PENINGKATAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE LATIHAN
MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VII D
SMP NEGERI 1 JIWAN
KABUPATEN MADIUN
TAHUN PELAJARAN
2012/2013
Oleh : SEMI PURWANI
SMPN 1 JIWAN KABUPATEN
MADIUN
ABSTRAK
Kata Kunci: Hasil Belajar,
Metode Latihan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar Matematika dengan menggunakan Metode
Latihan pendekatan kooperatif pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1
Jiwan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.
Subyek dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013
sebanyak 26 siswa. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik
observasi dan metode tes kemudian dianalisis dengan menggunakan prosentase
untuk mengetahui peningkatan setiap siklusnya. Prosedur penelitian tindakan
dengan melalui 3 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada siklus I hanya 31% siswa yang aktif dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini
dikarenakan siswa baru mengenal pembelajaran yang diterapkan peneliti dan siswa
masih terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru matematika kelas
VII D. Namun pada siklus II sudah tampak ada peningkatan siswa dalam
pembelajaran kooperatif yaitu 35%. Pada siklus III hampir seluruh siswa aktif dalam
pembelajaran kooperatif dimana prosentase keaktifannya mencapai 62%. Sedangkan hasil belajar terjadi peningkatan dengan
prosentase ketuntasan pada siklus I adalah 46% yang meningkat menjadi 69% pada siklus II dan pada siklus III menjadi 85%.
Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode latihan melalui pendekatan
kooperatif dapat meningkatkan keaktifan siswa dan dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika pada pokok bahasan bangun
datar siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013.
PENDAHULUAN
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah telah mengadakan
berbagai usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan. Diantaranya menambah sarana pendidikan
yang berupa gedung-gedung sekolah, buku-buku paket baik itu untuk pegangan guru
maupun bagi murid, alat-alat peraga, pembaharuan kurikulum, metode belajar
mengajar, dan penataran guru-guru sebagai penambah ilmu pengetahuan.
Dalam
suatu lembaga pendidikan formal seperti di SMP terdapat beberapa macam mata
pelajaran yang diajarkan, salah satu diantaranya adalah mata pelajaran
matematika. Matematika dapat melatih siswa untuk berfikir logis, rasional,
kritis, cermat, efektif, dan efisien. Tidak sedikit siswa yang menganggap
matematika sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini tidak semata-mata karena
materi yang sulit, tetapi metode pembelajaran yang digunakan guru cenderung
masih monoton. Seperti halnya di SMP Negeri 1 Jiwan dimana dalam proses pembelajaran
guru masih menggunakan metode ceramah dalam pemberian tugas yang terkadang
membuat siswa tidak tahu makna atau fungsi dari hal yang dipelajari. demikian
halnya pada pembelajaran matematika pokok bahasan bangun datar yang masih
menggunakan metode tersebut.. Mereka masih kesulitan dalam menghafal rumus
keliling dan luas bangun datar, padahal ini sangat berguna dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak sedikit juga siswa
yang melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal-soal latihan, sehingga
menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Guru
sebagai ujung tombak pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
rangka meningkatkan mutu dunia pendidikan. Maka perlu adanya perubahan yang
mendasar dalam penggunaan metode pembelajaran misalnya dengan menggunakan
metode latihan. Metode latihan merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan
latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga
memperoleh suatu keterampilan tertentu
dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Guru
juga mendapat kebebasan untuk menentukan pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat mengaktifkan
siswa. Salah satu pendekatan yang menekankan pada hal tersebut adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen dan saling
membantu dalam belajar. Model pembelajaran ini pada dasarnya menggalakkan siswa
bersama-sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang bermacam-macam
bahkan bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis
kelamin yang berbeda-beda. Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar yang bervariasi melalui tukar menukar pengalaman
dengan teman sebaya.
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Latihan
Metode
latihan merupakan salah satu metode mengajar yang akan digunakan dalam
penelitian ini. Menurut Slameto (2003:65) “Metode mengajar adalah suatu
cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Sedangkan Ign. S. Ulih (dalam
Slameto, 2003: 65) mengatakan bahwa Mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran
oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan
mengembangkannya. Dengan mencoba metode-metode yang baru, dapat membantu
meningkatkan kegiatan belajar mengajar.
Metode
latihan sering disebut dengan metode latihan siap, metode drill, atau
metode training. Syaiful dan Aswan (2002: 108) menyatakan bahwa metode latihan
merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
tertentu. Sedangkan menurut Suwarna, dkk (2006:111) “Sebagai metode mengajar,
metode drill merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan secara
berulang-ulang mengenai apa yang telah diajarkan guru sehingga siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan tertentu.”
Metode
ini sangat cocok untuk mengajarkan keterampilan motorik maupun keterampilan
mental. Keterampilan motorik merupakan keterampilan dalam menggunakan alat,
antara lain keterampilan musik, menari, pertukangan, kerajinan, dan olah raga.
Sedangkan keterampilan mental antara lain meliputi keterampilan menghafal,
menghitung, menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi.
Agar
pelaksanaan drill atau latihan dapat berjalan lancar, maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut (Suwarna, dkk, 2006:111):
a. Perlu adanya penjelasan tentang apa yang
menjadi tujuan, sehingga setelah selesai latihan siswa dapat mengerjakan
sesuatu yang diharapkan guru.
b. Perlu adanya penjelasan tentang apa yang harus
dikerjakan.
c. Lama latihan perlu disesuaikan dengan kemampuan
siswa.
d. Perlu adanya kegiatan selingan agar siswa tidak
merasa bosan.
e. Jika ada kesalahan segera diadakan perbaikan.
Sebagaimana
pada setiap metode mengajar lainnya, metode ini juga ada kelebihan dan
kekurangannya (Syaiful dan Aswan, 2002:108-109). Kelebihannya antara lain:
a. Untuk memperoleh kecakapan motoris.
b. Untuk memperoleh kecakapan mental.
c. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan
berulang-ulang.
d. Bahan yang diberikan secara teratur, akan lebih
melekat pada diri anak dan benar-benar menjadi miliknya.
e. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang
segera diberikan oleh guru memungkinkan murid untuk segera melakukan perbaikan.
Dengan demikian akan menghemat waktu belajarnya.
f. Pengetahuan atau keterampilan yang telah
terbentuk sewaktu-waktu dapat dipergunakan dalam keperluan sehari-hari.
Sedangkan
kekurangannya antara lain:
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik
karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada
jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada
lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara
berulang-ulang merupakan hal yang menoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
B. Pembelajaran Kooperatif
Nurhadi,
dkk (2004:61) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
pemusuhan. Selanjutnya Nurhadi (2004:112)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran
yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Sedangkan
menurut Etin dan Raharjo (2007:4) “Pada dasarnya cooperative learning
mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja
atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative
learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam
suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok”.
Dari
beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang menekankan siswa belajar
bersama-sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan heterogen, bahkan bila
mungkin anggota kelompok berasal dari ras, jenis kelamin yang berbeda-beda.
Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran koopertif dapat memberi keuntungan
baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas melalui kerjasama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pelajaran kooperatif. Lie (dalam
Jurnal Pendidikan Vol. 13, 2007:22) mengatakan bahwa ada lima unsur model
pembelajaran kelompok yang harus diterapkan, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif, karena
keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya.
b. Tanggung jawab perseorangan.
c. Tatap muka, dimana setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
d. Komunikasi antar anggota, bahwa keberhasilan
suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggota untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok, tidak perlu
dilaksanakan setiap kali ada kerja
kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali
pembelajar terlibat dalam kegiatan cooperative learning.
Pembelajaran kooperatif yang utama adalah
membantu siswa untuk mampu berfikir kritis dan kreatif. Tujuan dari
pengelompokan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa khususnya
kemampuan bekerja sama, bertoleransi, dan berinteraksi secara aktif dalam
kegiatan belajarnya.
Ada
banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan. Nurhadi (2004:116)
mengemukakan bahwa ada beberapa keuntungannya, antara lain:
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan
sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai
sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya
nilai-nilai sosial komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri
atau egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut
hingga masa dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan
untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama
manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan
situasi dari berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang
lain yang dirasakan lebih baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang
perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasi tugas.
Dengan
pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Seperti yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (dalam Mulyono Abdurrahman,
1999:124) bahwa hasil-hasil penelitian menunjukkan interaksi kooperatif
memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan di kelas VIID
SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran
2012/2013 sejumlah 26 siswa, terdiri dari 12
laki-laki dan 14 perempuan.
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 3 siklus dengan
mengambil sub pokok bahasan bangun datar. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari sampai dengan Mater 2013.
Adapun
rincian tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran tiap siklusnya sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan Tindakan
a) Dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang
akan diteliti yaitu mengenai keliling dan luas persegi dan persegi panjang.
b) Peneliti menyusun rancangan silabus dan
skenario pembelajaran.
c) Sebagai alat belajar yang digunakan buku teks
yang tersedia.
d) Selain itu peneliti mempersiapkan soal-soal
latihan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
e) Menyusun format tes yang akan digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar siswa.
f) Menyusun format observasi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Untuk
pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti. Adapun tindakan yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:
SIKLUS I
a. Kegiatan awal
1) Guru menyiapkan alat dan bahan pelajaran.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara
heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa.
b. Kegiatan inti
c. Guru memberikan sedikit penjelasan mengenai bangun datar dan bersama-sama siswa
memberikan cont oh-contoh
bangun datar.
d. Guru memberikan sedikit penjelasan mengenai
keliling persegi dan persegi panjang.
e. Guru memberikan soal-soal latihan yang berkaitan
dengan keliling persegi dan persegi panjang.
f. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi
dengan kelompoknya.
g. Guru meminta salah satu perwakilan dari setiap
kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya.
h. Guru mengevaluasi hasil diskusi tiap kelompok.
i. Kegiatan akhir
Peneliti
memberikan tes formatif pada siswa yang digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa.
SIKLUS
II
a. Kegiatan awal
1) Guru menyiapkan alat dan bahan pelajaran.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara
heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa.
b. Kegiatan inti
1) Guru memberi sedikit penjelasan mengenai luas
persegi dan persegi panjang.
2) Guru memberikan soal-soal latihan yang berkaitan
dengan luas persegi dan persegi panjang.
3) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi
dengan kelompoknya.
4) Guru meminta salah satu siswa perwakilan tiap
kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya.
5) Guru mengevaluasi hasil diskusi tiap kelompok.
c. Kegiatan akhir
Peneliti
memberikan tes formatif pada siswa yang digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa.
SIKLUS
III
a. Kegiatan awal
1) Guru menyiapkan alat dan bahan pelajaran.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara
heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa.
b. Kegiatan inti
1. Guru memberikan sedikit penjelasan mengenai keliling dan luas persegi dan persegi
panjang.
2. Guru memberikan soal-soal latihan yang berkaitan
dengan keliling dan luas persegi dan persegi panjang.
3. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi
dengan kelompoknya.
4. Guru meminta salah satu siswa perwakilan tiap
kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya.
5. Guru mengevaluasi hasil diskusi tiap kelompok.
c. Kegiatan akhir
Peneliti
memberikan tes formatif pada siswa yang digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa.
3. Tahap Observasi
Pada
saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi yang digunakan untuk
memperoleh bahan penyusunan refleksi. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai
pengajar sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah guru bidang studi
matematika. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran. Selain itu observasi juga difokuskan pada keterampilan
peneliti yang bertindak sebagai pengajar dalam proses pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Kegiatan
refleksi diawali dengan memeriksa catatan hasil observasi. Semua hasil
observasi dievaluasi dan digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada
siklus berikutnya jika masih terdapat kekurangan-kekurangan pada siklus
sebelumnya.
Dengan refleksi ini akan di dapat suatu masukan
atau bahan pertimbangan yang sangat berharga dan akurat bagi penentu langkah
tindakan pada siklus berikutnya.
Pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua metode, yaitu :
1. Metode Observasi
Fathoni
(2006:104) menyatakan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui suatu pengamatan terhadap subyek penelitian. Peneliti
melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi berupa check list untuk
mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Metode Tes
Margono
(2000:170) berpendapat tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang
diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang berbentuk uraian,
dilaksanakan pada akhir pembelajaran (post test) dengan jumlah soal pada setiap
siklusnya 5 soal dengan skor maksimal 100.
Lembar
observasi ini digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran pada sub pokok bahasan keliling dan luas persegi dan
persegi panjang. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa
check list yang terdiri dari dua aspek yaitu keaktifan dalam berdiskusi dengan
sesama anggota kelompok dan keaktifan dalam memberikan tanggapan atas
kesimpulan kelompok lain. Check list biasa dikatakan dengan daftar cocok,
menunjuk pada namanya, merupakan kumpulan dari pernyataan atau pernyataan yang
pengisiannya oleh responden dilakukan dengan memberikan tanda ( √ ) pada tempat
yang sudah disediakan (Arikunto,
1993:23).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian siklus I, II, III diperoleh hasil dalam
tabel sebagai berikut :
Tabel
Keaktifan siswa
No.
|
Keaktifan Siswa
|
Jumlah Siswa
|
Prosentase
|
1.
|
Aktif
|
16
|
62%
|
2.
|
Cukup Aktif
|
6
|
23%
|
3.
|
Kurang Aktif
|
3
|
12%
|
4.
|
Tidak Aktif
|
1
|
4%
|
Tabel Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
No.
|
Siklus
|
Ketuntasan Belajar
|
|||
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
||||
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
||
1
|
Siklus I
|
12
|
46
|
11
|
44
|
2
|
Siklus II
|
18
|
69
|
7
|
27
|
3
|
Siklus III
|
22
|
4
|
15
|
85
|
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pada siklus I hanya
31% siswa yang aktif dalam
pembelajaran kooperatif. Hal ini dikarenakan siswa baru mengenal pembelajaran
yang diterapkan peneliti dan siswa masih terbiasa dengan pembelajaran yang
diterapkan oleh guru matematika kelas VII D. Namun pada siklus II sudah tampak
ada peningkatan siswa dalam pembelajaran kooperatif yaitu 35%. Pada siklus III hampir
seluruh siswa aktif dalam pembelajaran kooperatif dimana prosentase
keaktifannya mencapai 62%.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
latihan melalui pendekatan kooperatif pada pokok bahasan bangun datar dapat
meningkatkan keaktifan siswa di kelas VIID SMP Negeri 1 Jiwan Tahun Ajaran
2012/2013.
Ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari tes formatif
siswa yang tertera dalam tabel 4.8 dan gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada setiap
siklusnya terjadi peningkatan dengan prosentase ketuntasan pada siklus I adalah
46% yang meningkat menjadi 69% pada siklus II dan pada
siklus III menjadi 85%.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa metode
latihan melalui pendekatan kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada pokok bahasan bangun
datar siswa kelas VII D SMP Negeri 1
Jiwan tahun pelajaran 2012/2013.
Hambatan yang dialami dalam pembelajaran dengan metode
latihan melalui pendekatan kooperatif selama peneliti melakukan penelitian
yaitu:
1. Dalam pembelajaran masih
didominasi oleh siswa yang pandai.
2. Siswa tidak berani
mengungkapkan pendapatnya.
Untuk mengatasi hambatan tersebut, solusi yang digunakan
peneliti antara lain sebagai berikut:
1. Menghimbau dan meminta
siswa yang pandai untuk memberi kesempatan bagi siswa lain agar lebih aktif
dalam pembelajaran.
2. Memberi tambahan nilai
bagi siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode
latihan melalui pendekatan kooperatif pada dapat meningkatkan keaktifan belajar Matematika pada pokok bahasan bangun datar
siswa kelas VIID SMP Negeri 1
Jiwan tahun pelajaran 2012/2013.
2. Pembelajaran dengan metode
latihan melalui pendekatan kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada pokok bahasan bangun
datar siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberi
saran sebagai berikut:
1. Pada pokok bahasan bangun
datar hendaknya guru menggunakan metode latihan melalui pendekatan kooperatif
untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.
2. Pada saat penggunaan
metode latihan melalui pendekatan kooperatif hendaknya siswa dapat bekerja sama
dan menghargai perbedaan yang ada pada anggota kelompoknya. Selain itu siswa
diharapkan selalu aktif di setiap kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat Fathoni. 2006. Metodologi
Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative
Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
I.L. Pasaribu dan B. Simandjuntak. 1983. Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nana Sudjana. 1989. CBSA Cara Belajar
Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru.
Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Senduk.
2004. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya Dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
S. Margono. 2000. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
_________________. 1993. Prosedur Penelitian.
Jakarta: TB. Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi
Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar