MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG NORMA-NORMA PADA
MASYARAKAT DENGAN PENERAPAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBLEM
POSING DI KELAS VII-B SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SMP NEGERI 1
KEBONSARI KABUPATEN MADIUN.
Oleh : WARDANI, S.Pd
SMPN 1 Kebonsari Kabupaten Madiun.
ABSTRAK
Kata Kunci : Pembelajaran
kooperatif, problem posing, hasil
belajar
Peran guru dalam pembelajaran di kelas bukan
hanya mengkomunikasikan pengetahuan tetapi juga membantu siswa agar mampu
memahami konsep – konsep dn dapat menerapkan konsep yang dipahami serta
mendorong terjadinya aktivitas salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk
mencapai keberhasilan dalam pembelajran adalah ketepatan guru dalam memilih dan
menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau bahan ajar dan
situasi kelas, untuk itu maka diimplementasikan pendekatan pembelajaran
kooperatif tipe Problem Posing.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
(1) Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Problem Posing pada mata pelajaran BPKn
kelas VII-B semester gasal SMP Negeri 1 Kebonsari ?, (2) Apakah penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Problem
Posing dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa di kelas VII-B SMP Negeri 1
Kebonsari? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Penerapan model
pembelajaran Kooperatif tipe pada mata pelajaran PKn kelas VII-B SMP
Negeri 1 Kebonsari, (2) Peningkatan hasil belajar PKn di
kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari.
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan dilakukan dalam bentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan dalam 2 siklus, tiap siklus terdiri dari
empat tahapan kegiatan yaitu, Perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Problem Posing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn pada kelas VII-B SMP
Negeri 1 Kebonsari, (2) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Problem Pasing
pada mata pelajaran PKn kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari telah terlaksana
sesuai dengan sintaks langkah – langkah yang telah direncanakan, (3) Adanya
peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi PKn sebagai
dampak dari peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe problem
posing, (4) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing pada mata pembelajaran PKn menumbuuhkan rasa senang pada siswa.Saran
bagi rekan - rekan guru yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran kooperatif
tipr problem possing adalah sebagai
berikut : (1) jika pembelajaran direncanakan dalam bentuk kelompok, hendaknya
susunan kelompok telah diseting terlebih dahulu agar tidak memerlukan banyak
waktu, (2) diupayakan agar siswa sudah mempelajari atau memahami materi
pelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran agar penyusunan soal berhasil lebih
baik, (3) dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran dan meningkatkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran, pendekatan kooperatif tipe problem posing dapat dijadikan salah satu solusinya.
Latar Belakang
Penelitian
Permasalahan mendasar dalam proses pembelajaran PKn adalah banyaknya materi yang harus dikuasai dan
dihafal oleh anak didik . Meskipun pada satu sisi hal ini merupakan
sebuah keniscayaan, karena sebagian dari materi PKn
adalah
teoretis. Namun dalam kenyataannya, ketika materi tersebut diajarkan di
dalam kelas, siswa tidak bergairah dan tidak ada motivasi untuk mempelajarinya.
Siswa beralasan bahwa materi yang ada bersifat abstraks (bhs Jawa : nggrambyang) atau, jauh dari kenyataan.
Sesuai dengan hasil dengar pendapat dengan guru-guru yang bergabung dalam Musyawarah
Guru Mata Pelajaran
Sekolah (MGMPS) PKn di SMP Negeri 1 Kebonsari,
faktor penyebab utama lemahnya motivasi siswa adalah selama ini guru hanya
menggunakan metode ceramah ketika mengajarkan materi norma-norma di masyarakat
Secara umum dapat diidentifikasi bahwa motivasi belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari, khususnya pada pembelajaran PKn, masih rendah. Dan rendahnya motivasi
belajar siswa, tentu saja berdampak pada hasil belajar mereka yang ditunjukkan
dengan rerata nilai ulangan 54 dan siswa
yang belum tuntas 75%. Oleh karena itu,
pada penelitian ini dicoba menangani masalah rendahnya motivasi dan hasil
belajar siswa tersebut dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri dengan
menggunakan “Problem Posing)”.
Menurut Nurhadi dkk (2004), Inkuiri dapat didefinisikan sebagai suatu
pencarian kebenaran, informasi atau pengetahuan. Inkuiri lebih menekankan pada
“how we came to know” dan mengurangi
“what we know”. Kelebihan metode pembelajaran inkuiri ini
adalah siswa lebih dilibatkan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan,
memperoleh informasi, mengorganisasi informasi, memecahkan masalah dan lebih
mencari kebenaran atau pengetahuan dari pada mengkonsumsi pengetahuan. Hal
tersebut didasari pada kenyataan bahwa pada dasarnya manusia melakukan inkuiri
mulai lahir sampai meninggal. Proses inkuiri dimulai dengan mengumpulkan
informasi dan data dengan menggunakan organ indera seperti melihat, mendengar,
menyentuh, merasakan dan membaui.
Metode pembelajaran inkuiri ini dimulai dengan proses pemerolehan
informasi tentang norma-norma di masyarakat yang ada di dalam buku paket
maupun dari sumber yang lain (internet misalnya). Kemudian membentuk kelompok yang
beranggotakan empat siswa, sehingga dalam satu kelas yang terdiri dari empat puluh siswa dikelompokkan
menjadi sepuluh kelompok. Masing –
masing kelompok membuat sepuluh pertanyaan dengan materi yang tidak sama dan
mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban -
jawaban tersebut kemudian dibentuk kartu, satu pertanyaan satu kartu demikian
juga satu jawaban juga satu kartu dan membuat nomor satu sampai dengan sepuluh,
sehingga dalam satu kelompok terdapat tiga puluh kartu. Kemudian kartu tersebut
dibuat sebuah permainan yang disebut “Problem Posing”.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan “Problem Posing”
tersebut merupakan sebuah strategi pembelajaran yang berpola pada metode ilmiah
dan memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan pembelajaran bermakna (M.
Nur, 2001). Dengan metode pembelajaran ini diharapkan siswa mampu mengembangkan
teori serta menjelaskan hubungan kausal antara satu teori dengan teori yang
lain. Semua itu bermuara pada peningkatan motivasi belajar siswa yang
berpengaruh juga pada peningkatan hasil belajar siswa.
Sepengetahuan
peneliti, penerapan metode pembelajaran inkuiri dengan menggunakan “Problem Posing” ini belum pernah
dilakukan oleh rekan-rekan guru di sekolah maupun yang tergabung dalam
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PKn di SMP Negeri
1 Kebonsari.
Disamping itu, penerapan metode ini juga belum pernah diikutkan dalam lomba,
baik lomba keberhasilan guru dalam pembelajaran maupun lomba kreativitas guru
serta lomba-lomba lain yang sejenis.
Berdasarkan latar belakang tersebut
peneliti akan mekukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi
Belajar Siswa Tentang Norma-Norma Pada Masyarakat Dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Problem Posing Di
Kelas VII-B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1
Kebonsari Kabupaten Madiun
”
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut
:
1.
Bagaimana
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa tentang Pertumbuhan
dan Perkembangan
melalalui penerapan pembelajaran
kooperatif tipe problem posing pada siswa
kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2015/2016 Semester Gasal?
2.
Apakah
dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar
siswa tentang Pertumbuan dan Perkembangan
di kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2015/2016 Semester Gasal?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan latar belakang
masalah dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
Penerapan
pembelejaran kooperatif tipe problem
posing pada mata pelajaran PKn kelas VII-B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Kebonsari
Kabupaten Madiun.
2.
Peningkatan
aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam belajar PKn pada kelas VII-B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Kebonsari
Kabupaten Madiun.
Kegunaan Hasil
Penelitian
1.
Bagi
Siswa
a.
Meningkatkan
minat dan aktivitas belajar siswa pada pelajaran PKn melalui kerjasama kelompok.
b.
Melatih
ketrampilan sosial siswa melalui kerjasama kelompok
c.
Melatih
siswa untuk mengemukakan pendapat dengan mengajukan pertanyaan atau
permasalahan.
d.
Membantu
ketrampilan berfikir siswa secara aktif melalui pengjuan masalah.
e.
Meningkatkan
prestasi belajar siswa.
2.
Bagi
Peneliti
Sebagai
wahana untuk mengembangkan profesionalisme dan wawasan keilmuan khususnya
tentang strategi pembelajaran PKn.
3.
Bagi
Guru
Dapat menjadi salah satu model pembelajaran untuk
diterapkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PKn
4.
Bagi
Lembaga Pendidikan dan Sekolah Terkait
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi
peningkatan mutu pendidikan khususnya pembelajaran dalam mata pelajaran PKn
KAJIAN PUSTAKA
Problem
Posing
Istilah problem
posing dipublikasikan secara resmi sebagai pendekatan pembelajaran untuk
pertama kalinya pada tahun 1989 dalam National
Council of Teacher of Matematics “NCTM”
(Brown, 1993). Problem posing berasal
dari bahasa Inggris yang mempunyai beberapa padanan kata. Suryanto (1998 : 1)
dan As’ari (2000 : 5) menggunakan istilah pembentukan soal sebagai padanan kata
untuk istilah problem posing. Selain
itu ada juga yang menggunakan istilah membuat soal (Sutiarso, 1999:6) dan
pengajuan soal (Siswono,1999:7). Silver (1996) mengemukakan pengertian problem posing secara lengkap sebagai
berikut : (1) problem posing adalah
perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa
perubahan agar lebih sederhana dan mudah dipahami dalam rangka memecahkan soal
yang rumit, (2) problem posing adalah
perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah
dipecahkan dalam rangka mencara alternatif pemecahan yang lain. (3) problem posing adalah merumuskan atau
membentuk soal dari suatu soal yang diberikan.
Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan problem posing
adalah suatu cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep
atau prinsip yang disajikan mudah dipahami siswa. Siswa dalam kegiatan
pembelajaran diminta untuk membuat soal berdasarkan situasi atau informasi yang
tersedia. Sintaks langkah-langkah pembelajaran problem posing menurut Silver
dan Cai dalam Chotimah (2007) adalah sebagai berikut : (1) guru menyampaikan
materi sebagai pengantar, (2) peserta didik diminta untuk menyusun atau
membentuk soal, (3) soal yang telah disusun didiskusikan dengan teman, (4) guru
membahas jawaban soal yang dibentuk oleh siswa.
Problem posing memuat
dua komponen penting yang saling terkait, pertama informasi yang disajikan, dan
kedua soal yang dibuat atau diajukan oleh siswa. Informasi disajikan oleh guru
sedangkan soal dibuat atau diajukan oleh siswa. Syarat yang harus dimiliki
siawa agar dapat membuat soal adalah kemampuan membaca, kemampuan memahami
informasi yang disajikan, dan kemampuan mengkomunikasikan pola piker bertanya
dalam bentuk yang nyata, yaitu dalam bentuk kata-kata baik llisan maupun
tulisan. Kemampuan siswa dalam bentuk komunikasi memegang peranan penting dalam
pembelajaran IPA,
sebab siswa akan terbimbing untuk mengemukakan pendapatnya dengan alas an yang
logis dan konsisten. Selanjutnya menurut (Posamentier dalam Siswono, 1999:30) menyatakan
bahwa “Wujud pola pikir bertanya ke dalam bentuk tulisan berupa pembuatan soal
dapat meningkatkan daya ingat siswa jauh lebih baik daripada daya ingat
sebelumnya”.
Sesuai dengan tujuan
pembelajaran PKn yang
mengarahkan siswa peka terhadap isu social dan trampil dalam menghadapi
masalah-masalah social, maka pendekatan pembelajaran kooperatif tipe problem posing sangat cocok untuk mewujudkan
tujuan tersebut karena dalam pembelajaran kooperatif tipe problem posing kreativitas dan aktifitas berpikir siswa
terangkat. Hal ini karena siswa
diberikan situasi oleh guru untuk berlatih menemukan pasangan dan pemecahan
dari masalah yang diberikan, sehingga siswa tertantang untuk mempresentasikan
ide, konsep, atau gagasan tentang materi PKn
yang dikuasainya dalam rengka menemukan masalah dan mencari langkah-langkah
untuk menyelesaikan masalah. Kondisi pembelajaran tersebut akan merubah peran guru
dari sekedar menyampaikan informasi menjadi fasilitator yang memfasilitasi
belajar siswa. Perubahan peran guru tersebut merupakan salah satu cirri yang
menunjukkan keberhasilan pembelajaran dalam memecahkan masalah. Hal itu sesuai
dengan pendapat (Hudojo, 2002) yang menyatakan bahwa pendekatan problem posing sangat efektif untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masala,. karena dalam
pembelajaran yang emenerapkan problem
posing siswa diminta untuk
mengajukan soal sendiri melalui situasi yang disediakan.
Problem
posing
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan
siswa, dan dalam proses pembelajarannya membangun struktur kognitif siswa serta
dapat memotivasi siswa untuk nerfikir kritis dan kretaif. Proses berfikir
demikian dilakukan siswa dengan cara mengaitkan pengetahuan yang dimiliki untuk
dipergunakan dalam merumuskan soal. Merumuskan soal atau mewmbentuk soal adalah
suatu aktivitas dalam pembelajaran yang mengembangkan motivasi dan kemampuan
siswa untuk berfikir kritis dan kreatif, karena dalam pembelajaran dengan
pendekatan problem posing siswa
mendapat pengalaman langsung dalam merumuskan atau membentuk soal sendiri.
Kegiatan merumuskan soal juga akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengkonstruksikan pikiran-pikirannya, dan kegiatan ini memungkinkan
pembelajaran dapat dilakukan siswa menjadi lebih bermakna. Menurut (English,
1998) pembelajaran dengan pendekatan problem posing berarti siswa diberi
kesempatan beraktifitas untuk merumuskan soal-soal dan mendorong siswa agar
lebuh bertanggung jawab dalam pembelajarannya.
Menurut A. Jalil (2006)
menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian penggunaan pendekatan problem posing dalam proses pembelajaran
dapat : (1) meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa, (2) meningkatkan
ketrampilan berfikir kritis siswa, (3) terjadi respon siswa secara positif
terhadap pendekatan problem posing.
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sutiarso (1999) bahwa prestasi belajar yang
diperoleh kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik daripada
pendekatan sebagaimana biasa (cara konvensional). Sikap siswa selama mengikuti
pembelajaran menunjukkan dampak positif, siswa kelihatan aktif dan semangat
membuat pertanyaan dan mampu menjawabnya.
Menurut English dalam
Siswono (1999) dari hasil penelitian terdahuku member gambaran bahwa problem posing merupakan pendekatan
pembelajaran yang mempunyai kelebihan : (1) siswa senang mengikuti pembelajaran
dengan pendekatan problem posing dan
juga ingin tahu lebih banyak tentang materi yang dipelajari, (2) mengerjakan
soal yang dibuat sendiri lebih menyenangkan, dan (3) mengajukan soal dapat
mendorong siswa lebih banyak membaca materi pelajaran.
Pengembangan proses
pembelajaran yang berkualitas perlu membiasakan siswa untuk berani bertanya
tentang materi yang dibahas, untuk menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya.
Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa
harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri dengan cara
menemukan dan mentransformasikan suatu informasi ysng komplek ke dalam situasi
yang lain. Atas dasar itu pembelajaran
harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Melalui
pendekatan pembelajaran yang dirancang guru, siswa akan terlihat secara aktif
dan mampu membangun sendiri pengetahuannya.
Pembelajaran kooperatif
tipe problem posing dapat
meninngkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar, karena kelompok siswa
dituntut untuk menyusun masalah atau soal-soal dan menjawab permasalahan atau
soal-soal kelompok diskusi lainnya. Kegiatan pembelajarantipe problem posing
mampu mendorong siswa untuk memperoleh informasi, melatih siswa untuk berfikir
kritis dan luas.
Melalui kegiatan
belajarntar kelompok alan mengembangkan
interaksi antar siswa untuk menghindarkan kesalah pahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan dan dapat menciptakan suasana yang mendorong agar siswa
merasa saling membutuhkan, sehingga senantiasa yerjadi ketergantungan positif
yang akan memungkinkan siswa saling memotivasi untuk meraih prestasi atau hasil
belajar yang optimal.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Dan
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menggunakan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan lebih mudah dalam
pengumpulan data karena diambil langsung dalam proses pembelajaran di mana
peneliti saat itu terlibat sebagai pemberi tindakan.
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas, yaitu suatu bentuk kajian reflektif oleh peneliti untuk
meningkatkan kemampuan rasional tindakannya dalam melakssanakan tugas. Di
samping itu juga untuk memperdalam pemahaman atas tindakan dalam memperbaiki
kondisi pelaksanaan dalam praktik pembelajaran di kelas.
Dalam PTK ini diimplementasikan
pembelajaran kooperatif tipe problem
posing sebagai tindakan karena dijumpai permasalahan kurang aktifnya siswa
dalam pembelajaran di kelas. Sebagai acuan dalam pelaksanaan PTK digunakan alur
PTK model Kemmis dan Taggart (dalam Kasbulah, 1999). Model ini merupakan
rangkaian tindakan perbaikan kelas melalui siklus-siklus, tiap siklus terdiri
atas 4 (empat) tahapan tindakan yaitu : tahap perncanaan (planning), pelaksanaan (action),
pengamatan (observation), dan
refleksi (reflection). Refleksi
terhadap pemberian tindakan pada siklus pertama dijadikan acuan dalam
merencanakan tindakan pada siklus II.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun yang berlokasi di Desa Pucanganom Kecamatan
Kebonsari Kabupaten Madiun pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016.
Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan mulai bulan Oktober sampai dengan
Desember tahun 2015.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa
kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun, jumlah siswa 21 orang
terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Siswa dalam kelas
tersebut mempunyai kemampuan yang heterogen, karena merupakan campuran dari
beberapa kelas yang dijadikan satu ketika mereka masuk di kelas 7.
Data dan Sumber Data
Data Penelitian Tindakan Kelas
berupa catatan peneliti baik berupa angka maupun fakta. Data tentang
pengelolaan pembelajaran mata pelajaran PKn sumber
datanya dari guru mata pelajaran PKn.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang sumbernya diperoleh dari kegiatan siswa
kelas VII-B
selama pembelajaran di dalam kelas. Dimonitor secara langsung oleh guru sebagai
pelaksana kegiatan sekaligus sebagai observer, dibantu oleh 2 (dua) orang guru
teman sejawat dan seorang guru mitra. Di samping itu juga data tentang hasil
kerja siswa baik secara individu maupun kelompok dalam menyusun / menjawab
soal, yang sumbernya berasal dari hasil kerja siswa. Data tentang perkembangan
hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil pos tes setiap akhir tindakan,
meskipun hasil belajar bukan merupakan tujuan dari penelitian ini namun
diperlukan untuk pertimbangan pemberian tindakan selunjutnya. Sedangkan dati
tentang tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran kooperatif model problem
posing sumbernya diperoleh dari siswa melalui pengisian angket setiap
selesai tindakan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa instrumen
sebagai berikut :
1.
Lembar
observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan observasi dilakukan oleh peneliti sendiri dibantu oleh 2 (dua)
orang teman sejawat dan seorang guru mitra.
2.
Angket,
digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pengunaan problem posing dalam pembelajaran.
3.
Tes
hasil belajar, tes ini dilaksanakan pada akhir siklus untuk mengetahui kemajuan
siswa dalam belajar serta untuk menganalisis agar dapat melaksanakan refleksi
pada siklus selanjutnya.
Analisis Data, Evaluasi, dan Refleksi
Analisis data dilakukan setiap kali
selesai pemberian tindakan. Analisis data dalam penelitian ini secara
kualitatif dengan menggunakan model alir (flow), dilakukan secara berurutan
mulai dari reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Penafsiran data
dilakukan melalui diskusi dengan observer (teman sejawat) dan seorang guru
mitra.
Analisis diskriptif dilakukan
terhadap data yang bersifat kuantitatif, yaitu aktifitas siswa, dan hasil
belajar. Aktifitas siswa dalam bertanya atau menjawab pertanyaan diidentifikasi
pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Aktifitas siswa tersebut
diperoleh secara kuantitatif maupun kualitatif dengan menggunakan lembar
observasi. Kuantitas aktifitas bertanya siswa dan menjawab pertanyaan setiap
siklus dinyatakan dengan persentase, yang diperoleh melelui rumus sebagai
berikut :
Keterangan
:
P : Persentase keaktifan siswa
N : Jumlah seluruh siswa
∑SA
: Jumlah siswa yang aktif bertanya atau menjawab pertanyaan
Skor rata-rata pos tes pada siklus
I dan siklus II merupakan hasil belajar siswa setelah menerima tindakan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem
posing setiap akhir siklus. Hasil
belajar ini diperoleh diperoleh melalui pemberian skor pada kertas kerja siswa
dengan skor maksimum 100. Skor rata-rata klasikal dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan
:
Z : Skor rata-rata pos tes klasikal
N : Jumlah seluruh siswa
∑
Y : Jumlah skor tes yang diperoleh
seluruh siswa
Indikator keberhasilan tindakan
terhadap peningkatan aktiviitas siswa belajar PKn pada kelas VII-B SMP Negeri 1
Kebonsari Kabupaten Madiun dapat dilihat dengancara membandingkan tingkat
keberhasilan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Keberhasilan tindakan pada
siklus I deketahui dengan cara membandingkan dengan refleksi awal.
Keberhassilan tindakan pada siklus II diketahui dengan cara membandingkan
dengan hasil tindakan pada siklus I, demikian seterusnya.
Dari hasil analisis data yang telah
dilakukan kemudian dievaluasi bagaimana keefektifan tindakan yang telah
dilakukan, apakah telah sesuai dengan harapan peneliti, jika masih ditemukan
kesenjangan, maka dicari penyebabnya kemudian diupayakan jalan keluarnya,
dengan cara menyusun rencana tindakan untuk siklus berikutnya.
Prosedur Penelitian
Siklus I
a.
Rumusan
Tindakan (planning)
Pada
siklus I dalam rencana tindakan peneliti mempersiapkan kerangka strategis
pembelajaran dengan implementasi pembelajaran kooperatif tipe problem posing, skenario pembelajaran
dengan materi perubahan social budaya, lembar kegiatan pembelajaran, bahan ajar
dan angket tentang pendapat siswa.
b.
Pelaksanaan
Tindakan (action)
·
Mengawali
pembelajaran dengan kegiatan pendahuluan dilakukan dengan cara menunjukkan
dengan beberapa contoh gambar perubahan social budaya pada saat ini, untuk
memberikan motivasi siswa, dilanjutkan dengan Tanya jawab sekitar masalah
perubahan social budaya.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
·
Melangkah
pada kegiatan inti, pembelajaran diawali dengan membagikan materi (hand out).
·
Memberikan
contoh-contoh cara menyusun soal yang benar.
·
Menginformasikan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan.
·
Memandu
siswa untuk menyusun soal sekaligus menjawabnya secara peorangan.
·
Secara
bergiliran siswa dipandu untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas,
siswa yang lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan.
·
Memandu
siswa untuk berpasangan dengan teman sebangku, masing-masing menyusun 2 (dua)
buah soal, kemudian ditukarkan dengan pasangan lain untuk dijawab.
·
Secara
bergiliran setiap pasangan dipandu untuk mempresentasikan hasil kerja mereka,
sementara pasangan yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan
tanggapan.
·
Menutup
pelajaran sekaligus mengakhiri siklus I dengan membuat kesimpulan bersama-sama siswa. Memberikan
soal pos tes untuk dikerjakan siswa, sekaligus pengisian angket tentang
pendapat siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
c. Observasi
(observation)
Peneliti
melaksanakan observasi bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas,
dibantu oleh dua orang guru teman sejawat sebagai kolaboraor..
d. Refleksi
Setelah
selesai pelaksanaan siklus I peneliti bersama-sama dengan teman sejawat atau
guru mitra melaksanakan diskusi untuk merefkelsi pelaksanaan tindakan yang
telah dilaksanakan. Selanjutnya dari berbagai masukan dan kelemahan yang
dijumpai pada siklus I, digunakan sebagai bahan masukan untuk menyusun rencana
pada siklus II.
Siklus II
a. Rencanna
Tindakan (planning)
Pada
rencana tindakan yang dipersiapkan adalah scenario pembelajaran dalam RPP
dengan menginplementasikan problem posing, menyiapkan bahan ajar dengan materi
lanjutan tentang perubahan sosial budaya yaitu tipe-tipe perilaku masyarakat
dalam menyikapi perubahan sosial budaya, lembar observasi, alat evaluasi,
dan angket tentang pendapat siswa.
b.
Pelaksanaan
Tindakan (action)
·
Mengawali
pelajaran dengan pendahuluan denga apersepsi guna mengkaji ulang konsep tentang
perubahan sosial budaya yang telah dibahas pada pertemuan terdahulu.
·
Menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
·
Masuk
pada bagian inti pembelajaran, guru memberikan garis besar materi yang akan
dibahas.
·
Memberikan
penekanan cara pembahasan soal yang benar
·
Menginformasikan langkah-langkah pembelajaran problem posing.
·
Membagi
siswa dalam kelas untuk berkelompok
sesuai dengan setting yang telah
dipersiapkan oleh guru.
·
Membagikan
materi yang akan dibahas per kelompok, dan menugaskan untuk menyusun soal.
·
Memandu
siswa untuk saling menukarkan soal yang telah dibuat antar kelompok, kemudian
diberi waktu untuk mengerjakan jawabannya.
·
Memandu
siswa untuk secara bergiliran antar kelompok mempresentasikan hasil kerja
kelompok, sedangkan kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau
mmemberikan tanggapan.
·
Menutup
pembelajaran dengan menyimpulkan tentang materi yang telah dibahas, menugaskan
siswa untuk mengerjakan soal pos tes dan dilanjutkan dengan pengisian angket.
c. Observasi
(observation)
Peneliti
melaksanakan penngamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dibantu oleh teman
sejawat atau guru mitra. Kegiatan observasi dilaksanakan bersamaan dengan
palaksanaan pembelajaran, di mana pada saat itu peneliti sekaligus bertindak
sebagai pemberi tindakan.
d. Refleksi
(reflection)
Setelah
selesai pemberikan tindakan, pene;iti dengan teman sejawat atau dibantu oleh
guru mitra saling diskusi untuk membahas tenatng peleksanaan pembelajaran yang
telah dilaksanakan untuk saling memberikan saran, masukan maupun jalan keluar,
berdasarkan pengmatan yang telah dilakukan untuk mengetahui ketepatan tindakan
yang telah dilakukan.
HASIL PENELITIAN
Paparan Siklus I
1. Perencanaan
Tindakan Siklus I
·
Menyusun
RPP dan silabus yang mengimplementasikan problem
posing
·
Menyiapkan
materi pelajaran tentang perubahan sosiaal budaya.
·
Mempersiapkan
lembar pengamatan
·
Menyiapkan
soal untuk pos tes
·
Mempersiapkan
angket tentang pendapat siswa
2. Pelaksanaan
Tindakan Siklus I
Untuk
memotivasi siswa agar fokus pada pembelajaran diperlihatkan beberapa
contoh Perubahan Sosial Budaya dengan
power point sambil tanya jawab dengan siswa sekitar Perubahan Sosial Budaya,
dengan pertanyaan sebagai berikut ; coba perhatikan gambar di dalam slide, apa
yang anda ketahui dari ganbar tersebut ? 3 siswa menjawab narkoba, motor gede,
satu otrang menjawab model rambut terkini.
Kemudian peneliti mengajak siswa untuk lebih jauh mengenal Perubahan
Sosial Budaya dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dengan materi Perubahan
Sosial Budaya. Selanjutnya diinformasikan langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilakukan.
Masuk
pada kegiatan inti, peneliti memberikan contoh membuat soal yang benar,
kemudian dibagikan bahan ajar, selanjutnya menugaskan masing-masing siswa untuk
menyusun satu soal dan sekaligus menyusun jawabannya. Diberi waktu 15 menit, peneliti berkeliling
sambil memandu siswa yang mengalami kesulitan. Dari waktu yang disediakan ternyata masih ada 8 siswa yang masih belum
selesai. Waktu ditambah lagi 5 menit, setelah semua selesai siswa dipandu untuk
mempresentasikan hasil kerjanya dengan cara membacanya, dalam hal ini peneliti
secara acak menunjuk siswa, kemudian temannya diminta untuk memberikan
tanggapan atas presentasi yang telah dilakukan. Dari waktu yang tersedia
ternyata hanya cukup untuk mempresentasikan 9 siswa. Selama presentasi tercatat
3 siswa yang memberikan tambahan jawaban, yaitu nomor absen 7, 12, dan 20 dan 2 siswa memberikan tanggapan atau
jawaban, yaitu nomor absen 2,dan 13. Untuk penilaian hasil kerja guna melihat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, kertas kerja siswa dikumpulkan.
Masih
siklus I pada pertemuan yang kedua, peneliti memberikan ulasan hasil kerja
secara individu yang telah dikumpulkan, antara lain sebagai berikut : dari 21
kertas kerja yang dikumpulkan ada 3 pertanyaan yang tidak sesuai dengan
jawaban, dan 4 soal yang tidak operasional sehingga jawabannya juga tidak
jelas. Masuk pada kegiatan inti, siswa dalam kelas dipandu untuk bekerja
berpasangan dengan teman sebangku untuk menyusun dua pertanyaan tanpa jawaban,
dengan materi yang sama seperti pertemuan yang lalu, diberi waktu 10 menit.
Tepat sepuluh menit semua pasangan dapat menyelesaikan tugasnya, selanjutnya
dipandu untuk menukarkan kertas kerjanya dengan pasangan yang lain dan diberi
waktu 10 menit untuk menyelesaikan
jawabannya. Selanjutnya dipandu sepasang demi sepasang untuk presentasi di
depan kelas dan siswa yang lain diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan.
Setelah 10
pasang siswa mempresentasikan hasil kerjanya, tercatat ada 4 pertanyaan yang
jawabannya kurang sesuai, 5 siswa menambah jawaban, 3 siswa memberikan
alternatif jawaban yang berbeda.
Pelajaran
ditutup dengan kesimpulan dari materi yang telah dibahas, sebelum dilanjutkan,
peneliti memberikan kesempatan untuk bertanya, ada 2 siswa yang mengajukan
pertannyaan, yaitu nomor 3, dan 12. Setelah selesai membahas pertanyaan
dilanjutkan dengan pos tes dan bagi yang telah selesai mengerjakan dilanjutkan
dengan mengisi angket. Untuk pertemuan berikutnya siswa ditugaskan membaca
materi dan pertemuan selanjutnya ulangan.
3. Observasi
Tindakan Siklus I
Peneliti
sebagai pembeti tindakan dan sekaligus sebagai observer, dibantu oleh dua orang
teman sejawat. Dengan menggunakan blangko observer yang telah dipersiapkan
ditambah dengan catatan lapangan melakukan pengamatan tentang aktivitas belajar
siswa, meliputi aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan, mempresentasikan hasil
kerja maupun memberikan tanggapan atas jawaban teman yang lain. Setelah akhir
siklus I dilakkukan diskusi antar peneliti, teman sejawat dan guru mitra guna
membahas keefektifan tindakan yang telah dilakukan.
Berdasarkan
hasil pengamatan atau observasi dan pencatatan serta dokumen selam pelaksanaan
siklus I dapat dipaparkan sebagai berikut :
1.
Aktivitas
siswa yang ditunjukkan dengan bertanya 9,52%,
menjawab pertanyaan 19.05%, memberikan tanggapan
42.86 %,
dan presentasi 50
%.
2.
Hasil
belajar dan pemahaman siswa terhadap materi Perubahan Sosial Budaya pada siklus
I :71,43% dan hasil kertas kerja siswa
mencapai 66,67%.
3.
Untuk
hasil kerja sama dalam kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel
Kerjasama Dalam Kelompok Siklus I
4.
Klasifikasi
pertanyaan yang dibuat oleh siswa yang masuk kategori C1 71,42%, dan C2 28,58%.
5.
Pendapat
siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada table 4.5, siswa yang
merasa senang ada 71,42%, merasa bisa 66,67%, antusias 52,38% dan memperoleh
manfaat 80,95%.
Berdasarkan
hasil pengamatan data pada siklus I diperoleh temuan penelitian sebagai berikut
:
a.
Pembelejaran
dengan implementasi pendekatan kooperatif tipe problem posing memerlukan waktu yang cukup lama untuk merumuskan
soal, karena sebelum merumuskan soal siswa dituntut untuk membaca dan menguasai
materi.
b.
Kemampuan
tiap siswa dalam merumuskan soal sangat berkaitan dengan kemampuan siswa
memahami materi pelajaran dalam tehnik penyusunan soal.
c.
Soal–soal
yang dirumuskan siswa berkisar pada C1 dan C2.
d.
Pada
saat presentasi siswa masih canggung karena belum menguasai materi.
e.
Pada
saat presentasi masih dijumpai siswa atau kelompok yang tidak presentasi,
kurang perhatian pada pembelajaran.
f.
Aktivitas
siswa dalam pembelajaran Nampak pada kegiatan menyusun soal, bertanya jawab dan
presentasi serta dalam kelompok kerja.
g.
Siswa
merasa senang selama proses pembelajaran.
4. Refleksi
Siklus I
Berdasarkan hasil analisis dan
pengamatan selama pelaksanaan tindakan tindakan pada siklus I masih dijumpai
kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus II, baik dalam merumuskan soal
oleh siswa, kegiatan diskusi kelompok, presentasi, menjawab pertanyaan maupun
memberikan tanggapan agar pembelajaran benar-benar dapat melibatkan siswa
secara maksimmal. Adapun beberapa langkah tindakan perbaikan tersebut adalah
sebagai berikut :
a.
Kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe problem posing memerlukan banyak waktu, sehingga perlu disesuaikan
antara jumlah soal yang disusun siswa dengan kemampuan siswa.
b.
Siswa
diupayakan membaca materi terlebih dahulu bahan ajar sebelum pelaksanaan
pembelajaran agar soal yang disusun hasilnya lebih baik.
c.
Diusahakan
pembentukan kelompok sudah disetting terlebih dahulu, sehingga tidak banyak
memakan waktu.
d.
Perlu
penegasan ulang tentang cara menyusun soal atau contoh penyusunan soal, karena
keterbatasan siswa dalam penyusunan kalimat yang operasional.
e.
Perlu
pengarahan pada saat presentasi agar aktivitas pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
Paparan Siklus II
1. Perencanaan
tindakan siklus II
a.
Menyusun
RPP yang berisikan langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem
posing.
b.
Menyiapkan
bahan ajar atau materi tentang Perubahan
Sosial Budaya.
c.
Menyiapkan
lembar observasi untuk pengamatan.
d.
Menyiapkan
soal untuk pos tes
e.
Menyiapkan
daftar kelompok, dimana setiap kelompok beranggotakan 3 atau 4 orang siswa yang
diambil secara heterogen.
2. Pelaksanaan
tindakan siklus II
Peneliti
memberikan penekanan pada materi pelajaran yang akan dibahas, yaitu perubahan
social budaya, serta mengingatkan kembali cara menyusun pertanyaan yang benar.
Kemudian siswa di dalam kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok yang
beranggotakan 4 atau 5 orang, sesuai dengan scenario yang telah disusun oleh
peneliti. Hal ini memudahkan siswa karena mereka sudah tahu anggota
kelompoknya, sehingga pada saat masuk kelas mereka langsung duduk bersama-sama
dengan kelompoknya. Dibagikan bahan ajar pada masing-masing kelompok
selanjutnya mereka ditugaskan untuk menyusun soal uraian, masing-masing
kelompok 3 buah soal tampa jawaban, diberikan waktu 10 menit, kemudian soal
saling ditukarkan dengan kelompok lain untuk dijawab dan untuk ini diberi waktu
15 menit
. Pada saat itu peneliti dibantu oleh dua teman sejawat atau seorang guru mitra untuk mengamati aktivitas
siswa yang sedang belajar kelompok, yang perlu diobservasi adalah kekompakan,
keaktifan dan konsentrasi pada pembelajaran.
Pada
saat presentasi yang dilaksanakan secara bergiliran sampai 10 kelompok,
tercatat ada 4 pertanyaan yang tidak sesuai dengan jawaban, yaitu 1 pertanyaan
mengenai sarana transportasi tradisional, 2 pertanyaan tentang contoh perubahan
sosial, dan satu pertanyaan tentang pengertian Perubahan Sosial Budaya Selama presentasi
tercatat 9 siswa yang memberikan
tambahan alternatif jawaban, 5 siswa memberikan tangapan, dan 5 siswa mewakili
kelompok untuk presentasi membacakan hasil kerja kelompok. Setelah selesai
presentasi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai
materi yang telah dibahas, sekaligus menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan. Ada 5 siswa yang angkat tangan untuk bertanya yaitu nomor absen 13
dan 18 menanyakan kejelasan perbedaan asimilasi dengan akulturasi siswa nomor
36 menanyakan tentang demontrasi dan
nomor absen 19 mengenai cara menyikapi
perubahan, setelah semua pertanyaan diklarifikasi bersama-sama, berikutnya
siswa diberi soal untuk pos tes dan bagi yang telah selesai langsung mengisi
angket yang telah dipersiapkan. Kertas kerja hasil kelompok dikumpulkan kepada
peneliti untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas.
3. Observasi
Tindakan Siklus II
1)
Aktivitas
siswa bertanya 33,33%, mrnjawab 42,86%, menanggapi 61,90% dan presentasi 100% .
2)
Hasil
belajar dan pemahaman siswa dapat dilihat pada table 4.7 hasil pos tes 85.71
dan hasil kertas kerja siswa 76,19 %.
3)
Kerjasama
siswa dalam kelompok dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Kerjasama Dalam
Kelompok Siklus I dan Siklus II
4)
Klasifikasi
pertanyaan yang dibuat oleh yang termasuk dalam kategori C1 23,81%, C2 52.38% dan C3 23,81%.
5)
Pendapat
siswa tentang pembelajaran dapat dilihat pada table 4.10, siswa yang merasa
senang 85,71%, merasa bisa 80.95%, antusias 76,19% dan
memperoleh manfaat 85,71%.
Berdasarkan
hasil observasi dan diskripsi
data pada siklus II diperoleh beberapa temuan penelitian sebagai berikut :
a.
Pada
saat pembelajaran dimulai siswa sudah duduk sesuai dengan susunan kelompok yang
telah diseting pada pertemuan sebelumnya.
b.
Siswa
sudah mulai lancar dalam menyusun soal, karena sudah membaca materi terlebih
dahulu dan sudah memahami cara menyusun soal yang benar.
c.
Aktivitas
siswa di dalam kelas nampak pada kegiatan menyusun soal secara kelompok,
menjawan soal secara kelompok, presentasi, bertanya, menjawab dan memberikan
tanggapan atas jawaban teman atau kelompok lain.
d.
Pada
saat diskusi kelas untuk menyusun pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari
kelompok lain, situasi kelas agak gaduh, karena mereka saling memberikan
pendapatnya, namun disitu terlihat ada pembelajaran.
e.
Pada
saat presentasi perhatian kelompok lain sudah focus pada pembelajaran, karena
peneliti membagikan giliran memberikan tannggapan secara acak, sehingga siswa
perlu konsentrasi.
f.
Hasil
kertas kerja secara kelompok dalam menyusun soal maupun menjawab soal sudah
baik.
4. Refleksi
Siklus II
Berdasarkan analisis data yang
telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan pada siklus II
telah sesuai dengan harapan yang diinginkan yaitu ada peningkatan aktivitas
siswa dalam pembelajaran di kelas. Hal itu dapat dilihat dari adanya peningkatan
siswa yang mengajukan pertannyaan, menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan
terhadap jawaban, kegiatan presentasi maupun hasil kertas kerja kelompok dan
hasil pos tes. Peningkatan itu bukan hanya secara kuantitas saja tetapi juga
kualitasnya. Siswa juga merasa senang dengan penerapan pembelajaran kooperatif
tipe problem posing, hal ini dapat
terlihat dari hasil pengamatan maupun isian angket oleh siswa yang cukup
representative untuk menggambarkan bahwa siswa merasa senang selama proses
pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu peneliti mengambil keputusan bahwa
pemberian tindakan atau pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe problem posing tidak
perlu diulang lagi, dengan demikian maka pelaksanaan penelitian telah selesai
dan langkah selanjutnya adalah tahap penulisan laporan.
PEMBAHASAN
Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe problem posing pada
mata pelajaran PKn dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu pendahuluan,
kegiatan inti dan penutup. Hal ini dilakukan baik pada tahap pelaksanaan siklus I maupun siklus II. Pada kegiatan
pendahuluan pemberi tindakan menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai apa yang
tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sesuai dengan pendapat
Dahar (1888) yang menyatakan bahwa pemberitahuan tujuan pembelajarn dapat
membawa siswa untuk mengaktifkan motivasi dan memusatkan perhatian terhadap
aspek-aspek yang relevan terhadap pembelajaran.
Dalam kegiatan pendahuluan siswa juga diberikan motivasi dan apersepsi
dengan tujuan untuk dapat membawa siswa secara fisik maupun mental pada
pembelajaran yang sedang berlangsung. Orton (1882) berpendapat bahwa siswa yang
termotivasi dan tertarik dalsm belajar akan mempunyai keinginan untuk belajar
lebih banyak. Appersepsi dalam bentuk review materi yang telah dipelajari pada
pertemuan yang telah lalu dimaksudkan untuk mengaktifkan pengetahuan siswa
dengan materi yang akan dipelajari. Hudoyo (1888) berpendapat bahwa informasi
baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dalam
scenario yang dimiliki siswa.
Pada kegiatan inti pemberi tindakan
menggarisbawahi materi pelajaraan yang akan dibahas dan membagikan bahan ajar
atau materi pelajaran kepada siswa. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
pelaksanan pembelajaran, sesuai dengan pendapat Enggen dan Kauchak (dalam
Tamrin, 2003;121) bahwa “siswa perlu
diberikan sumber-sumber belajar yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran”.
Selanjutnya siswa dipandu untuk menyusun soal secara indivudu maupun secara
kelompok dengan jalan soal secara kelompok kemudian ditukarkan dengan kelompok
lain untuk dikerjakan atau dicari jawabannya, kegiatan pembelajaran tersebut
membawa siswa pada situasi belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student
oriented), seperti pendapat Isjoni (2007) cooperative
lerning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan
untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa. Hal ini
dapat dilihat dari langkah-langkah yang
sepenuhnya mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Mengacu pada pendapat Tatthens
(dalam As’ari 2002) yang menyatakan bahwa pandangan konstruktivis psikologi
terbagi menjadi dua, yaitu (1) konstruktivis personal (Jean Peaget), artinya
dalam pembentukan pengetahuan penekanannya pada aktivitas individual, (2)
konstruktivis social (Vygolaky), dalam pembentukan pengetahuan penekanannya
pada keterlibatan social seseorang. Mencermati pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pada prinsipnya setiap andividu dapat membentuk pengetahuan
baik secara individual maupun secara kelokpok. Melalui belajar kelokpok siswa
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi secara cermat, lebih aktif dalam
belajar, dan meningkatkan ketrampilan hubungan antar pribadi. Hal ini didukung oleh
pendapat Johnson aand Jhonson (dalam As’ari 2002) yang mengemukakan bahwa
belajar kelompok dapat memberikan hasil (1) proses belajar lebih tinggi, (2)
produktifitas lebihtinggi, (3) kemampuan memecahkan masalah lebih efektif, dan
(4) ketrampilan social yang lebih efektif. Demikian juga belajar secara
individual, menurut Mbulu (2001) belajar individu dapat (1) meningkatkan rasa
percaya diri dan tanggung jawab pribadi, (2) mendorong siswa untuk memecahkan
masalah dan menggunakan pemikiran dalam memecahkan suatu masalah, dan (3) dapat
meningkatkan kemampuannya dalam jenjang belajar.
Pada saat siswa diminta untuk
mengajukan pertanyaan atau menyusun soal baik secara individu yang dilaksanakan
pada pemberian tindakan pada siklus I maupun secara kelompok yang dilaksanakan
pada siklus II, berarti siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan kemaampuannya. Karena pengajuan soal akan meningkatkan aktivitas,
kesenangan, keterampilan berfikir, dan meningkatkan kemampuan menyelesaikan
masalah. Menurut pendapat Brown dan Walter (1887) bahwa problem posing dalam pembelajaran memiliki dua tahap kognitif,
yaitu tahap kognitif menerima (kognitif
accepting) dan tahap kognitif menantang (kognitif
challenging). Ketika siswa membaca informasi atau situasi yang ada maka
pada saat tersebut mereka melakukan tahap kognitif menerima. Sedangkan tahap
kognitif menantang terjadi ketika siswa akan mengajukan soal atau membuat soal.
As’ari (1888;45) menyatakan “proses kognitif menerima memungkinkan iswa untuk
menempatkan sesuatu informasi pada suatu jarinngan struktur kognitifsehingga
struktur kognitif tersebut semakin kaya, sementara pproses kognitif menantang
memungkinkan jaringan struktur yang ada akan semakinkuat hubungannya.”
Penerapan pembelajaran kooperatif
tipe problem posing dapat
meningkatkan aktivitas siswa belajar PKn
peningkatan tersebut sebesar : bertanya
23,81%, menjawab 23.81%, menanggapi 19.04% dan presentasi 40%, hal ini Nampak mulai
awal kegiatan pembelajaran baik pada siklus I maupun pada siklus II siswa sudah
terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran mulai dari membaca materi
atau bahan ajar yang dibagikan oleh guru, menyusun pertanyaan atau mengajukan
soal baik secara individu maupun secara kelompok, menjawab pertanyaan dari soal
yang disusun oleh kelompok lain, mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan
memberikan tanggapan atas pertanyaan atau jawaban dari kelompok lain. Dalam
pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing
kreativitas dan aktivitas siswa terungkap karena siswa diberikan situasi atau
informasi oleh guru, kemudian siswa mencermati dan mengolah informasi itu dalam
bentuk menyusun atau mengajukan pertanyaan, setelah itu siswa beerlatih
menyelesaikan soal-soal yang telah diajukan oleh kelompok lain. Pada tahp
berikutnya siswa ditantang untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam
rangka menyusun masalah dalan bentuk soal dan kemudian menyelesaikan masalah
dan mencoba menyelasaikan permasalahan dengan diskusi dalam kelompok, kondisi
pembelajaran tersebut akan menggeser peran guru yang dominan di dalam kelas
menjadi fasilitator bagi siswa dalam pembelajaran di kelas karena siswa yang
lebih cenderung aktif. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sutiarso (1888) bahwa prestasi belajar yang diperoleh
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kooperatif tipe problem posing lebih baik dari
pendekatan sebagaimana biasa (cara konvensional). Sikap siswa selama mengikuti
pembelajaran menunjukkan dampak positif, siswa kelihatan aktif dan semangat
membuat pertanyaan dan mampu menjawabnya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat meningkatkan hasil
dan pemahaman siswa terhadap materi PKn,
hal ini telah ditunjukkan dari hasil pos tes dan kertas kerja siswa yang
meningkat, untuk hasil belajar meningkat 14.28% sedangkan kertas kerja
meningkat 9,52%.. Meskipun dalam penelitian ini peningkatan hasil belajar bukan
merupakan tujuan utama ternyata penerapan dari pembelajaran kooperatif tipe problem posing membawa dampak pada peningkatan
hasil belajar dan pemahaman siswa pada materi PKn sebagai dampak dari adanya
peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran di dalam kelas. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sutiarso (1888) “bahwa prestasi
belajar yang diperoleh kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
pendekatan problem posing lebih baik
daripada pendekatan sebagaimana biasa (konvensional)”,
Penerapan pembelajaran kooperatif
tipe problrm posing dapat membuat
siswa merasa senang pada pembelajaran PKn,
hai ini dapat dilihat dari angket pendapat siswa dalam pelaksaanaan
pembelajaran yang mengalami peningkatan sebesar : merasa senang meningkat
14,29%, merasa bisa
14,28%,
antusias 23,81%
dan memperoleh manfaat meningkat 5,16%.
Menurut English dalam Siswono (1888) dari hasil penelitian terdahulu memberi
gambaran bahwa problem posing
merupakan pendekatan pembelaajaran yang mempunyai kelebihan : (1) siswa senang
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan
problem posing dan ingin tahu
lebih banyak tentang materi yang dipahami, (2) mengerjakan soal yang dibuat
sendiri lebih menyenangkan, dan (3) mengajukan soal dapat mendorong siswa lebih
banyak membaca materi pelajaran. Pendapat siswa yang senang pada pembelajaran
ditunjukkan pada angket siklus I maupun pada siklus II.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paparan data, analisis
data, temuan penelitian, dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe problem posing dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa tentang Pertumbuhan dan Perkembangan di kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari
Kabupaten Madiun Tahun pelajaran 2015/2016.
2.
Penerapan
pembelajaran koooperatif tipe problem
posing pada mata pelajaran PKn
kelas VII-B SMP Negeri 1 Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2015/2016 telah
terlaksana sesuai dengan langkah-langkah
yang telah direncanakan.
3.
Adanya
peningkatan hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap materi Pertumbuhan
dan Perkembangan
sebagai dampak dari peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe problem
posing.
4.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe problem
posing pada pembelajaran PKn menumbuhkan rasa senang pada siswa.
Saran
Berdasarkan paparan data, analisis
data, temuan penelitian dan pembahasan maka dapat diberikan saran sebagai
berikut :
1.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe problem posing dilaksanakan secara kelompok, maka
pembentukan kelompok hendaknya sudah disetting lebih dahulu sehingga tidak
memakan banyak waktu.
2.
Siswa
diupayakan sudah membaca atau mempelajari materi / bahan ajar terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan pembelajaran, agar penyusunan soal berhasil dengan baik.
3.
Pembelajaran
kooperatif tipe problem posing dapat dijadikan salah satu solusi dalam upaya
meningkatkan aktivitas belajar siswa dan mutu pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
A. Jalil, 2006 Pembelajaran dan Pendekatan Problem Posing
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Siswa Kelas VIII SMP Negeri IV Malang
Pada Konsep system Hormon Tahun Pelajaran 2004/2005. Tesis tidak
dipublikasikan, Universitas Negeri Malang.
A’ari, A.R. 2000 Pembelajaran Matematika yang demokratis,
Makalah disajikan dalam seminar Nasional : Penngajaran Matematika Sekolah
Menengah Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang.
Chotimah Husnul, 2007, Model-model Pembelajaran untuk PTK, Malang.
Corebina, A. D. 2002, Pelatihan terintegrasi Berbasis Kompentensi
Guru Mata Pelajaran Biologi . PTK. Dirjen dikdasmen. Jakarta. Depdiknas.
Hamalik, O, 2004 Proses
Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara
Hasibuhan, J.J.
Moedjiono, 1885, Proses Belajar Mengajar, Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
Hadoyo, H, 2002, Suatu usaha Untuk meningkatkan Kemampuan
Siswa Dalam Belajar Matematikan. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Penngajaran
Matematika di Sekolah Jurusan Matematika. Universitas Negeri Malang.
Isjoni, 2007,Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung.
Kasbolah, K. 1888, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru Sains.
Makalah dalam Penelitian Guru Sains dengan Pendekatan STM, Malang 12 – 15
Juli 1888
Nurhadi, Yasin, B. Dan
Senduh, AG, 2004, Pembelajaran
Konteksrual dan Penerapannya dalam KBK, Malang : Universitas Negeri Malang
Rochiati
Wiriaatmadja.2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas Bandung PT. Remaja
Rosdakarya.
Siswoyo. T. Y. E. 1888. Metode Pemberian Tugas penyajian soal dalam
pembelajaran Matematika. Tesis. Tidak Diterbitkan. Surabaya : PPS IKIP
Surabaya
Suryanto, 1888, Pembentukan Soal Dalam Pembelajaran
Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional. Malang : PPS IKIP
Malang.
Susilo, H. 2002. Pembelajaran Kontekstual Dalam MIPA
“Majalah Pendidikan Konsep”, Nomor 1 Agustus-Oktober, 15-20
Sutiarso, S. 1888. Pengaruh Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan Problem Posing Terhadap Hasil Belajar Aritmatika Siswa Kelas II SMP
N 18 Malang. Tesis. Tidak Diterbitkan. Malang : IKIP Malang.
Trianto.2007.Model-model Pembelajaran Inovatif
berorientasi konstruktivistik. Prestasi Puistaka Plubiser. Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar