UPAYA PENINGKATAN
PRESTASI BELAJAR PKN PADA MATERI HAKEKAT
DAN ARTI PENTING HUKUM BAGI WARGA NEGARA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY SISWA KELAS VIIE SMPN 1 JIWAN TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Oleh :
BAMBANG SUPRAJITNO,
S.Pd.
SMPN 1 JIWAN KABUPATEN
MADIUN
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Inquiry pada materi Hakekat dan Arti Penting Hukum Bagi Warga Negara Pada Siswa Kelas
VIIE SMPN 1 Jiwan Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian
ini dilaksanakan di kelas VIIE SMPN 1
Jiwan Kabupaten Madiun dengan Jumlah siswa adalah 26 orang.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan 2 siklus.
Dari hasil penelitian tindakan kelas dihasilkan bahwa terdapat kenaikan persentase tingkat pemahaman dari siklus
1 sebesar 40% menjadi 92% pada siklus 2, atau mengalami peningkatan
sebesar 52%. Sedangkan data hasil angket yang diberikan kepada
siswa didapatkan sebagian besar 22 atau (84,62%) siswa menyatakan senang belajar dengan
metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru,
dan hanya 4 (15,38%) siswa menyatakan tidak senang. Dalam aspek
kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya sekitar 23 (88,46%)
siswa mampu merasakan hal tersebut sedangkan 3 (11,54%)
siswa belum dapat. Prosentase tersebut juga berlaku dalam aspek tentang perlu
tidaknya metode pembelajaran itu digunakan. Padahal sebagian besar
siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru
dilakukan, hal ini ditunjukkan oleh 24 (92,31%) siswa dan 2 (7,693%)
siswa merasa tidak ada tantangan. Bahkan siswa yang secara terbuka merasakan
tertarik metode yang dikembangkan guru 23 (88,46%) siswa dan hanya 3 (11,54%)
siswa menyatakan tidak tertarik. Maka
dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa metode inquiry yang dikembangkan oleh guru (peneliti) secara garis
besar dapat diterima oleh siswa
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Inquiry pada materi hakekat dan arti penting hukum bagi warga negara dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIIE SMPN 1 Jiwan tahun pelajaran
2012/2013.
Kata Kunci
: Peningkatan Prestasi Belajar PKn, Metode Inquiry
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengamanatkan Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kapada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa diatur dengan undang-undang.
Sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tidak memadai lagi dan
perlu diganti serta perlu disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sesuai
perkembangan zaman perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, kita semua berharap agar pendidikan di Indonesia mengalami
peningkatan mutu sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan di Indonesia
berjalan secara optimal.
Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri
yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berbudi pekerti
yang luhur, serta memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga negara.
Tujuan mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan
kompetensi-kompetensi agar berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam,
menanggapi isu kewarganegaraan. Berpartisipasi secara bermutu dan bertangggung
jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakata Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam
percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Seperti yang
telah kita ketahui bersama, bahwa pendidikan merupakan hal yang amat penting,
pendidikan merupakan aspek yang amat perlu kita perhatikan dan kita kaji secara
mendalam. Hal ini sesuai dengan tujuan dari pendidikan yakni untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa yang tentunya akan berimbas pada peningkatan taraf hidup
bangsa Indonesia, agar tidak tertinggal dengan bangsa-bangsa lain. Seperti
aspek-aspek yang lain, pendidikan pun senantiasa mengalami perkembangan secara
dinamis. Untuk menghadapi tantangan dan tuntutan di era globalisasi ini,
pemerintah memandang perlu untuk mengadakan pembaharuan sistem pendidikan
nasional secara terencana, terarah, dan berkesinambungan dengan menyusun produk
perundang-undangan ini.
Melalui
Pendidikan PKn di SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Untuk mencapai
maksud di atas maka yang paling penting adalah perbaikan dan peningkatan di
berbagai bidang pendidikan yang meliputi usaha perbaikan dalam kurikulum,
metode mengajar, alat-alat pelajaran dan administrasi pendidikan, serta usaha
peningkatan dalam kurikulum, metode mengajar, usaha peningkatan dalam pengawasan
sistem evaluasi yang tepat,
berencana, teratur dan berkesinambungan serta objektif dan seksama. Namun
selain itu semua yang paling penting didahulukan adalah peningkatan profesi
guru yang langsung menangani pendidikan.
Sebagai guru
yang professional maka harus dapat meningkatkan mutu pendidikan melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), guru akan dapat menemukan suatu model
pembelajaran yang dipandang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, salah
satunya dengan melalui model pembelajaran inkuiri (menemukan sendiri).
Model
pembelajaran kelompok inquiry adalah
merupakan model pembelajaran yang mengutamakan siswa secara aktif membangun
pembelajaran mereka sendiri secara kelompok untuk menginvestigasi topik-topik
yang kompleks.
Model ini
beranggapan bahwa kemampuan untuk mengikuti dan menyelesaikan tugas-tugas dalam
lingkungan kelompok adalah penting baik dalam situasi dalam kelas maupun yang
bukan di ruangan kelas, mereka mengamati dan menemukan sendiri.
KAJIAN PUSTAKA
Metode (method)
secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum metode diartikan
sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan
menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Pengajaran adalah proses
yang bertujuan, maka guru harus memiliki cara tertentu untuk mencapai tujuan
pengajaran tersebut. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005:19), metode adalah
suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, Sunarko (2003:10), mendefinisikan metode mengajar adalah suatu
cara atau jalan yang berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam menyajikan
bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang digunakan guru
dalam melaksanakan kegiatan penyajian materi pelajaran untuk mendukung
kelancaran proses belajar mengajar sehingga prestasi belajar meningkat.
Menurut Anwar Holil
(2008:2) metode inquiry
adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang dapat
dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna. Inquiry adalah seni dan sains tentang
mengajukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki pengamatan dan
pengukuran, pengajuan hipotesis dan penafsiran, pembangunan dan pengujian model
melalui eksperimen, refleksi, dan pengakuan atas kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan dari metode penyelidikan yang digunakan.
Selanjutnya, Oemar Hamalik
(1991:2) berpendapat bahwa metode inquiry
adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa
dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang
digariskan secara jelas.
Berdasarkan
definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inquiry merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan
masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpul-kan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini siswa
terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang
diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para
ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan
menghormati pendapat orang lain.
Pada prinsipnya tujuan
pengajaran inquiry membantu siswa
bagaimana merumuskan pertanyaan, mencari jawaban atau pemecahan untuk memuaskan
keingintahuannya dan untuk membantu teori dan gagasannya tentang dunia. Lebih
jauh lagi dikatakan bahwa pembelajaran inquiry
bertujuan untuk mengembangkan tingkat berpikir dan juga keterampilan berpikir
kritis.
Kegiatan
pembelajaran selama menggunakan metode inquiry
ditentukan oleh keseluruhan aspek pengajaran di kelas, proses keterbukaan dan
peran siswa aktif. Pada prinsipnya, keseluruhan proses pembelajaran membantu siswa
menjadi mandiri, percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri
untuk terlibat secara aktif. Peran guru bukan hanya membagikan pengetahuan dan
kebenaran, namun juga berperan sebagai penuntun dan pemandu (Anwar Holil, 2008:3).
Menurut Anwar Holil
(2008:3) langkah-langkah pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai berikut :
a. merumuskan
pertanyaan atau permasalahan,
b. merumuskan
hipotesis,
c. mengumpulkan
data,
d. menguji
hipotesis,
e. membuat
kesimpulan.
Selanjutnya, Muhammad Ali (2000:87-88) berpendapat bahwa langkah-langkah
dalam melaksanakan metode inquiry adalah
sebagai berikut :
a.
Identifikasi kebutuhan siswa,
b.
Seleksi pendahuluan terhadap
prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari,
c.
Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas.
d.
Membantu memperjelas :
1.
Tugas problema yang akan dipelajari,
2.
Peranan masing-masing siswa.
e.
Mempersiapkan setting kelas dan
alat-alat yang diperlukan,
f.
Mencek pemahaman siswa terhadap masalah
yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.
g.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan penemuan,
h.
Membantu siswa dengan informasi / data
jika diperlukan,
i.
Memimpin analisis sendiri (self
analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses,
j.
Merangsang terjadinya interaksi antar
siswa,
k.
Memuji dan membesarkan siswa yang
tergiat dalam proses penemuan,
l.
Membantu siswa merumuskan
prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan.
Kegiatan pembelajaran selama menggunakan metode inquiry
ditentukan oleh keseluruhan aspek pengajaran di kelas, proses keterbukaan dan
peran siswa aktif. Pada prinsipnya, keseluruhan proses pembelajaran membantu
siswa menjadi mandiri, percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya
sendiri untuk terlibat secara aktif. Peran guru bukan hanya membagikan
pengetahuan dan kebenaran, namun juga berperan sebagai penuntun dan pemandu.
Peran guru adalah menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Bukan
memberikan informasi atau ceramah kepada siswa. Guru juga harus memfokuskan
pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang lebih
tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa. Setiap pertanyaan yang diajukan
siswa sebaiknya tidak langsung dijawab oleh guru, namun siswa diarahkan untuk
berpikir tentang jawaban dari pertanyaan tersebut.
Keuntungan
menggunakan metode inquiry adalah
sebagai berikut :
a. dapat membuat siswa
belajar dari lingkungan,
b. dapat memupuk rasa kerja
sama antar siswa,
c. fungsi guru sebagai
fasilitator,
d. untuk mengantisipasi jika
terjadi pengetahuan guru kurang disbanding pengetahuan siswa,
e. melatih siswa tidak
tergantung pada guru,
f. kelas menjadi lebih hidup.
Sedangkan
kelemahan metode inquiry adalah
sebagai berikut :
a. siswa yang pemalas akan
mengekor,
b. ada siswa yang sulit untuk
bekerja sama,
c. kesulitan dalam menyatukan
pendapat dalam anggota kelompok,
d. terkadang tidak tepat
waktu, ada siswa yang sulit untuk mengkomunikasikan secara ilmiah.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada kelas
VIIE SMP Negeri 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 26 siswa,
terdiri terdiri dari 12 siswi putra dan 14 siswa putri. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Nopember 2012.
Penelitian tindakan kelas lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja,
sifatnya realistik dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun hasil
penelitian dapat diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang sama
dengan peneliti. Dalam buku Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK
Depdiknas (2001:5) disebutkan penelitian bersiklus, tiap siklus terdiri dari:
1. Persiapan/perencanaan (Planning)
2. Tindakan/pelaksanaan (Acting)
3. Observasi (Observing)
4. Refleksi (Reflecting)
Tahap
pelaksanaan penelitian terdiri dari 2 siklus. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan bahan
pembelajaran
2. Menyusun silabus dan RPP
3. Menyiapkan alat bantu
pembelajaran
4. Menyiapkan lember tes
5. Menyiapkan lembar observasi.
Dalam kegiatan
proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah
tindakan sebagai berikut:
1. Tindakan pertama yang
perlu dilakukan adalah mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan awal untuk membangkitkan motivasi belajar.
2. Guru mengajak siswa untuk
mengenang detik-detik proklamasi kemerdekaan dengan menunjukkan hukum yang ada di Indonesia.
3. Guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa seputar tentang pengetahuan yang berkaitan dengan hukum yang ada di Indonesia
4. Guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas simulasi untuk
memerankan beberapa kejadian dalam norma-norma yang ada dimasyarakat seperti:
5. Guru
mempersilahkan setiap kelompok untuk maju dan mensimulasikan fragmen adegan
tersebut diatas
6. Guru dan
siswa bersama-sama menyimpulkan hasil pembahasan materi dengan seksama dan
tepat
Beberapa hal yang diharapkan
dalam siklus I adalah:
1.
Siswa mengalami peningkatan minat
belajar dan aktivitas di kelas selama guru melakukan kegiatan pembelajaran
2.
Terdapat peningkatan konsentrasi belajar
siswa sehingga aktivitas siswa menjadi terfokus dalam penyelesaian tugas-tugas
yang diberikan oleh guru
3.
Siswa memiliki kemauan dan keberanian
untuk bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang dialami pada saat
menyelesaikan tugas yang diberikan
Harapan yang
dimungkinkan muncul dalam siklus 2 ini adalah bahwa :
1. Guru dapat mengelola kelas
dengan lebih baik dan lebih mampu memahami siswa
2. Siswa dapat meningkatkan
kemampuan komunikasinya dan penguasaan konsep materi pembelajaran.
3. Partisipasi
siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan yang baik
Dalam tahap
observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, juga
teman, guru yang diminta bantuan untuk ikut mengamati selama kegiatan proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa
dan lembar observasi aktifitas guru.
Tahap refleksi merupakan tahap menganalisa, mensintesa, hasil dari catatan
selama kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar pengamatan,
kuesioner, dan tes. Dalam refleksi melibatkan siswa, teman sejawat yang
mengamati dan kepala sekolah. Untuk melakukan perencanaan pada siklus
berikutnya, peneliti mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah yang timbul pada
pembelajaran siklus I dan siklus II.
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas menggunakan beberapa analisa,
antara lain :
1. Lembar observasi
Lembar
observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran antara lain contoh lembar observasi seperti pada lampiran.
2. Soal tes
Berupa tes
hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes dikerjakan
secara invidu oleh siswa. Tes digunakan untuk mendapatkan gambaran hasil
belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, tes diadakan setiap akhir
siklus. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua
dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang
dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk
mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual.
3. Angket/ Kuisioner
Angket
diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus. Tujuannya
untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau kendala yang
ada serta saran siswa terhadap proses pembelajaran. Contoh angket dapat dilihat
dalam lampiran.
Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas teknik analisis terhadap data
yang telah dikumpulkan sebagai berikut :
1. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas
siswa adalah data kegiatan siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya
diobservasi dengan mengkaitkannya dalam kategori;
Baik apabila
tercatat ≥
10 tally
Sedang apabila
tercatat ≥ 6 tally
Rendahapabila
tercatat ≤ 6 tally
Indikator observasi ini meliputi; memperhatikan penjelasan guru,
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru, mengerjakan soal ke papan
tulis, dan menyelesaikan tugas mandiri. (Lebih lanjut dapat dilihat dalam
lampiran form pengamatan)
2.
Data Hasil Tes Belajar Siswa
Tes belajar
siswa dilakukan selama 2 (dua) kali, pada setiap siklus yang dilakukan. Dari
hasil tes pada siklus satu dan dua nantinya akan dibandingkan sehingga dapat
ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data
yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil
ketuntasan klasikal maupun individual. Ketuntasan individiual ditentukan dengan
ketentuan:
Adapun rumusan
yang digunakan di dalam ketuntasan belajar adalah sebagai berikut :
a). Ketuntasan secara individu
Rumus
persentase
Jumlah
skor yang diperoleh
X 100
%
Jumlah skor maksimal
b)
Ketuntasan secara klasikal
Rumus persentase ketuntasan :
Jumlah siswa yang
tuntas
X 100 %
Jumlah seluruh siswa
Ketuntasan belajar
individu dinyatakan tuntas apabila
tingkat persentase ketuntasan minimal mencapai 65%, sedangkan untuk tingkat
klasikal minimal mencapai 85%
(Depdikbud, 1994, dalam
Kustantini:10).
Data yang
diperoleh melalui angket siswa dianalisis dengan menggunakan jumlah responden
yang telah menjawab setiap pertanyaan angket. Kategori jawaban terbagi menjadi
3 (tiga) macam: ya, tidak dan cukup.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Pengamatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran
No
|
Indikator
|
Hasil
Observasi
|
|||||
Siklus 1
|
Siklus 2
|
||||||
B
|
C
|
K
|
B
|
C
|
K
|
||
1.
|
Keseriusan
siswa
|
Ö
|
-
|
-
|
Ö
|
-
|
-
|
2.
|
Inisiatif
bertanya
|
-
|
-
|
Ö
|
Ö
|
-
|
-
|
3.
|
Partisipasi
siswa dalam pembelajaran
|
-
|
Ö
|
-
|
Ö
|
|
-
|
4.
|
Kemampuan
siswa menyebutkan fakta
|
-
|
-
|
Ö
|
-
|
Ö
|
-
|
5.
|
Kemampuan
siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri
|
-
|
-
|
Ö
|
-
|
Ö
|
-
|
6.
|
Berdiskusi
|
-
|
-
|
Ö
|
Ö
|
-
|
-
|
7.
|
Kemampuan
siswa memahami perintah guru
|
-
|
-
|
Ö
|
Ö
|
-
|
-
|
Keterangan
: B = baik C = cukup baik K = kurang baik
Tabel 2 Hasil
Tes Formatif Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran
No
|
Indikator
|
Mampu
menjawab
|
Mengalami
kesulitan
|
||
1
|
2
|
1
|
2
|
||
1.
|
Mampu menjelaskan pengertian hukum
|
11
42,31%
|
24
(92,31%)
|
15
57,69%
|
2
(7,69%)
|
2.
|
Mampu
menjelaskan
pembagian hukum menurut sifatnya.
|
14
53,85%
|
23
(88,46%)
|
12
46,15%
|
3
(11,54%)
|
3.
|
Mampu menjelaskan pembagian hukum menurut bentuknya.
|
10
38,46%
|
24
(92,31%)
|
16
61,54%
|
2
(7,69%)
|
4.
|
Mampu menjelaskan
pembagian hukum menurut isinya.
|
9
34,62%
|
24
(92,31%)
|
17
65,38%
|
2
(7,69%)
|
5
|
Mampu menjelaskan pentingnya
norma hukum dalam kehidupan bernegara
|
8
30,77%
|
24
(92,31%)
|
18
69,23%
|
2
(7,69%)
|
|
Rata-rata
|
40%
|
92
|
60%
|
8 %
|
Tabel 3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
Siswa
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
Siswa senang
belajar dengan metode pembelajaran yang dilkakukan oleh guru
|
22
(84,62%)
|
4
(15,38%)
|
2
|
Siswa
merasakan kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya.
|
23
(88,46%)
|
3
(11,54%)
|
3
|
Siswa
memerlukan metode pendekatan inkuiri seperti yang telah dilakukan.
|
24
(92,31%)
|
2
(7,69%)
|
4
|
Siswa
merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan.
|
23
(88,46%)
|
3
(11,54%)
|
5
|
Siswa
tertarik dengan metode pembelajaran yang dikembangkan guru
|
23
(88,46%)
|
3
(11,54%)
|
Data yang telah
diperoleh dari hasil pengamatan pada Siklus 1 dan
Siklus 2 diolah dan di analisis
dengan hasil sebagai berikut :
1.
Dari data penilaian tentang
kreativitas jelaslah bahwa implementasi pembelajaran berbasis inkuiry pada pokok hakekat dan arti Penting Hukum
bagi warga negara memberikan kontribusi yang cukup signifikan
(positif) terhadap peningkatan kreativitas siswa. hal ini terlihat dari siklus
ke-1 ke siklus ke-2 tampak pada tabel di atas pada siklus ke-1 dari 7 (tujuh) indikator keberhasilan terdapat 1
baik, 1 cukup dan kurang 5, sedangkan pada siklus ke-2 dari 7 (tujuh) indikator
keberhasilan terdapat 5 baik, 2 cukup hal ini membuktikan terdapat adanya
peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran siswa.
2.
Dari data formatif 1 dan tes formatif 2 tampak terdapat peningkatan
yang signifikan, hal ini tampak pada hasil formatif 1 rata-rata siswa yang mampu menjawab soal tes 40% dan mengalami kesulitan 60%, sedangkan pada
hasil tes formatif 2 yang mampu menjawab soal
tes 92% dan yang mengalami
kesulitan 8%. Maka telah terjadi kenaikan sekitar 52% pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa implementasi metode inquiry dapat dikatak efektif dalam meningkatkan pemahaman pengetahuan siswa
terhadap pembelajaran.
Berdasarkan data hasil angket yang diberikan kepada siswa
didapatkan sebagian besar 22 atau (84,62%) siswa menyatakan senang belajar dengan metode pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, dan hanya 4 (15,38%) siswa menyatakan tidak
senang. Dalam aspek kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam
kehidupannya sekitar 23 (88,46%) siswa mampu merasakan hal tersebut sedangkan 3 (11,54%) siswa belum dapat. Prosentase tersebut juga berlaku dalam aspek tentang
perlu tidaknya metode pembelajaran itu digunakan.
Padahal sebagian besar siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah
pembelajaran yang baru dilakukan, hal ini ditunjukkan oleh 24 (92,31%) siswa dan 2 (7,693%) siswa merasa tidak ada
tantangan. Bahkan siswa yang secara terbuka merasakan tertarik metode yang
dikembangkan guru 23 (88,46%) siswa dan hanya 3 (11,54%) siswa menyatakan tidak
tertarik. Maka dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa metode inkuiri yang
dikembangkan oleh guru (peneliti) secara garis besar dapat diterima.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Upaya peningkatan prestasi belajar melalui model pembelajaran Inquiry pada materi hakekat dan arti penting hukum bagi warga negara siswa Kelas VIIE semester gasal SMPN 1 Jiwan tahun pelajaran 2012/2013 termasuk dalam kategori
baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan persentase
tingkat pemahaman dari siklus 1 sebesar 55% menjadi 93% pada siklus 2, atau mengalami peningkatan sebesar 37%.
2. Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar melalui
Model Pembelajaran Inquiry pada materi hakekat
dan arti penting hukum bagi warga negara dapat meningkatkan
kreativitas siswa kelas VIIE Semester Gasal SMPN 1 Jiwan tahun pelajaran
2012/2013.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran inquiry dalam materi hakekat dan arti penting hukum bagi warga negara untuk siswa kelas VIIE SMPN 1 Jiwan termasuk positif.
Saran
Berdasarkan
simpulan hasil penelitian di atas, saran yang dapat peneliti sampaikan adalah
sebagai berikut :
1. Hendaknya guru dalam pembelajaran
menguasai bahan ajar dan metode yang akan diterapkan, sehingga ketika
menyampaikan kepada siswa guru telah siap dengan konsep yang matang.
2. Hendaknya siswa memperhatikan penjelasan
guru serta membiasakan diri untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan
bijak dan pemikiran matang.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Holil.2008. Menjadi Manusia Pembelajar.
Artikel (http://anwarholil.
blogspot.com/2008/04/permudah-pemahaman-konsep-pembelajaran.html).
E. Mulyasa.2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hadari Nawawi. 2005. Metode
Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muhammad Ali.2000. Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Oemar Hamalik.1991. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.
Slameto.1991. Belajar dan
faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Bina Aksara.
Suharsimi Arikunto.2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka
Cipta.
Sunarko.2003. Pendekatan dan Metode
Pembelajaran Geografi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan
Nasional.
Sutralinah Tirtonegoro.2001. Anak
Super Warimal dan Program Pendidikannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru
dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pelatih Proyek PGSM.1999. Penelitian
Tindakan kelas (Classroom Action Research: Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru
Sekolah Menengah). Jakarta: P2 GSM Ditjen Dikti Depdiknas.
_______________.1999. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Proyek PGSM Depdikbud.
Undang-Undang Dasar 1945
dan Amandemen.2002. Solo: Dwi Tunggal.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Depdikbud.
Zainal
Arifin.1990. Evaluasi Instruksional Prinsip,
Teknik, dan Prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar