MEDEKTRO-JIGSAW DAPAT MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DAN KEAKTIFAN KELAS IXD SMP NEGERI 1 DOLOPO MADIUN TAHUN PELAJARAN
2013/2014
Oleh : Endah
Murtiningsih
SMP Negeri 1
DolopoMadiun
ABSTRAK
Kata kunci :
hasil belajar, keaktifan, media elektroskop, model pembelajaran
kooperatif jigsaw
Didukung
dengan table nilai 1 tahun yang lalu pada lampiran dapat diketahui bahwa
persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik pada tahun tersebut baru mencapai
65%. Peneliti
sebagai Guru belum merasa puas dengan hasil yang telah dicapai oleh kelas IXD
SMP Negeri 1 Dolopo. Peserta didik dikatakan
tuntas belajar bila telah mendapat nilai
75 atau lebih. Guru ingin meningkatkan hasil belajar peserta didik dari
65% menjadi 85% dan keaktifan meningkat
10%, dengan pertimbangan di kelas tersebut terdapat juara 1 OSN Fisika tingkat
kabupaten yang diharapkan dapat menularkan ilmunya ke peserta lain.
Guru dalam pembelajarannya menggunakan media
pembelajaran elektroskop dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw yang selanjutnya disebut MEDEKTRO-JIGSAW.
Hal ini sesuai dengan langkah yang dilakukan oleh Slavin.
Sintak
MEDEKTRO-JIGSAW yang dilakukan adalah guru membagi peserta didik menjadi 8-11
kelompok yang beranggotakan 4-3 peserta yang disebut kelompok asal. Masing-masing
peserta didik dalam satu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda. Peserta didik
yang mendapat tugas yang sama berkumpul menjadi satu disebut kelompok ahli. Peserta
didik dalam kelompok ahli berdiskusi, selanjutnya kembali ke kelompok asal
untuk menginformasikan kepada teman. Guru menunjuk peserta untuk presentasi di
depan kelas. Guru memberikan penguatan dan kemudian menutup pembelajaran dengan
salam.
Pembelajaran MEDEKTRO-JIGSAW dengan anggota 3
peserta diperoleh hasil sebagai berikut: persentase ketuntasan pada siklus 2
adalah 75 %, dan pada siklus 3 mencapai 92,9%. Sedangkan
untuk keaktifan yaitu aspek
menginformasikan pada teman dalam kelompok asal, aspek melaksanakan diskusi
dalam kelompok ahli, aspek mengemukakan pendapat dapat meningkat lebih
dari 10%, kenaikan ini telah memenuhi indicator keberhasilan PTK. Dengan
demikian hasil belajar dan keaktifan peserta didik tentang Listrik Statis pada kelas IXD
semester 1 tahun pelajaran 2013 / 2014 di SMP Negeri 1 Dolopo Madiun dapat meningkat dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW
.
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup ( Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama
(SMP) / Madarasah Tsanawiyah (MTs), Permendiknas 22, 2006).
Untuk mewujudkan
permendiknas 22 tahun 2006 tersebut peserta didik diharapkan belajar giat
dengan cara mencoba–coba (trial and error)
seperti yang dikemukakan oleh Thorndike (2011, Pengertian Belajar Menurut
Ahli).
Menurut Anni (2011,Pengertian Hasil Belajar Menurut Para
Ahli) Peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar akan mengalami
perubahan perilaku setelah mengalami aktivitas belajar yang disebut hasil
belajar. Sedangkan menurut Sudjana (2011, Pengertian Hasil Belajar Menurut Para
Ahli) seorang peserta didik akan memiliki suatu kemampuan setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Ketuntasan belajar setiap mata pelajaran
ditentukan oleh kelompok Guru mata pelajaran dengan memperhatikan kompleksitas
KD, intake peserta didik, dan daya
dukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Ketuntasan belajar ideal tiap-tiap
mata pelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
yang selanjutnya disebut KKM. Peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila
mendapatkan nilai 75 atau lebih sedangkan peserta didik dikatakan tidak tuntas
bila mendapatkan nilai dibawah 75. Peserta didik yang tidak tuntas diberi kesempatan untuk mengikuti remedy sebanyak 2 kali sampai mendapat
nilai 75. Jika setelah dua kali remedial peserta didik tidak tuntas maka nilai
yang diperoleh adalah nilai tertinggi pada pencapaian KD tersebut. (Kurikulum SMP Negeri 1 Dolopo Madiun,
2008:44).
Menurut Slavin dalam
Restuningrum Sari (2004:3)
menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan
antara tahun 1972 – 1986 yang
menyelidiki tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar.
Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi bahasa,
geografi, ilmu sosial, sains, matematika, bahasa Inggris, membaca dan menulis.
Dari 45 laporan tersebut menyatakan bahwa 37 diantaranya menunjukkan bahwa
kelompok kontrol pembelajaran kooperatif lebih unggul dari yang lain. Salah
satu tipe pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Peneliti mengelompokkan
peserta didik menjadi kelompok asal yang beranggotakan 4-3 peserta didik secara
heterogen, dan masing-masing peserta didik diberi tugas untuk mempelajari satu
sub bab dengan menggunakan alat peraga sederhana. Selesai mempelajari kemudian
membentuk kelompok ahli yang berasal dari anggota kelompok asal yang mempunyai
tugas yang sama. Dalam kelompok ahli
masing-masing peserta didik saling berdiskusi dan saling melengkapi. Peserta didik kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan hasil diskusi kepada peserta didik dalam kelompok asal . Peserta
didik dituntut untuk mempunyai tanggung jawab masing – masing terhadap
kelompoknya, dengan demikian peserta didik akan mempelajari dan memahami tugas
yang diberikan.
Didukung table nilai 1 tahun yang lalu pada lampiran dapat
diketahui bahwa persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik baru mencapai
65%. Guru ingin meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dengan
media elekstroskop menggunakan model
pembelajaran kooperatif Jigsaw yang selanjutnya disebut MEDEKTRO-JIGSAW di
kelas IXD SMP Negeri 1 Dolopo. Guru ingin meningkatkan persentase ketuntasan
belajar peserta didik dari 65% menjadi
85% serta meningkatkan keaktifan peserta
didik sebagai berikut : aspek menginformasikan pada teman dalam
kelompok asal meningkat minimal 10%, aspek melaksanakan diskusi dalam kelompok
ahli meningkat 10%, aspek mengemukakan pendapat meningkat 10% .
TINJAUAN PUSTAKA
Pembelajaran Listrik Statis dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW
Listrik
Statis lebih tepat diberikan kepada
peserta didik dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW karena 1) dengan alat peraga
sederhana yaitu ONDE-ONDE, Guru dapat menjelaskan tentang struktur atom yang
berkaitan dengan jenis muatan listrik. Media ELEKTROSKOP dapat digunakan oleh
Guru untuk menjelaskan suatu benda bermuatan listrik atau tidak, peserta didik
dapat melihat langsung keadaan tersebut sehingga peserta didik akan memahami
materi tersebut, 2) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw
masing-masing peserta didik mempunyai tanggung jawab untuk mempelajari dan
menyampaikan kepada temannya sehingga ada upaya untuk belajar. Menurut Ibrahim
Muslim dalam Restuningrum, Sari (2004 :
22) model pembelajaran Jigsaw memiliki kebaikan yaitu : (a) tidak ada siswa yang
tidak bekerja, (b) mendapatkan masukan dan informasi dari siswa lain yang lebih
pandai, (c) melatih rasa tanggung jawab dari masing-masing siswa, (d) problem
kelompok akan cepat terselesaikan, (e) memupuk rasa persaudaraan antar siswa
walaupun berbeda kelompok, (f) melatih siswa untuk berdemokrasi, (g) membantu
siswa meningkatkan sifat positif
terhadap fisika, (h) membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya
untuk menyelesaikan masalah-masalah, (i) menumbuhkan interaksi dalam kelompok,
siswa dapat menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang
berbeda.
Sedangkan
kelemahan jigsaw menurut Ibrahim Muslim dalam Restuningrum, Sari (2004 : 22)
adalah : (a) memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila dibanding
dengan konvensional, (b) memerlukan waktu lebih banyak untuk berdiskusi, (c)
kegagalan satu anggota kelompok merupakan kegagalan kelompoknya, (d) siswa yang
tidak aktif, tidak akan menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Pembelajaran Jigsaw
memerlukan waktu lebih lama, untuk berdiskusi baik di kelompok asal maupun
kelompok ahli, melakukan peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat
juga menyita waktu pengajaran, maka dari itu peneliti mengambil langkah-langkah
sebagai berikut: (1) perencanaan yang seksama dapat membantu guru menjadi lebih
realistic tentang waktu, (2) tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga
masing-masing anggota dapat berkumpul berdekatan, (3) dalam pembentukan
kelompok dibuat heterogen artinya dalam satu kelompok tersebut terdapat peserta
laki-laki dan perempuan dan ada peserta yang pandai dan kurang pandai yang
dilakukan di luar kegiatan pembelajaran. Adapun sintak pembelajaran dengan
menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW adalah
sebagai berikut :
Fase
|
Peran Guru
|
Peran Peserta didik
|
1. Membentuk kelompok asal
|
Mengelompokkan
peserta didik menjadi 8-11 kelompok secara heterogen. Tiap kelompok beranggotakan
3-4 peserta didik.
|
Peserta
didik duduk sesuai dengan kelompoknya
|
2. Membagi materi
|
Membagi
materi kepada peserta didik sesuai dengan indicator yang ada dan harus dipelajari.
|
Memperhatikan
dan mencatat yang diperlukan
|
3. Mempelajari indicator yang menjadi tugasnya
|
Memberi
tugas agar peserta didik mempelajari tugasnya dengan menggunakan alat
peraga yang tersedia.
|
Mempelajari
tugasnya
|
4. Diskusi dalam kelompok ahli
|
Memerintahkan
peserta didik yang tugasnya sama berkumpul menjadi satu kelompok yang disebut
kelompok ahli. Guru memberi tugas untuk melakukan diskusi dalam kelompok ahli
dengan menggunakan alat peraga yang tersedia.
|
Melakukan
diskusi dalam kelompok ahli
|
5. Menginformasikan pada teman dalam kelompok asal
|
Memerintahkan peserta didik untuk kembali ke kelompok
asal dan kemudian menginformasikan pada teman-temannya tentang materi yang telah didapatkan pada kelompok
ahli
|
Menginformasikan
pada teman-temannya
|
6. Presentasi
|
Menunjuk
4 peserta didik dari kelompok ahli untuk presentasi di depan kelas.
|
Mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas
|
7. Evaluasi
|
Membagi
soal ulangan
Harian
|
Mengerjakan
ulangan harian
|
8. Penutup
|
Memberi
salam kepada peserta didik.
|
Menjawab
salam
|
METODE
PENELITIAN
Peneliti
mengambil subyek penelitian yaitu peserta didik kelas IXD SMP Negeri 1 Dolopo
Madiun yang beralamatkan di jl Adil Makmur No 95 Dolopo Madiun. Tahapan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilalui untuk masing-masing siklus
meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan atau observasi dan tahap refleksi.
Tahap
Perencanaan ( Planning)
Pada
perencanaan ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: menentukan materi
yang akan dibahas atau dipelajari, menyusun perangkat pembelajaran meliputi
Silabus, RPP dan promes, menyiapkan media pembelajaran Elektroskop, mempersiapkan
instrumen tes berupa lembar soal ulangan harian yang akan dikerjakan oleh
setiap peserta didik, menyiapkan lembar
observasi, menyiapkan daftar nilai
peserta didik , menyiapkan daftar hadir peserta didik, membuat format analisis ulangan harian.
Tahap
Pelaksanaan ( action )
Alokasi waktu
pelaksanaan pembelajaran yaitu 2 x 40 menit, dengan langkah-langkah pelaksanaan
sebagai berikut : membentuk 8 kelompok asal dengan anggota masing-masing
kelompok 2 peserta laki-laki dan 2 peserta perempuan, membagi materi dalam
kelompok asal, memberi kesempatan peserta didik untuk mempelajari tugas, membentuk
kelompok ahli, melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, menginformasikan hasil
diskusi pada teman dalam kelompok asal, presentasi oleh kelompok ahli, evaluasi,
penutup.
Tahap
Observasi
Guru
dalam pengamatan dibantu oleh 2 (dua) orang observer yang mengajar mata pelajaran
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di SMP Negeri 1 Dolopo Madiun dengan harapan agar
data yang diperoleh benar-benar teliti
dan sesuai dengan kenyataan. Observer
dan Guru mencatat kendala-kendala atau kejadian-kejadian selama proses pembelajaran.
Tahap Refleksi
Refleksi dilaksanakan
setelah proses pembelajaran berakhir. Pada tahap refleksi ini peneliti mengolah
data yang diperoleh dengan menggunakan analisis data, mengoreksi hasil ulangan
harian kemudian menganalisis hasil ulangan dengan analisis ulangan harian, dan
juga menganalisis butir soal dengan menggunakan analisis butir soal. Dari hasil
analisa data bila persentase ketuntasan belum mencapai 85% maka berarti tujuan
PTK belum dapat tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan pada pertemuan kedua
dengan langkah-langkah menyesuaikan dengan hasil refleksi hingga tujuan penelitian tercapai.
Peneliti menjaring
data-data yang diperlukan dalam penelitian dengan cara mengadakan pengamatan
selama pembelajaran berlangsung dengan tehnik observasi. Peneliti dibantu oleh
2 orang guru IPA yang berfungsi sebagai observer. Peneliti menjaring data
dengan melakukan pengamatan terhadap peserta didik dengan mencatat semua
kejadian-kejadian atau kendala yang terjadi selama pembelajaran. Sedangkan
observer melakukan observasi untuk mengetahui keaktifan peserta didik sesuai
dengan lembar observasi yang digunakan.
Instrumen tes yang
digunakan adalah ulangan harian yang akan dilaksanakan diakhir pembelajaran dengan bentuk tes uraian dengan
tehnik tes tertulis. Dengan instrument
tes ini peneliti akan dapat mengetahui jumlah peserta didik yang tuntas dan
yang tidak tuntas sehingga dapat dihitung persentase ketuntasan peserta didik.
Instrumen non tes berupa
lembar observasi yang digunakan peneliti untuk mengetahui keaktifan peserta
didik. Pada saat pelaksanaan peneliti juga menggunakan catatan lapangan untuk
mengetahui kejadian-kejadian atau kendala-kendala yang terjadi selama
pembelajaran.
Tehnik Analisis Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analitis data kuantitatif
yaitu: ulangan harian dapat digunakan untuk mengetahui jumlah anak yang tuntas
ataupun yang tidak tuntas kemudian diambil persentase ketuntasan belajar
peserta didik dengan rumus sebagai berikut :
Lembar
observasi peserta didik digunakan untuk mengetahui keaktifan peserta didik.
Aspek keaktifan peserta didik yang diamati meliputi: (a) menginformasikan pada teman dalam kelompok
asal, (b) aspek melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, (c) mengemukakan pendapat, dengan perhitungan
persentasenya sebagai berikut:
Catatan kejadian selama
pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui
kendala-kendala apa saja yang terjadi selama pembelajaran dan untuk
mengetahui pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana apa tidak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian terdiri atas 3 siklus dengan focus
penelitian pada peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik
dan persentase aspek keaktifan peserta didik. Peningkatan persentase ketuntasan
ini menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik, sedangkan peningkatan
persentase aspek keaktifan menunjukkan peningkatan keaktifan peserta
didik. Pelaksanaan siklus 1, siklus 2,
dan siklus 3 diperoleh data sebagai berikut :
Tabel Persentase
Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik
Dari table diketahui
bahwa persentase ketuntasan peserta didik mengalami peningkatan dari 75%
menjadi 92,9% dari siklus 2 ke siklus 3. Persentase ketuntasan hasil belajar
meningkat berarti hasil belajar peserta didik juga meningkat, berarti telah
memenuhi indicator keberhasilan penelitian.
Tabel Peningkatan Keaktifan Peserta Didik
Kenaikan persentase
aspek keaktifan peserta didik sebagai berikut :
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa
aspek menginformasikan pada teman dalam kelompok, melaksanakan diskusi dalam
kelompok ahli, dan mengemukakan pendapat dapat meningkat lebih dari 10% dari
siklus 1 ke siklus 2 maupun dari siklus 2 ke siklus 3. Hal ini berarti telah
memenuhi indikator keberhasilan penelitian, dengan demikian tujuan penelitian
telah tercapai.
Penemuan positif yang didapatkan peneliti
pada siklus 3 ini adalah : (a) jumlah peserta didik dalam satu kelompok hanya 3
peserta ternyata menga- kibatkan diskusi kelompok berlangsung sesuai harapan
terbukti bahwa pening- katannya 50,2%,
(b) penyampaian materi hasil kelompok ahli dapat maksimal artinya masing-masing
peserta mendengarkan dan bertanya langsung apabila tidak memahami, (c) peserta
didik merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran, hal ini ditunjukkan oleh
peningkatan aspek mengemukan pendapat 41,7%
(d) peserta didik bersaing dalam menyiapkan materi yang diakses dari
internet atau buku-buku penunjang lainnya, hal ini menyebabkan materi-materi
yang disajikan sangat bervariasi dan lebih baik dari rencana guru, (e)
menumbuhkan kepercayaan pada peserta didik, (f)
menumbuhkan rasa bertanggungjawab peserta didik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Slavin
(1986) dalam Restuningrum, Sari (2004:11) bahwa peserta didik yang mengalami
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif prestasinya lebih unggul
dibandingkan yang konvensional. Model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dapat
membantu peserta didik dalam mengatasi masalah-masalah yang tidak dapat
diselesaikan sendiri, hal ini menyebabkan peserta didik dapat saling mengisi
kekurangan masing-masing dengan cara diskusi serta akan dapat membangun rasa
percaya diri karena merasa dibutuhkan oleh kelompoknya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Peneliti menekankan
peningkatan hasil belajar dan keaktifan peserta didik di kelas IXD SMP Negeri 1
Dolopo Madiun dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW. Tidak semua model pembelajaran
mempunyai kadar keterlibatan keaktifan peserta didik yang sama. Masing-masing
model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, maka dari itu guru harus
pandai dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta
didik serta materi yang akan dibahas.
Kesimpulan
Persentase ketuntasan
peserta didik meningkat dari 75% menjadi 92,9% pada siklus 3. Dalam hal ini
peningkatan persentase ketuntasan menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta
didik. Masing-masing aspek keaktifan yang meliputi aspek menginformasikan pada teman dalam kelompok,
melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, dan mengemukakan pendapat di dalam pembelajaran dapat meningkat lebih
dari10%.
Indicator keberhasilan
yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah
untuk persentase ketuntasan dapat mencapai 85% sedangkan untuk
masing-masing aspek keaktifan peserta didik meningkat sebesar 10%.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa tujuan penelitian sudah
tercapai, sehingga disimpulkan bahwa hasil belajar dan keaktifan peserta didik
tentang Listrik Statis pada kelas IXD SMP Negeri 1 Dolopo Madiun dapat
meningkat dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW dengan cara: 1) jumlah anggota 3
peserta untuk masing-masing kelompok dengan rincian 2 peserta dari kelompok
atas dan 1 peserta dari kelompok bawah terdiri dari peserta laki-laki dan
perempuan, 2) pembentukan kelompok dan pembagian tugas dilaksanakan di luar jam
pembelajaran, 3) peserta didik dapat menggunakan media elektroskop untuk
mengetahui suatu benda bermuatan listrik atau tidak, 4) peserta didik menggunakan
internet dalam menyelesaikan tugasnya.
Saran
Sebagaimana kesimpulan
yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengemukakan saran demi kesempurnaan
merealisasikan kembali hasil penelitian
sebagai berikut :
1.
Untuk
memperkuat kesimpulan di atas maka perlu adanya tindak lanjut penelitian dengan
menggunakan masalah yang sama dan memperluas populasi serta memperkecil
kelemahan.
2.
Mengingat
hasil belajar dan keaktifan peserta didik meningkat dengan menggunakan
MEDEKTRO-JIGSAW maka disarankan untuk menggunakannya pada materi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anni.
Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli.
http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html. diakses 24 Maret 2011
Muslim,
Ibrahim. 2004, dalam Skripsi Sari Restuningrum (2004 : 22).
Permendiknas
22, 2006
Kurikulum
SMP Negeri 1 Dolopo Madiun. Pemerintah Kab. Madiun Dinas Pendidikan. 2008.
Madiun
Sudjana. 2011. Pengertian Hasil Belajar Para Ahli. http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html. diakses 24 Maret 2011
Slavin
(1986) dalam Restuningrum Sari (2004:11)
Thorndike
(2011, Pengertian Belajar Menurut Ahli) http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html. diakses 24 Maret 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar