PENERAPAN
METODE EKSPERIMEN UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR IPA-FISIKA PADA SISWA KELAS IX-A
SMPN 2 SAWAHAN MADIUN TAHUN
PELAJARAN 2013/2014
Oleh :
Elli Lazuardi,
SMPN 2
Sawahan Kab. Madiun
ABSTRAK
Kata
kunci:
IPA-Fisika, metode eksperimen, prestasi dan motivasi belajar
Prestasi dan motivasi belajar/hasil belajar
mata pelajaran IPA-Fisika dirasakan rendah. Minat siswa untuk belajar dalam mata
pelajaran Fisika Juga Kurang, masih sering terjadi kekeliruan memahami
konsep-konsep fisika yang benar.
Penggunaan metode eksperimen diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga dalam proses
pembelajaran itu aktivitas belajar mengajar tidak terjadi kejenuhan, dengan
demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada
gilirannya diharapkan konsep perubahan fisika yang diajarkan oleh guru dapat
dipahami oleh siswa
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah:
(a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
metode eksperimen. (b) Ingin mengetahui peningkatan
motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen.
Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan (action
research) sebanyak tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: rencana, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas
IX-A. Data yang diperoleh
berupa hasil Postest (ulangan harian), lembar observasi kegiatan pembelajaran.Tehnik analisa data yang
digunakan adalah analisa diskriptif kwalitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I siswa
yang tuntas belajar ada 72,97 % dari 30 siswa, siswa yang termotivasi belajar
ada 65,4 % dari 30 siswa, Pada siklus II siswa yang tuntas belajar bertambah
menjadi 77,32 % dari 30 siswa, siswa yang termotivasi belajar 74,12 % dari 30 siswa.
Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan belajar IPA-Fisika siswa dengan
penerapan metode Eksperimen yang berlangsung 2 siklus meningkat sebesar
4,35 %, begitu juga dengan motivasi belajar siswa juga meningkat sebesar 8,72
%.
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar Siswa kelas IX-A, serta metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pembelajaran Fisika.
PENDAHULUAN
Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman penulis dalam mengajar IPA-Fisika selama ini, siswa
masih mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA-Fisika. Pengalaman juga
menunjukkan, hasil belajar yang diperoleh siswa belum memuaskan. Hal ini salah
satunya dapat dilihat dari nilai ulangan harian yang diperoleh siswa pada akhir
pokok bahasan belum memuaskan.
Gejala
yang tampak pada proses pembelajaran,siswa cenderung bersikap pasif dan
kemampuan menjawab soal sangat rendah. Mereka umumnya mengalami kesulitan dalam
menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari. Berdasarkan hasil diskusi
dengan sejawat, penulis menilai bahwa pembelajaran yang berlangsung selama ini
masih berpusat pada guru dan masih kurang memanfaatkan laboratorium sebagai
tempat melakukan eksperimen siswa.
Untuk
memperbaiki mutu pembelajaran di kelas, seorang guru perlu melakukan inovasi
pembelajaran. Oleh karena itu penulis melakukan inovasi pembelajaran di kelas
melalui kegiatan penelitian dengan bersungguh-sungguh menerapkan metode
eksperimen agar pembelajaran lebih
meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa.
Dalam
mencapai nilai KKM pada mata pelajaran Fisika di SMP, khususnya di SMPN 2
Sawahan Kabupaten Madiun masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat
dari masih rendahnya nilai mata pelajaran Fisika dibandingkan dengan nilai mata
pelajaran lainnya, mata pelajaran Fisika peringkat nilainya menempati urutan
dibawah mata pelajaran biologi, bertitik
tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan
yang harus dilalukan agar siswa dalam mempelajari konsep-konsep Fisika tidak
mengalami kesulitan, sehingga Standart Kompetensi mata pelajaran Fisika dapat
tercapai dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu
penggunaan metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam
memahami konsep-konsep Fisika.
Metode
pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan
yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan
menyampaikan materi pelajaran.
Sedangkan
penggunaan metode eksperimen diharapkan
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam
proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru,
dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual
yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru
dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan
uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian in memilih
judul “Penerapan Metode Eksperimen
Untuk Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar IPA-Fisika Pada Siswa Kelas
IX-A SMPN 2 Sawahan Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014”.
METODE
PENELITIAN
Penulis
akan membahas tentang Tempat Penelitian, Subyek Penelitian, Analisa Data,
Prosedur Penelitian dan Instrumen Penelitian.
1.
Tempat Penelitian. Tempat penelitian adalah SMP Negeri 2
Sawahan Madiun
2.
Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada semester
gasal tahun pelajaran 2013/2014 yaitu bulan Oktober sampai dengan bulan
Nopember 2013.
3. Subyek Penelitian. Subyek penelitian adalah
siswa kelas IX A SMP N 2 Sawahan tahun
Pelajaran 2013/2014, jumlah 30 siswa
yang terdiri dari 13 siswa putri dan 17
siswa putra
4. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Data hasil belajar siswa diambil dengan teknik
tes yang instrumennya berupa lembar soal
uraian.
2) Data motivasi siswa diambil dengan teknik
angket dengan instrumen berupa angket tertutup .
3) Data keaktifan siswa dalam KBM diambil dengan
teknik observasi yang instrumenya berupa cheek list
Analisa
Data
Analisa
data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Hasil pengumpulan data akan
dianalisa berdasarkan kategori :
1. Data Hasil
belajar
Data ini
diambil dengan menggunakan tes tulis yang dilaksanakan diakhir pertemuan. Tes
yang disajikan kepada siswa berupa soal uraian. Siswa yang telah menjalani tes
dinyatakan tuntas dalam belajar jika mendapat skor minimal 75 sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata
pelajaran Fisika SMPN 2 Sawahan.
Untuk
mengetahui ketuntasan belajar maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus
jumlah
keseluruhan
2. Data motivasi siswa
Untuk mengetahui
motivasi siswa dalam belajar akan diukur melalui angket yang digunakan untuk
melihat respon siswa terhadap penerapan Metode Eksperimen. Angket
diberikan diakhir siklus yang terdiri atas 10 pertanyaan,dan siswa dapat
memilih secara langsung jawaban sesuai dengan kondisi siswa saat itu. Dimana
siswa disuruh memilih 4 pilihan yaitu setuju, kurang setuju, ragu-ragu, dan
tidak setuju . Adapun penskoran terhadap alternatif jawaban tersebut dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Apabila pernyataan bersifat pernyataan
positif, maka penskorannya adalah
sebagai berikut :
1.
Setuju diberi skor 4
2.
Kurang setuju diberi skor 3
3.
Ragu-ragu diberi skor 2
4. Tidak
setuju diberi skor 1
b. Apabila pernyataan bersifat negative, maka
perskorannya adalah :
1.
Setuju diberi skor 1
2.
Kurang setuju diberi skor 2
3. Ragu-ragu diberi skor 3
4. Tidak setuju diberi skor 4
Data motivasi belajar siswa secara individu didapat
dari pengisian angket, dihitung dengan
rumus :
Skor = ∑
skor yang diperoleh x 100%
Untuk data motivasi dinyatakan dalam bentuk
angka berdasarkan prosentase yang diperoleh dengan indikator sebagai berikut :
80 % -
100 % =
baik sekali
66 % - 79 %
= baik
56 % -
65 % = cukup
40 % -
55 % = kurang
00 % - 39 %
= buruk
Data keaktifan dalam KBM
Untuk
mengetahui sejauh mana aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung
digunakan data observasi berupa lembar observasi (Checklist). Untuk
menghitung skor dari observasi yang dilakukan menggunakan rumus :
Skor
= ∑ skor diperoleh x
100%
Data
keaktifan dalam KBM dinyatakan dalam bentuk angka berdasarkan persentase yang
diperoleh dengan indikator sebagai berikut :
80 % - 100 %
= sangat aktif
66 % - 79
% = aktif
56 % - 65
% = cukup aktif
40 % -
55 % = kurang aktif
00 % -
39 % = tidak aktif
Prosedur Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Pada dasarnya menurut Kur
Lewin (dalam Sarwiji Suwandi, 2004 : 123) penelitian tindakan kelas terdiri
dari 4 tahapan dasar sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral, yaitu
perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (implementing),
pengamatan tindakan (observing ), dan refleksi (reflecting ). Dalam
penelitian tindakan kelas ini terdapat dua siklus.
1. Perencanaan
Tindakan / Planning.
Kegiatan yang
dilakukan pada tahab
ini, peneliti berdiskusi
bersama observer dalam hal
persiapan instrumen yang akan digunakan untuk penelitian, yaitu
sebagai berikut:
a. Menyusun
silabus pembelajaran
b. Menyusun
RPP dengan menggunakan metode Eksperimen
c. Sebagai
alat belajar digunakan LKS dan buku teks yang tersedia.
d Menyusun
format tes yang akan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
e. Menyusun
format observasi yang akan digunakan untuk melihat keaktifan tiap siswa pada
saat pembelajaran berlangsung.
2. Pelaksanaan
Tindakan / Implementing
a.
Kegiatan Pendahuluan
1. Memberikan
salam ,memimpin doa dan menanyakan keadaan siswa
2.
Memotivasi siswa dengan pertanyaan
3. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam belajar
b. Kegiatan Inti
1. Guru menyampaikan inti materi yang ingin
dicapai
2. Menayangkan dengan LCD tentang listrik dinamis
beserta implikasinya
3. Melakukan tanya jawab untuk mengungkapkan
pengetahuan awal siswa tentang listrik dinamis.
4. Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan
pengertian arus listrik
5. Melakukan Eksperimen untuk menemukan hubungan antara kuat arus
dan tegangan listrik.
6. Melakukan tanya jawab untuk menggambarkan rangkaian
tertutup
7. Melakukan eksperimen untuk merumuskan hukum
ohm
8. Melakukan diskusi kelas untuk menjelaskan
pengertian konduktor dan isolator.
9.
Melakukan
eksperimen untuk merumuskan besar hambatan suatu kawat
10. Melakukan dikusi kelompok untuk membahas persoalan
yang berkaitan dengan hukum ohm dan hambatan kawat penghantar.
11. Melakukan tanya jawab, memberi penekanan dan menyimpulkan
hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
12. Mengerjakan kuis tertulis yang disampaikan
secara lisan atau tertulis
13. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang memiliki kinerja bagus
14. Guru mengarahkan siswa membuat rangkuman sesuai
dengan tujuan pembelajaran
c. Kegiatan Akhir
1. Guru memberi evaluasi (Post tes) untuk
mengetahui daya serap siswa
2. Guru menyampaikan salam penutup
3. Pengamatan tindakan / Observing
Dalam
pelaksanaan pengamatan ini, guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran metode Eksperimen, sedangkan observer 2
melakukan pengamatan terhadap aktifitas guru dalam menerapkan metode
pembelajaran Eksperimen.
4. Melakukan Refleksi
Pada
tahab ini peneliti melakukan analisa terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Data hasil yang diperoleh didiskusikan, dianalisa dan
ditindaklanjuti. Hasil Refleksi ini digunakan untuk melakukan perbaikan pada
siklus II.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat Penelitian
(Setting)
Penelitian
Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP N 2 Sawahan Kabupaten Madiun, dimana
peneliti melaksanakan tugasnya sebagai guru
bidang studi Fisika. Adapun kelas yang digunakan yaitu kelas IX A,
alasan peneliti memilih kelas tersebut adalah karena pada tahun pelajaran 2013/2014 ini peneliti
sedang mengajar di kelas IX, dan mengapa di kelas IX A, karena karakter siswa
di kelas itu sangat heterogen dan keaktifan siswa kelas IX A dalam berdiskusi masih
kurang. Hal ini terlihat ketika siswa berdiskusi masih didominasi oleh beberapa
siswa saja. Siswa aktif dalam diskusi kelompok kurang lebih hanya mencapai 25 %
, 50% masih berkriteria sedang dan 25% masuk kategori kurang aktif.
Kelas IX yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 17 siswa
putra dan 13 siswa putri, di dalamnya terdapat 15 meja dan 30 kursi tempat
duduk siswa yang telah tertata menjadi 5 kelompok kerja, setiap kelompok terdapat
6 siswa yang bersifat heterogen duduk melingkar pada meja sudah tersedia alat
dan bahan eksperimen.
Pada saat pembelajaran Fisika dengan penerapan motode
eksperimen berlangsung, siswa
cukup tertarik dan antusias untuk mengikuti kegiatan-kegiatan dalam
pembelajaran.Selain itu sebagian besar siswa juga cukup aktif dalam berdiskusi,
bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti.
Hasil Penelitian
Siklus I
1. Perencanaan (Planning)
Dalam perencanaan Siklus I diawali dengan melakukan
pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal siswa dan keadaan kelas
penelitian. Guru menyusun silabus, rencana pembelajaran dan menyusun instrumen
pembelajaran yang meliputi : soal post tes untuk mengetahui hasil belajar
siswa, angket untuk mengetahui motivasi siswa,
lembar observasi keaktifan siswa dan guru dalam KBM diambil dengan
teknik observasi yang instrumennya berupa check list.
2.
Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap ini guru melakukan proses pembelajaran
menggunakan metode Eksperimen.
Guru mengadakan observasi tentang materi pelajaran yang akan disampaikan kepada
siswa. Setelah itu siswa dibentuk kelompok kerja dengan jumlah anggota pada
tiap kelompok sebanyak 6 orang siswa. Dalam proses pembelajaran ini guru hanya
berperan sebagai pembimbing belajar yang dilakukan siswa.
3. Pengamatan (Observing)
Pengamatan
dilakukan selama kegiatan berlangsung, hal ini dilakukan untuk menberikan
penilaian berdasar instrumen-instrumen yang telah tersedia. Instrumen tersebut
meliputi : 1) Hasil belajar siswa, 2 ) Motivasi belajar, 3 ) Keaktivan siswa
dan guru.
Data
hasil belajar siswa.
Setelah
diadakan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Eksperimen,
guru memberikan evaluasi berupa post test untuk mengetahui hasil belajar siswa
. Hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes individu .
Dari
hasil diskusi kelompok dapat digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang
memperoleh skor paling tinggi.
Tabel 1 :
Data ketuntasan belajar siswa pada siklus I
Dari
tabel I dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus
I ada 23 %, sedangkan jumlah siswa yang tuntas belajar ada 77 % dari 30 siswa.
Data
Motivasi Belajar
Tabel 2 : Data motivasi belajar pada siklus I
Berdasarkan
angket yang diberikan pada siswa pada siklus I diperoleh tanggapan penerapan
metode Eksperimen sejumlah 65 %
yang dikategorikan cukup baik atau cukup berminat, sehingga untuk
mencapai indikator ketercapaian baik
maka perlu dilakukan siklus II.
Data Keaktifan Dalam KBM
-
Aktifitas
Siswa
Pengamatan
aktifitas siswa dilakukan sebelum dan selama
proses pembelajaran berlangsung. Pada saat guru memasuki ruangan kelas
siswa tampak masih ramai berbicara sendiri dengan teman-temanya.
Dalam
tahap pendahuluan siswa mulai lebih serius dalam menerima pelajaran. Hal ini
terlihat dari aktifitas siswa yang mulai mengeluarkan buku pelajaran. Pada saat
guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, masih ada diantara siswa
yang belum memperhatikan. Setelah guru memberikan motivasi, sebagian besar dari siswa tampak
lebih antusias memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.
Dalam
kegiatan inti pembelajaran pada siklus I terdapat perilaku siswa yang tidak
relevan dengan RPP yang disusun oleh guru. Karena masih ada beberapa siswa yang
kurang antusias selama melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan metode Eksperimen,
sehingga siswa cenderung diam atau pasif pada saat diskusi berlangsung. Namun
demikian ada beberapa siswa yang sudah kelihatan aktif baik dalam diskusi
kelompok maupun diskusi kelas.
Di akhir
proses pembelajaran, guru memberi penghargaan
kelompok yang memiliki kinerja paling bagus. Kemudian guru mengevaluasi
siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa menerima pelajaran yang sudah diberikan. Pada kegiatan ini
siswa tampak lebih serius dalam menjawab soal.
-
Data
keaktifan siswa
Tabel 3
: Data Aktifitas Siswa dalam KBM pada siklus I
Berdasar
tabel 3 di atas, rata-rata yang diperoleh siswa
adalah 61 % kategori cukup aktif, sehingga perlu dilakukan siklus II
untuk mencapai indikator ketercapaian aktif.
-
Aktifitas
guru
Pengamatan
aktifitas guru pada siklus I dilakukan sebelum pembelajaran dimulai dan selama
proses pembelajaran berlangsung. Dimulai dari tahap persiapan yang dilakukan
guru meliputi instrumen-instrumen pengajaran seperti RPP, lembar soal untuk
penilaian, dan buku paket serta buku
penunjang, semuanya lengkap sudah dipersiapkan.
Dalam
tahap pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP dibagi dalam tiga bagian yaitu
: Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, dan Kegiatan akhir. Pada tahap
pendahuluan guru menyampaikan Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan
Pembelajaran.Pada saat ini masih banyak siswa yang kurang memperhatikan apa
yang disampaikan guru. Kemudian guru berusaha memotivasi siswa dengan
memberikan pertanyaan “ Mengapa lampu di ruang ini bisa menyala? Mendengar
pertanyaan dari guru tersebut siswa kelihatan mulai perhatian karena siswa
sudah mulai berfikir untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pada
kegiatan inti pembelajaran, guru menayangkan animasi listrik dinamis dengan
menggunakan LCD. Selanjutnya masing-masing
diberi satu permasalahan, untuk dipikirkan secara mandiri. Kemudian tiap
kelompok diminta melakukan diskusi untuk menyatukan hasil pemikiran
masing-masing.
Selama
diskusi berlangsung guru berkeliling untuk memonitor kerja kelompok siswa,
namun tidak semua kelompok bisa terjangkau oleh guru dalam memberikan
bimbingan.
Setelah
diskusi kelompok berakhir, masing-masimg kelompok melalui juru bicara
masing-masing menyampaikan hasil diskusinya. Guru memberi penguatan dan mengcover
materi yang belum tersampaikan oleh siswa. Kegiatan ini berlangsung sangat
menarik, karena siswa tampak antusias. Sebelum kegiatan penutup guru memberikan
penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja bagus dan siswa yang aktif
selama diskusi berlangsung. Pada kegiatan penutup, guru memberikan post tes secara
tertulis untuk mengetahui daya serap siswa.
Dalam
hal pegelolaan alokasi waktu yang sudah direncanakan oleh guru, tidak sesuai
dengan realita. Pada saat diskusi berlangsung,
guru banyak menemukan anggota kelompok yang kesulitan dalam menjawab
soal. Dan pada kegiatan penutup waktu yang tersisa hanya cukup untuk kegiatan post
tes, sehingga guru tidak sempat membimbing siswa membuat rangkuman.
-
Data
keaktifan guru
Tabel 4
: Data Aktifitas Guru dalam KBM
pada siklus I
Berdasarkan
tabel 4 di atas, prosentase keaktifan guru dalam KBM pada siklus I sebesar 65
%, masuk kategori cukup aktif atau cukup baik.
4. Refleksi
( Reflecting)
Dari
hasil masukan dan saran observer, peneliti menemukan beberapa kelemahan yaitu :
1) Kelemahan
Guru
a) Dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran guru tidak memperhatikan kondisi siswa yang
masih ramai dan belum siap menerima pelajaran.
b) Dalam
memonitor dan mengecek siswa, tidak semua siswa mendapat perhatian dari guru.
c) Guru
terlalu banyak memberikan bantuan pada siswa yang mendapat kesulitan dalam
menyelesaikan tugas.
d) Pengelolaan
waktu masih kurang baik, karena pada kegiatan inti guru tidak sempat membimbing
siswa membuat rangkuman /kesimpulan. Demikian pula dengan kegiatan penutup,
waktunya tersita hanya untuk kegiatan post test.
2) Kelemahan
siswa
a) Siswa
masih belum siap menerima materi pelajaran dari guru, hal ini terlihat pada
kondisi siswa yang ramai pada awal pembelajaran.
b) Siswa
belum serius dalam melakukan diskusi dengan kelompoknya.
c) Siswa
selama proses kegiatan diskusi kelas masih terlihat ragu-ragu dan kurang aktif
bertanya.
Berdasarkan refleksi tersebut, maka rancangan
kegiatan pembelajaran pada siklus II tetap dilakukan seperti siklus I hanya
perlu perbaikan dalam hal-hal sebagai berikut :
a) Sebelum
memulai kegiatan pembelajaran, sebaiknya guru meningkatkan apersepsi dan
motivasi sehingga siswa tidak ramai sendiri dan kegiatan pembelajaran
berlangsung baik.
b) Guru
lebih memperhatikan siswa yang kurang aktif berbicara dan meningkatkan
keberanian siswa untuk bertanya.
c) Guru
sebaiknya mengurangi aktifitas membimbing atau memberi petunjuk dalam
mengerjakan tugas agar siswa lebih bekerja mandiri dengan kelompoknya.
d) Guru
sebaiknya lebih meningkatkan penguasaan dan pengelolaan kelas dalam
pembelajaran metode Eksperimen
e) Guru
lebih tegas dalam pengelolaan waktu
Siklus II
1. Perencanaan (Planing)
Pada siklus II ini perencanaan pembelajaran dilakukan
berdasarkan refleksi pada siklus I. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk
dikerjakan guru pada siklus II yaitu mengkondusifkan kelas, mengurangi
aktivitas memberikan petunjuk dalam mengerjakan tugas, memberikan arahan kepada
siswa yang kurang aktif dalam diskusi serta meningkatkan keberanian siswa
bertanya.
Sarana
yang digunakan pada siklus II masih meliputi Silabus, RPP dan Instrumen-instrumen penelitian berupa
soal-soal post tes, ngket
dan lembar observasi.
2.
Pelaksanaan (Acting)
Pada tahab siklus II ini, sebagai motivasi guru
menanyakan kepada siswa, “Mengapa
baterai dapat menyalakan bola lampu ? Semua siswa merespon dengan jawaban yang benar. Ini
menandakan siswa sudah siap untuk belajar. Kemudian guru menyampaikan inti
materi, dan meminta siswa memikirkan permasalahan yang disampaikan secara
mandiri. Setelah itu siswa dibentuk kelompok kerja dengan jumlah anggota pada
tiap kelompok sebanyak 6 orang siswa. Sebagian besar siswa sudah menunjukkan
keberaniannya dalam bertanya apabila mengalami kesulitan selama berdiskusi. Setelah
selesai berdiskusi, masing-masimg kelompok melalui juru bicara masing-masing
menyampaikan hasil diskusinya dan memberikan kesempatan kelompok lain untuk
bertanya. Dalam proses pembelajaran ini
guru hanya berperan sebagai pembimbing belajar yang dilakukan siswa. Guru sudah
terlihat baik dalam membimbing siswa berdiskusi dan baik dalam penguasaan
materi, pengelolaan waktu dan pengelolaan kelas. Untuk mengakhiri pembelajaran
guru mengajak siswa untuk bersama-sama membuat rangkuman untuk menyimpulkan
materi yang dipelajari.
3. Pengamatan
(Observing)
Seperti
halnya pada siklus I, pengamatan dilakukan selama kegiatan berlangsung, hal ini
dilakukan untuk menberikan penilaian berdasar instrumen-instrumen yang telah
tersedia. Instrumen tersebut meliputi : 1) Hasil belajar siswa, 2 ) Motivasi
belajar, 3 ) Keaktivan siswa dan guru.
Data
Hasil Belajar Siswa
Pada
akhir siklus I, hasil pembelajaran sudah memenuhi harapan, sehingga hasil
belajar siswa dapat tercapai dengan baik. Hasil tes siklus II juga baik dan
tidak jauh berbeda dengan siklus sebelumnya.
Tabel 5
: Data ketuntasan belajar siswa pada
siklus II
Dari
tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II 27 atau
90 %, dan yang tidak tuntas belajar 3
siswa atau 10 %.
Data
Motivasi Belajar
Tabel 6
: Data motivasi belajar siswa pada siklus II
Berdasarkan
angket yang telah diberikan kepada siswa diperoleh tanggapan tentang penerapan
metode Eksperimen, sejumlah 74 % yang telah mencapai indikator
ketercapaian baik.
Data Keaktifan
Dalam KBM
-
Aktifitas
siswa
Pada
siklus ke II ini aktifitas siswa lebih meningkat. Hal ini nampak ketika
kegiatan pembelajaran dimulai siswa dengan seksama dan serius memperhatikan
penjelasan materi dari guru. Baik dalam kegiatan diskusi kelompok maupun pada
saat diskusi kelas, siswa nampak lebih antusias dibanding pada siklus
sebelumnya.
Kegiatan
yang tidak relevan seperti ramai sendiri sudah agak berkurang, karena siswa
mulai terbiasa dengan metode Eksperimen. Sehingga bisa dikatakan bahwa
kegiatan pembelajaran pada siklus II telah berlangsung cukup baik dibandingkan siklus I.
-
Data
keaktifan siswa
Tabel 7
: Data Aktifitas Siswa dalam KBM
pada siklus II
Berdasar
tabel 7 di atas, rata-rata yang diperoleh masing-masing siswa adalah 70
% yang dikategorikan aktif.
-
Aktifitas
guru
Pada tahab
pendahuluan pada siklus II, guru sudah cukup baik untuk mengkondusifkan kelas
sebelum memulai proses pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung dengan lebih baik dibanding pada siklus I.
Pada
siklus II ini guru lebih aktif mengecek dan memonitor siswa dalam melakukan
diskusi, dan kegiatan memberikan bantuan kepada siswa sudah bisa terkurangi
agar siswa terbiasa untuk bekerja dengan kelompok masing-masing. Pada bagian
penutup guru dengan baik membimbing siswa untuk merangkum dan memberikan
penegasan materi yang baru saja dipelajari.
Dari
segi pegelolaan waktu, guru sudah cukup baik mengatur waktu sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan sesuai yang direncanakan.
-
Data
keaktifan guru
Tabel
8 : Data Aktifitas Guru dalam KBM pada siklus II
Berdasarkan
tabel 8 di atas, prosentase keaktifan guru dalam KBM pada siklus II sejumlah
77,5 %. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas guru dikategorikan aktif.
d.
Refleksi (Reflecting)
Siswa
selama proses berdiskusi dalam pembelajaran Eksperimen sudah aktif,
mandiri mengerjakan soal, berbicaranya terlihat lancar saat diskusi
berlangsung, berani bertanya apabila mengalami kesulitan dan aktif bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Hasil
tesnya mengalami peningkatan sesuai harapan. Berdasarkan uraian tindakan dan
pengamatan pada siklus II, aktifitas guru yang paling sering muncul adalah
mengkondusifkan kelas agar proses pembelajaran berlangsung sesuai rencana.
Penguasaan materi dan pengelolaan kelas yang dilakukan guru telah mengalami
peningkatan. Pada saat kegiatan diskusi kelas berakhir guru memberikan penjelasan atau penguatan terhadap
jawaban siswa agar pemahaman lebih kuat dan mantap sambil membimbing siswa
membuat rangkuman.
Berdasarkan
peningkatan terhadap aktifitas siswa dan guru serta hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus II, peneliti mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan
penelitian ke siklus III.
PEMBAHASAN
1. Hasil
Belajar
Nilai
rata-rata kelas ini diperoleh dari tes yang diberikan kepada siswa pada akhir
pembelajaran secara individu. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan
kognitif siswa. Dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa dengan
penerapan metode Eksperimen selama 2 siklus terdapat peningkatan nilai
rata-rata tes sebesar 13 %. Hal ini disebabkan karena dengan penerapan metode Eksperimen,
siswa lebih aktif, kreatif dan bergairah dalam mengikuti pembelajaran, sehingga
keaktifan siswa dalam berdiskusi lebih meningkat.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Eksperimen dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam berdiskusi pada pembelajaran Fisika di kelas
IX-A SMPN 2 Sawahan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini
disebabkan metode Eksperimen mempunyai kelebihan :
a.
Sebelum pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu
memberikan gambaran mengenai topik yang akan dipelajari. Guru
menyampaikan materi pelajaran yang ingin dicapai. siswa menerima materi yang
diberikan guru sebagai pedoman untuk menyelesaikan permasalahan pada materi
tersebut (Subandji : 2008 ).
b.
Di dalam pembelajaran Metode Eksperimen, setelah
siswa diberi subtopik yang ingin
dipelajari, kemudian hasilnya dipresentasikan dan dievaluasi secara keseluruhan.
c.
Melalui interaksi dengan anggota kelompok, siswa memiliki
kesempatan untuk mengemukakan
pendapat,
d.
Dalam satu kelompok terdapat 6 anggota, untuk mengurangi
siswa yang mendominasi dalam proses diskusi guru memberi kesempatan pada siswa
yang belum aktif.
e.
Dengan diadakannya post tes disetiap akhir pembelajaran,
diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik.
2. Motivasi Belajar
Untuk
melihat adanya motivasi siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,
siswa diberi angket. Dari hasil angket tersebut, guru dapat mengetahui
tanggapan siswa tentang metode Eksperimen. Dalam hal ini angket dapat
dimasukkan ke dalam pengukuran kemampuan afektif siswa. Dari hasil analisa
angket siswa selama 2 siklus, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas
IX A menyukai penerapan metode Eksperimen. Hal tersebut terbukti dengan
adanya peningkatan prosentase sebesar 9 % dari siklus I ke siklus II. Hal
tersebut dikarenakan pada siklus I siswa belum mengetahui bagaimana sebenarnya
penerapan dan kelebihan metode ini. Sedangkan pada siklus II siswa sudah
mengetahui bagaimana penerapan dan kelebihan dari metode Eksperimen.
3. Keaktifan siswa dalam KBM
Untuk
melihat keaktifan siswa, peneliti menggunakan lembar observasi yang berupa check
list tentang keaktifan siswa dalam KBM. Penilaian check list
dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode Eksperimen
yaitu pada waktu diskusi antar kelompok. Siswa dalam berdiskusi sebagian besar
sudah kelihatan aktif, hal ini dikarenakan
pembelajaran kooperatif metode Eksperimen ini melatih siswa
mandiri dalam mengerjakan soal dan menuntut siswa untuk bekerjasama dalam
kelompok. Sehingga sebagian besar siswa memiliki keberanian untuk bertanya
apabila mengalami kesulitan pada saat berdiskusi. Dari hasil analisis check
list dapat dilihat adanya peningkatan kelompok dari siklus I ke siklus II
sebesar 9 %. Dimana pada siklus I skor yang didapat masing-masing siswa dalam
kelompok dikategorikan cukup aktif, sedangkan pada siklus II dikategorikan
aktif. Hal tersebut dikarenakan setiap siswa mempunyai tanggung jawab terhadap
kelompoknya agar berhasil.
4. Keaktifan guru dalam KBM
Setelah
melakukan reformasi terhadap model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajarnya,
yaitu dengan menerapkan metode Eksperimen, peneliti sebagai seorang guru
merasa lebih antusias dan lebih bersemangat dalam mengajar. Hal ini dapat
dilihat dari hasil analisis check list aktifitas guru yang mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 12 %. Dimana pada siklus I skor
yang didapat guru dikategorikan cukup aktif, sedangkan pada siklus II
dikategorikan aktif.
KESIMPULAN
Dari
hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan :
1. Pembelajaran dengan metode eksperimen memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(72,97%), siklus II (77,32%).
2. Penerapan metode eksperimen mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan
rata-rata jawaban siswa hasil angket yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengn metode eksperimen sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
belajar.
Saran
Dari
hasil penelitian yang diperoleh agar proses belajar mengajar Fisika lebih
efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan
saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan belajar dengan metode
eksperimen memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu
menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode
eksperimen dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau
dalam taraf yang sederhana, dimana siswa
nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan,
sehingga siswa mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMPN 2 Sawahan Tahun Pelajaran
2013/2014.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc.
Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar,
Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja
Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Saliwangi, B. 1988. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP
Malang.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986.
Teknik-teknik Belajar dan Mengajar.
(terjemahan) Bandung: Jemmars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar