Minggu, 04 September 2016

MEDEKTRO-JIGSAW DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN KELAS IXD SMP NEGERI 1 DOLOPO MADIUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MEDEKTRO-JIGSAW DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN KELAS IXD SMP NEGERI 1 DOLOPO MADIUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
      
Oleh : Endah Murtiningsih
SMP Negeri 1 DolopoMadiun


ABSTRAK
Kata kunci :  hasil belajar, keaktifan, media elektroskop, model pembelajaran kooperatif  jigsaw

Didukung dengan table nilai 1 tahun yang lalu pada lampiran dapat diketahui bahwa persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik pada tahun tersebut baru mencapai 65%. Peneliti sebagai Guru belum merasa puas dengan hasil yang telah dicapai oleh kelas IXD SMP Negeri 1 Dolopo. Peserta didik dikatakan tuntas belajar bila telah mendapat  nilai 75 atau lebih. Guru ingin meningkatkan hasil belajar peserta didik dari 65%  menjadi 85% dan keaktifan meningkat 10%, dengan pertimbangan di kelas tersebut terdapat juara 1 OSN Fisika tingkat kabupaten yang diharapkan dapat menularkan ilmunya ke peserta lain.
 Guru dalam pembelajarannya menggunakan media pembelajaran elektroskop dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw  yang selanjutnya disebut MEDEKTRO-JIGSAW. Hal ini sesuai dengan langkah yang dilakukan oleh Slavin.  
Sintak MEDEKTRO-JIGSAW yang dilakukan adalah guru membagi peserta didik menjadi 8-11 kelompok yang beranggotakan 4-3 peserta yang disebut kelompok asal. Masing-masing peserta didik dalam satu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda. Peserta didik yang mendapat tugas yang sama berkumpul menjadi satu disebut kelompok ahli. Peserta didik dalam kelompok ahli berdiskusi, selanjutnya kembali ke kelompok asal untuk menginformasikan kepada teman. Guru menunjuk peserta untuk presentasi di depan kelas. Guru memberikan penguatan dan kemudian menutup pembelajaran dengan salam.
 Pembelajaran MEDEKTRO-JIGSAW dengan anggota 3 peserta diperoleh hasil sebagai berikut: persentase ketuntasan pada siklus 2 adalah  75 %,  dan pada siklus 3 mencapai 92,9%. Sedangkan untuk keaktifan yaitu aspek menginformasikan pada teman dalam kelompok asal, aspek melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, aspek mengemukakan pendapat dapat meningkat lebih dari 10%, kenaikan ini telah memenuhi indicator keberhasilan PTK. Dengan demikian hasil belajar dan keaktifan peserta didik tentang Listrik Statis  pada kelas IXD  semester 1 tahun pelajaran 2013 / 2014 di SMP Negeri 1 Dolopo Madiun  dapat meningkat dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW .




PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA  dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup ( Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madarasah Tsanawiyah (MTs), Permendiknas 22, 2006).
Untuk mewujudkan permendiknas 22 tahun 2006 tersebut peserta didik diharapkan belajar giat dengan cara mencoba–coba (trial and error) seperti yang dikemukakan oleh Thorndike (2011, Pengertian Belajar Menurut Ahli).
Menurut Anni (2011,Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli) Peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar akan mengalami perubahan perilaku setelah mengalami aktivitas belajar yang disebut hasil belajar. Sedangkan menurut Sudjana (2011, Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli) seorang peserta didik akan memiliki suatu kemampuan  setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
 Ketuntasan belajar setiap mata pelajaran ditentukan oleh kelompok Guru mata pelajaran dengan memperhatikan kompleksitas KD, intake peserta didik, dan daya dukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Ketuntasan belajar ideal tiap-tiap mata pelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM. Peserta didik dikatakan tuntas belajar apabila mendapatkan nilai 75 atau lebih sedangkan peserta didik dikatakan tidak tuntas bila mendapatkan nilai dibawah 75. Peserta didik yang tidak tuntas  diberi kesempatan untuk mengikuti remedy sebanyak 2 kali sampai mendapat nilai 75. Jika setelah dua kali remedial peserta didik tidak tuntas maka nilai yang diperoleh adalah nilai tertinggi pada pencapaian KD tersebut.  (Kurikulum SMP Negeri 1 Dolopo Madiun, 2008:44).
Menurut Slavin  dalam  Restuningrum Sari  (2004:3) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45 penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972  – 1986 yang menyelidiki tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, matematika, bahasa Inggris, membaca dan menulis. Dari 45 laporan tersebut menyatakan bahwa 37 diantaranya menunjukkan bahwa kelompok kontrol pembelajaran kooperatif lebih unggul dari yang lain. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif Jigsaw. 
Peneliti mengelompokkan peserta didik menjadi kelompok asal yang beranggotakan 4-3 peserta didik secara heterogen, dan masing-masing peserta didik diberi tugas untuk mempelajari satu sub bab dengan menggunakan alat peraga sederhana. Selesai mempelajari kemudian membentuk kelompok ahli yang berasal dari anggota kelompok asal yang mempunyai tugas yang sama. Dalam kelompok ahli  masing-masing peserta didik saling berdiskusi dan saling melengkapi.  Peserta didik kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil diskusi kepada peserta didik dalam kelompok asal . Peserta didik dituntut untuk mempunyai tanggung jawab masing – masing terhadap kelompoknya, dengan demikian peserta didik akan mempelajari dan memahami tugas yang diberikan.
Didukung table nilai 1 tahun yang lalu pada lampiran dapat diketahui bahwa persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik baru mencapai 65%. Guru ingin meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dengan media  elekstroskop menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw yang selanjutnya disebut MEDEKTRO-JIGSAW di kelas IXD SMP Negeri 1 Dolopo. Guru ingin meningkatkan persentase ketuntasan belajar peserta didik dari 65%  menjadi 85% serta meningkatkan keaktifan peserta didik  sebagai berikut : aspek menginformasikan pada teman dalam kelompok asal meningkat minimal 10%, aspek melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli meningkat 10%, aspek mengemuka­kan pendapat  meningkat 10% .

TINJAUAN PUSTAKA
Pembelajaran Listrik Statis dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW
Listrik Statis lebih tepat  diberikan kepada peserta didik dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW karena 1) dengan alat peraga sederhana yaitu ONDE-ONDE, Guru dapat menjelaskan tentang struktur atom yang berkaitan dengan jenis muatan listrik. Media ELEKTROSKOP dapat digunakan oleh Guru untuk menjelaskan suatu benda bermuatan listrik atau tidak, peserta didik dapat melihat langsung keadaan tersebut sehingga peserta didik akan memahami materi tersebut, 2) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw masing-masing peserta didik mempunyai tanggung jawab untuk mempelajari dan menyampaikan kepada temannya sehingga ada upaya untuk belajar. Menurut Ibrahim Muslim  dalam Restuningrum, Sari (2004 : 22) model pembelajaran Jigsaw memiliki kebaikan yaitu : (a) tidak ada siswa yang tidak bekerja, (b) mendapatkan masukan dan informasi dari siswa lain yang lebih pandai, (c) melatih rasa tanggung jawab dari masing-masing siswa, (d) problem kelompok akan cepat terselesaikan, (e) memupuk rasa persaudaraan antar siswa walaupun berbeda kelompok, (f) melatih siswa untuk berdemokrasi, (g) membantu siswa meningkatkan sifat positif  terhadap fisika, (h) membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah, (i) menumbuhkan interaksi dalam kelompok, siswa dapat menerima siswa lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda.
Sedangkan kelemahan jigsaw menurut Ibrahim Muslim dalam Restuningrum, Sari (2004 : 22) adalah : (a) memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit bila dibanding dengan konvensional, (b) memerlukan waktu lebih banyak untuk berdiskusi, (c) kegagalan satu anggota kelompok merupakan kegagalan kelompoknya, (d) siswa yang tidak aktif, tidak akan menyelesaikan tugasnya dengan baik.     
Pembelajaran Jigsaw memerlukan waktu lebih lama, untuk berdiskusi baik di kelompok asal maupun kelompok ahli, melakukan peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat juga menyita waktu pengajaran, maka dari itu peneliti mengambil langkah-langkah sebagai berikut: (1) perencanaan yang seksama dapat membantu guru menjadi lebih realistic tentang waktu, (2) tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dapat berkumpul berdekatan, (3) dalam pembentukan kelompok dibuat heterogen artinya dalam satu kelompok tersebut terdapat peserta laki-laki dan perempuan dan ada peserta yang pandai dan kurang pandai yang dilakukan di luar kegiatan pembelajaran. Adapun sintak pembelajaran dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW  adalah sebagai berikut :
Fase
Peran Guru
Peran Peserta didik
1. Membentuk kelompok asal
Mengelompokkan peser­ta didik menjadi 8-11 kelompok secara hetero­gen. Tiap kelompok ber­anggota­kan 3-4 peserta didik.
Peserta didik duduk sesuai dengan kelompoknya
2. Membagi materi
Membagi materi kepada peserta didik sesuai dengan indicator yang ada dan  harus dipelajari.
Memperhati­kan dan mencatat yang diperlukan
3. Mempelajari indicator yang menjadi tugasnya
Memberi tugas agar peserta didik mempelajari tugasnya dengan meng­guna­kan alat peraga yang tersedia.
Mempelajari tugasnya
4. Diskusi dalam kelompok ahli
Memerintahkan peserta didik yang tugasnya sama berkumpul menjadi satu kelompok yang disebut kelompok ahli. Guru memberi tugas untuk melakukan diskusi dalam kelompok ahli dengan menggunakan alat peraga yang tersedia.
Melakukan diskusi dalam kelompok ahli
5. Menginformasikan pada teman dalam kelompok asal
Memerintahkan  peserta didik untuk kembali ke kelompok asal dan kemudian menginforma­si­kan pada teman-temannya tentang  materi yang telah didapatkan pada kelompok ahli
Menginformasikan pada teman-temannya
6. Presentasi
Menunjuk 4 peserta didik dari kelompok ahli untuk presentasi di depan kelas.
Mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
7. Evaluasi
Membagi soal ulangan
 Harian
Mengerjakan ulangan harian
8. Penutup
Memberi salam kepada peserta didik.
Menjawab salam

 METODE PENELITIAN
Peneliti mengambil subyek penelitian yaitu peserta didik kelas IXD SMP Negeri 1 Dolopo Madiun yang beralamatkan di jl Adil Makmur No 95 Dolopo Madiun. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilalui untuk masing-masing siklus meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,  tahap pengamatan atau observasi dan  tahap refleksi.

Tahap Perencanaan ( Planning)
Pada perencanaan ini, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: menentukan materi yang akan dibahas atau dipelajari, menyusun perangkat pembelajaran meliputi Silabus, RPP dan promes, menyiapkan media pembelajaran Elektroskop, mempersiapkan instrumen tes berupa lembar soal ulangan harian yang akan dikerjakan oleh setiap peserta didik,  menyiapkan lembar observasi,   menyiapkan daftar nilai peserta didik , menyiapkan daftar hadir peserta didik,  membuat format analisis ulangan harian.

Tahap Pelaksanaan ( action )
Alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran yaitu 2 x 40 menit, dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut : membentuk 8 kelompok asal dengan anggota masing-masing kelompok 2 peserta laki-laki dan 2 peserta perempuan, membagi materi dalam kelompok asal, memberi kesempatan peserta didik untuk mempelajari tugas, membentuk kelompok ahli, melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, menginformasikan hasil diskusi pada teman dalam kelompok asal, presentasi oleh kelompok ahli, evaluasi, penutup.

Tahap Observasi
Guru dalam pengamatan dibantu oleh 2 (dua) orang observer yang mengajar mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di SMP Negeri 1 Dolopo Madiun dengan harapan agar data yang diperoleh  benar-benar teliti dan sesuai dengan kenyataan.  Observer dan Guru mencatat kendala-kendala atau kejadian-kejadian  selama proses pembelajaran.

Tahap Refleksi
Refleksi dilaksanakan setelah proses pembelajaran berakhir. Pada tahap refleksi ini peneliti mengolah data yang diperoleh dengan menggunakan analisis data, mengoreksi hasil ulangan harian kemudian menganalisis hasil ulangan dengan analisis ulangan harian, dan juga menganalisis butir soal dengan menggunakan analisis butir soal. Dari hasil analisa data bila persentase ketuntasan belum mencapai 85% maka berarti tujuan PTK belum dapat tercapai, maka penelitian akan dilanjutkan pada pertemuan kedua dengan langkah-langkah menyesuaikan dengan hasil refleksi  hingga tujuan penelitian tercapai.
Peneliti menjaring data-data yang diperlukan dalam penelitian dengan cara mengadakan pengamatan selama pembelajaran berlangsung dengan tehnik observasi. Peneliti dibantu oleh 2 orang guru IPA yang berfungsi sebagai observer. Peneliti menjaring data dengan melakukan pengamatan terhadap peserta didik dengan mencatat semua kejadian-kejadian atau kendala yang terjadi selama pembelajaran. Sedangkan observer melakukan observasi untuk mengetahui keaktifan peserta didik sesuai dengan lembar observasi yang digunakan.
Instrumen tes yang digunakan adalah ulangan harian yang akan dilaksanakan diakhir  pembelajaran dengan bentuk tes uraian dengan tehnik tes tertulis.  Dengan instrument tes ini peneliti akan dapat mengetahui jumlah peserta didik yang tuntas dan yang tidak tuntas sehingga dapat dihitung persentase ketuntasan peserta didik.
Instrumen non tes berupa lembar observasi yang digunakan peneliti untuk mengetahui keaktifan peserta didik. Pada saat pelaksanaan peneliti juga menggunakan catatan lapangan untuk mengetahui kejadian-kejadian atau kendala-kendala yang terjadi selama pembelajaran.
Tehnik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analitis data kuantitatif yaitu: ulangan harian dapat digunakan untuk mengetahui jumlah anak yang tuntas ataupun yang tidak tuntas kemudian diambil persentase ketuntasan belajar peserta didik dengan rumus sebagai berikut :
Lembar observasi peserta didik digunakan untuk mengetahui keaktifan peserta didik. Aspek keaktifan peserta didik yang diamati meliputi: (a) menginformasikan pada teman dalam kelompok asal, (b) aspek melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, (c)  mengemukakan pendapat, dengan perhitungan persentasenya sebagai berikut:
Catatan kejadian selama pembelajaran dapat digunakan untuk mengetahui  kendala-kendala apa saja yang terjadi selama pembelajaran dan untuk mengetahui pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana apa tidak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian terdiri atas 3 siklus dengan focus penelitian pada peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik dan persentase aspek keaktifan peserta didik. Peningkatan persentase ketuntasan ini menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik, sedangkan peningkatan persentase aspek keaktifan menunjukkan peningkatan keaktifan peserta didik.  Pelaksanaan siklus 1, siklus 2, dan siklus 3 diperoleh data sebagai berikut :

Tabel Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik
 Dari table diketahui bahwa persentase ketuntasan peserta didik mengalami peningkatan dari 75% menjadi 92,9% dari siklus 2 ke siklus 3. Persentase ketuntasan hasil belajar meningkat berarti hasil belajar peserta didik juga meningkat, berarti telah memenuhi indicator keberhasilan penelitian.

Tabel Peningkatan Keaktifan Peserta Didik

Kenaikan persentase aspek keaktifan peserta didik sebagai berikut :
Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa aspek menginformasikan pada teman dalam kelompok, melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, dan mengemukakan pendapat dapat meningkat lebih dari 10% dari siklus 1 ke siklus 2 maupun dari siklus 2 ke siklus 3. Hal ini berarti telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian, dengan demikian tujuan penelitian telah tercapai.
Penemuan positif yang didapatkan peneliti pada siklus 3 ini adalah : (a) jumlah peserta didik dalam satu kelompok hanya 3 peserta ternyata menga- kibatkan diskusi kelompok berlangsung sesuai harapan terbukti bahwa pening- katannya  50,2%, (b) penyampaian materi hasil kelompok ahli dapat maksimal artinya masing-masing peserta mendengarkan dan bertanya langsung apabila tidak memahami, (c) peserta didik merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran, hal ini ditunjukkan oleh peningkatan aspek mengemukan pendapat 41,7%  (d) peserta didik bersaing dalam menyiapkan materi yang diakses dari internet atau buku-buku penunjang lainnya, hal ini menyebabkan materi-materi yang disajikan sangat bervariasi dan lebih baik dari rencana guru, (e) menumbuhkan kepercayaan pada peserta didik, (f)  menumbuhkan rasa bertanggungjawab peserta didik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Slavin (1986) dalam Restuningrum, Sari (2004:11) bahwa peserta didik yang mengalami pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif prestasinya lebih unggul dibandingkan yang konvensional. Model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dapat membantu peserta didik dalam mengatasi masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan sendiri, hal ini menyebabkan peserta didik dapat saling mengisi kekurangan masing-masing dengan cara diskusi serta akan dapat membangun rasa percaya diri karena merasa dibutuhkan oleh kelompoknya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Peneliti menekankan peningkatan hasil belajar dan keaktifan peserta didik di kelas IXD SMP Negeri 1 Dolopo Madiun dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW. Tidak semua model pembelajaran mempunyai kadar keterlibatan keaktifan peserta didik yang sama. Masing-masing model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, maka dari itu guru harus pandai dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didik serta materi yang akan dibahas.

Kesimpulan
Persentase ketuntasan peserta didik meningkat dari 75% menjadi 92,9% pada siklus 3. Dalam hal ini peningkatan persentase ketuntasan menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik. Masing-masing aspek keaktifan yang meliputi aspek menginformasikan pada teman dalam kelompok, melaksanakan diskusi dalam kelompok ahli, dan mengemukakan pendapat  di dalam pembelajaran dapat meningkat lebih dari10%.
Indicator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah  untuk persentase ketuntasan dapat mencapai 85% sedangkan untuk masing-masing aspek keaktifan peserta didik meningkat sebesar 10%.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa  tujuan penelitian sudah tercapai, sehingga disimpulkan bahwa hasil belajar dan keaktifan peserta didik tentang Listrik Statis pada kelas IXD SMP Negeri 1 Dolopo Madiun dapat meningkat dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW dengan cara: 1) jumlah anggota 3 peserta untuk masing-masing kelompok dengan rincian 2 peserta dari kelompok atas dan 1 peserta dari kelompok bawah terdiri dari peserta laki-laki dan perempuan, 2) pembentukan kelompok dan pembagian tugas dilaksanakan di luar jam pembelajaran, 3) peserta didik dapat menggunakan media elektroskop untuk mengetahui suatu benda bermuatan listrik atau tidak, 4) peserta didik  menggunakan  internet dalam menyelesaikan tugasnya.

Saran
Sebagaimana kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengemukakan saran demi kesempurnaan merealisasikan kembali hasil penelitian  sebagai berikut :
1.    Untuk memperkuat kesimpulan di atas maka perlu adanya tindak lanjut penelitian dengan menggunakan masalah yang sama dan memperluas populasi serta memperkecil kelemahan.
2.    Mengingat hasil belajar dan keaktifan peserta didik meningkat dengan menggunakan MEDEKTRO-JIGSAW maka disarankan untuk menggunakannya pada materi yang lain.




DAFTAR PUSTAKA
Anni. Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli.  http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html. diakses 24 Maret 2011
Muslim, Ibrahim. 2004, dalam Skripsi Sari Restuningrum (2004 : 22).
Permendiknas 22, 2006
Kurikulum SMP Negeri 1 Dolopo Madiun. Pemerintah Kab. Madiun Dinas Pendidikan. 2008. Madiun
Sudjana.  2011. Pengertian Hasil Belajar Para Ahli. http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html. diakses 24 Maret 2011
Slavin (1986) dalam Restuningrum Sari (2004:11)
Thorndike (2011, Pengertian Belajar Menurut Ahli) http://duniabaca.com/pengertian-belajar-dan-hasil-belajar.html. diakses 24 Maret 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar