MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
MELALUI GABUNGAN METODE CERAMAH DAN METODE
KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX-B SMP NEGERI 2
SAWAHAN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh : Drs. ELLI LAZUARDI
SMPN 2 Sawahan Kab. Madiun
ABSTRAK
Kata
Kunci :
IPA, metode ceramah, metode kerja kelompok, prestasi
Prestasi dan motivasi
belajar/hasil belajar mata pelajaran IPA dirasakan rendah. Minat siswa untuk
belajar dalam mata pelajaran IPA juga kurang, hal ini salah satunya dapat
dilihat dari nilai ulangan harian yang diperoleh siswa pada akhir pokok bahasan
belum memuaskan.
Penggabungan metode ceramah dengan kerja kelompok
diharapkan dapat meningkatkan minat dan penguasaan materi pelajaran IPA
sehingga pada gilirannya nanti mampu meningkatkan prestasi dan motivasi
belajar/hasil belajar siswa.
Sedangkan tujuan dari
penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui
seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran IPA setelah
diterapkan gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok. (b) Ingin mengetahui
pengaruh gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok dalam meningkatkan
prestasi serta pemahaman terhadap materi pelajaran IPA.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga siklus. Setiap siklus terdiri
dari empat tahap yaitu: rencana, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IX-B. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif
(ulangan harian), lembar observasi kegiatan pembelajaran.Tehnik analisa data yang digunakan adalah analisa diskriptif kwalitatif.
Dari hasil penelitian
yang telah dilakukan selama tiga siklus, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
gabungan metode ceramah dan kerja
kelompok memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (75,00%),
siklus III (87,50%).
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah Penerapan gabungan metode ceramah dengan kerja
kelompok mempunyai pengaruh positif,
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari materi
pelajaran yang telah diterima selama ini yang ditunjukan dengan rata-rata
jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa antusias dengan gabungan metode
ceramah dengan kerja kelompok sehingga
mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
PENDAHULUAN
Sebagai
salah satu sekolah yang senantiasa melakukan beragam inovasi dalam setiap
pembelajaran di kelas, SMPN 2 Sawahan Kabupaten Madiun selalu berupaya
memperbaiki metode pengajaran agar sesuai dengan karakteristik IPA sebagai mata
pelajaran yang sarat dengan kegiatan ilmiah agar tidak menimbulkan kesenjangan
antara pemahaman konsep teoritis dengan gejala nyata yang terkait dengan konsep
tersebut. Hal ini memang cukup beralasan mengingat selama ini permasalahan yang
sering muncul dalam pembelajaran IPA di kelas adalah rendahnya kemampuan siswa
dalam: (1) mengamati obyek, (2) menggunakan alat dan bahan praktikum, dan (3)
mengkomunikasikan pemahaman konsep IPA. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan
baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain.
Mengajar
bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari
perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan
membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang
langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Apa yang
menjadikan belajar aktif? Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan
banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan,
memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan
penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak
leluasa dan berfikir keras (moving about
dan thinking aloud)
Untuk bisa
mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan
pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa
perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri,
menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan
tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Salah satu
metode untuk membangkitkan apa yang siswa pelajari dalam satu semester proses
belajar mengajar adalah metode pembelajaran bagaimana menjadikan belajar tidak
terlupakan. Metode ini adalah untuk membantu siswa dalam mengingat materi
pelajaran yang telah diterima selama ini. Selain itu metode ini diterapkan pada
akhir semester proses belajar mengajar dengan
tujuan untuk membantu siswa agar siap mengahadapi ujian semester atau
ujian akhir.
Dengan
menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian
ini penulis mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Gabungan
Metode Ceramah Dan Metode Kerja Kelompok Pada Siswa Kelas IX-B Smp Negeri 2
Sawahan MadiunTahun Pelajaran 2014/2015”
Rumusan Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi
berikut:
1.
Seberapa
tinggi peningkatan prestasi belajar IPA dengan diterapkannya gabungan metode
ceramah dengan kerja kelompok pada siswa
kelas IX-B SMPN 2 Sawahan Kabupaten Madiun?
2.
Bagaimanakah
pengaruh gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok dalam meningkatkan prestasi serta pemahaman
materi pelajaran IPA pada siswa Kelas IX-B
SMPN 2 Sawahan Kabupaten Madiun?
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Ingin
mengetahui seberapa jauh peningkatan prestasi belajar IPA setelah diterapkannya
gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok
pada siswa kelas IX-B SMPN 2 Sawahan Kabupaten Madiun
2.
Mengetahui
pengaruhnya gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok dalam meningkatkan prestasi serta pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran IPA setelah diterapkan gabungan metode ceramah
dengan kerja kelompok pada siswa kelas
IX-B SMPN 2 Sawahan Kabupaten Madiun
Manfaat Penelitian
Penulis
mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
1.
Memberikan
informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPA.
2.
Meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA.
3.
Mengembangkan
model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran IPA.
Batasan Masalah
1.
Penelitian
ini hanya dikenakan pada siswa kelas IX-B SMPN 2 Sawahan Kabupaten Madiun.
2.
Penelitian
ini dalaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
3.
Materi
yang disampaikan adalah pokok bahasan Listrik Dinamis
KAJIAN PUSTAKA
Metode Ceramah
1. Pengertian
Metode
ceramah terkadang disebut sebagai metode kuliah, dapat juga disebut metode
deskripsi. Sesuai dengan namanya, berceramah dipergunakan sebagai metode
mengajar.
Sedangkan
menurut Hasibuan dan Mudjiono (1981), metode ceramah adalah cara penyampain
bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.
Jadi
metode ceramah adalah metode belajar yang digunakan untuk menyampaikan
pelajaran yang sesuai dengan rumusan metode belajar mengajar. Penggunaan metode
ceramah secara terus menerus dalam proses belajar kurang tepat karena dapat
menimbulkan kejenuhan pada siswa.
Gambaran
pengajaran dengan pendekatan ceramah adalah sebagai berikut; guru mendominasi
kegiatan belajar mengajar, definisi dan rumus diberikannya, contoh-contoh soal
diberikan dan dekerjakan sendiri oleh guru, langkah-langkah guru diikuti dengan
teliti oleh siswa.
2. Kebaikan
Metode Ceramah
Dapat
menampung kelas besar dan tiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk
mendengarkan. Oleh karenanya biaya yang diperlukan lebih murah.
Bahan
pelajaran dapat diberikan secara urut, ide atau konsep dapat direncanakan
dengan baik.
Guru
dapat menekankan hal-hal yang penting, sehingga waktu dan energi dapat
digunakan sehemat mungkin.
Isi
silabus dapat dilakukan menurut jadwal, karena guru tidak harus menyesuaikan
dengan kecepatan belajar siswa.
Kekurangan
atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak menghambat
jalanya pelajaran.
3. Kelemahan
Metode Ceramah
Pelajaran
berjalan membosankan siswa karena mereka tidak diberi kesempatan untuk
menemukan sendiri konsep yang diajarkan.
Siswa
menjadi pasif hanya aktif membuat catatan saja.
Kepadatan
konsep-konsep yang diajarkan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan
yang diajarkan.
Pengetahuan
yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.
Ceramah
menyebabkan sistem belajar siswa menjadi “belajar menghafal” dan tidak mengacu
pada timbulnya pengertian.
4. Peranan
Siswa dalam Metode Ceramah
Walaupun
dalam metode ini, seluruh kegiatan didominasi oleh guru, siswa juga berperan dalam
metode ceramah yaitu;
-
Mengadakan
interpretasi terhadap keterangan guru.
-
Mendengarkan
dan memperhatikan dengan baik keterangan guru.
-
Mengadakan
asimilasi, apabila tidak ada interpertasi yang benar.
-
Mengadakan
pencatatan yang diperlukan
5. Peranan
Guru Dalam Metode Ceramah
Dalam
metode ceramah, peran utama adalah guru. Karena pelaksanaan metode ceramah
merupakan komunikasi satu arah, dalam arti guru mendominasi seluruh kegiatan
belajar mengajar. Berhasil tidaknya metode ceramah tergantung sebagian besar
pada guru. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru.
Satuan
bahan pelajaran apa yang disajikan pada siswa.
Bagaimana
menyajikan satuan bahan pelajaran tersebut.
Alat-alat
apa yang digunakan oleh guru tersebut.
6. Sepuluh
Saran Untuk Mengefektifkan Pengajaran Dengan Ceramah
Berceramah
merupakan salah satu dari metode pengajaran yang paling lama digunakan, namun
apakah metode semacam ini memiliki tempat dalam lingkungan belajar aktif?
Karema terlalu sering digunakan, metode ceramah tidak akan mengantarkan pada
pembelajaran, namun ada kalanya cara ini bisa efektif. Agar bisa efektif, guru
harus terlebih dahulu membangkitkan minat, memaksimalkan pemahaman dan
pengingatan, melibatkan siswa selama penceramahan, dan menekankan kembali apa
yang telah disajikan. Berikut adalah sejumlah pilihan untuk melakukan hal itu.
a.
Membangkitkan
Minat
Paparkan
kisah atau tayangan menarik: Sajikan anekdot yang relevan, kisah fiksi, kartun,
atau gambar grafis yang bisa menarik perhatian siswa terhadap apa yang akan
anda ajaran.
Ajuan
soal cerita: Ajukan soal yang nantinya akan menjadikan sajian dalam ceramah
pengajaran.
Pertanyaan
penguji: Ajukan pertanyaan kepada siswa (sekalipun mereka baru sedikit memiliki
pengetahuan tentang mata pelajaran) agar mereka termotivasi untuk mendengarkan
ceramah dalam rangka mendapatkan jawabannya.
b. Memaksimalkan Pemahaman dan
Pengingatan
Headline/kepala
berita: Susunlah kembali poin-poin utama dalam ceramah menjadi kata-kata kunci
yang berfungsi sebagai subjudul verbal atau bantuan mengingat.
Contoh
dan analogi: Berikan gambaran nyata tentang gagasan dalam perencanaan dan, jika
memungkinkan, buatlah perbandingan antara materi dengan pengetahuan dan
pengalaman yang siswa miliki.
Cadangan
visual: Gunakan grafik lipat, transparansi, buku pegangan dan peragan yang
memungkinkan siswa melihat dan mendengar apa yang guru katakan.
c.
Melibatkan Siswa Perceramahan
Tantangan
kecil: Lakukan interupsi ceramah secara berkala dan tantanglah siswa untuk
memberikan contoh tentang konsep-konsep yang telah disajikan selama ini atau
untuk menjawab pertanyaan kuis ringan.
Latihan
yang memperjelas: Selama menyajikan materi selingilah dengan kegiatan yang
memperjelas hal-hal yang disampaikan.
d. Memperkuat Apa yang Telah
Disampaikan
Soal
penerangan: Ajukan masalah atau pertanyaan untuk dipecahkan oleh siswa
berdasarkan informasi yang disampaikan selama pengajaran.
Tinjauan
siswa: Perintahkan siswa untuk meninjau tes dari penyampaian pelajaran kepada
sesama siswa, atau berilah mereka tes penilaian diri.
Kerja
Kelompok
Teknik ini
sebagai salah satu strategi belajar mengajar. Ialah suatu cara mengajar, dimana
siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan
masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan
pengajaran yang ditentukan pula oleh guru.
Robert L.
Cilstrap dan William R Marti, memberikan pengertian kerja kelompok sebagai
kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk
kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok untuk mengajar mempunyai
tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai
tujuan bersama.
Adapun
pengelompokkan itu biasanya didasarkan pada:
1. Adanya alat pelajaran yang
tidak mencukupi jumlahnya.
Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka siswa perlu
dijadikan kelomok-kelompok kecil. Karena bila seluruh siswa sekaligus
menggunakan alat-alat itu tidak mungkin. Dengan pembagian kelompok mereka dapat
memanfaatkan alat-alat yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa saling menunggu
gilirannya.
2. Kemampuan belajar siswa
Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama. Siswa yang pandai
di dalam bahasa Inggris, belum tentu sama pandainya dalam pelajaran sejarah.
Dengan adanya perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk kelompok
menurut kemampuan belajar masing-masing, agar setiap siswa dapat belajar sesuai
kemampunnya.
3. Minat Khusus
Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu dikembangkan: hal mana
yang satu pasti bereda dengan yang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada
anak yang minat khususnya sama, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompok,
agar mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat khusus tersebut.
4. Memperbesar partisipasi
siswa.
Di sekolah pada tiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu besar, dan kita
tahu bahwa jumlah jam pelajaran adalah sangat terbatas, sehingga dalam jam
pelajaran yang sedang berlangsung sukar sekali untuk guru akan mengikutsertakan
setiap murid dalam kegiatan itu. Bila itu terjadi siswa yang ditunjuk guru akan
aktif, yang tidak disuruh akan tetap pasif saja. Karena itulah bila
berkelompok, dan diberikan tugas yang sama pada masing-masing kelompok, maka
banyak kemungkinan setiap siswa ikut serta melaksanakan dan memecahkannya.
5. Pembagian tugas atau
pekerjaan.
Di dalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang meliputi berbagai
persoalan, maka perlu tugas membahas masing-masing persoalan pada kelompok,
sesuai dengan jumlah persoalan yang akan dibahas. Dengan demikian masing-masing
kelompok harus membahas tugas yang diberikan. Itu.
6. Kerja sama yang efektif.
Dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu menyesuaikan diri,
menyeimbangkan pikiran/pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama, sehingga
mencapai suatu tujuan bersama pula.
Apakah keuntungan penggunaan teknik kerja kelompok itu? Keuntungannya
ialah:
-
Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih
intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
-
Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih
intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
-
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
-
Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa
sebagai individu serta kebutuhannya belajar.
-
Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan
mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
-
Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai
pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam
usahanya mencapai tujuan bersama.
Tetapi ini tidak ditunjang oleh penelitian yang khusus.
-
Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang
mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
-
Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk
yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.
-
Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada
kemampuan siswa memimpin kekompok atau untuk bekerja sendiri.
Bentuk-bentuk kerja kelompok yang bisa dilaksanakan ialah:
a. Keja kelompok berjangka
pendek.
Bentuk ini dapat disebutu pula “rapat kilat” karena hanya mengambil waktu
± 15 menit, yang mempunyai tujuan untuk memecahkan persoalan khusus yang
terdapat pada sesuatu masalah. Umpamanya: Ketika instruktur menjelaskan sesuatu
pelajaran terdapat suatu masalah yang perlu didiskusikan. Guru dapat menunjuk
beberapa siswa, atau membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk membahas
masalah itu dalam waktu yang singkat.
b. Kerja Kelompok berjangka
panjang.
Pembicaraan di sini memakan waktu yang panjang, misalnya memakan waktu 2
hari, satu minggu atau mungkin tiga bulan, tergantung pada luas dan banyaknya
tugas yang harus diselesaikan siswa. Apabila siswa telah menyelesaikan tugasnya
di dalam suatu kelompok, ia boleh memilih membantu kelompok lain sesuai dengan
minat mereka.
Kerja kelompok berjangka panjang dapat dilaksanakan dengan tujuan:
b.1. Membahas
masalah yang benar-benar ada di dalam masyarakat, umpamanya: masalah koperasi,
lingkungan sehat, pembuangan sampah dan lain sebagainya. Masalah itu dibahas
agar siswa mengetahui, memahami dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat tersebut.
b.2. Memotivasi
siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat. Misalnya:
penerangan tentang makanan sehat, penggunaan metode mengajar yang lebih
efisien, menggalakkan KB dan sebagainya. Jadi dengan kerja kelompok di sini
siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari di sekolah ke dalam praktek hidup
sehari-hari, di samping dapat menyumbangkan pemikirannya/ide-ide serta
tenagannya bagi masyarakat sekitarnya.
b.3. Dengan
melaksanakan kerja kelompok kerja kelompok memberi pengalaman kepada siswa
untuk mengenal kepemimpinan/leadership,
seperti membuat rencana sebelum melakukan sesuatu pekerjaan, membagi pekerjaan,
memecahkan masalah/menyelesaikan tugas dengan bekerja bersama.
b.4. Dengan
bekerja sama itu siswa dapat mengumpulkan bahan-bahan informasi atau data lebih
banyak tentang berbagai jenis aspek suatu masalah di dalam waktu relatif
singkat.
c. Kerja
Kelompok Campuran
Di sini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan
kemampuan belajar siswa. Dalam kerja kelompok ini siswa diberi kesempatan untuk
bekerja sessuai dengan kemampuan masing-masing sehingga kelompok yang pintar
dapat selesai terlebih dahulu tidak usah menunggu kelompok yang lain. Kelompok
siswa yang agak lamban, diizinkan menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang
sesuai dengan kemampuannya.agar kerja kelompok campuran itu mencapai sasaran,
guru perlu memperhatikan hal-hal ialah harus menyediakan tugas atau kegiatan
belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar setiap kelompok, kemudian setiap
tugas harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat mengerjakan
sendiri tanpa bantuan orang lain atau guru. Akhirnya guru harus memberi
petunjuk yang jelas, sehingga siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan apa yang
diharapkan dari mereka masing-masing.
Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
-
Menjelaskan tugas kepada siswa.
-
Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu.
-
Membagi kelas menjadi beberapa kelompok.
-
Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat
laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut.
-
Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila
perlu memberi saran/pertanyaan.
-
Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja
kelompok.
Pengajaran Kooperatif
Pengajaran
kooperatif (Cooperatif Learning)
memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar
(Houlobec, 2001).
1. Pengertian
Pembelajaran Kooperatif
Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan
masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan).
Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi
siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena
sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya
sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial,
makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling
membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih
asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang
saling mengasihi antar sesama siswa.
Perbedaan antarmanusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan
ketersinggungan dan kesalahpahaman antarsesamanya. Agar manusia terhindar dari
ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman
dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh
antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.
2. Unsur Dasar Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang di dalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran
kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi
tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin
hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan”
(Abdurrahman & Bintoro, 200:78-79)
a. Saling ketergantungan
positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong
agar siswa merasa saling membutuhkan.
Hubungan yang saling membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan
motivasi ntuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut
dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling
ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau
sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.
b. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling
bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru,
tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa
dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.
Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah
belajar dari sesamanya.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudanya dalam belajar kelompok.
Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual
tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota
kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang
memerluan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan.
Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan
karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan demi kemajian
kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan
akuntabilitas individual.
d. Keterampilan menjalin
hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi
(interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja
diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.
Menciptakan suasana belajar kooperatif bukan pekerjaan yang mudah. Untuk
menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman filosofis dan
keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang cukup
pula.
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja
dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan
menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian
tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi sosial
ekperimental.
Dalam
penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung
jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari
penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana
guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi.
Dalam
penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti
sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan
data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Tempat,
Waktu dan Subyek Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMPN 2 Sawahan
2. Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester gasal tahun
pelajaran 2014/2015.
3. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IX-B SMPN 2 Sawahan Kabupaten
Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015.
Rancangan
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM,
PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan
yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki
kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2003: 3).
Sedangkah
menurut Mukhlis (2003: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Sesuai dengan
jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi).
Rancangan / rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya
instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
1. Kegiatan dan pengamatan,
meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya
metode pembelajaran model gabungan
ceramah dengan kerja kelompok.
2. Refleksi, peneliti
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
3. Rancangan/rencana yang
direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang
direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
4. Observasi dibagi dalam
tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan
yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang
diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Instrumen
Penelitian
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana
Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran
khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Tes
formatif
Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang
diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah
45 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal
tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal.
Metode
Pengumpulan Data
Data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar
aktif, dan tes formatif.
Teknik
Analisis Data
Pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai
dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang
dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran
serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Analisis ini
dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau
tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan : = Nilai rata-rata
Ī£ X = Jumlah semua nilai siswa
Ī£ N =
Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data
penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi
berupa pengamatan pengelolaan belajar aktif dan pengamatan aktivitas siswa dan
guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji
coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili
apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar
observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan belajar
aktif yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan gabungan metode
ceramah dengan kerja kelompok dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan
guru.
Data tes
formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan
gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok.
Analisis
Data Penelitian Persiklus
Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada
tanggal 11 September 2014 di Kelas IX-B dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I
adalah sebagai berikut:
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai rerata
tes formatif
Jumlah siswa
tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
69,17
16
66,67
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan gabungan
metode ceramah dengan kerja kelompok
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,17 dan
ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau ada 16 siswa dari 24 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 66,67%
lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal
ini disebabkan karena siswa masih banyak asing dengan motode pembelajaran yang
baru diterapkan.
Siklus II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 18 September 2014 di Kelas IX-B dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga
kesalah atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus II
|
1
2
3
|
Nilai
rata-rata tes formatif
Jumlah siswa
tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
70,83
18
75,00
|
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 70,83 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 18 siswa dari 24
siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih
baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa
sudah mulai akrab metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Disamping itu
kemampuan guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar semakin mantap
sehingga hasilnya pun prestasi siswa semakin meningkat.
Siklus III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada
tanggal 25 September 2014 di Kelas IX-B dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu
pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga
kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus III
|
1
2
3
|
Nilai
rata-rata tes formatif
Jumlah siswa
tuntas belajar
Persentase
ketuntasan belajar
|
76,67
21
87,50
|
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar
76,67 dan dari 24 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa dan 3 siswa belum
mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah
tercapai sebesar 87,50% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini, adanya kerjasama
antar siswa yaitu siswa yang lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu
dalam kelompoknya. Juga kemampuan guru dalam mengarahkan siswa dalam proses
belajar mengajar ini semakin baik dalam mengarahkan siswa..
Refleksi
Pada tahap ini
akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik
dalam proses belajar mengajar dengan penerapan gabungan metode ceramah dengan
kerja kelompok . Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai
berikut:
1. Selama proses belajar
mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada
beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk
masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3. Kekurangan pada
siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga
menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada
siklus III mencapai ketuntasan.
Revisi
Pelaksanaan
Pada siklus III
guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik dan dilihat dari aktivitas
siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah
berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang
perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses
belajar mengajar selanjutnya penerapan belajar aktif dapat meningkatkan proses
belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
PEMBAHASAN
1. Ketuntasan
Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa gabungan metode ceramah
dengan kerja kelompok memiliki dampak
positif dalam meningkatkan daya ingat siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin
mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan
guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu
masing-masing 66,67%, 75,00%, dan 87,50%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif
terhadap proses mengingat kembali materi pelajaran yang telah diterima selama
ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Sains dengan gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok yang paling dominan adalah bekerja dengan
menggunakan alat/media, mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru, dan
diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa
aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah belajar aktifdengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru
yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab
dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran
dengan gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (75,00%), siklus
III (87,50%).
2. Penerapan gabungan metode
ceramah dengan kerja kelompok mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah diterima selama ini yang ditunjukan
dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa antusias dengan
gabungan metode ceramah dengan kerja kelompok
sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
3. Gabungan metode ceramah
dengan kerja kelompok memiliki dampak
positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, dimana siswa yang lebih
mampu dalam suatu kelompok akan mengajari temanya yang kurang mampu dalam
kelompoknya.
Saran
Dari hasil
penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar
Sains lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, makan
disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan belajar
aktif memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu
menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan gabungan
metode ceramah dengan kerja kelompok
dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan
berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian
yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMPN 2
Sawahan Kabupaten Madiun.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Asmani, Jamal Ma’mur.2012. 7 Tips
Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Jogjakarta: DIVA Press.
Agung, Iskandar. 2012. Panduan
Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru. Jakarta: Bestari Buana Murni.
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan
Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode
Statistik Deskriptif, tt. Lembaga Penelitian Pendidian dan Penerangan Ekonomi.
Hadi, Sutrisno. 198. Metodologi
Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif
Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riduwan. 2002. Belajar Mudah
Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2002.
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Surakhmad,
Winarno. 1990. Metode Pengajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar