Minggu, 04 September 2016

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG NORMA-NORMA PADA MASYARAKAT DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM POSING DI KELAS VII-B SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SMP NEGERI 1 KEBONSARI KABUPATEN MADIUN.

MENINGKATKAN  AKTIVITAS DAN PRESTASI  BELAJAR SISWA TENTANG NORMA-NORMA PADA MASYARAKAT  DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM POSING  DI  KELAS VII-B SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SMP NEGERI 1 KEBONSARI  KABUPATEN MADIUN.


Oleh : WARDANI, S.Pd
SMPN 1 Kebonsari Kabupaten Madiun.


ABSTRAK
Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif, problem posing, hasil belajar
           
 Peran guru dalam pembelajaran di kelas bukan hanya mengkomunikasikan pengetahuan tetapi juga membantu siswa agar mampu memahami konsep – konsep dn dapat menerapkan konsep yang dipahami serta mendorong terjadinya aktivitas salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajran adalah ketepatan guru dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau bahan ajar dan situasi kelas, untuk itu maka diimplementasikan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Problem Posing. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :  (1) Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Problem Posing pada mata pelajaran BPKn kelas VII-B semester gasal SMP Negeri 1 Kebonsari ?, (2) Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Problem Posing dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi  belajar siswa di kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe  pada mata pelajaran PKn kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari, (2) Peningkatan hasil belajar  PKn  di kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari.
            Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan kegiatan yaitu, Perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Penerapan pembelajaran  kooperatif tipe Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn pada kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari, (2) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Problem Pasing pada mata pelajaran PKn kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari telah terlaksana sesuai dengan sintaks langkah – langkah yang telah direncanakan, (3) Adanya peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi PKn sebagai dampak dari peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing, (4) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing pada mata pembelajaran  PKn menumbuuhkan rasa senang pada siswa.Saran bagi rekan - rekan guru yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipr problem possing adalah sebagai berikut : (1) jika pembelajaran direncanakan dalam bentuk kelompok, hendaknya susunan kelompok telah diseting terlebih dahulu agar tidak memerlukan banyak waktu, (2) diupayakan agar siswa sudah mempelajari atau memahami materi pelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran agar penyusunan soal berhasil lebih baik, (3) dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, pendekatan kooperatif tipe problem posing dapat dijadikan salah satu solusinya.




Latar Belakang Penelitian
Permasalahan mendasar dalam proses pembelajaran PKn adalah banyaknya materi yang harus dikuasai dan dihafal oleh anak didik . Meskipun pada satu sisi hal ini merupakan sebuah keniscayaan, karena sebagian dari materi PKn adalah  teoretis. Namun dalam kenyataannya, ketika materi tersebut diajarkan di dalam kelas, siswa tidak bergairah dan tidak ada motivasi untuk mempelajarinya. Siswa beralasan bahwa materi yang ada bersifat abstraks (bhs Jawa : nggrambyang) atau, jauh dari kenyataan. Sesuai dengan hasil dengar pendapat dengan guru-guru yang bergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah (MGMPS) PKn di SMP Negeri 1 Kebonsari, faktor penyebab utama lemahnya motivasi siswa adalah selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah ketika mengajarkan materi norma-norma di masyarakat
Secara umum dapat diidentifikasi bahwa motivasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari, khususnya pada pembelajaran PKn, masih rendah. Dan rendahnya motivasi belajar siswa, tentu saja berdampak pada hasil belajar mereka yang ditunjukkan dengan rerata nilai ulangan 54  dan siswa yang belum tuntas 75%.  Oleh karena itu, pada penelitian ini dicoba menangani masalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa tersebut dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri dengan menggunakan  “Problem Posing)”.
Menurut Nurhadi dkk (2004), Inkuiri dapat didefinisikan sebagai suatu pencarian kebenaran, informasi atau pengetahuan. Inkuiri lebih menekankan pada “how we came to know” dan mengurangi “what we know”.  Kelebihan metode pembelajaran inkuiri ini adalah siswa lebih dilibatkan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan, memperoleh informasi, mengorganisasi informasi, memecahkan masalah dan lebih mencari kebenaran atau pengetahuan dari pada mengkonsumsi pengetahuan. Hal tersebut didasari pada kenyataan bahwa pada dasarnya manusia melakukan inkuiri mulai lahir sampai meninggal. Proses inkuiri dimulai dengan mengumpulkan informasi dan data dengan menggunakan organ indera seperti melihat, mendengar, menyentuh, merasakan dan membaui.
Metode pembelajaran inkuiri ini dimulai dengan proses pemerolehan informasi tentang norma-norma di masyarakat yang ada di dalam buku paket maupun dari sumber yang lain (internet misalnya). Kemudian  membentuk kelompok yang beranggotakan empat siswa, sehingga dalam satu kelas yang terdiri  dari empat puluh siswa dikelompokkan menjadi  sepuluh kelompok. Masing – masing kelompok membuat sepuluh pertanyaan dengan materi yang tidak sama dan mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban - jawaban tersebut kemudian dibentuk kartu, satu pertanyaan satu kartu demikian juga satu jawaban juga satu kartu dan membuat nomor satu sampai dengan sepuluh, sehingga dalam satu kelompok terdapat tiga puluh kartu. Kemudian kartu tersebut dibuat sebuah permainan yang disebut “Problem Posing”.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan  “Problem Posing” tersebut merupakan sebuah strategi pembelajaran yang berpola pada metode ilmiah dan memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan pembelajaran bermakna (M. Nur, 2001). Dengan metode pembelajaran ini diharapkan siswa mampu mengembangkan teori serta menjelaskan hubungan kausal antara satu teori dengan teori yang lain. Semua itu bermuara pada peningkatan motivasi belajar siswa yang berpengaruh juga pada peningkatan hasil belajar siswa.
Sepengetahuan peneliti, penerapan metode pembelajaran inkuiri dengan menggunakan  “Problem Posing” ini belum pernah dilakukan oleh rekan-rekan guru di sekolah maupun yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PKn di SMP Negeri 1 Kebonsari.  Disamping itu, penerapan metode ini juga belum pernah diikutkan dalam lomba, baik lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran maupun lomba kreativitas guru serta lomba-lomba lain yang sejenis.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan mekukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Meningkatkan  Aktivitas Dan Prestasi  Belajar Siswa Tentang Norma-Norma Pada Masyarakat  Dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Posing  Di  Kelas VII-B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Kebonsari  Kabupaten Madiun
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa tentang Pertumbuhan dan Perkembangan melalalui  penerapan pembelajar­an kooperatif tipe problem posing pada  siswa  kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016 Semester Gasal?
2.    Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat meningkat­kan aktivitas dan prestasi belajar siswa tentang Pertumbuan dan Perkembangan  di kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016 Semester Gasal?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan latar belakang masalah dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.    Penerapan pembelejaran kooperatif tipe problem posing pada mata pelajaran   PKn  kelas VII-B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun.
2.    Peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam belajar PKn pada kelas VII-B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun.

Kegunaan Hasil Penelitian
1.    Bagi Siswa
a.     Meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa pada pelajaran PKn melalui kerjasama kelompok.
b.    Melatih ketrampilan sosial siswa melalui kerjasama kelompok
c.     Melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan.
d.    Membantu ketrampilan berfikir siswa secara aktif melalui pengjuan masalah.
e.     Meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.    Bagi Peneliti
Sebagai wahana untuk mengembangkan profesionalisme dan wawasan keilmuan khususnya tentang strategi pembelajaran PKn.
3.    Bagi Guru
Dapat menjadi salah satu model pembelajaran untuk diterapkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PKn
4.    Bagi Lembaga Pendidikan dan Sekolah Terkait
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan khususnya pembelajaran dalam mata pelajaran PKn

KAJIAN PUSTAKA
Problem Posing
Istilah  problem posing dipublikasikan secara resmi sebagai pendekatan pembelajaran untuk pertama kalinya pada tahun 1989 dalam National Council of Teacher  of Matematics “NCTM” (Brown, 1993). Problem posing berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai beberapa padanan kata. Suryanto (1998 : 1) dan As’ari (2000 : 5) menggunakan istilah pembentukan soal sebagai padanan kata untuk istilah problem posing. Selain itu ada juga yang menggunakan istilah membuat soal (Sutiarso, 1999:6) dan pengajuan soal (Siswono,1999:7). Silver (1996) mengemukakan pengertian problem posing secara lengkap sebagai berikut : (1) problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan mudah dipahami dalam rangka memecahkan soal yang rumit, (2) problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan dalam rangka mencara alternatif pemecahan yang lain. (3) problem posing adalah merumuskan atau membentuk soal dari suatu soal yang diberikan.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan problem posing adalah suatu cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep atau prinsip yang disajikan mudah dipahami siswa. Siswa dalam kegiatan pembelajaran diminta untuk membuat soal berdasarkan situasi atau informasi yang tersedia. Sintaks langkah-langkah pembelajaran problem posing menurut Silver dan Cai dalam Chotimah (2007) adalah sebagai berikut : (1) guru menyampaikan materi sebagai pengantar, (2) peserta didik diminta untuk menyusun atau membentuk soal, (3) soal yang telah disusun didiskusikan dengan teman, (4) guru membahas jawaban soal yang dibentuk oleh siswa.
Problem posing memuat dua komponen penting yang saling terkait, pertama informasi yang disajikan, dan kedua soal yang dibuat atau diajukan oleh siswa. Informasi disajikan oleh guru sedangkan soal dibuat atau diajukan oleh siswa. Syarat yang harus dimiliki siawa agar dapat membuat soal adalah kemampuan membaca, kemampuan memahami informasi yang disajikan, dan kemampuan mengkomunikasikan pola piker bertanya dalam bentuk yang nyata, yaitu dalam bentuk kata-kata baik llisan maupun tulisan. Kemampuan siswa dalam bentuk komunikasi memegang peranan penting dalam pembelajaran IPA, sebab siswa akan terbimbing untuk mengemukakan pendapatnya dengan alas an yang logis dan konsisten. Selanjutnya menurut (Posamentier dalam Siswono, 1999:30) menyatakan bahwa “Wujud pola pikir bertanya ke dalam bentuk tulisan berupa pembuatan soal dapat meningkatkan daya ingat siswa jauh lebih baik daripada daya ingat sebelumnya”.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran PKn yang mengarahkan siswa peka terhadap isu social dan trampil dalam menghadapi masalah-masalah social, maka pendekatan pembelajaran kooperatif tipe problem posing sangat cocok untuk mewujudkan tujuan tersebut karena dalam pembelajaran kooperatif tipe problem posing kreativitas dan aktifitas berpikir siswa terangkat.  Hal ini karena siswa diberikan situasi oleh guru untuk berlatih menemukan pasangan dan pemecahan dari masalah yang diberikan, sehingga siswa tertantang untuk mempresentasikan ide, konsep, atau gagasan tentang materi PKn yang dikuasainya dalam rengka menemukan masalah dan mencari langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah. Kondisi pembelajaran tersebut akan merubah peran guru dari sekedar menyampaikan informasi menjadi fasilitator yang memfasilitasi belajar siswa. Perubahan peran guru tersebut merupakan salah satu cirri yang menunjukkan keberhasilan pembelajaran dalam memecahkan masalah. Hal itu sesuai dengan pendapat (Hudojo, 2002) yang menyatakan bahwa pendekatan problem posing sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masala,. karena dalam pembelajaran yang emenerapkan problem posing  siswa diminta untuk mengajukan soal sendiri melalui situasi yang disediakan.
Problem posing merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa, dan dalam proses pembelajarannya membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk nerfikir kritis dan kretaif. Proses berfikir demikian dilakukan siswa dengan cara mengaitkan pengetahuan yang dimiliki untuk dipergunakan dalam merumuskan soal. Merumuskan soal atau mewmbentuk soal adalah suatu aktivitas dalam pembelajaran yang mengembangkan motivasi dan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan kreatif, karena dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing siswa mendapat pengalaman langsung dalam merumuskan atau membentuk soal sendiri. Kegiatan merumuskan soal juga akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengkonstruksikan pikiran-pikirannya, dan kegiatan ini memungkinkan pembelajaran dapat dilakukan siswa menjadi lebih bermakna. Menurut (English, 1998) pembelajaran dengan pendekatan problem posing berarti siswa diberi kesempatan beraktifitas untuk merumuskan soal-soal dan mendorong siswa agar lebuh bertanggung jawab dalam pembelajarannya.
Menurut A. Jalil (2006) menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian penggunaan pendekatan problem posing dalam proses pembelajaran dapat : (1) meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa, (2) meningkatkan ketrampilan berfikir kritis siswa, (3) terjadi respon siswa secara positif terhadap pendekatan problem posing.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutiarso (1999) bahwa prestasi belajar yang diperoleh kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada pendekatan sebagaimana biasa (cara konvensional). Sikap siswa selama mengikuti pembelajaran menunjukkan dampak positif, siswa kelihatan aktif dan semangat membuat pertanyaan dan mampu menjawabnya.
Menurut English dalam Siswono (1999) dari hasil penelitian terdahuku member gambaran bahwa problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang mempunyai kelebihan : (1) siswa senang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing dan juga ingin tahu lebih banyak tentang materi yang dipelajari, (2) mengerjakan soal yang dibuat sendiri lebih menyenangkan, dan (3) mengajukan soal dapat mendorong siswa lebih banyak membaca materi pelajaran.
Pengembangan proses pembelajaran yang berkualitas perlu membiasakan siswa untuk berani bertanya tentang materi yang dibahas, untuk menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri dengan cara menemukan dan mentransformasikan suatu informasi ysng komplek ke dalam situasi yang lain. Atas dasar itu  pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Melalui pendekatan pembelajaran yang dirancang guru, siswa akan terlihat secara aktif dan mampu membangun sendiri pengetahuannya.
Pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat meninngkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar, karena kelompok siswa dituntut untuk menyusun masalah atau soal-soal dan menjawab permasalahan atau soal-soal kelompok diskusi lainnya. Kegiatan pembelajarantipe problem posing mampu mendorong siswa untuk memperoleh informasi, melatih siswa untuk berfikir kritis dan luas.
Melalui kegiatan belajarntar  kelompok alan mengembangkan interaksi antar siswa untuk menghindarkan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan dan dapat menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan, sehingga senantiasa yerjadi ketergantungan positif yang akan memungkinkan siswa saling memotivasi untuk meraih prestasi atau hasil belajar yang optimal.

METODE PENELITIAN
Pendekatan Dan  Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menggunakan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan lebih mudah dalam pengumpulan data karena diambil langsung dalam proses pembelajaran di mana peneliti saat itu terlibat sebagai pemberi tindakan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu suatu bentuk kajian reflektif oleh peneliti untuk meningkatkan kemampuan rasional tindakannya dalam melakssanakan tugas. Di samping itu juga untuk memperdalam pemahaman atas tindakan dalam memperbaiki kondisi pelaksanaan dalam praktik pembelajaran di kelas.
Dalam PTK ini diimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe problem posing sebagai tindakan karena dijumpai permasalahan kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran di kelas. Sebagai acuan dalam pelaksanaan PTK digunakan alur PTK model Kemmis dan Taggart (dalam Kasbulah, 1999). Model ini merupakan rangkaian tindakan perbaikan kelas melalui siklus-siklus, tiap siklus terdiri atas 4 (empat) tahapan tindakan yaitu : tahap perncanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Refleksi terhadap pemberian tindakan pada siklus pertama dijadikan acuan dalam merencanakan tindakan pada siklus II.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun yang berlokasi di Desa Pucanganom Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan mulai bulan Oktober sampai dengan Desember  tahun 2015.

Subyek  Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun, jumlah siswa 21 orang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Siswa dalam kelas tersebut mempunyai kemampuan yang heterogen, karena merupakan campuran dari beberapa kelas yang dijadikan satu ketika mereka masuk di kelas 7.

Data dan Sumber Data
Data Penelitian Tindakan Kelas berupa catatan peneliti baik berupa angka maupun fakta. Data tentang pengelolaan pembelajaran mata pelajaran PKn sumber datanya dari guru mata pelajaran PKn. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang sumbernya diperoleh dari kegiatan siswa kelas VII-B selama pembelajaran di dalam kelas. Dimonitor secara langsung oleh guru sebagai pelaksana kegiatan sekaligus sebagai observer, dibantu oleh 2 (dua) orang guru teman sejawat dan seorang guru mitra. Di samping itu juga data tentang hasil kerja siswa baik secara individu maupun kelompok dalam menyusun / menjawab soal, yang sumbernya berasal dari hasil kerja siswa. Data tentang perkembangan hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil pos tes setiap akhir tindakan, meskipun hasil belajar bukan merupakan tujuan dari penelitian ini namun diperlukan untuk pertimbangan pemberian tindakan selunjutnya. Sedangkan dati tentang tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif model problem posing sumbernya diperoleh dari siswa melalui pengisian angket setiap selesai tindakan.

Pengumpulan  Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen sebagai berikut :
1.    Lembar observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti sendiri dibantu oleh 2 (dua) orang teman sejawat dan seorang guru mitra.
2.    Angket, digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pengunaan problem posing dalam pembelajaran.
3.    Tes hasil belajar, tes ini dilaksanakan pada akhir siklus untuk mengetahui kemajuan siswa dalam belajar serta untuk menganalisis agar dapat melaksanakan refleksi pada siklus selanjutnya.

Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi
Analisis data dilakukan setiap kali selesai pemberian tindakan. Analisis data dalam penelitian ini secara kualitatif dengan menggunakan model alir (flow), dilakukan secara berurutan mulai dari reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Penafsiran data dilakukan melalui diskusi dengan observer (teman sejawat) dan seorang guru mitra.
Analisis diskriptif dilakukan terhadap data yang bersifat kuantitatif, yaitu aktifitas siswa, dan hasil belajar. Aktifitas siswa dalam bertanya atau menjawab pertanyaan diidentifikasi pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Aktifitas siswa tersebut diperoleh secara kuantitatif maupun kualitatif dengan menggunakan lembar observasi. Kuantitas aktifitas bertanya siswa dan menjawab pertanyaan setiap siklus dinyatakan dengan persentase, yang diperoleh melelui rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P       : Persentase keaktifan siswa
N       : Jumlah seluruh siswa
∑SA : Jumlah siswa yang aktif bertanya atau menjawab pertanyaan
Skor rata-rata pos tes pada siklus I dan siklus II merupakan hasil belajar siswa setelah menerima tindakan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing  setiap akhir siklus. Hasil belajar ini diperoleh diperoleh melalui pemberian skor pada kertas kerja siswa dengan skor maksimum 100. Skor rata-rata klasikal dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
Z      : Skor rata-rata pos tes klasikal
N      : Jumlah seluruh siswa
∑ Y  : Jumlah skor tes yang diperoleh seluruh siswa
Indikator keberhasilan tindakan terhadap peningkatan aktiviitas siswa belajar PKn pada kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun dapat dilihat dengancara membandingkan tingkat keberhasilan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Keberhasilan tindakan pada siklus I deketahui dengan cara membandingkan dengan refleksi awal. Keberhassilan tindakan pada siklus II diketahui dengan cara membandingkan dengan hasil tindakan pada siklus I, demikian seterusnya.
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan kemudian dievaluasi bagaimana keefektifan tindakan yang telah dilakukan, apakah telah sesuai dengan harapan peneliti, jika masih ditemukan kesenjangan, maka dicari penyebabnya kemudian diupayakan jalan keluarnya, dengan cara menyusun rencana tindakan untuk siklus berikutnya.

Prosedur Penelitian
Siklus I
a.     Rumusan Tindakan (planning)
Pada siklus I dalam rencana tindakan peneliti mempersiapkan kerangka strategis pembelajaran dengan implementasi pembelajar­an kooperatif tipe problem posing, skenario pembelajaran dengan materi perubahan social budaya, lembar kegiatan pembelajaran, bahan ajar dan angket tentang pendapat siswa.
b.    Pelaksanaan Tindakan (action)
·      Mengawali pembelajaran dengan kegiatan pendahuluan dilakukan dengan cara menunjukkan dengan beberapa contoh gambar perubahan social budaya pada saat ini, untuk memberikan motivasi siswa, dilanjutkan dengan Tanya jawab sekitar masalah perubahan social budaya.
·      Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
·      Melangkah pada kegiatan inti, pembelajaran diawali dengan membagikan materi (hand out).
·      Memberikan contoh-contoh cara menyusun soal yang benar.
·      Menginformasikan   langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
·      Memandu siswa untuk menyusun soal sekaligus menjawabnya secara peorangan.
·      Secara bergiliran siswa dipandu untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas, siswa yang lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan.
·      Memandu siswa untuk berpasangan dengan teman sebangku, masing-masing menyusun 2 (dua) buah soal, kemudian ditukarkan dengan pasangan lain untuk dijawab.
·      Secara bergiliran setiap pasangan dipandu untuk mempresentasikan hasil kerja mereka, sementara pasangan yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan tanggapan.
·      Menutup pelajaran sekaligus mengakhiri siklus I dengan membuat  kesimpulan bersama-sama siswa. Memberikan soal pos tes untuk dikerjakan siswa, sekaligus pengisian angket tentang pendapat siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
c.     Observasi (observation)
Peneliti melaksanakan observasi bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas, dibantu oleh dua orang guru teman sejawat sebagai kolaboraor..

d.    Refleksi
Setelah selesai pelaksanaan siklus I peneliti bersama-sama dengan teman sejawat atau guru mitra melaksanakan diskusi untuk merefkelsi pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Selanjutnya dari berbagai masukan dan kelemahan yang dijumpai pada siklus I, digunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun rencana pada siklus II.

Siklus II
a.    Rencanna Tindakan (planning)
Pada rencana tindakan yang dipersiapkan adalah scenario pembelajaran dalam RPP dengan menginplementasikan problem posing, menyiapkan bahan ajar dengan materi lanjutan tentang perubahan sosial budaya yaitu tipe-tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan sosial budaya, lembar observasi, alat evaluasi, dan  angket tentang   pendapat siswa.

b.    Pelaksanaan Tindakan (action)
·      Mengawali pelajaran dengan pendahuluan denga apersepsi guna mengkaji ulang konsep tentang perubahan sosial budaya yang telah dibahas pada pertemuan terdahulu.
·      Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·      Masuk pada bagian inti pembelajaran, guru memberikan garis besar materi yang akan dibahas.
·      Memberikan penekanan cara pembahasan soal yang benar
·      Menginformasikan  langkah-langkah pem­belaja­ran problem posing. 
·      Membagi siswa dalam kelas untuk  berkelompok sesuai dengan setting yang telah dipersiapkan oleh guru.
·      Membagikan materi yang akan dibahas per kelompok, dan menugaskan untuk menyusun soal.
·      Memandu siswa untuk saling menukarkan soal yang telah dibuat antar kelompok, kemudian diberi waktu untuk mengerjakan jawabannya.
·      Memandu siswa untuk secara bergiliran antar kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, sedangkan kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau mmemberikan tanggapan.
·      Menutup pembelajaran dengan menyimpulkan tentang materi yang telah dibahas, menugaskan siswa untuk mengerjakan soal pos tes dan dilanjutkan dengan pengisian angket.

c.     Observasi (observation)
Peneliti melaksanakan penngamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dibantu oleh teman sejawat atau guru mitra. Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan palaksanaan pembelajaran, di mana pada saat itu peneliti sekaligus bertindak sebagai pemberi tindakan.

d.    Refleksi (reflection)
Setelah selesai pemberikan tindakan, pene;iti dengan teman sejawat atau dibantu oleh guru mitra saling diskusi untuk membahas tenatng peleksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk saling memberikan saran, masukan maupun jalan keluar, berdasarkan pengmatan yang telah dilakukan untuk mengetahui ketepatan tindakan yang telah dilakukan.

HASIL PENELITIAN
Paparan Siklus I
1.    Perencanaan Tindakan Siklus I
·      Menyusun RPP dan silabus yang mengimplementasikan problem posing
·      Menyiapkan materi pelajaran tentang perubahan sosiaal budaya.
·      Mempersiapkan lembar pengamatan
·      Menyiapkan soal untuk pos tes
·      Mempersiapkan angket tentang pendapat siswa
2.    Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Untuk memotivasi siswa agar fokus pada pembelajaran diperlihatkan beberapa contoh  Perubahan Sosial Budaya dengan power point sambil tanya jawab dengan siswa sekitar Perubahan Sosial Budaya, dengan pertanyaan sebagai berikut ; coba perhatikan gambar di dalam slide, apa yang anda ketahui dari ganbar tersebut ? 3 siswa menjawab narkoba, motor gede, satu otrang menjawab model rambut terkini.  Kemudian peneliti mengajak siswa untuk lebih jauh mengenal Perubahan Sosial Budaya dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan materi Perubahan Sosial Budaya. Selanjutnya diinformasikan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
Masuk pada kegiatan inti, peneliti memberikan contoh membuat soal yang benar, kemudian dibagikan bahan ajar, selanjutnya menugaskan masing-masing siswa untuk menyusun satu soal dan sekaligus menyusun jawabannya.  Diberi waktu 15 menit, peneliti berkeliling sambil memandu siswa yang mengalami kesulitan. Dari waktu yang disediakan  ternyata masih ada 8 siswa yang masih belum selesai. Waktu ditambah lagi 5 menit, setelah semua selesai siswa dipandu untuk mempresentasikan hasil kerjanya dengan cara membacanya, dalam hal ini peneliti secara acak menunjuk siswa, kemudian temannya diminta untuk memberikan tanggapan atas presentasi yang telah dilakukan. Dari waktu yang tersedia ternyata hanya cukup untuk mempresentasikan 9 siswa. Selama presentasi tercatat 3 siswa yang memberikan tambahan jawaban, yaitu nomor absen 7, 12,  dan 20 dan 2 siswa memberikan tanggapan atau jawaban, yaitu nomor absen 2,dan 13. Untuk penilaian hasil kerja guna melihat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, kertas kerja siswa dikumpulkan.
Masih siklus I pada pertemuan yang kedua, peneliti memberikan ulasan hasil kerja secara individu yang telah dikumpulkan, antara lain sebagai berikut : dari 21 kertas kerja yang dikumpulkan ada 3 pertanyaan yang tidak sesuai dengan jawaban, dan 4 soal yang tidak operasional sehingga jawabannya juga tidak jelas. Masuk pada kegiatan inti, siswa dalam kelas dipandu untuk bekerja berpasangan dengan teman sebangku untuk menyusun dua pertanyaan tanpa jawaban, dengan materi yang sama seperti pertemuan yang lalu, diberi waktu 10 menit. Tepat sepuluh menit semua pasangan dapat menyelesaikan tugasnya, selanjutnya dipandu untuk menukarkan kertas kerjanya dengan pasangan yang lain dan diberi waktu 10 menit  untuk menyelesaikan jawabannya. Selanjutnya dipandu sepasang demi sepasang untuk presentasi di depan kelas dan siswa yang lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan. Setelah 10 pasang siswa mempresentasikan hasil kerjanya, tercatat ada 4 pertanyaan yang jawabannya kurang sesuai, 5 siswa menambah jawaban, 3 siswa memberikan alternatif  jawaban yang berbeda.
Pelajaran ditutup dengan kesimpulan dari materi yang telah dibahas, sebelum dilanjutkan, peneliti memberikan kesempatan untuk bertanya, ada 2 siswa yang mengajukan pertannyaan, yaitu nomor 3, dan 12. Setelah selesai membahas pertanyaan dilanjutkan dengan pos tes dan bagi yang telah selesai mengerjakan dilanjutkan dengan mengisi angket. Untuk pertemuan berikutnya siswa ditugaskan membaca materi dan pertemuan selanjutnya ulangan.

3.    Observasi Tindakan Siklus I
Peneliti sebagai pembeti tindakan dan sekaligus sebagai observer, dibantu oleh dua orang teman sejawat. Dengan menggunakan blangko observer yang telah dipersiapkan ditambah dengan catatan lapangan melakukan pengamatan tentang aktivitas belajar siswa, meliputi aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan, mempresentasikan hasil kerja maupun memberikan tanggapan atas jawaban teman yang lain. Setelah akhir siklus I dilakkukan diskusi antar peneliti, teman sejawat dan guru mitra guna membahas keefektifan tindakan yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dan pencatatan serta dokumen selam pelaksanaan siklus I dapat dipaparkan sebagai berikut : 
1.    Aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan bertanya 9,52%, menjawab pertanyaan 19.05%, memberikan tanggapan 42.86 %, dan presentasi 50 %.
2.       Hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi Perubahan Sosial Budaya pada siklus I :71,43% dan hasil kertas  kerja siswa mencapai 66,67%.
3.       Untuk hasil kerja sama dalam kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Kerjasama Dalam Kelompok Siklus I
4.       Klasifikasi pertanyaan yang dibuat oleh siswa yang masuk kategori C1 71,42%, dan C2 28,58%.
5.       Pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada table 4.5, siswa yang merasa senang ada 71,42%, merasa bisa 66,67%, antusias 52,38% dan memperoleh manfaat  80,95%.
Berdasarkan hasil pengamatan data pada siklus I diperoleh temuan penelitian sebagai berikut :
a.     Pembelejaran dengan implementasi pendekatan kooperatif tipe problem posing memerlukan waktu yang cukup lama untuk merumuskan soal, karena sebelum merumuskan soal siswa dituntut untuk membaca dan menguasai materi.
b.    Kemampuan tiap siswa dalam merumuskan soal sangat berkaitan dengan kemampuan siswa memahami materi pelajaran dalam tehnik penyusunan soal.
c.     Soal–soal yang dirumuskan siswa berkisar pada C1 dan C2.
d.    Pada saat presentasi siswa masih canggung karena belum menguasai materi.
e.     Pada saat presentasi masih dijumpai siswa atau kelompok yang tidak presentasi, kurang perhatian pada pembelajaran.
f.     Aktivitas siswa dalam pembelajaran Nampak pada kegiatan menyusun soal, bertanya jawab dan presentasi serta dalam kelompok kerja.
g.    Siswa merasa senang selama proses pembelajaran. 

4.    Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan selama pelaksanaan tindakan tindakan pada siklus I masih dijumpai kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus II, baik dalam merumuskan soal oleh siswa, kegiatan diskusi kelompok, presentasi, menjawab pertanyaan maupun memberikan tanggapan agar pembelajaran benar-benar dapat melibatkan siswa secara maksimmal. Adapun beberapa langkah tindakan perbaikan tersebut adalah sebagai berikut :
a.     Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe problem posing memerlukan banyak waktu, sehingga perlu disesuaikan antara jumlah soal yang disusun siswa dengan kemampuan siswa.
b.    Siswa diupayakan membaca materi terlebih dahulu bahan ajar sebelum pelaksanaan pembelajaran agar soal yang disusun hasilnya lebih baik.
c.     Diusahakan pembentukan kelompok sudah disetting terlebih dahulu, sehingga tidak banyak memakan waktu.
d.    Perlu penegasan ulang tentang cara menyusun soal atau contoh penyusunan soal, karena keterbatasan siswa dalam penyusunan kalimat yang operasional.
e.     Perlu pengarahan pada saat presentasi agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Paparan Siklus II
1.    Perencanaan tindakan siklus II
a.     Menyusun RPP yang berisikan langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing.
b.    Menyiapkan bahan ajar atau materi  tentang Perubahan Sosial Budaya.
c.     Menyiapkan lembar observasi untuk pengamatan.
d.    Menyiapkan soal untuk pos tes
e.     Menyiapkan daftar kelompok, dimana setiap kelompok beranggotakan 3 atau 4 orang siswa yang diambil secara heterogen.

2.    Pelaksanaan tindakan siklus II
Peneliti memberikan penekanan pada materi pelajaran yang akan dibahas, yaitu perubahan social budaya, serta mengingatkan kembali cara menyusun pertanyaan yang benar. Kemudian siswa di dalam kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 atau 5 orang, sesuai dengan scenario yang telah disusun oleh peneliti. Hal ini memudahkan siswa karena mereka sudah tahu anggota kelompoknya, sehingga pada saat masuk kelas mereka langsung duduk bersama-sama dengan kelompoknya. Dibagikan bahan ajar pada masing-masing kelompok selanjutnya mereka ditugaskan untuk menyusun soal uraian, masing-masing kelompok 3 buah soal tampa jawaban, diberikan waktu 10 menit, kemudian soal saling ditukarkan dengan kelompok lain untuk dijawab dan untuk ini diberi waktu 15 menit . Pada saat itu peneliti dibantu oleh dua teman sejawat atau  seorang guru mitra untuk mengamati aktivitas siswa yang sedang belajar kelompok, yang perlu diobservasi adalah kekompakan, keaktifan dan konsentrasi pada pembelajaran.
Pada saat presentasi yang dilaksanakan secara bergiliran sampai 10 kelompok, tercatat ada 4 pertanyaan yang tidak sesuai dengan jawaban, yaitu 1 pertanyaan mengenai sarana transportasi tradisional, 2 pertanyaan tentang contoh perubahan sosial, dan satu pertanyaan tentang pengertian Perubahan Sosial Budaya Selama presentasi tercatat  9 siswa yang memberikan tambahan alternatif jawaban, 5 siswa memberikan tangapan, dan 5 siswa mewakili kelompok untuk presentasi membacakan hasil kerja kelompok. Setelah selesai presentasi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah dibahas, sekaligus menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Ada 5 siswa yang angkat tangan untuk bertanya yaitu nomor absen 13 dan 18 menanyakan kejelasan perbedaan asimilasi dengan akulturasi siswa nomor 36 menanyakan tentang demontrasi  dan nomor absen 19 mengenai  cara menyikapi perubahan, setelah semua pertanyaan diklarifikasi bersama-sama, berikutnya siswa diberi soal untuk pos tes dan bagi yang telah selesai langsung mengisi angket yang telah dipersiapkan. Kertas kerja hasil kelompok dikumpulkan kepada peneliti untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas.

3.    Observasi Tindakan Siklus II
1)    Aktivitas siswa bertanya 33,33%, mrnjawab 42,86%, menanggapi 61,90% dan presentasi 100% .
2)    Hasil belajar dan pemahaman siswa dapat dilihat pada table 4.7 hasil pos tes  85.71 dan hasil kertas kerja siswa 76,19 %.
3)    Kerjasama siswa dalam kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Kerjasama Dalam Kelompok Siklus I dan Siklus II
4)    Klasifikasi pertanyaan yang dibuat oleh yang termasuk dalam kategori C1  23,81%, C2 52.38%  dan C3 23,81%. 
5)    Pendapat siswa tentang pembelajaran dapat dilihat pada table 4.10, siswa yang merasa senang 85,71%, merasa bisa 80.95%, antusias 76,19% dan memperoleh manfaat 85,71%.
Berdasarkan hasil observasi dan diskripsi data pada siklus II diperoleh beberapa temuan penelitian sebagai berikut :
a.     Pada saat pembelajaran dimulai siswa sudah duduk sesuai dengan susunan kelompok yang telah diseting pada pertemuan sebelumnya.
b.    Siswa sudah mulai lancar dalam menyusun soal, karena sudah membaca materi terlebih dahulu dan sudah memahami cara menyusun soal yang benar.
c.     Aktivitas siswa di dalam kelas nampak pada kegiatan menyusun soal secara kelompok, menjawan soal secara kelompok, presentasi, bertanya, menjawab dan memberikan tanggapan atas jawaban teman atau kelompok lain.
d.    Pada saat diskusi kelas untuk menyusun pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari kelompok lain, situasi kelas agak gaduh, karena mereka saling memberikan pendapatnya, namun disitu terlihat ada pembelajaran.
e.     Pada saat presentasi perhatian kelompok lain sudah focus pada pembelajaran, karena peneliti membagikan giliran memberikan tannggapan secara acak, sehingga siswa perlu konsentrasi.
f.     Hasil kertas kerja secara kelompok dalam menyusun soal maupun menjawab soal sudah baik.

4.    Refleksi Siklus II
Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan pada siklus II telah sesuai dengan harapan yang diinginkan yaitu ada peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas. Hal itu dapat dilihat dari adanya peningkatan siswa yang mengajukan pertannyaan, menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan terhadap jawaban, kegiatan presentasi maupun hasil kertas kerja kelompok dan hasil pos tes. Peningkatan itu bukan hanya secara kuantitas saja tetapi juga kualitasnya. Siswa juga merasa senang dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing, hal ini dapat terlihat dari hasil pengamatan maupun isian angket oleh siswa yang cukup representative untuk meng­gambarkan bahwa siswa merasa senang selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu peneliti mengambil keputusan bahwa pemberian tindakan atau pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe problem posing tidak perlu diulang lagi, dengan demikian maka pelaksanaan penelitian telah selesai dan langkah selanjutnya adalah tahap penulisan laporan.

PEMBAHASAN
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing pada mata pelajaran PKn dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Hal ini dilakukan baik pada tahap pelaksanaan  siklus I maupun siklus II. Pada kegiatan pendahuluan pemberi tindakan menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai apa yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sesuai dengan pendapat Dahar (1888) yang menyatakan bahwa pemberitahuan tujuan pembelajarn dapat membawa siswa untuk mengaktifkan motivasi dan memusatkan perhatian terhadap aspek-aspek yang relevan terhadap pembelajaran.  Dalam kegiatan pendahuluan siswa juga diberikan motivasi dan apersepsi dengan tujuan untuk dapat membawa siswa secara fisik maupun mental pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Orton (1882) berpendapat bahwa siswa yang termotivasi dan tertarik dalsm belajar akan mempunyai keinginan untuk belajar lebih banyak. Appersepsi dalam bentuk review materi yang telah dipelajari pada pertemuan yang telah lalu dimaksudkan untuk mengaktifkan pengetahuan siswa dengan materi yang akan dipelajari. Hudoyo (1888) berpendapat bahwa informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dalam scenario yang dimiliki siswa.
Pada kegiatan inti pemberi tindakan menggarisbawahi materi pelajaraan yang akan dibahas dan membagikan bahan ajar atau materi pelajaran kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pelaksanan pembelajaran, sesuai dengan pendapat Enggen dan Kauchak (dalam Tamrin, 2003;121)  bahwa “siswa perlu diberikan sumber-sumber belajar yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran”. Selanjutnya siswa dipandu untuk menyusun soal secara indivudu maupun secara kelompok dengan jalan soal secara kelompok kemudian ditukarkan dengan kelompok lain untuk dikerjakan atau dicari jawabannya, kegiatan pembelajaran tersebut membawa siswa pada situasi belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), seperti pendapat Isjoni (2007) cooperative lerning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari  langkah-langkah yang sepenuhnya mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Mengacu pada pendapat Tatthens (dalam As’ari 2002) yang menyatakan bahwa pandangan konstruktivis psikologi terbagi menjadi dua, yaitu (1) konstruktivis personal (Jean Peaget), artinya dalam pembentukan pengetahuan penekanannya pada aktivitas individual, (2) konstruktivis social (Vygolaky), dalam pembentukan pengetahuan penekanannya pada keterlibatan social seseorang. Mencermati pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya setiap andividu dapat membentuk pengetahuan baik secara individual maupun secara kelokpok. Melalui belajar kelokpok siswa dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara cermat, lebih aktif dalam belajar, dan meningkatkan ketrampilan hubungan antar pribadi. Hal ini didukung oleh pendapat Johnson aand Jhonson (dalam As’ari 2002) yang mengemukakan bahwa belajar kelompok dapat memberikan hasil (1) proses belajar lebih tinggi, (2) produktifitas lebihtinggi, (3) kemampuan memecahkan masalah lebih efektif, dan (4) ketrampilan social yang lebih efektif. Demikian juga belajar secara individual, menurut Mbulu (2001) belajar individu dapat (1) meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi, (2) mendorong siswa untuk memecahkan masalah dan menggunakan pemikiran dalam memecahkan suatu masalah, dan (3) dapat meningkatkan kemampuannya dalam jenjang belajar.
Pada saat siswa diminta untuk mengajukan pertanyaan atau menyusun soal baik secara individu yang dilaksanakan pada pemberian tindakan pada siklus I maupun secara kelompok yang dilaksanakan pada siklus II, berarti siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemaampuannya. Karena pengajuan soal akan meningkatkan aktivitas, kesenangan, keterampilan berfikir, dan meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah. Menurut pendapat Brown dan Walter (1887) bahwa problem posing dalam pembelajaran memiliki dua tahap kognitif, yaitu tahap kognitif menerima (kognitif accepting) dan tahap kognitif menantang (kognitif challenging). Ketika siswa membaca informasi atau situasi yang ada maka pada saat tersebut mereka melakukan tahap kognitif menerima. Sedangkan tahap kognitif menantang terjadi ketika siswa akan mengajukan soal atau membuat soal. As’ari (1888;45) menyatakan “proses kognitif menerima memungkinkan iswa untuk menempatkan sesuatu informasi pada suatu jarinngan struktur kognitifsehingga struktur kognitif tersebut semakin kaya, sementara pproses kognitif menantang memungkinkan jaringan struktur yang ada akan semakinkuat hubungannya.”
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat meningkatkan aktivitas siswa belajar PKn peningkatan tersebut sebesar :  bertanya 23,81%,  menjawab 23.81%,  menanggapi 19.04% dan presentasi 40%, hal ini Nampak mulai awal kegiatan pembelajaran baik pada siklus I maupun pada siklus II siswa sudah terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran mulai dari membaca materi atau bahan ajar yang dibagikan oleh guru, menyusun pertanyaan atau mengajukan soal baik secara individu maupun secara kelompok, menjawab pertanyaan dari soal yang disusun oleh kelompok lain, mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan memberikan tanggapan atas pertanyaan atau jawaban dari kelompok lain. Dalam pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing kreativitas dan aktivitas siswa terungkap karena siswa diberikan situasi atau informasi oleh guru, kemudian siswa mencermati dan mengolah informasi itu dalam bentuk menyusun atau mengajukan pertanyaan, setelah itu siswa beerlatih menyelesaikan soal-soal yang telah diajukan oleh kelompok lain. Pada tahp berikutnya siswa ditantang untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam rangka menyusun masalah dalan bentuk soal dan kemudian menyelesaikan masalah dan mencoba menyelasaikan permasalahan dengan diskusi dalam kelompok, kondisi pembelajaran tersebut akan menggeser peran guru yang dominan di dalam kelas menjadi fasilitator bagi siswa dalam pembelajaran di kelas karena siswa yang lebih cenderung aktif. Berdasarkan penelitian  yang dilakukan oleh Sutiarso (1888) bahwa prestasi belajar yang diperoleh kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe problem posing lebih baik dari pendekatan sebagaimana biasa (cara konvensional). Sikap siswa selama mengikuti pembelajaran menunjukkan dampak positif, siswa kelihatan aktif dan semangat membuat pertanyaan dan mampu menjawabnya.
 Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat meningkatkan hasil dan pemahaman siswa terhadap materi PKn, hal ini telah ditunjukkan dari hasil pos tes dan kertas kerja siswa yang meningkat, untuk hasil belajar meningkat 14.28% sedangkan kertas kerja meningkat 9,52%.. Meskipun dalam penelitian ini peningkatan hasil belajar bukan merupakan tujuan utama ternyata penerapan dari pembelajaran kooperatif tipe problem posing membawa dampak pada peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa pada materi PKn sebagai dampak dari adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran di dalam kelas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sutiarso (1888) “bahwa prestasi belajar yang diperoleh kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada pendekatan sebagaimana biasa (konvensional)”,
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problrm posing dapat membuat siswa merasa senang pada pembelajaran PKn, hai ini dapat dilihat dari angket pendapat siswa dalam pelaksaanaan pembelajaran yang mengalami peningkatan sebesar : merasa senang meningkat 14,29%, merasa bisa 14,28%, antusias 23,81% dan memperoleh manfaat meningkat 5,16%. Menurut English dalam Siswono (1888) dari hasil penelitian terdahulu memberi gambaran bahwa problem posing merupakan pendekatan pembelaajaran yang mempunyai kelebihan : (1) siswa senang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan  problem posing dan ingin tahu lebih banyak tentang materi yang dipahami, (2) mengerjakan soal yang dibuat sendiri lebih menyenangkan, dan (3) mengajukan soal dapat mendorong siswa lebih banyak membaca materi pelajaran. Pendapat siswa yang senang pada pembelajaran ditunjukkan pada angket siklus I maupun pada siklus II.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paparan data, analisis data, temuan penelitian, dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.    Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang Pertumbuhan dan Perkembangan di kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun pelajaran 2015/2016.
2.    Penerapan pembelajaran koooperatif tipe problem posing pada mata pelajaran PKn kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016 telah terlaksana sesuai dengan  langkah-langkah yang telah direncanakan.
3.    Adanya peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi Pertumbuhan dan Perkembangan sebagai dampak dari peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing.
4.    Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing pada pembelajaran PKn  menumbuhkan rasa senang pada siswa.

Saran
Berdasarkan paparan data, analisis data, temuan penelitian dan pembahasan maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1.    Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing dilaksanakan secara kelompok, maka pembentukan kelompok hendaknya sudah disetting lebih dahulu sehingga tidak memakan banyak waktu.
2.    Siswa diupayakan sudah membaca atau mempelajari materi  / bahan ajar terlebih dahulu sebelum pelaksanaan pembelajaran, agar penyusunan soal berhasil dengan baik.
3.    Pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat dijadikan salah satu solusi dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dan mutu pembelajaran.



DAFTAR RUJUKAN
A. Jalil, 2006 Pembelajaran dan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Siswa Kelas VIII SMP Negeri IV Malang Pada Konsep system Hormon Tahun Pelajaran 2004/2005. Tesis tidak dipublikasikan, Universitas Negeri Malang.
A’ari, A.R. 2000 Pembelajaran Matematika yang demokratis, Makalah disajikan dalam seminar Nasional : Penngajaran Matematika Sekolah Menengah Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.
Chotimah Husnul, 2007, Model-model Pembelajaran untuk PTK, Malang.
Corebina, A. D. 2002, Pelatihan terintegrasi Berbasis Kompentensi Guru Mata Pelajaran Biologi . PTK. Dirjen dikdasmen. Jakarta. Depdiknas.
Hamalik, O, 2004 Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara
Hasibuhan, J.J. Moedjiono, 1885, Proses  Belajar Mengajar, Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Hadoyo, H, 2002, Suatu usaha Untuk meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Belajar Matematikan. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Penngajaran Matematika di Sekolah Jurusan Matematika. Universitas Negeri Malang.
Isjoni, 2007,Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung.
Kasbolah, K. 1888, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Sains. Makalah dalam Penelitian Guru Sains dengan Pendekatan STM, Malang 12 – 15 Juli 1888
Nurhadi, Yasin, B. Dan Senduh, AG, 2004, Pembelajaran Konteksrual dan Penerapannya dalam KBK, Malang : Universitas Negeri Malang
Rochiati Wiriaatmadja.2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
Siswoyo. T. Y. E. 1888. Metode Pemberian Tugas penyajian soal dalam pembelajaran Matematika. Tesis. Tidak Diterbitkan. Surabaya : PPS IKIP Surabaya
Suryanto, 1888, Pembentukan Soal Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional. Malang : PPS IKIP Malang.
Susilo, H. 2002. Pembelajaran Kontekstual Dalam MIPA “Majalah Pendidikan Konsep”, Nomor 1 Agustus-Oktober, 15-20
Sutiarso, S. 1888. Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Aritmatika Siswa Kelas II SMP N 18 Malang. Tesis. Tidak Diterbitkan. Malang : IKIP Malang.
Trianto.2007.Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Puistaka Plubiser. Surabaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar