulisan.
Keterampilan menulis yang tidak diimbangi dengan praktik menjadi
salah satu faktor kurang terampilnya siswa dalam menulis. Menyusun suatu
gagasan, pendapat, dan pengalaman menjadi suatu rangkaian berbahasa tulis yang
teratur, sistematis, dan logis bukan merupakan pekerjaan mudah, melainkan
pekerjaan yang memerlukan latihan terus-menerus. Menurut Akhadiah (1988: 2),
tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan
yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.
Penyebab lain dari terbatasnya siswa dalam kemampuan menulis adalah
guru kurang kreatif dalam memilih bahan ajar, metode, dan media pembelajaran.
Permasalahan yang ada dari segi guru tidak terbatas dari hal itu saja.
Pendekatan tradisional masih digunakan guru dalam pembelajaran menulis. Hal
tersebut membuat siswa cenderung pasif dan merasa bosan dengan proses
pembelajaran.
Keterampilan menulis cerpen ini bertujuan agar siswa dapat
mengekspresikan gagasan, pendapat, dan pengalamnnya dalam bentuk sastra
tertulis yang kreatif. Media pembelajaran dan metode pembelajaran sangat perlu
dihadirkan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Media dan metode
diperlukan dalam pembelajaran menulis cerpen sebab antara keduanya saling
mendukung. Salah satu media yang digunakan adalah media berita. Selain itu,
metode yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan keterampilan menulis cerpen
adalah metode latihan terbimbing.
Penggunaan media berita diharapkan membuat siswa mudah dalam
mengembangkan ide, gagasan, pikiran yang akan mereka tuangkan ke dalam sebuah
tulisan dalam bentuk cerpen. Metode latihan terbimbing membantu siswa agar
penulisan yang dilakuakan siswa dapat bimbingan secara intensif dan mendapatkan
hasil yang maksimal.
Media berita merupakan media pembelajaran audio visual berupa
gambar dan suara yang dapat dilihat dan didengar manusia .Djamarah (2010: 46)
menyatakan bahwa, metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Metode digunakan guru sebagai strategi untuk
membuat siswa menjadi lebih aktif, lebih semangat, lebih inovatif, dan
mempermudah siswa dalam mengikuti pelajaran. Metode latihan terbimbing adalah
suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu
dengan memberikan bantuan yang terus menerus dan sistematis dengan
memperhatikan potensi-potensi yang ada pada individu untuk memperoleh suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas,
diidentifikasikan masalah-masalah yang muncul sebagai berikut.
1.
Minat dan motivasi siswa dalam menulis masih kurang,
2.
Siswa cenderung kurang menyukai kegiatan menulis cerpen,
3.
Siswa kesulitan dalam menuangkan gagasan, pendapat, dan
pengalamannya dalam sebuah kalimat yang baik dan menyusunnya dalam bentuk
tulisan,
4.
Guru masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi
pembelajaran menulis,
5.
Kurangnya media dengan metode dalam meningkatkan kemampuan menulis
cerpen, khususnya media dengan metode yang dapat membantu siswa dalam
meningkatkan kemampuan menulis cerpen.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah di atas, permasalahan yang akan
diteliti ialah bagaimanakah cara meningkatan keterampilan menulis cerpen
melalui media berita dengan metode latihan terbimbing pada siswa kelas IX F SMP
Negeri 1 Jiwan?
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis
cerpen dengan menggunakan media berita dengan metode latihan terbimbing pada
siswa kelas IX F SMP Negeri 1 Jiwan.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara praktis.
Manfaat penelitian secara praktis adalah sebagai berikut.
1.
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dalam menciptakan
suasana belajar mengajar sastra khususnya menulis cerpen secara bervariasi
sehingga siswa tidak merasa bosan dalam mempelajari bahasa dan sastra
Indonesia.
2.
Penggunaan media berita dapat memotivasi siswa dalam mengekspresikan
dan mencurahkan segenap kemampuan dalam menulis cerpen. Metode latihan
terbimbing diupayakan dapat membimbing siswa secara bertahap sehingga siswa
dapat menulis cerpen secara teratur dan dapat dipantau oleh guru.
HIPOTESA TINDAKAN
Dalam penelitian ini, media berita sesuai untuk diterapkan dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia karena merupakan media yang sesuai
untuk pendekatan keterampilan proses dalam menulis cerpen. Dengan demikian,
dapat dirumuskan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut: media berita dapat
meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas IX F SMP Negeri 1 Jiwan.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Menulis
Menulis atau juga disebut mengarang adalah sebuah metode yang
terbaik untuk mengembangkan keterampilan di dalam menggunakan suatu bahasa
(Hastuti, 1982: 1). Dengan menulis dapat menghasilkan karya sastra yang dapat
dinikmati oleh semua orang. Selain itu, menulis juga dapat memperluas daya
intelektual, kreativitas, dan daya imajinasi seseorang. Melalui tulisan
seseorang dapat mencurahkan pandangan, pemikirannya tentang suatu masalah dari
sudut pandang penulis sendiri dan pembaca dapat mengetahui pandangannya dan
menikmati tulisan yang telah dihasilkannya.
Penegertian Media
Media pembelajaran menurut Sadiman (2002: 19), terdapat tiga jenis
yaitu media grafis, media audio, media audio visual. Media grafis (termasuk
media visual yang dapat dilihat misalnya
foto, bagan, poster, dan kartun), media audio (hanya dapat didengar misalnya
radio dan rekaman), media audio visual (dapat dilihat dan didengar misalnya
film bingkai, film rangkai, video, video klip, dan televisi). Dari ketiga jenis
media pembelajaran tersebut secara keseluruhan dapat dikategorikan dalam media
pembelajaran bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa. Salah satu media yang dapat digunakan untuk peningkatan keterampilan
menulis cerpen adalah media berita yang terdapat di televisi.
Latihan Terbimbing
Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan
suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu,
selain itu dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempatan, dan keterampilan (Djamarah, 2010: 95).
Arikunto (2008: 65) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuanbantuan
atau tuntutan khusus yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan
potensi-potensi yang ada pada siswa tersebut agar dapat berkembang semaksimal
mungkin.
METODE
PENELITIAN
Model penelitian yang digunakan adalah model yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc Taggart yang terdiri atas empat tahap sebagai berikut.
1.
Perencanaan adalah rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan menulis cerpen.
2.
Tindakan adalah pembelajaran macam apa yang akan dilakukan peneliti
sebagai upaya peningkatan keterampilan menulis cerpen.
3.
Observasi atau pengamatan adalah pengamatan terhadap kinerja siswa
selama proses pembelajaran dan pengamatan terhadap hasil kerja siswa.
4.
Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil
pengamatan sehingga dapat dilakukan terhadap proses belajar selanjutnya.
RENCANA TINDAKAN
SIKLUS I
1.
Perencanaan (planning)
Rencana tindakan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
a)
Peneliti bersama kolaborator (guru Bahasa dan Sastra Indonesia) menyamakan
persepsi dan berdiskusi untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul
berkaitan dengan pembelajaran menulis cerpen.
b)
Merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam pembelajaran dengan
menggunakan dan memilih media dengan metode yang tepat.
c)
Mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis
cerpen, caranya adalah dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
cerpen.
d)
Menyampaikan skenario pelaksanaan tindakan dan penyediaan sarana
dan media yanag diperlukan dalam proses pembelajaran menulis cerpen seperti
RPP, laptop, LCD, sound dan bahan serta peralatan lain yang diperlukan.
e)
Menyampaikan instrumen yang berupa angket, lembar pengamatan,
lembar catatan lapangan, dan lembar penilaian.
2.
Pelaksanaan Tindakan (acting)
Tahap tindakan yang dilakukan pada siklus pertama ini adalah
sebagai berikut.
a)
Pertemuan pertama pembelajaran menulis cerpen dilakukan oleh guru
dengan memberikan materi materi cerpen..
b)
Siswa diajak berkonsentrasi untuk melihat dan menyimak pemutaran
berita bertemakan Narkoba .
c)
Sebelumnya guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menyimak berita terkait dengan penugasan yang akan diberikan.
d)
Menyimak berita yang akan diputar, mengidentifikasi pokok-pokok isi
berita tersebut dengan memperhatikkan tokoh, latar, dan peristiwa penting dalam
kehidupan tokoh, menyusun sebuah kerangka berdasarkan pokok-pokok isi berita
yang telah disimak, menulis sebuah cerpen berdasarkan kerangka yang telah
dibuat dengan memperhatikkan penggunaan majas, penyusunan kata dan kalimat, dalam
menulis siswa diperbolehkan berkreativitas menambahkan atau mengurangi
peristiwa dan mengubah akhir cerita
e)
Siswa diberikan tugas untuk menceritakan kembali isi berita yang
telah disimak dengan sudut pandang siswa sendiri dalam bentuk cerita pendek. Siswa
diberikan kebebasan dalam menuangkan dan mengembangkan ide yang mereka dapatkan
setelah menyimak berita.
f)
Dilakukan bimbingan secara berkala (bertahap) oleh guru untuk
memperoleh hasil yang optimal.
Bimbingan secara optimal dilakukan denga menerapkan metode yang
digunakan ialah metode latihan terbimbing. Pada saat pelajaran berlangsung,
guru berkeliling kelas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menulis cerpen dan
adakah kesulitan yang dihapadi siswa selama menulis cerpen dan Dilakukan revisi
atau perbaikan dan publikasi cerpen di depan kelas.
3.
Pengamatan (obsreving)
Pada tahap ini, peneliti melakukan kegiatan pengamatan yakni
mengamati hasil tindakan yang dilakukan bersama pengajar terhadap siswa.
Pengamatan peneliti meliputi (a) proses tindakan, (b) pengaruh tindakan, (c)
keadaan dan kendala tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala tersebut
menghambat atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya,
dan (e) persoalan lain yang muncul selama dilakukan tindakan.
4.
Refleksi (reflecting)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengkaji ulang,
mempertimbangkan hasil dari berbagai kriteria atau indikator keberhasilan.
SIKLUS
II
1.
Perencanaan (planning)
Perencanaan tindak yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator
pada siklus II ini ialah menerapkan apa yang terlah didiskusikan pada saat
refleksi anatara guru (kolaborator) dan peneliti. Rencana dalam tidakan yang
akan dilakukan antara lain adalah sebagai berikut.
a)
Peneliti dan guru mempersiapkan materi denngan penyajian yang
berbeda melalui power point.
b)
Guru lebih memperhatikkan siswa pada saat proses menulis cerpen.
c)
Media berita yang digunakan mengalami variasi dengan mengganti tema
berita yang akan diputar.
d)
Mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis
cerpen, caranya adalah dengan memberikan tugas kepada siswa untuk menulis
cerpen.
e)
Menyampaikan skenario pelaksanaan tindakan dan penyediaan sarana
dan media yanag diperlukan dalam proses pembelajaran menulis cerpen seperti
RPP, laptop, LCD, sound dan bahan serta peralatan lain yang diperlukan.
f)
Menyampaikan instrumen yang berupa angket, lembar pengamatan,
lembar catatan lapangan, dan lembar penilaian.
2.
Pelaksanaan Tindakan (acting)
Pada pembelajaran siklus II ini, lebih banyak diberikan cara
mengatasi hambatan yang dihadapi siswa dalam siklus I. Kesulitan yang dihadapi
siswa saat menulis cerpen misalnya dalam membangun karakter tokoh, menciptakan
latar, penggunaan majas. Pada tindakan akhir siklus II, peneliti memberikan
angket untuk memperoleh tanggapan tentang pembelajaran menulis cerpen.
3.
Pemantauan atau Pengataman
Pengamatan dilakukan pada setiap kegiatan yang dilakukan.
Kegiatankegiatan tersebut tercermin dalam lembar pengamatan dan catatan lapangan.
Pada instrumen tersebut disebutkan kegiatan-kegiatan yang merupakan
implementasi dari pengajaran dengan memanfaatkan media berita dengan metode
latihan terbimbing. Kriteria keberhasilan pada siklus ini sama seperti pada
pengajaran siklus I.
4.
Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan data yang masuk dan melalui diskusi
bersama untuk membahas hasil yang diperoleh selama proses tindakan. Dari hasil
penilaian dapat diketahui apakah siswa telah mampu mengatasi hambatan hambatan
yang dihadapi sebelumnya. Apabila tujuan akhir yakni meningkatnya kemampuan
menulis cerpen siswa tercapai, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil.
Namun, jika masih ada nilai siswa yang jauh dari harapan maka perlu dilakukan
perbaikan atas tindakan yang dilakukan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
SIKLUS I
Berdasarkan Hasil analisis data diperoleh hasil-hasil sebagai
berikut, pada SIKLUS I dalam ketrampilan proses masih terdapat beberapa siswa
kurang memperhatikan pelajaran. Aktivitas siswa pada awal tindakan pembelajaran
cenderung pasif. Guru mampu dengan cukup baik menyampaikan materi, menguasai
kelas, mengalokasikan waktu, menguasai media berita dengan metode latihan
terbimbing, memberikan tugas, membimbing siswa, mengevaluasi hasil dan memantau
siswa. Dalam Ketrampilan produk ,peningkatan terjadi pada hasil siklus I
menulis cerpen dengan skor rata-rata 70,31 sedangkan nilai pada tes kemampuan
awal hanya mencapai skor rata-rata 61,44. Hal tersebut menunjukkan telah
terjadi peningkatan sebesar 8,87 poin.
Hasil Refleksi yang dilakukan , aspek penyajian dan organisasi
kekurangan terjadi pada kriteria kepaduan unsur-unsur cerita dan kelogisan
urutan cerita sedangkan aspek bahasa mencakup kriteria pilihan kata atau diksi,
penyusunan kalimat, dan penggunaan majas. Berdasarkan permasalahan yang muncul
di atas, yang paling menonjol, yaitu terletak pada kriteria kepaduan
unsur-unsur cerita dan penggunaan majas. Beberapa hal positif selama pelaksanaan siklus
I adalah sebagai berikut.
1)
Pemahaman siswa akan materi menulis cerpen mengalami peningkatan.
2)
Tulisan siswa pada segi isi lebih baik dibanding tulisan pada
pratindakan.
3)
Peran guru tidak terlalu dominan dalam pembelajaran.
4)
Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti pembelajaran menulis
cerpen.
SIKLUS II
Berdasarkan hasil penelitian siklus I tersebut, maka perlu diadakan
tindakan pada siklus II. Modifikasi pembelajaran yang disusun berdasarkan hasil
refleksi siklus I, diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal. Secara
keseluruhan, perencanaan tindakan pada siklus I ini hampir sama dengan
perencanaan tindakan siklus I yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
1)
Persiapan materi yang akan ditayangkan di layar LCD guna
mempermudah siswa dalam memahami materi dan membuat siswa dapat langsung
bertanya kepada guru apabila ada materi yang belum mereka pahami.
2)
Penyiapan media yang akan digunakan, yaitu media berita yang telah
divariasikan.
3)
Memastikkan guru telah lebih mengerti tentang metode pembelajaran
yang akan digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen, yaitu metode latihan
terbimbing.
4)
Penyiapan lembar tes yang digunakan oleh siswa untuk menulis
cerpen.
5)
Penyiapan alat pengumpul data penelitian seperti catatan lapangan,
format pengamatan, dan kamera.
6)
Penyiapan sarana prasarana yang diperlukanselama proses
pembelajaran yaitu sound, laptop, dan LCD untuk memutar berita.
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil-hasil
sebagai berikut, pada SIKLUS II kegiatan pembelajaran menulis cerpen pada
siklus II ini dirasa lebih menyenangkan baik oleh siswa dan guru .Siswa dapat
menghadirkan unsur-unsur cerpen seperti alur, tokoh, dan latar, sudut pandang,
dan stilistika dengan baik.
Keberhasilan produk dapat
dilihat dari hasil menulis siswa, seperti yang terlihat pada tabel sebagai
berikut
Tabel Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa
Kelas IX F pada Tahap Siklus II
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa skor rata-rata
siswa secara keseluruhan adalah 83,81. Skor rata-rata tersebut menandakan
adanya peningkatan sebesar 13,15poin dibandingkan skor rata-rata siklus I. Skor
rata-rata tiap aspek juga mengalami peningkatan. Skor rata-rata yang diperoleh
pada tahap pratindakan sebesar 61,44 sedangkan pada akhir tindakan siklus II
mencapai skor rata-rata sebesar 83,81. Berdasarkan hasil skor rata-rata dari
pratindakan ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 23,37 poin.
Selain dari segi hasil, refleksi juga ditinjau juga dari segi
proses. Siswa sudah banyak mengalami peningkatan selama proses belajar mengajar
berlangsung. Siswa menjadi lebih aktif dalam belajar, kelas semakin kondusif,
dan semangat yang dimunculkan siswa saat menulis cerpen menjadikan siswa lebih
antusias untuk menghasilkan cerpen yang bagus dan menarik. Media berita juga
dapat diputar dengan baik sehingga semua siswa dapat menyimaknya. Selain itu, guru
juga dapat menerapkan metode latihan terbimbing secara benar dan intensif,
semua dilakukan lebih maksimal dari siklus I.
Hasil yang telah dicapai berdasarkan evaluasi subjek dalam siklus
II menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menulis cerpen. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan skor keterampilan menulis cerpen pratindakan, yaitu
sebesar 61,44 dan skor rata-rata siswa pada siklus I, yaitu 70,31. Dengan
demikian dapat dilihat adanya peningkatan skor rata-rata pratindakan ke siklus
I sebesar 8,87. Skor rata-rata siswa pada siklus II sebesar 83,81, peningkatan
skor dari siklus I ke siklus II sebesar 13,5. Jadi, dapat diketahui bahwa
peningkatan skor hasil menulis cerpen pratindakan dengan siklus II adalah
sebesar 22,37. Berdasarkan peningkatan skor tersebut dapat diketahui bahwa
keterampilan menulis cerpen siswa dapat dikatakan meningkat.
Hasil wawancara dengan guru setelah tindakan siklu II menyatakan
bahwa penggunaan media berita dengan metode latihan terbimbing dapat
meningkatan keterampilan menulis cerpen. Hal itu ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai siswa dalam menulis cerpen, siswa dapat megembangkan ide
sehingga menghasilkan cerita yang menarik, siswa juga dapat menulis cerpen
dengan memadukan unsur-unsur intrinsik cerpen.
Berdasarkan hasil angket yang dibagikan, 12 siswa (37,5%) menjawab
sangat setuju, 17 siswa (53,12%) menjawab setuju, 2 siswa (6,25%) menjawab
kurang setuju, dan 1 siswa (3,13%) menjawab tidak setuju. Siswa menyatakan
bahwa media berita dengan metode latihan terbimbing ini sangat meningkatkan
keterampilan menulis cerpen. Pemanfaatan media berita dengan metode latihan
terbimbing membuat siswa menjadi lebih mudah menuangkan ide atau gagasan dengan
lancar. Selain itu juga siswa dapat mengetahui kekurangan yang ada pada tulisanya
dengan cara siswa membacakan tulisan siswa di depan kelas kemudian
mendiskusikan hasil cerpen setiap siswa.
Media berita dengan metode latihan terbimbing yang diterapkan dalam
pembelajaran menulis cerpen dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa.Hal
ini menujukkan bahwa tujuan dilakukannya penelitian ini telah tercapai.
Oleh karena itu, media berita dengan metode latihan terbimbing
sangat memungkinkan untuk digunakan dalam proses belajar mengajar untuk
meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas IX F SMPN 1 Jiwan .
KESIMPULAN DAN SARAN
Media berita dengan metode latihan terbimbing setelah diterapkan
dalam proses pembelajaran menulis cerpen di kelas IX F SMPN 1 Jiwan. Hal
tersebut dapat meningkatkan motivasi, antusias, rasa senang, dan rasa positif
siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa menjadi lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran seperti bertanya kepada guru hal yang tidak diketahui,
menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan berani mengungkapkan pendapat saat
berdiskusi.
Keberhasilan penggunaan media berita dengan penerapan metode
latihan terbimbing juga dapat dilihat pada peningkatan kualitas proses
pembelajaran menulis cerpen. Secara keseluruhan penggunaan media berita dengan
metode latihan terbimbing dalam menulis cerpen dapat meningkatkan keterampilan
menulis cerpen. Hal tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata tes menulis
cerpen dari tahap pratindakan hingga akhir tindakan siklus II mengalami
peningkatan yang cukup baik. Selain peningkatan skor rata-rata siswa juga terjadi
pada skor setiap aspek cerpen, yaitu aspek isi, aspek penyajian dan organisasi,
dan aspek bahasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Akhadiah,
Sabarti. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
Arikunto,
Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media Diponegoro, Mohammad. 1994. Yuk, Nulis Cerpen Yuk. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Djuraid,
Husun. 2009. Panduan Menulis Berita. Malang: UMM Press.
Enre,
Fahrudin. 1998. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Hastuti,
Sri. 1982. Tulis Menulis. Yogyakarta: Penerbit Lukman.
Isdriani,
Pudji. 2009. Seribu Pena Bahasa Indonesia untuk Kelas SMP/MTS.n Kelas IX.
Jakarta: Erlangga.
Madya,
Suwarsih. 2006 . Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga
Penelitian IKIP Yogyakarta.
Moleong,
Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kulitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sadiman.
2002. Media Pengajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sayuti,
Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
. 2009. Modul Menulis Fiksi. Yogyakarta. FBS UNY.
Slameto.
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.
Sumardjo,
Jacob. 2007. Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sudjana,
Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sudjana,
Nana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Tarigan,
Henry Guntur. 1986. Menulis (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa).
Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar