Minggu, 04 September 2016

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR IPA-FISIKA PADA SISWA KELAS IX-A SMPN 2 SAWAHAN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR IPA-FISIKA PADA SISWA KELAS IX-A SMPN 2 SAWAHAN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014


Oleh : Elli Lazuardi,
SMPN 2 Sawahan Kab. Madiun

ABSTRAK
Kata kunci: IPA-Fisika, metode eksperimen, prestasi dan motivasi belajar
Prestasi dan motivasi belajar/hasil belajar mata pelajaran IPA-Fisika dirasakan     rendah. Minat siswa untuk belajar dalam mata pelajaran Fisika Juga Kurang, masih sering terjadi kekeliruan memahami konsep-konsep fisika yang benar.
Penggunaan metode eksperimen diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran itu aktivitas belajar mengajar tidak terjadi kejenuhan, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan fisika yang diajarkan oleh guru dapat dipahami  oleh siswa
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode eksperimen. (b) Ingin mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: rencana, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IX-A. Data yang diperoleh berupa hasil Postest (ulangan harian), lembar observasi kegiatan pembelajaran.Tehnik analisa data yang digunakan adalah analisa diskriptif kwalitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I siswa yang tuntas belajar ada 72,97 % dari 30 siswa, siswa yang termotivasi belajar ada 65,4 % dari 30 siswa, Pada siklus II siswa yang tuntas belajar bertambah menjadi 77,32 % dari 30 siswa, siswa yang termotivasi belajar  74,12 % dari 30 siswa.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan belajar IPA-Fisika siswa dengan penerapan metode Eksperimen yang berlangsung 2 siklus meningkat sebesar 4,35 %, begitu juga dengan motivasi belajar siswa juga meningkat sebesar 8,72 %.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode eksperimen dapat meningkatkan  prestasi dan motivasi belajar Siswa kelas IX-A, serta metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Fisika.




PENDAHULUAN
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis dalam mengajar IPA-Fisika selama ini, siswa masih mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA-Fisika. Pengalaman juga menunjukkan, hasil belajar yang diperoleh siswa belum memuaskan. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari nilai ulangan harian yang diperoleh siswa pada akhir pokok bahasan belum memuaskan.
Gejala yang tampak pada proses pembelajaran,siswa cenderung bersikap pasif dan kemampuan menjawab soal sangat rendah. Mereka umumnya mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari. Berdasarkan hasil diskusi dengan sejawat, penulis menilai bahwa pembelajaran yang berlangsung selama ini masih berpusat pada guru dan masih kurang memanfaatkan laboratorium sebagai tempat melakukan eksperimen siswa.
Untuk memperbaiki mutu pembelajaran di kelas, seorang guru perlu melakukan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu penulis melakukan inovasi pembelajaran di kelas melalui kegiatan penelitian dengan bersungguh-sungguh menerap­kan metode eksperimen agar pembelajaran  lebih meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa.
Dalam mencapai nilai KKM pada mata pelajaran Fisika di SMP, khususnya di SMPN 2 Sawahan Kabupaten Madiun masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran Fisika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lainnya, mata pelajaran Fisika peringkat nilainya menempati urutan dibawah  mata pelajaran biologi, bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan yang harus dilalukan agar siswa dalam mempelajari konsep-konsep Fisika tidak mengalami kesulitan, sehingga Standart Kompetensi mata pelajaran Fisika dapat tercapai dengan baik dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu penggunaan metode pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami konsep-konsep Fisika.
Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran.
Sedangkan penggunaan metode eksperimen  diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami  oleh siswa. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian in memilih judul “Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi dan Motivasi Belajar IPA-Fisika Pada Siswa Kelas IX-A SMPN 2 Sawahan Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014”.

METODE PENELITIAN
Penulis akan membahas tentang Tempat Penelitian, Subyek Penelitian, Analisa Data, Prosedur Penelitian dan Instrumen Penelitian.
1.    Tempat Penelitian. Tempat penelitian adalah SMP Negeri 2 Sawahan Madiun
2.    Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 yaitu bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember 2013.
3.    Subyek Penelitian. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX A   SMP N 2 Sawahan tahun Pelajaran 2013/2014,  jumlah 30 siswa yang terdiri dari 13  siswa putri dan 17 siswa putra
4.    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Data hasil belajar siswa diambil dengan teknik tes yang instrumennya berupa lembar soal  uraian.
2)      Data motivasi siswa diambil dengan teknik angket dengan instrumen berupa angket tertutup .
3)      Data keaktifan siswa dalam KBM diambil dengan teknik observasi yang instrumenya berupa cheek list

Analisa Data
Analisa data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Hasil pengumpulan data akan dianalisa berdasarkan kategori :
1.  Data Hasil  belajar
Data ini diambil dengan mengguna­kan tes tulis yang dilaksanakan diakhir pertemuan. Tes yang disajikan kepada siswa berupa soal uraian. Siswa yang telah menjalani tes dinyatakan tuntas dalam belajar jika mendapat skor minimal 75 sesuai dengan  KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Fisika SMPN 2 Sawahan.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus
% nilai =  jumlah jawaban benar   x  100%
 jumlah keseluruhan
2.  Data motivasi siswa
Untuk mengetahui motivasi siswa dalam belajar akan diukur melalui angket yang digunakan untuk melihat respon siswa terhadap penerapan Metode Eksperimen. Angket diberikan diakhir siklus yang terdiri atas 10 pertanyaan,dan siswa dapat memilih secara langsung jawaban sesuai dengan kondisi siswa saat itu. Dimana siswa disuruh memilih 4 pilihan yaitu setuju, kurang setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju . Adapun penskoran terhadap alternatif jawaban tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Apabila pernyataan bersifat pernyataan positif, maka penskorannya adalah  sebagai berikut :
1.  Setuju diberi skor 4
2.  Kurang setuju diberi skor 3
3.  Ragu-ragu diberi skor 2
4.  Tidak setuju diberi skor 1
b. Apabila pernyataan bersifat negative, maka perskorannya adalah :
1.  Setuju diberi skor 1
2.  Kurang setuju diberi skor 2
3. Ragu-ragu diberi skor 3
4. Tidak setuju diberi skor 4 
Data motivasi belajar siswa secara individu didapat dari pengisian angket,  dihitung dengan rumus :     
Skor = ∑  skor yang diperoleh  x  100%
∑ skor total
Untuk data motivasi dinyatakan dalam bentuk angka berdasarkan prosentase yang diperoleh dengan indikator sebagai berikut :
80 % - 100 %   =  baik sekali
66 % - 79 %     =  baik
56 % -  65 %    =  cukup
40 % -  55 %    =  kurang
00 % - 39 %     =  buruk

Data keaktifan dalam KBM
Untuk mengetahui sejauh mana aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung digunakan data observasi berupa lembar observasi (Checklist). Untuk menghitung skor dari observasi yang dilakukan menggunakan rumus :
                  Skor =  ∑ skor diperoleh   x  100%
                              ∑ skor maximal
Data keaktifan dalam KBM dinyatakan dalam bentuk angka berdasarkan persentase yang diperoleh dengan indikator sebagai berikut :
80 % - 100 %  = sangat aktif
66 % - 79   %  = aktif
56 % -  65  %  = cukup aktif
40 % -  55  %  = kurang aktif
00 % -  39  %  = tidak aktif

Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Pada dasarnya menurut Kur Lewin (dalam Sarwiji Suwandi, 2004 : 123) penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan dasar sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral, yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (implementing), pengamatan tindakan (observing ), dan refleksi (reflecting ). Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat dua siklus.

1. Perencanaan Tindakan / Planning.
Kegiatan    yang   dilakukan   pada   tahab  ini,  peneliti  berdiskusi  bersama observer  dalam  hal  persiapan  instrumen  yang akan digunakan untuk penelitian, yaitu sebagai berikut:
a.  Menyusun silabus pembelajaran
b.  Menyusun RPP dengan menggunakan metode Eksperimen
c.  Sebagai alat belajar digunakan LKS dan buku teks yang tersedia.
d   Menyusun format tes yang akan digunakan untuk mengevaluasi hasil  belajar siswa.
e.  Menyusun format observasi yang akan digunakan untuk melihat keaktifan tiap siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan / Implementing       
a. Kegiatan Pendahuluan
1Memberikan salam ,memimpin doa dan menanyakan keadaan siswa
2.  Memotivasi siswa dengan pertanyaan
3.  Guru menyampaikan tujuan pembelajar­an yang harus dicapai dalam belajar
b. Kegiatan Inti
1.    Guru menyampaikan inti materi yang ingin dicapai
2.    Menayangkan dengan LCD tentang listrik dinamis beserta implikasinya
3.    Melakukan tanya jawab untuk meng­ungkapkan pengetahuan awal siswa tentang listrik dinamis.
4.    Melakukan diskusi kelas untuk menjelas­kan pengertian arus listrik
5.    Melakukan Eksperimen  untuk menemu­kan hubungan antara kuat arus dan tegangan listrik.
6.    Melakukan tanya jawab untuk meng­gam­bar­kan rangkaian tertutup
7.    Melakukan eksperimen untuk merumus­kan hukum ohm
8.    Melakukan diskusi kelas untuk men­jelaskan pengertian konduktor dan isolator.
9.        Melakukan eksperimen untuk merumus­kan besar hambatan suatu kawat
10.    Melakukan dikusi kelompok untuk membahas persoalan yang berkaitan dengan hukum ohm dan hambatan kawat penghantar.
11.    Melakukan tanya jawab, memberi penekanan dan menyimpul­kan hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
12.    Mengerjakan kuis tertulis yang disampaikan secara lisan atau tertulis
13.    Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja bagus
14.    Guru mengarahkan siswa membuat rangkuman sesuai dengan tujuan pembelajaran
c.  Kegiatan Akhir
1.    Guru memberi evaluasi (Post tes) untuk mengetahui daya serap siswa
2.    Guru menyampaikan salam penutup
3.    Pengamatan tindakan / Observing      
Dalam pelaksanaan pengamatan ini, guru melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajar­an metode Eksperimen, sedang­kan observer 2 melakukan pengamatan terhadap aktifitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran Eksperimen.      

4.    Melakukan Refleksi
Pada tahab ini peneliti melakukan analisa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Data hasil yang diperoleh didiskusikan, dianalisa dan ditindaklanjuti. Hasil Refleksi ini digunakan untuk melakukan perbaikan pada siklus II.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Situasi dan Kondisi Tempat Penelitian (Setting)
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP N 2 Sawahan Kabupaten Madiun, dimana peneliti melaksanakan tugasnya sebagai guru  bidang studi Fisika. Adapun kelas yang digunakan yaitu kelas IX A, alasan peneliti memilih kelas tersebut adalah karena  pada tahun pelajaran 2013/2014 ini peneliti sedang mengajar di kelas IX, dan mengapa di kelas IX A, karena karakter siswa di kelas itu sangat heterogen dan keaktifan siswa kelas IX A dalam berdiskusi masih kurang. Hal ini terlihat ketika siswa berdiskusi masih didominasi oleh beberapa siswa saja. Siswa aktif dalam diskusi kelompok kurang lebih hanya mencapai 25 % , 50% masih berkriteria sedang dan 25% masuk kategori kurang aktif.
Kelas IX yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 17 siswa putra dan 13 siswa putri, di dalamnya terdapat 15 meja dan 30 kursi tempat duduk siswa yang telah tertata menjadi 5 kelompok kerja, setiap kelompok terdapat 6 siswa yang bersifat heterogen duduk melingkar pada meja sudah tersedia alat dan bahan eksperimen.
Pada saat pembelajaran Fisika dengan penerapan motode eksperimen  berlangsung, siswa cukup tertarik dan antusias untuk mengikuti kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran.Selain itu sebagian besar siswa juga cukup aktif dalam berdiskusi, bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti.

Hasil Penelitian
Siklus I
1.    Perencanaan (Planning)
Dalam perencanaan Siklus I diawali dengan melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengetahui kondisi awal siswa dan keadaan kelas penelitian. Guru menyusun silabus, rencana pembelajaran dan menyusun instrumen pembelajaran yang meliputi : soal post tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, angket untuk mengetahui motivasi siswa,  lembar observasi keaktifan siswa dan guru dalam KBM diambil dengan teknik observasi yang instrumennya berupa check list.
2.  Pelaksanaan (Acting)
Pada tahap ini guru melakukan proses pembelajaran menggunakan  metode Eksperimen. Guru mengadakan observasi tentang materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Setelah itu siswa dibentuk kelompok kerja dengan jumlah anggota pada tiap kelompok sebanyak 6 orang siswa. Dalam proses pembelajaran ini guru hanya berperan sebagai pembimbing belajar yang dilakukan siswa.
3.  Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan selama kegiatan berlangsung, hal ini dilakukan untuk menberikan penilaian berdasar instrumen-instrumen yang telah tersedia. Instrumen tersebut meliputi : 1) Hasil belajar siswa, 2 ) Motivasi belajar, 3 ) Keaktivan siswa dan guru.

Data hasil belajar siswa.
Setelah diadakan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Eksperimen, guru memberikan evaluasi berupa post test untuk mengetahui hasil belajar siswa . Hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes individu .
Dari hasil diskusi kelompok dapat digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang memperoleh skor paling tinggi. 

Tabel 1 :   Data ketuntasan belajar siswa pada siklus I
Dari tabel I dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus I ada 23 %, sedangkan jumlah siswa yang tuntas belajar ada 77 % dari 30 siswa.

Data Motivasi Belajar
Tabel 2 : Data motivasi belajar pada siklus I
Berdasarkan angket yang diberikan pada siswa pada siklus I diperoleh tanggapan penerapan metode Eksperimen sejumlah 65 %  yang dikategorikan cukup baik atau cukup berminat, sehingga untuk mencapai indikator  ketercapaian baik maka perlu dilakukan siklus II.

Data Keaktifan Dalam KBM
-       Aktifitas Siswa
Pengamatan aktifitas siswa dilakukan sebelum dan selama   proses pembelajaran berlangsung. Pada saat guru memasuki ruangan kelas siswa tampak masih ramai berbicara sendiri dengan teman-temanya.
Dalam tahap pendahuluan siswa mulai lebih serius dalam menerima pelajaran. Hal ini terlihat dari aktifitas siswa yang mulai mengeluarkan buku pelajaran. Pada saat guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran, masih ada diantara siswa yang belum memperhatikan. Setelah guru memberi­kan  motivasi, sebagian besar dari siswa tampak lebih antusias memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.
Dalam kegiatan inti pembelajaran pada siklus I terdapat perilaku siswa yang tidak relevan dengan RPP yang disusun oleh guru. Karena masih ada beberapa siswa yang kurang antusias selama melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya. Hal ini kemungkinan disebab­kan karena siswa belum terbiasa dengan metode Eksperimen, sehingga siswa cenderung diam atau pasif pada saat diskusi berlangsung. Namun demikian ada beberapa siswa yang sudah kelihatan aktif baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
Di akhir proses pembelajaran, guru memberi penghargaan  kelompok yang memiliki kinerja paling bagus. Kemudian guru mengevaluasi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menerima pelajaran yang sudah diberikan. Pada kegiatan ini siswa tampak lebih serius dalam menjawab soal.
-       Data keaktifan siswa
Tabel 3  :  Data Aktifitas  Siswa dalam KBM pada siklus I
Berdasar tabel 3 di atas, rata-rata yang diperoleh siswa  adalah 61 % kategori­ cukup aktif, sehingga perlu dilakukan siklus II untuk mencapai indikator ketercapaian aktif.
-       Aktifitas guru
Pengamatan aktifitas guru pada siklus I dilakukan sebelum pembelajaran dimulai dan selama proses pembelajaran berlangsung. Dimulai dari tahap persiapan yang dilakukan guru meliputi instrumen-instrumen pengajaran seperti RPP, lembar soal untuk penilaian,  dan buku paket serta buku penunjang, semuanya lengkap sudah dipersiapkan.
Dalam tahap pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP dibagi dalam tiga bagian yaitu : Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, dan Kegiatan akhir. Pada tahap pendahuluan guru menyampaikan Kompetensi Dasar, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran.Pada saat ini masih banyak siswa yang kurang memperhatikan apa yang disampaikan guru. Kemudian guru berusaha memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan “ Mengapa lampu di ruang ini bisa menyala? Mendengar pertanyaan dari guru tersebut siswa kelihatan mulai perhatian karena siswa sudah mulai berfikir untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pada kegiatan inti pembelajaran, guru menayangkan animasi listrik dinamis dengan menggunakan LCD. Selanjutnya masing-masing  diberi satu permasalahan, untuk dipikirkan secara mandiri. Kemudian tiap kelompok diminta melakukan diskusi untuk menyatukan hasil pemikiran masing-masing.
Selama diskusi berlangsung guru berkeliling untuk memonitor kerja kelompok siswa, namun tidak semua kelompok bisa terjangkau oleh guru dalam memberikan bimbingan.
Setelah diskusi kelompok berakhir, masing-masimg kelompok melalui juru bicara masing-masing menyampaikan hasil diskusinya. Guru memberi penguatan dan mengcover materi yang belum tersampaikan oleh siswa. Kegiatan ini berlangsung sangat menarik, karena siswa tampak antusias. Sebelum kegiatan penutup guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja bagus dan siswa yang aktif selama diskusi berlangsung. Pada kegiatan penutup,   guru memberikan post tes secara tertulis untuk mengetahui daya serap siswa.
Dalam hal pegelolaan alokasi waktu yang sudah direncanakan oleh guru, tidak sesuai dengan realita. Pada saat diskusi berlangsung,  guru banyak menemukan anggota kelompok yang kesulitan dalam menjawab soal. Dan pada kegiatan penutup waktu yang tersisa hanya cukup untuk kegiatan post tes, sehingga guru tidak sempat membimbing siswa membuat rangkuman.
-       Data keaktifan guru
Tabel 4   :  Data Aktifitas Guru dalam KBM pada siklus I
Berdasarkan tabel 4 di atas, prosentase keaktifan guru dalam KBM pada siklus I sebesar 65 %, masuk kategori cukup aktif atau cukup baik.
4. Refleksi ( Reflecting)
Dari hasil masukan dan saran observer, peneliti menemukan beberapa kelemahan yaitu :
1)  Kelemahan Guru
a)  Dalam menyampaikan tujuan pem­belajaran guru tidak memperhatikan kondisi siswa yang masih ramai dan belum siap menerima pelajaran.
b)  Dalam memonitor dan mengecek siswa, tidak semua siswa mendapat perhatian dari guru.
c)  Guru terlalu banyak memberikan bantuan pada siswa yang mendapat kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
d)  Pengelolaan waktu masih kurang baik, karena pada kegiatan inti guru tidak sempat membimbing siswa membuat rangkuman /kesimpulan. Demikian pula dengan kegiatan penutup, waktu­nya tersita hanya untuk kegiatan post test.
2)  Kelemahan siswa
a)  Siswa masih belum siap menerima materi pelajaran dari guru, hal ini terlihat pada kondisi siswa yang ramai pada awal pembelajaran.
b)  Siswa belum serius dalam melakukan diskusi dengan kelompoknya.
c)  Siswa selama proses kegiatan diskusi kelas masih terlihat ragu-ragu dan kurang aktif bertanya.
Berdasarkan refleksi tersebut, maka rancangan kegiatan pembelajaran pada siklus II tetap dilakukan seperti siklus I hanya perlu perbaikan dalam hal-hal sebagai berikut :
a)  Sebelum memulai kegiatan pembelajar­an, sebaiknya guru meningkatkan apersepsi dan motivasi sehingga siswa tidak ramai sendiri dan kegiatan pembelajaran berlangsung baik.
b)  Guru lebih memperhatikan siswa yang kurang aktif berbicara dan meningkat­kan keberanian siswa untuk bertanya.
c)  Guru sebaiknya mengurangi aktifitas membimbing atau memberi petunjuk dalam mengerjakan tugas agar siswa lebih bekerja mandiri dengan kelompoknya.
d)  Guru sebaiknya lebih meningkatkan penguasaan dan pengelolaan kelas dalam pembelajaran metode Eksperimen
e)  Guru lebih tegas dalam pengelolaan waktu
     
Siklus II
1.  Perencanaan (Planing)
Pada siklus II ini perencanaan pembelajaran dilakukan berdasarkan refleksi pada siklus I. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk dikerjakan guru pada siklus II yaitu mengkondusifkan kelas, mengurangi aktivitas memberikan petunjuk dalam mengerjakan tugas, memberikan arahan kepada siswa yang kurang aktif dalam diskusi serta meningkatkan keberanian siswa bertanya.
Sarana yang digunakan pada siklus II masih meliputi Silabus, RPP dan  Instrumen-instrumen penelitian berupa soal-soal post tes, ngket  dan  lembar observasi.
2.  Pelaksanaan (Acting)
Pada tahab siklus II ini, sebagai motivasi guru menanyakan kepada siswa, “Mengapa baterai dapat menyalakan bola lampu ? Semua siswa  merespon dengan jawaban yang benar. Ini menandakan siswa sudah siap untuk belajar. Kemudian guru menyampaikan inti materi, dan meminta siswa memikirkan permasalahan yang disampaikan secara mandiri. Setelah itu siswa dibentuk kelompok kerja dengan jumlah anggota pada tiap kelompok sebanyak 6 orang siswa. Sebagian besar siswa sudah menunjukkan keberaniannya dalam bertanya apabila mengalami kesulitan selama berdiskusi. Setelah selesai berdiskusi, masing-masimg kelompok melalui juru bicara masing-masing menyampaikan hasil diskusinya dan mem­berikan kesempatan kelompok lain untuk bertanya.  Dalam proses pembelajaran ini guru hanya berperan sebagai pembimbing belajar yang dilakukan siswa. Guru sudah terlihat baik dalam membimbing siswa berdiskusi dan baik dalam penguasaan materi, pengelolaan waktu dan pengelolaan kelas. Untuk mengakhiri pembelajaran guru mengajak siswa untuk bersama-sama membuat rangkuman untuk menyimpulkan materi yang dipelajari.                                 
3.  Pengamatan (Observing)
Seperti halnya pada siklus I, pengamatan dilakukan selama kegiatan berlangsung, hal ini dilakukan untuk menberikan penilaian berdasar instrumen-instrumen yang telah tersedia. Instrumen tersebut meliputi : 1) Hasil belajar siswa, 2 ) Motivasi belajar, 3 ) Keaktivan siswa dan guru.

Data Hasil Belajar Siswa
Pada akhir siklus I, hasil pembelajaran sudah memenuhi harapan, sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik. Hasil tes siklus II juga baik dan tidak jauh berbeda dengan siklus sebelumnya.
Tabel 5 :  Data ketuntasan belajar siswa pada siklus II
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II 27 atau 90 %,  dan yang tidak tuntas belajar 3 siswa  atau 10 %.

Data Motivasi Belajar
Tabel 6 : Data motivasi belajar siswa pada siklus II
Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada siswa diperoleh tanggapan tentang penerapan metode Eksperimen, sejumlah 74 % yang telah mencapai indikator ketercapaian baik.

Data Keaktifan  Dalam KBM
-       Aktifitas siswa
Pada siklus ke II ini aktifitas siswa lebih meningkat. Hal ini nampak ketika kegiatan pembelajaran dimulai siswa dengan seksama dan serius memperhatikan penjelasan materi dari guru. Baik dalam kegiatan diskusi kelompok maupun pada saat diskusi kelas, siswa nampak lebih antusias dibanding pada siklus sebelumnya.
Kegiatan yang tidak relevan seperti ramai sendiri sudah agak berkurang, karena siswa mulai terbiasa dengan metode Eksperimen. Sehingga bisa dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus II telah berlangsung  cukup baik dibandingkan siklus I.
-       Data keaktifan siswa
Tabel 7  :  Data Aktifitas Siswa dalam KBM pada siklus II
Berdasar tabel 7 di atas, rata-rata yang diperoleh masing-masing siswa  adalah 70  % yang dikategorikan aktif.
-       Aktifitas guru
Pada tahab pendahuluan pada siklus II, guru sudah cukup baik untuk meng­kondusif­kan kelas sebelum memulai proses pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajar­an dapat berlangsung dengan lebih baik dibanding pada siklus I.
Pada siklus II ini guru lebih aktif mengecek dan memonitor siswa dalam melakukan diskusi, dan kegiatan memberikan bantuan kepada siswa sudah bisa terkurangi agar siswa terbiasa untuk bekerja dengan kelompok masing-masing. Pada bagian penutup guru dengan baik membimbing siswa untuk merangkum dan memberikan penegasan materi yang baru saja dipelajari.
Dari segi pegelolaan waktu, guru sudah cukup baik mengatur waktu sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai yang direncanakan.
-       Data keaktifan guru
Tabel  8   :  Data Aktifitas Guru dalam KBM pada siklus II
Berdasarkan tabel 8 di atas, prosentase keaktifan guru dalam KBM pada siklus II sejumlah 77,5 %. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas guru dikategorikan aktif.
                                   
d.  Refleksi (Reflecting)
Siswa selama proses berdiskusi dalam pembelajaran Eksperimen sudah aktif, mandiri mengerjakan soal, berbicaranya terlihat lancar saat diskusi berlangsung, berani bertanya apabila mengalami kesulitan dan aktif  bekerjasama dengan teman sekelompoknya. Hasil tesnya mengalami peningkatan sesuai harapan. Berdasarkan uraian tindakan dan pengamatan pada siklus II, aktifitas guru yang paling sering muncul adalah mengkondusifkan kelas agar proses pembelajaran berlangsung sesuai rencana. Penguasaan materi dan pengelolaan kelas yang dilakukan guru telah mengalami peningkatan. Pada saat kegiatan diskusi kelas berakhir guru  memberikan penjelasan atau penguatan terhadap jawaban siswa agar pemahaman lebih kuat dan mantap sambil membimbing siswa membuat rangkuman.
Berdasarkan peningkatan terhadap aktifitas siswa dan guru serta hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II, peneliti mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan penelitian ke siklus III.

PEMBAHASAN
1.  Hasil Belajar
Nilai rata-rata kelas ini diperoleh dari tes yang diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran secara individu. Tes tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Dapat dilihat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa dengan penerapan metode Eksperimen selama 2 siklus terdapat peningkatan nilai rata-rata tes sebesar 13 %. Hal ini disebabkan karena dengan penerapan metode Eksperimen, siswa lebih aktif, kreatif dan bergairah dalam mengikuti pembelajaran, sehingga keaktifan siswa dalam berdiskusi lebih meningkat. 
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Eksperimen dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam berdiskusi pada pembelajaran Fisika di kelas IX-A SMPN 2 Sawahan Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini disebabkan metode Eksperimen mempunyai kelebihan :
a.     Sebelum pembelajaran dimulai guru terlebih dahulu memberikan  gambaran  mengenai topik yang akan dipelajari. Guru menyampai­kan materi pelajaran yang ingin dicapai. siswa menerima materi yang diberikan guru sebagai pedoman untuk menyelesaikan permasalahan pada materi tersebut (Subandji : 2008 ).
b.    Di dalam pembelajaran Metode Eksperimen, setelah siswa diberi subtopik yang  ingin dipelajari, kemudian hasilnya dipresentasikan dan dievaluasi secara  keseluruhan.
c.     Melalui interaksi dengan anggota kelompok, siswa memiliki kesempatan untuk  mengemuka­­kan pendapat,
d.    Dalam satu kelompok terdapat 6 anggota, untuk mengurangi siswa yang mendominasi dalam proses diskusi guru memberi kesempatan pada siswa yang belum aktif.
e.     Dengan diadakannya post tes disetiap akhir pembelajaran, diharapkan dapat membangkit­kan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik.
2.  Motivasi Belajar
Untuk melihat adanya motivasi siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa diberi angket. Dari hasil angket tersebut, guru dapat mengetahui tanggapan siswa tentang metode Eksperimen. Dalam hal ini angket dapat dimasukkan ke dalam pengukuran kemampuan afektif siswa. Dari hasil analisa angket siswa selama 2 siklus, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas IX A menyukai penerapan metode Eksperimen. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan prosentase sebesar 9 % dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dikarenakan pada siklus I siswa belum mengetahui bagaimana sebenarnya penerapan dan kelebihan metode ini. Sedangkan pada siklus II siswa sudah mengetahui bagaimana penerapan dan kelebihan dari metode Eksperimen. 
3. Keaktifan siswa dalam KBM
Untuk melihat keaktifan siswa, peneliti menggunakan lembar observasi yang berupa check list tentang keaktifan siswa dalam KBM. Penilaian check list dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode Eksperimen yaitu pada waktu diskusi antar kelompok. Siswa dalam berdiskusi sebagian besar sudah kelihatan aktif, hal ini dikarenakan  pembelajaran kooperatif metode Eksperimen ini melatih siswa mandiri dalam mengerjakan soal dan menuntut siswa untuk bekerjasama dalam kelompok. Sehingga sebagian besar siswa memiliki keberanian untuk bertanya apabila mengalami kesulitan pada saat berdiskusi. Dari hasil analisis check list dapat dilihat adanya peningkatan kelompok dari siklus I ke siklus II sebesar 9 %. Dimana pada siklus I skor yang didapat masing-masing siswa dalam kelompok dikategorikan cukup aktif, sedangkan pada siklus II dikategorikan aktif. Hal tersebut dikarenakan setiap siswa mempunyai tanggung jawab terhadap kelompoknya agar berhasil.
4. Keaktifan guru dalam KBM
Setelah melakukan reformasi terhadap model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajarnya, yaitu dengan menerapkan metode Eksperimen, peneliti sebagai seorang guru merasa lebih antusias dan lebih bersemangat dalam mengajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis check list aktifitas guru yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 12 %. Dimana pada siklus I skor yang didapat guru dikategorikan cukup aktif, sedangkan pada siklus II dikategorikan aktif. 
                             
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1.    Pembelajaran dengan metode eksperimen memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (72,97%), siklus II (77,32%).
2.    Penerapan metode eksperimen mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil angket yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengn metode eksperimen sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh agar proses belajar mengajar Fisika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1.    Untuk melaksanakan belajar dengan metode eksperimen memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode eksperimen dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.    Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana,  dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.    Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMPN 2 Sawahan Tahun Pelajaran 2013/2014.
4.    Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Saliwangi, B. 1988. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar