Minggu, 04 September 2016

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE LATIHAN MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE LATIHAN MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VII D
SMP NEGERI 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh : SEMI PURWANI
SMPN 1 JIWAN KABUPATEN MADIUN


ABSTRAK
Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Latihan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menggunakan Metode Latihan pendekatan kooperatif pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 26 siswa. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi dan metode tes kemudian dianalisis dengan menggunakan prosentase untuk mengetahui peningkatan setiap siklusnya. Prosedur penelitian tindakan dengan melalui 3 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I hanya 31% siswa yang aktif dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini dikarenakan siswa baru mengenal pembelajaran yang diterapkan peneliti dan siswa masih terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru matematika kelas VII D. Namun pada siklus II sudah tampak ada peningkatan siswa dalam pembelajaran kooperatif yaitu 35%. Pada siklus III hampir seluruh siswa aktif dalam pembelajaran kooperatif dimana prosentase keaktifannya mencapai 62%. Sedangkan hasil belajar terjadi peningkatan dengan prosentase ketuntasan pada siklus I adalah 46% yang meningkat menjadi 69% pada siklus II dan pada siklus III menjadi 85%.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode latihan melalui pendekatan kooperatif dapat meningkatkan keaktifan siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada pokok bahasan bangun datar siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013.



PENDAHULUAN
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah telah mengadakan berbagai usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan. Diantaranya menambah sarana pendidikan yang berupa gedung-gedung sekolah, buku-buku paket baik itu untuk pegangan guru maupun bagi murid, alat-alat peraga, pembaharuan kurikulum, metode belajar mengajar, dan penataran guru-guru sebagai penambah ilmu pengetahuan.
Dalam suatu lembaga pendidikan formal seperti di SMP terdapat beberapa macam mata pelajaran yang diajarkan, salah satu diantaranya adalah mata pelajaran matematika. Matematika dapat melatih siswa untuk berfikir logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Tidak sedikit siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini tidak semata-mata karena materi yang sulit, tetapi metode pembelajaran yang digunakan guru cenderung masih monoton. Seperti halnya di SMP Negeri 1 Jiwan dimana dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dalam pemberian tugas yang terkadang membuat siswa tidak tahu makna atau fungsi dari hal yang dipelajari. demikian halnya pada pembelajaran matematika pokok bahasan bangun datar yang masih menggunakan metode tersebut.. Mereka masih kesulitan dalam menghafal rumus keliling dan luas bangun datar, padahal ini sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit juga  siswa yang melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal-soal latihan, sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Guru sebagai ujung tombak pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu dunia pendidikan. Maka perlu adanya perubahan yang mendasar dalam penggunaan metode pembelajaran misalnya dengan menggunakan metode latihan. Metode latihan merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh  suatu keterampilan tertentu dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Guru juga mendapat kebebasan untuk menentukan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan. Pendekatan pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat mengaktifkan siswa. Salah satu pendekatan yang menekankan pada hal tersebut adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok yang heterogen dan saling membantu dalam belajar. Model pembelajaran ini pada dasarnya menggalakkan siswa bersama-sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan yang bermacam-macam bahkan bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda. Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang bervariasi melalui tukar menukar pengalaman dengan teman sebaya.

KAJIAN PUSTAKA
A.     Metode Latihan
Metode latihan merupakan salah satu metode mengajar yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menurut Slameto (2003:65) “Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Sedangkan Ign. S. Ulih (dalam Slameto, 2003: 65) mengatakan bahwa Mengajar adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Dengan mencoba metode-metode yang baru, dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar.
Metode latihan sering disebut dengan metode latihan siap, metode drill, atau metode training. Syaiful dan Aswan (2002: 108) menyatakan bahwa metode latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Sedangkan menurut Suwarna, dkk (2006:111) “Sebagai metode mengajar, metode drill merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan secara berulang-ulang mengenai apa yang telah diajarkan guru sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu.”
Metode ini sangat cocok untuk mengajarkan keterampilan motorik maupun keterampilan mental. Keterampilan motorik merupakan keterampilan dalam menggunakan alat, antara lain keterampilan musik, menari, pertukangan, kerajinan, dan olah raga. Sedangkan keterampilan mental antara lain meliputi keterampilan menghafal, menghitung, menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi.
Agar pelaksanaan drill atau latihan dapat berjalan lancar, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut (Suwarna, dkk, 2006:111):
a.     Perlu adanya penjelasan tentang apa yang menjadi tujuan, sehingga setelah selesai latihan siswa dapat mengerjakan sesuatu yang diharapkan guru.
b.    Perlu adanya penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan.
c.     Lama latihan perlu disesuaikan dengan kemampuan siswa.
d.    Perlu adanya kegiatan selingan agar siswa tidak merasa bosan.
e.     Jika ada kesalahan segera diadakan perbaikan.
Sebagaimana pada setiap metode mengajar lainnya, metode ini juga ada kelebihan dan kekurangannya (Syaiful dan Aswan, 2002:108-109). Kelebihannya antara lain:
a.     Untuk memperoleh kecakapan motoris.
b.    Untuk memperoleh kecakapan mental.
c.     Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
d.    Bahan yang diberikan secara teratur, akan lebih melekat pada diri anak dan benar-benar menjadi miliknya.
e.     Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera diberikan oleh guru memungkinkan murid untuk segera melakukan perbaikan. Dengan demikian akan menghemat waktu belajarnya.
f.     Pengetahuan atau keterampilan yang telah terbentuk sewaktu-waktu dapat dipergunakan dalam keperluan sehari-hari.
Sedangkan kekurangannya antara lain:
a.     Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b.    Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c.     Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang menoton dan mudah membosankan.
d.    Dapat menimbulkan verbalisme.

B.      Pembelajaran Kooperatif
Nurhadi, dkk (2004:61) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan pemusuhan. Selanjutnya Nurhadi (2004:112)  menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Sedangkan menurut Etin dan Raharjo (2007:4) “Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok”.
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang menekankan siswa belajar bersama-sama dalam suatu kelompok kecil dengan kemampuan heterogen, bahkan bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, jenis kelamin yang berbeda-beda. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran koopertif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas melalui kerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pelajaran kooperatif. Lie (dalam Jurnal Pendidikan Vol. 13, 2007:22) mengatakan bahwa ada lima unsur model pembelajaran kelompok yang harus diterapkan, yaitu:
a.     Saling ketergantungan positif, karena keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha tiap anggotanya.
b.    Tanggung jawab perseorangan.
c.     Tatap muka, dimana setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
d.    Komunikasi antar anggota, bahwa keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e.     Evaluasi proses kelompok, tidak perlu dilaksanakan  setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan cooperative learning.
Pembelajaran kooperatif yang utama adalah membantu siswa untuk mampu berfikir kritis dan kreatif. Tujuan dari pengelompokan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa khususnya kemampuan bekerja sama, bertoleransi, dan berinteraksi secara aktif dalam kegiatan belajarnya.
Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan. Nurhadi (2004:116) mengemukakan bahwa ada beberapa keuntungannya, antara lain:
a.     Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b.    Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c.     Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d.    Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial komitmen.
e.     Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
f.     Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g.    Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h.    Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i.      Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
j.      Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k.    Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (dalam Mulyono Abdurrahman, 1999:124) bahwa hasil-hasil penelitian menunjukkan interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIID SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013 sejumlah 26 siswa, terdiri dari 12 laki-laki dan 14 perempuan.
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 3 siklus dengan mengambil sub pokok bahasan bangun datar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Mater 2013.
Adapun rincian tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran tiap siklusnya sebagai berikut:
1.    Tahap Perencanaan Tindakan
a)    Dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti yaitu mengenai keliling dan luas persegi dan persegi panjang.
b)    Peneliti menyusun rancangan silabus dan skenario pembelajaran.
c)    Sebagai alat belajar yang digunakan buku teks yang tersedia.
d)    Selain itu peneliti mempersiapkan soal-soal latihan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
e)    Menyusun format tes yang akan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
f)     Menyusun format observasi

2.    Tahap Pelaksanaan Tindakan
Untuk pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti. Adapun tindakan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
SIKLUS I
a.     Kegiatan awal
1)    Guru menyiapkan alat dan bahan pelajaran.
2)    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3)    Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa.
b.     Kegiatan inti
c.     Guru memberikan sedikit penjelasan mengenai  bangun datar dan bersama-sama siswa memberikan cont oh-contoh bangun datar.
d.    Guru memberikan sedikit penjelasan mengenai keliling persegi dan persegi panjang.
e.     Guru memberikan soal-soal latihan yang berkaitan dengan keliling persegi dan persegi panjang.
f.     Guru memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya.
g.    Guru meminta salah satu perwakilan dari setiap kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya.
h.    Guru mengevaluasi hasil diskusi tiap kelompok.
i.      Kegiatan akhir
Peneliti memberikan tes formatif pada siswa yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.

SIKLUS II
a.     Kegiatan awal
1)    Guru menyiapkan alat dan bahan pelajaran.
2)    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3)    Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa.
b.    Kegiatan inti
1)    Guru memberi sedikit penjelasan mengenai luas persegi dan persegi panjang.
2)    Guru memberikan soal-soal latihan yang berkaitan dengan luas persegi dan persegi panjang.
3)    Guru memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya.
4)    Guru meminta salah satu siswa perwakilan tiap kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya.
5)    Guru mengevaluasi hasil diskusi tiap kelompok.
c.     Kegiatan akhir
Peneliti memberikan tes formatif pada siswa yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.

SIKLUS III
a.     Kegiatan awal
1)    Guru menyiapkan alat dan bahan pelajaran.
2)    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3)    Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa.
b.    Kegiatan inti
1.    Guru memberikan sedikit penjelasan mengenai  keliling dan luas persegi dan persegi panjang.
2.    Guru memberikan soal-soal latihan yang berkaitan dengan keliling dan luas persegi dan persegi panjang.
3.    Guru memberi kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya.
4.    Guru meminta salah satu siswa perwakilan tiap kelompok untuk mengerjakan hasil diskusinya.
5.    Guru mengevaluasi hasil diskusi tiap kelompok.
c.     Kegiatan akhir
Peneliti memberikan tes formatif pada siswa yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.

3.    Tahap Observasi
Pada saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi yang digunakan untuk memperoleh bahan penyusunan refleksi. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai pengajar sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah guru bidang studi matematika. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu observasi juga difokuskan pada keterampilan peneliti yang bertindak sebagai pengajar dalam proses pembelajaran.

4.    Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi diawali dengan memeriksa catatan hasil observasi. Semua hasil observasi dievaluasi dan digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya jika masih terdapat kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya.
Dengan refleksi ini akan di dapat suatu masukan atau bahan pertimbangan yang sangat berharga dan akurat bagi penentu langkah tindakan pada siklus berikutnya.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua metode, yaitu :
1.    Metode Observasi
Fathoni (2006:104) menyatakan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan terhadap subyek penelitian. Peneliti melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi berupa check list untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2.    Metode Tes
Margono (2000:170) berpendapat tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang berbentuk uraian, dilaksanakan pada akhir pembelajaran (post test) dengan jumlah soal pada setiap siklusnya 5 soal dengan skor maksimal 100.
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada sub pokok bahasan keliling dan luas persegi dan persegi panjang. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa check list yang terdiri dari dua aspek yaitu keaktifan dalam berdiskusi dengan sesama anggota kelompok dan keaktifan dalam memberikan tanggapan atas kesimpulan kelompok lain. Check list biasa dikatakan dengan daftar cocok, menunjuk pada namanya, merupakan kumpulan dari pernyataan atau pernyataan yang pengisiannya oleh responden dilakukan dengan memberikan tanda ( √ ) pada tempat yang sudah disediakan (Arikunto,  1993:23).


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian siklus I, II, III diperoleh hasil dalam tabel sebagai berikut :
Tabel Keaktifan siswa
No.
Keaktifan Siswa
Jumlah Siswa
Prosentase
1.
Aktif
16
62%
2.
Cukup Aktif
6
23%
3.
Kurang Aktif
3
12%
4.
Tidak Aktif
1
4%

Tabel Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
No.
Siklus
Ketuntasan Belajar
Tuntas
Tidak Tuntas
Jml
%
Jml
%
1
Siklus I
12
46
11
44
2
Siklus II
18
69
7
27
3
Siklus III
22
4
15
85

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pada siklus I hanya 31% siswa yang aktif dalam pembelajaran kooperatif. Hal ini dikarenakan siswa baru mengenal pembelajaran yang diterapkan peneliti dan siswa masih terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru matematika kelas VII D. Namun pada siklus II sudah tampak ada peningkatan siswa dalam pembelajaran kooperatif yaitu 35%. Pada siklus III hampir seluruh siswa aktif dalam pembelajaran kooperatif dimana prosentase keaktifannya mencapai 62%.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode latihan melalui pendekatan kooperatif pada pokok bahasan bangun datar dapat meningkatkan keaktifan siswa di kelas VIID SMP Negeri 1 Jiwan Tahun Ajaran 2012/2013.
Ketuntasan belajar siswa yang diperoleh dari tes formatif siswa yang tertera dalam tabel 4.8 dan gambar 4.2 menunjukkan bahwa pada setiap siklusnya terjadi peningkatan dengan prosentase ketuntasan pada siklus I adalah 46% yang meningkat menjadi 69% pada siklus II dan pada siklus III menjadi 85%.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa metode latihan melalui pendekatan kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada pokok bahasan bangun datar siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013.
Hambatan yang dialami dalam pembelajaran dengan metode latihan melalui pendekatan kooperatif selama peneliti melakukan penelitian yaitu:
1.    Dalam pembelajaran masih didominasi oleh siswa yang pandai.
2.    Siswa tidak berani mengungkapkan pendapatnya.
Untuk mengatasi hambatan tersebut, solusi yang digunakan peneliti antara lain sebagai berikut:
1.    Menghimbau dan meminta siswa yang pandai untuk memberi kesempatan bagi siswa lain agar lebih aktif dalam pembelajaran.
2.    Memberi tambahan nilai bagi siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.    Pembelajaran dengan metode latihan melalui pendekatan kooperatif pada dapat meningkat­kan keaktifan belajar Matematika pada pokok bahasan bangun datar siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013.
2.    Pembelajaran dengan metode latihan melalui pendekatan kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada pokok bahasan bangun datar siswa kelas VIID SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013.

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberi saran sebagai berikut:
1.    Pada pokok bahasan bangun datar hendaknya guru menggunakan metode latihan melalui pendekatan kooperatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.
2.    Pada saat penggunaan metode latihan melalui pendekatan kooperatif hendaknya siswa dapat bekerja sama dan menghargai perbedaan yang ada pada anggota kelompoknya. Selain itu siswa diharapkan selalu aktif di setiap kegiatan pembelajaran.




DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahmat Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
I.L. Pasaribu dan B. Simandjuntak. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nana Sudjana. 1989. CBSA Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar.  Bandung: Sinar Baru.
Nurhadi, Burhan Yasin, Agus Gerrad Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
S. Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
_________________. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: TB. Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar