MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND
COMPOSITION) KELAS VII-E SEMESTER GASAL TAHUNPELAJARAN
2015/2016 SMP NEGERI 1 DOLOPO KABUPATEN MADIUN
Oleh : Dra. ENDAH LISTYORINI
SMPN 1 DOLOPO KAB. MADIUN
ABSTRAK
Kata Kunci :
Model CIRC, ketuntasan belajar
Model pembelajaran CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) adalah model pembelajaran dimana siswa
dalam kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5
dan setiap kelompok harus heterogen. Siswa dalam kelompok dituntut untuk dapat
bekerjasama untuk menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana
yang telah diberikan oleh guru. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut
diharapkan peserta didik mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi
dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)
pelaksanaan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition), (2) respon siswa terhadap penerapan
model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
bila ditinjau dari minat siswa pada mata pelajaran Pendidikan IPS, dan (3)
ketuntasan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition).
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
tindakan kelas (PTK, dengan RPP dan LKS sebagai perangkat pembelajaran.
Instrumen penelitian yang digunakan: Tes Hasil Belajar, Lembar pengamatan
pengelolaan pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa dan angket respon
siswa.
Hasil pengamatan dan pembahasan, diperoleh
kesimpulan bahwa: (1) Kemampuan guru dalam mengelola KBM dengan model
pembelajaran CIRC juga mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rata-rata 2,47
dengan kualifikasi cukup baik. (2) Model pembelajaran CIRC dapat menarik siswa
untuk senang belajar sebesar 90% dan membantu memahami pelajaran sebesar 77,5%.
Sehingga pembelajaran CIRC merupakan model pembelajaran yang efektif jika
digunakan, (3) Hasil belajar siswa meningkat pada setiap putaran yaitu pada
putaran I diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 34,38% dengan nilai rata-rata
63,25; putaran II diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 59,37% dengan nilai
rata-rata 72,5; dan putaran III diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 93,75%
dengan nilai rata-rata 80,94. Sehingga penerapan model pembelajaran CIRC ini
efektif jika diterapkan.
PENDAHULUAN
Pendekatan
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif masih perlu dikembangkan,
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari khususnya pada mata pelajaran IPS. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan konteks itu adalah pendekatan pembelajaran
kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif, antara lain : kontruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment). (Pustaka Yustisia, 2006 : 162)
Dalam
pendekatan pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru yang berisi skenario tahap demi
tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik
yang akan dipelajarinya. Dengan bercermin pada konteks tersebut, maka sebagai
guru, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran yang efektif, dan model
pembelajaran yang digunakan adalah CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition), dimana pada model pembelajaran CIRC siswa dalam kelas dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai 5 dan setiap kelompok
harus heterogen. Siswa dalam kelompok dituntut untuk dapat bekerjasama untuk
menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana yang telah diberikan
oleh guru. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut diharapkan peserta
didik mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau
bahkan tanpa bantuan guru.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin mengambil judul
penelitian “Mencapai Ketuntasan
Belajar Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Kelas
VII-E Semester Gasal Tahun pelajaran 2015/2015 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun”
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelaksanaan pendekatan kontekstual
dengan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition)?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model
pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) bila
ditinjau dari minat siswa pada mata pelajaran IPS?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran CIRC (Cooperative
Integrated Reading and Composition) efektif bila ditinjau dari nilai
ketuntasan belajar siswa ?
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan
kontekstual dengan model pembelajaran CIRC.
2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan
model pembelajaran CIRC bila ditinjau dari minat siswa pada mata pelajaran IPS.
3. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran CIRC.
Manfaat Penelitian
Dengan
menggunakan model pembelajaran CIRC dalam penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi guru
Untuk
melakukan perbaikan pembelajaran
dan upaya dalam mengoptimalkan
hasil belajar siswa.
2. Bagi siswa
Membuka
wawasan siswa bahwa dalam kegiatan belajar mereka ditunut lebih aktif dan
meningkatkan minat belajar mata pelajaran IPS.
3. Bagi sekolah
Sebagai
bahan pertimbangan dan alternatif dalam membuat rencana model pembelajaran yang
akan diterapkan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Dalam
landasan filosofis CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah
kontruktivisme, yaitu filosofis belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekadar menghafal, tetapi merekontruksikan atau membangun pengetahuan dan
keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam
kehidupannya.
Pada
pendekatan kontekstual, siswa dituntut untuk dapat melakukan aktivitas pembelajaran
mandiri. Pembelajaran mandiri adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa
melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu orang, biasanya satu
kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang untuk menghubungkan pengetahuan
akademik dengan kehidupan siswa sehari-hari secara sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan bermakna. Tujuan ini mungkin menghasilkan hasil yang nyata
maupun yang tidak nyata. (Johnson, 2002 : 152)
Pembelajaran mandiri membangkitkan antusiasme yang sama
pada anak-anak dari taman kanak-kanak hingga universitas. Bebas menggambarkan
gagasan, minat, dan bakat mereka. Para siswa dengan pembelajaran mandiri dari
segala usia ini dengan bersemangat mengajukan pertanyaan, mengadakan
penyelidikan, dan melakukan berbagai percobaan. Brooks (dalam Johnson, 2002 :
153)
Demikian juga dengan model pembelajaran CIRC yang
menuntut siswa secara berkelompok untuk melakukan aktivitas belajar mandiri. Telaah literatur tentang pembelajaran mandiri
dengan model pembelajaran CIRC yang
dilakukan dan dikembangkan di Johnson Hopkins University (Slavin, 1997 : 4)
memberikan penjelasan bahwa dengan CIRC siswa mampu mencari, menemukan dan
menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru.
Penelitian
yang dilakukan di Yaleta School District El Paso-Texas, tentang pengembangan
model pembelajaran CIRC dapat
meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam memahami mata pelajaran
bahasa Inggris dan Spanyol (dalam Slavin dkk,1997: 3)
Adapun
perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah pada materi
yang digunakan, di mana pada penelitian saat ini menggunakan materi IPS dengan materi pokok Keadaan Alam dan Penduduk
di Indonesia yang dipergunakan pada penelitian ini.
Model
Pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)
CIRC dikembangkan oleh Robert J. Stevens dan
Robert E. Slavin. Pada model pembelajaran ini guru mengacu pada belajar
kelompok siswa. Siswa dalam satu kelas dipecah menjadi beberapa kelompok dengan
anggota 4-5 orang secara heterogen. Dalam kerja kelompok ini, guru memberikan
sebuah topik permasalahan yang berupa materi bacaan. Kemudian siswa
berkoordinasi serta bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap materi bacaan. Dan hasil dari kerja kelompok tersebut dipresentasikan secara bergiliran di
depan kelas (Depdiknas, 2006).
Proses pelaksanaan model pembelajaran
CIRC dilaksanakan dalam beberapa tahap
sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Materi
Materi pembelajaran CIRC dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran
kelompok. Pada penelitian ini, materi pokok yang digunakan adalah Keadaan Alam
dan Aktivitas Penduduk Indonesia. Sebelum penyajian materi pembelajaran dibuat
lembar kegiatan siswa (LKS) yang dikerjakan oleh siswa dalam kelompok-kelompok.
b. Menetapkan
siswa dalam kelompok
Kelompok-kelompok dalam pembelajaran ini
beranggotakan 4-5 orang siswa yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan
rendah. Disamping itu guru mempertimbangkan kriteria heterogenitas yang lain
seperti jenis kelamin, latar belakang sosial, dan sebagainya.
1)
Menentukan skor awal. Skor awal merupakan
skor rata-rata secara individu pada test sebelumnya.
2)
Pembagian lembar hasil (book report). Guru
memberikan lembar hasil, yang mana lembar hasil ini digunakan oleh siswa pada
saat mengerjakan tugas yang berupa materi bacaan.
2. Penyajian
Materi
a.
Pendahuluan
Pendahuluan menekankan pada konsep yang akan
dipelajari oleh siswa dalam kelompok dan menginformasikan mengapa hal itu
penting, informasi tersebut ditujukan untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
b.
Pengembangan
1)
Mengembangkan materi pembelajaran sesuai
dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
2)
Pembelajaran kontekstual menekankan bahwa
belajar adalah memahami makna dan bukan menghafal.
3)
Saling mengontrol pemahaman siswa dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
4)
Memberikan penjelasan mengapa jawaban
pertanyaan tersebut benar atau salah.
c.
Latihan terbimbing
1)
Siswa disuruh mengerjakan soal-soal atas
pertanyaan yang diberikan.
2)
Pemberian tugas tidak boleh menyita waktu
yang terlalu lama. Guru memberikan waktu +
10 menit untuk memberikan tugas kepada siswa.
3. Kegiatan
Kelompok
a.
Guru membagikan bahan diskusi yang berupa
materi bacaan untuk siswa kepada setiap anggota kelompok sebagai bahan yang
akan dipelajari.
b.
Siswa dalam kelompok diharuskan untuk
berdiskusi mencari ide pokok yang terdapat dalam materi bacaan yang telah
diberikan oleh guru sebelumnya.
c.
Kelompok menuliskan hasil pembahasan pada book
report dan kemudian membacakan hasil tersebut di depan kelas.
d.
Kelompok yang lain diharuskan untuk
memberikan umpan balik atas hasil pembahasan diskusi kelompok lain.
4. Evaluasi
Pada tahap ini, guru memberikan evaluasi
kepada siswa yang harus dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah
ditentukan ±15 menit.
5. Penghargaan
Kelompok
Dalam memberikan penghargaan kelompok
dilakukan dua tahap penilaian / perhitungan sebagai berikut :
1) Menghitung skor individu
Skor yang
diperoleh siswa digunakan untuk menentukan nilai perkembangan individu dan
untuk menentukan skor kelompok. Untuk skor individu, sebelumnya kita harus
menetapkan skor berdasarkan hasil kuis yang lalu, menghitung skor berdasarkan
kuis yang diberikan saat itu, menghitung skor perkembangan yang didapatkan
siswa pada skor kuis yang terkini dengan skor awal mereka yang lalu apakah
nilai atau poin yang mereka dapatkan sama atau bahkan melampaui dengan
menggunakan skala pada tabel. Sedangkan skor kelompok dihitung dengan
menambahkan skor peningkatan tiap-tiap individu anggota kelompok dan membaginya
dengan jumlah anggota tim tersebut.
2) Menghargai
prestasi kelompok
Dalam memberikan penghargaan terhadap
prestasi kelompok, terdapat tiga tingkat penghargaan sebagai berikut;
a.
Kelompok dengan
rata-rata skor 15 disebut sebagai kelompok baik (good team).
b.
Kelompok dengan
rata-rata 20 disebut sebagai kelompok hebat (great team).
c.
Kelompok dengan rata-rata skor 25 disebut
kelompok super (super team).
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis
penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research)
yang artinya suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Suyanto (dalam
Kisyani-Laksono, 2006 : 3). Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.
Pada
penelitian ini terbagi menjadi empat tahapan pokok yaitu tahap planning
(rencana awal), tahap tindakan / observasi, tahap refleksi, tahap revisi
sebagai berikut :
1. Tahap Planning (Rencana Awal)
Langkah-langkah
yang ditempuh dalam tahap ini adalah :
a. Menentukan materi pokok,
tujuan pembelajaran dan tugas-tugas pembelajaran.
b. Menyusun instrumen penelitian yang dipakai
untuk mengumpulkan data penelitian, terdiri dari :
1) Perangkat pembelajaran
meliputi satuan pembelajaran, rencana pembelajaran (RP), lembar observasi, dan
lembar tes.
2) Menyusun butir-butir soal tes (pre test dan
post test). 3) Membuat Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa serta lembar
pengelolaan.
c. Menetapkan pengamat selama proses belajar
mengajar yaitu kelas VII-E semester gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 SMPN 1 Dolopo Kab. Madiun
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan proses belajar mengajar sesuai
dengan rencana pelajaran yang telah disampaikan dengan menerapkan model
pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual yang di dalamnya terdapat
beberapa tahapan yaitu : (1) Pendahuluan dengan menekankan konsep yang akan
dipelajari, (2) Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan model
pembelajaran, (3) Membimbing siswa dalam kelompok kooperatif, (4) Menelaah
pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) Mengevaluasi hasil dan membimbing
membuat rangkuman.
b. Mengobservasi proses belajar mengajar oleh
pengamat dengan mengisi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.
c. Mengadakan diskusi dengan pengamat yang
melakukan pengamatan, sesuai dengan hasil pengamatan ketika proses pembelajaran
langsung.
d. Menerangkan hasil diskusi dan menganalisis
penyelesaian / pemecahan jika terdapat masalah yang timbul dalam pembelajaran
sehingga menghasilkan refleksi dan revisi untuk putaran selanjutnya.
e. Di awal proses belajar mengajar siswa diberi
tes awal, kemudian dilaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan yang
telah direncanakan, setelah proses pembelajaran selesai, siswa diberi tes akhir
dalam setiap putaran untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara
individual.
3. Tahap Refleksi
Peneliti
mengkaji hasil pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan dengan para pengamat
mengenai kekurangan tindakan guru dalam kelas selama proses belajar mengajar
berlangsung. Peneliti menganalisis solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan
yang sedang dihadapi dalam kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kinerja
guru dalam penerapan model pembelajaran CIRC pada pertemuan selanjutnya.
4. Tahap Revisi
Berdasarkan
hasil refleksi, peneliti membuat rancangan pembelajaran untuk putaran
berikutnya, dengan mengupayakan adanya pemantauan dan pemecahan masalah yang
timbul selama pembelajaran, untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada
putaran sebelumnya.
Lokasi,
Subjek dan Objek Penelitian
1.
Lokasi
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Dolopo Kab. Madiun
2.
Subyek
Penelitian
Subyek
penelitian ini adalah siswa Kelas VII-E semester gasal Tahun Pelajaran
2015/2016 SMPN 1 Dolopo Kab. Madiun.
3.
Obyek
Penelitian
Obyek
penelitian ini adalah pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran CIRC.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
mengumpulkan data digunakan teknik pengumpulan data :
1. Tes
2. Dokumentasi
3. Observasi
4. Angket
Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar pengamatan proses pembelajaran
2. Lembar pengamatan aktivitas siswa
3. Tes. Tes yang digunakan terdiri dari dua jenis
yaitu :
a. Pre test dan Post test
b. Tes formatif
Teknik
Analisis Data
Untuk
menjawab rumusan masalah yang pertama, pelaksanaan model pembelajaran CIRC melalui
langkah-langkah seperti di bawah ini :
1. Persiapan
Sebelum
penelitian dilakukan ada beberapa perangkat pembelajaran yang hams disiapkan
seperti : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi, dan lembar tes.
2. Penyajian materi, dengan tahap-tahap sebagai
berikut :
a. Pendahuluan menekankan pada konsep yang akan
dipelajari oleh siswa dalam kelompok dan menginformasikan mengapa hal itu
penting, informasi tersebut ditujukan untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
b. Pengembangan
1) Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan
apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam kelompok-kelompok.
2) Pembelajaran kontekstual menekankan bahwa
belajar adalah memahami makna bukan menghafal.
3) Saling mengontrol pemahaman siswa dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberikan penjelasan mengapa jawaban
pertanyaan benar atau salah.
c. Latihan terbimbing
1) Siswa disuruh mengerjakan soal-soal atas
pertanyaan yang diberikan.
2) Pemberian tugas tidak boleh menyita waktu lama
Guru memberikan waktu ±10 menit untuk memberikan tugas kepada siswa.
d. Kegiatan kelompok
1) Guru membagikan bahan diskusi yang berupa
materi bacaan untuk siswa kepada setiap anggota kelompok sebagai bahan yang
akan dipelajari.
2) Siswa dalam kelompok diharuskan untuk
berdiskusi mencari ide pokok yang terdapat dalam materi bacaan yang telah
diberikan oleh guru sebelumnya.
3) Kelompok menuliskan hasil pembahasan dan
kemudian membacakan hasil tersebut di depan kelas.
4) Kelompok yang lain diharuskan untuk memberikan
umpan balik atas hasil pembahasan diskusi kelompok lain.
e. Evaluasi
Pada
tahap ini, guru memberikan evaluasi kepada siswa yang harus dikerjakan secara
individu sesuai waktu yang ditentukan oleh guru ±15 menit
f. Penghargaan kelompok Pada tahap ini guru
memberikan penghargaan kelompok yang sistem kerjasamanya bagus dan memiliki
skor tertinggi dari kelompok yang lain melalui pujian. Dalam memberikan
penghargaan kelompok dilakukan dua tahap penilaian / perhitungan sebagai
berikut:
1) Menghitung skor individu Skor yang diperoleh
siswa digunakan untuk menentukan nilai perkembangan individu dan untuk
menentukan skor kelompok. Untuk skor individu sebelumnya kita harus menetapkan
skor dasar berdasarkan hasil kuis yang lalu, menghitung skor berdasarkan kuis
yang diberikan saat itu, menghitung skor perkembangan yang didapatkan siswa
pada skor kuis yang terkini dengan skor yang mereka dapatkan sama atau bahkan
melampaui dengan menggunakan skala pada tabel. Sedangkan skor kelompok dihitung
dengan menambahkan skor peningkatan tiap-tiap individu anggota kelompok dan
membaginya dengan jumlah anggota kelompok tersebut.
2) Menghargai prestasi kelompok Dalam memberikan
penghargaan terhadap prestasi kelompok, terdapat tiga tingkat penghargaan
sebagai berikut :
a)
Kelompok dengan rata-rata skor 15 disebut sebagai
kelompok baik (good team).
b)
Kelompok dengan rata-rata 20 disebut sebagai kelompok
hebat (great team).
c)
Kelompok
dengan rata-rata skor 25 disebut kelompok super (super team).
Aktivitas
yang dilakukan oleh guru dan siswa pada pelaksanaan pembelajaran ini akan
dianalisis dengan menggunakan rumus persentase seperti berikut ini:
Frekuensi aktifitas guru / siswa
|
X 100 %
|
Frekuensi aktifitas keseluruhan
|
3) Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua,
respon siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual dengan model
pembelajaran CIRC bila ditinjau dari minat siswa pada mata pelajaran IPS digunakan teknik analisis yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
P =
|
n
|
X 100 %
|
N
|
Dimana :
P :
prosentase
n :
Jumlah jawaban yang merespon
N :
Jumlah siswa yang menjadi responden
4) Untuk menjawab rumusan masalah ketiga,
penerapan model pembelajaran CIRC pada
mata pelajaran IPS efektif bila ditinjau
dari ketuntasan belajarnya. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan
menggunakan standar penilaian ketuntasan belajar siswa dan ketuntasan kelas
yang telah ditetapkan oleh SMPN 1 Dolopo Kab. Madiun yang menyatakan seorang
siswa dikatakan tuntas belajar apabila mencapai nilai 65, dan suatu kelas
dikatakan tuntas belajar apabila kelas tersebut terdapat > 85% dari siswa
yang telah mencapai daya serap > 65. Perhitungan untuk menyatakan bahwa
suatu siswa dikatakan tuntas belajar adalah sebagai berikut :
Siswa tuntas belajar =
|
Jumlah skor yang diperoleh
|
X 100
|
Jumlah skor keseluruhan
|
Perhitungan
yang menyatakan bahwa suatu kelas dinyatakan tuntas belajar adalah sebagai
berikut :
Ketentuan Klasikal =
|
Jumlah skor yang tuntas
|
X 100
|
Jumlah keseluruhan siswa
|
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Siklus I
1) Persiapan
(Planning)
Pada
tahap ini peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam
penelitian. Setelah tahap perencanaan sudah matang, maka peneliti
melanjutkan pada tahap ke 2 yaitu penyajian materi.
2) Penyajian
materi (Action)
Pada
awal pertemuan pelajaran, guru menyampaikan pada siswa tentang model
pembelajaran CIRC dan aturan-aturan yang harus ditaati siswa. Setelah itu guru
memberikan tes awal untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi minggu lalu
dan hasil dari tes awal ini digunakan untuk menentukan skor dasar siswa.
Kegiatan ini dilakukan selama 20 menit. Guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan materi pelajaran yaitu tentang materi pelajaran mengenal Benua dan Samudera. Dalam menjelaskan materi, guru mengajukan
beberapa pertanyaan pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi
yang disampaikan. Kegiatan ini dilakukan selama 20 menit dan dilanjutkan dengan
kegiatan kelompok.
3) Kegiatan
kelompok
Pembelajaran
dilaksanakan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dan 5-6 siswa yang heterogen.
Dalam hal ini guru meminta pada siswa melakukan kegiatan dengan memberikan
materi bacaan yang harus dikerjakan secara berkelompok dan guru mengamati
secara bergantian. Kegiatan ini dilakukan selama 25 menit. Pembelajaran dilanjutkan
dengan presentasi kelas, dimana guru meminta beberapa kelompok untuk
menyampaikan hasil dari diskusinya di depan kelas untuk diadakan diskusi serta
membahas hasil kegiatan sesuai dengan materi bacaan yang telah diberikan oleh
guru, kelompok lain diharuskan untuk saling menanggapi hasil diskusi dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan ini dilakukan selama 20 menit.
Setelah kegiatan presentasi kelompok berakhir peneliti melanjutkan pada tahap berikutnya yaitu tahap evaluasi
untuk mengetahui hasil belajar siswa.
4) Evaluasi
Setelah
diadakan tes akhir pertama (post test) selama 10 menit, dalam tes ini siswa
mengerjakan tes secara
individu dan diakhiri dengan
membahas soal yang telah dikerjakan. Dan
tahap ini guru melanjutkan pada tahap
pemberian penghargaan kepada kelompok belajar yang memiliki nilai
tertinggi.
5) Penghargaan
Pembelajaran
dilanjutkan oleh guru yaitu membimbing siswa untuk membuat rangkuman dan materi
pelajaran yang sudah diterima melalui tanya jawab dengan siswa dan memberikan
penghargaan kepada kelompok dengan kerjasama yang bagus melalui suatu pujian.
Kegiatan ini dilakukan selama 10 menit.
Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap aktifitas
siswa dan guru, dan pengelolaan kelas dalam pembelajaran CIRC dengan pendekatan
kontekstual.
Pengamatan
ini dilakukan oleh guru kelas VII-E semester gasal Tahun Pelajaran 2015/2016
SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun.
Aktifitas
guru yang mendapat persentase paling menonjol adalah membimbing siswa (32,5%) dan melatih
keterampilan kooperatif siswa (20%). Guru dalam hal ini lebih banyak membimbing
siswa tentang bagaimana memahami materi pelajaran bersama kelompoknya dengan
cara memunculkan keterampilan bertanya dan meminta siswa lain untuk menjawab
dalam kegiatan kelompok, memberikan umpan balik (10%) dan mengklarifikasi
pemahaman siswa yang kurang jelas pada akhir pembelajaran ketika siswa
melakukan presentasi kelompok. Terkadang guru terpaksa memberikan informasi
dalam bentuk jadi kepada siswa yang masih kesulitan dalam memahami materi
pelajaran.
Sedangkan
aktifitas siswa yang paling menonjol adalah berdiskusi antar siswa (22%),
mendengarkan penjelasan guru (17%), presentasi kelompok (15%) dan menulis yang
relevan dalam KBM (16%). Aktifitas berdiskusi antar siswa ini sejalan dengan
aktifitas guru dalam memberikan umpan balik selama siswa belajar kelompok
(10%). Terkadang muncul perilaku yang tidak relevan dalam KBM (6%), hal ini
terjadi saat guru memberi petunjuk kelompok lain dan mereka merasa tidak
diperhatikan sehingga mereka bersenda gurau. Aktifitas siswa yang menonjol
kedua yaitu mendengarkan penjelasan guru (17%), pada saat itu guru menjelaskan
materi secara singkat sehingga siswa berinisiatif untuk mencatat penjelasan
guru. Aktifitas siswa yang menonjol lainnya adalah presentasi kelompok (15%)
dan menulis yang relevan dalam KBM (16%), dimana siswa menyajikan hasil kerja
kelompoknya di depan kelas untuk mendiskusikan dan membahas hasil kegiatan
sesuai dengan materi bacaan yang telah diberikan oleh guru, dan kelompok
lainnya menanggapi dan merangkum materi melalui tanya jawab yang dibantu oleh
guru.
Kategori
yang diamati dalam pengelolaan pembelajaran CIRC meliputi persiapan,
pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu, suasana kelas, dan
teknik bertanya. Keterampilan guru secara keseluruhan rata-rata mendapatkan
nilai 2,47. Dengan aspek kualifikasi baik yaitu : persiapan, pendahuluan,
kegiatan inti, dan suasana kelas. Sedangkan aspek yang memperoleh kualifikasi
cukup baik yaitu penutup, pengelolaan waktu, dan teknik bertanya guru, hal ini
dikarenakan guru kurang mendorong dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi,
guru lebih banyak menjelaskan materi hingga siswa cenderung mendengar secara
pasif dan guru. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya persentase aktifitas
siswa dalam mendengarkan penjelasan guru (17%).
Pada siklus I ini diperoleh ketuntasan klasikal
sebesar 34,38% (11 siswa yang tuntas dan
32 siswa) dengan nilai rata-rata kelas 63,25 menurut standar penilaian (DIKNAS
2006) bahwa pada putaran ini ketuntasan klasikal belum tercapai. Hal ini
disebabkan siswa belum terbiasa dengan kegiatan pembelajaran CIRC.
Suatu
penilaian pada pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat dilihat pada
perkembangan individu maupun kelompok. Nilai ini digunakan untuk memberikan
penghargaan pada prestasi siswa baik secara individu maupun kelompok. Pada
putaran ini semua kelompok mendapatkan penghargaan sebagai kelompok hebat,
kecuali kelompok III yang mendapatkan penghargaan sebagai kelompok baik dan
kelompok VII-E sebagai kelompok super.
Siklus II
1) Persiapan
Pada
materi ini perencanaan dilakukan berdasarkan revisi pada putaran I, yang perlu
diperbaiki adalah (a) mengurangi aktifitas guru dalam menyampaikan materi yang
dapat dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif dan hanya menjelaskan
materi yang penting-penting saja, (b) guru harus meningkatkan aktivitasnya
untuk melatih keterampilan kooperatif siswa dan memberikan waktu kepada siswa
untuk menjawab pertanyaan, (c) guru meningkatkan perhatian kepada siswa secara
lebih merata dan menyeluruh dalam membimbing kelompok untuk meminimalkan
perilaku yang tidak relevan dalam KBM, (d) mengelola waktu dengan baik agar
kegiatan pelaksanaan pembelajaran kooperatif CIRC dapat maksimal. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah satuan pelajaran (silabus), rencana
pembelajaran yang sudah direvisi pada putaran I, LKS, lembar tes yang digunakan
untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan lembar pengamatan aktifitas guru dan
siswa dalam pembelajaran kooperatif CIRC.
2) Penyampaian
materi
Pada
awal pertemuan pelajaran, guru menyampaikan pada siswa tentang model
pembelajaran CIRC dan aturan-aturan yang harus ditaati siswa. Setelah itu guru
memberikan tes awal untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi minggu lalu
dan hasil dari tes awal ini digunakan untuk menentukan skor dasar siswa.
Kegiatan ini dilakukan selama 20 menit. Guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan materi pelajaran yaitu tentang Benua dan Samudera. Dalam
menjelaskan materi, guru mengajukan beberapa pertanyaan pada siswa untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan. Kegiatan ini
dilakukan selama 20 menit dan dilanjutkan dengan kegiatan kelompok.
3) Kegiatan
kelompok
Pembelajaran
dilaksanakan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang
heterogen. Dalam hal ini guru meminta pada siswa melakukan kegiatan dengan
memberikan materi bacaan yang harus dikerjakan secara berkelompok dan guru
mengamati secara bergantian. Kegiatan ini dilakukan selama 25 menit.
Pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi kelas, dimana guru meminta beberapa
kelompok untuk menyampaikan hasil dari diskusinya di depan kelas untuk diadakan
diskusi serta membahas hasil kegiatan sesuai dengan materi bacaan yang telah
diberikan oleh guru, kelompok lain diharuskan untuk saling menanggapi hasil
diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan ini dilakukan selama 20
menit. Setelah kegiatan presentasi kelompok berakhir peneliti melanjutkan pada
tahap berikutnya yaitu tahap evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
putaran II ini.
4) Evaluasi
Setelah
diadakan tes akhir pertama (post test) selama 10 menit, dalam tes ini siswa
mengerjakan tes secara individu dan diakhiri dengan membahas soal yang telah
dikerjakan. Dan tahap ini guru melanjutkan pada tahap pemberian penghargaan
kepada kelompok belajar yang memiliki nilai tertinggi.
5) Penghargaan
Pembelajaran dilanjutkan oleh guru yaitu membimbing siswa
untuk membuat rangkuman dan materi pelajaran yang sudah diterima melalui tanya
jawab dengan siswa dan memberikan penghargaan kepada kelompok dengan kerjasama
yang bagus melalui suatu pujian. Kegiatan
ini dilakukan selama 10 menit.
Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap aktifitas
siswa dan guru, dan pengelolaan kelas dalam pembelajaran CIRC dengan pendekatan
kontekstual. Pengamatan ini dilakukan oleh guru kelas VII-E semester gasal
Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun
Aktifitas
guru yang mendapatkan persentase paling menonjol adalah membimbing siswa
(27,5%) dan mendorong/ melatih keterampilan kooperatif siswa (25%). Peran guru
dalam mendorong dan melatih keterampilan kooperatif kelompok meningkat sebesar
5% seiring dengan menurunnya aktifitas guru dalam membimbing/ memberi petunjuk
pada siswa sebesar 5%. Dalam hal ini, guru telah berusaha memberikan petunjuk/
membimbing siswa dengan cara memberikan pertanyaan tanpa memberi informasi
dalam bentuk jadi lagi kepada siswa yang mengalami kesulitan. Tetapi guru lebih
banyak mendorong dan melatih siswa melalui keterampilan kelompok dalam
menyelesaikan masalah sehingga diskusi kelompok menjadi lebih hidup dan aktif
dibandingkan pada putaran I. Aktifitas guru yang menonjol lainnya juga tampak
banyak mengalami peningkatan, kecuali aktifitas yang tidak relevan dalam KBM
yang dapat diminimalkan menjadi 0% dan 2,5%. Aktifitas menyampaikan informasi
menurun sebesar 2,5%, hal ini dikarenakan guru hanya menjelaskan materi secara
singkat tentang pemerintahan dan bahasa resmi negara-negara Asia tenggara dan
juga menjawab pertanyaan siswa yang belum jelas tentang materi tersebut.
Aktifitas mengorganisasikan siswa dalam kelompok kooperatif tetap 5%. Aktifitas
kerja kelompok yang tampak lebih aktif dan hidup pada putaran II tidak lepas
dan meningkatnya aktifitas guru dalam memotivasi siswa sebesar 2,5%.
Aktifitas
siswa yang dominan pada putaran II adalah berdiskusi antar siswa (23%) dan
mendengarkan penjelasan guru (18%). Aktivitas berdiskusi antar siswa mengalami
peningkatan sebesar (1%). Peningkatan aktifitas ini sejalan dengan peningkatan
aktifitas guru dalam mendorong dan melatih keterampilan kooperatif kelompok, di
mana kegiatan kelompok kooperatif sudah tampak lebih hidup dengan berdiskusi antar
siswa dan aktifitas berlatih keterampilan kooperatif yang mengalami peningkatan
sebesar 1%. Dikarenakan guru sudah mengurangi aktivitasnya dalam menjelaskan
materi tentang pemerintahan dan bahasa resmi negara-negara Asia tenggara.
Aktifitas siswa yang mengalami penurunan pada putaran II adalah perilaku siswa
yang tidak relevan dalam KBM sebesar 3%, seiring dengan upaya guru dalam
meningkatkan motivasi dan memberikan umpan balik terhadap kelompok secara
merata antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya sehingga mereka
mendapatkan perhatian yang cukup dari guru dan kesempatan bersenda gurau dalam
diskusi kelompok menjadi kecil. Meskipun demikian, aktifitas perilaku dalam KBM
akan lebih diminimalkan lagi atau bahkan dihilangkan pada materi selanjutnya.
Aktifitas siswa yang juga mengalami peningkatan adalah presentasi kelompok
(16%).
Kategori yang diamati dalam pengelolaan
pembelajaran CIRC meliputi persiapan, pendahuluan, kegiatan inti, penutup,
pengelolaan waktu, suasana kelas, dan teknik bertanya. Keterampilan guru secara
keseluruhan rata-rata mendapatkan nilai 3. Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran banyak mengalami peningkatan pada siklus II.
Aspek yang berhasil diperbaiki adalah pendahuluan, kegiatan inti, penutup,
pengelolaan waktu, dan suasana kelas.
Pada siklus II ini diperoleh ketuntasan klasikal sebesar
97,5% (39 siswa yang tuntas dan 40 siswa) dengan nilai rata-rata kelas
75
Siklus III
1) Persiapan
Pada tahap
ini yang perlu diperbaiki adalah (a) mengurangi aktifitas guru dalam
menyampaikan materi yang dapat dipelajari siswa dalam kelompok-kelompok
kooperatif dan hanya menjelaskan materi yang penting-penting saja, (b) guru
harus meningkatkan aktifitasnya untuk melatih keterampilan kooperatif siswa dan
memberikan waktu kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, (c) guru meningkatkan
perhatian kepada siswa secara lebih merata dan menyeluruh dalam membimbing
kelompok untuk meminimalkan perilaku yang tidak relevan dalam KBM, (d) guru
harus berusaha mengefektifkan kerja kelompok dengan cara memotivasi siswa
dengan memberikan umpan balik. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
satuan pelajaran (silabus), rencana pembelajaran yang sudah direvisi pada
putaran II, LKS, lembar tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa, dan lembar pengamatan aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran
kooperatif CIRC. Dan tahap perencanaan akan dilanjutkan pada tahap penyajian
materi.
2) Penyampaian
materi
Pada
awal pertemuan pelajaran, guru menyampaikan pada siswa tentang model
pembelajaran CIRC dan aturan-aturan yang harus ditaati siswa. Setelah itu guru
memberikan tes awal (pre test) untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi
minggu lalu dan hasil dari tes awal ini digunakan untuk menentukan skor dasar
siswa. Kegiatan ini dilakukan selama 20 menit. Guru memulai pembelajaran dengan
menjelaskan materi pelajaran yaitu tentang mengenal kepala negara dan
pemerintahan negara-negara Asia tenggara. Dalam menjelaskan materi, guru
mengajukan beberapa pertanyaan pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa
tentang materi yang disampaikan. Kegiatan ini dilakukan selama 20 menit dan
dilanjutkan dengan kegiatan kelompok.
3) Kegiatan
kelompok
Pembelajaran
dilaksanakan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dan 5-6 siswa yang heterogen.
Dalam hal ini guru meminta pada siswa melakukan kegiatan dengan memberikan
materi bacaan yang harus dikerjakan secara berkelompok dan guru mengamati
secara bergantian. Kegiatan ini dilakukan selama 25 menit. Pembelajaran
dilanjutkan dengan presentasi kelas, dimana guru meminta beberapa kelompok
untuk menyampaikan hasil dan diskusinya di depan kelas untuk diadakan diskusi
serta membahas hasil kegiatan sesuai dengan materi bacaan yang telah diberikan
oleh guru, kelompok lain diharuskan untuk saling menanggapi hasil diskusi dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan ini dilakukan selama 20 menit.
Setelah kegiatan presentasi kelompok berakhir peneliti melanjutkan pada tahap
berikutnya yaitu tahap evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa pada
putaran II ini.
4) Evaluasi
Setelah
diadakan tes akhir pertama (post test) selama 10 menit, dalam tes ini siswa
mengerjakan tes secara individu dan diakhiri dengan membahas soal yang telah
dikerjakan. Dan tahap ini guru melanjutkan pada tahap pemberian penghargaan
kepada kelompok belajar yang memiliki nilai tertinggi.
5) Penghargaan
Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap aktifitas
siswa dan guru, dan pengelolaan kelas dalam pembelajaran CIRC dengan pendekatan
kontekstual. Pengamatan ini dilakukan oleh guru kelas VII-E SMP Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun. Berdasarkan hasil observasi selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung, diperoleh hasil pengamatan aktifitas guru dan siswa yang
ditunjukkan pada tabel 4.7 sebagai berikut :
Aktifitas
guru yang mendapatkan persentase paling menonjol adalah memberikan petunjuk/
membimbing siswa (25%) dan mendorong/ melatih keterampilan kooperatif siswa
(27,5%). Peran guru dalam mendorong dan melatih keterampilan kooperatif
kelompok meningkat sebesar 2,5% seiring dengan menurunnya aktifitas guru dalam
membimbing/ memberi petunjuk pada siswa sebesar 2,5%. Pada saat siswa bekerja
dalam kelompok guru terus-menerus mendorong dan melatih keterampilan kooperatif
dan satu kelompok ke kelompok lain dengan frekuensi yang lebih tinggi
dibandingkan putaran kedua sambil terus memberikan petunjuk/membimbing siswa
dengan cara memberikan pancingan saja tanpa memberi informasi dalam bentuk jadi
lagi kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Sementara guru meningkatkan
aktifitas memotivasi siswa dan memberikan umpan balik pada kelompok agar
diskusi kelompok berjalan aktif. Hal ini didukung pada tabel, dimana aktifitas
memotivasi siswa meningkat sebesar 2,5%. Guru mengurangi aktifitas merangkum
materi sebesar 5% dan putaran II dengan cara menunjuk beberapa siswa satu dan
siswa yang lainnya saling melengkapi. Aktifitas mengorganisasikan siswa dalam
kelompok kooperatif tetap 5%.
Aktifitas siswa yang dominan pada putaran III adalah
berdiskusi antar siswa (24%) dan mendengarkan penjelasan guru (20%). Aktivitas
berdiskusi antar siswa mengalami peningkatan sebesar (1%). Ini menunjukkan
bahwa siswa telah terbiasa dengan model pembelajaran CIRC. Peningkatan
aktifitas ini sejalan dengan peningkatan aktifitas guru dalam mendorong dan
melatih keterampilan kooperatif kelompok, dimana kegiatan kelompok kooperatif
sudah tampak hidup dengan aktifitas berlatih keterampilan kooperatif yang
mengalami peningkatan sebesar 2%. Siswa juga berlatih menjadi individu yang
mandiri, yang didukung oleh data aktifitas berdiskusi antara siswa dan guru
yang menurun sebesar 4%. Aktifitas mendengarkan penjelasan guru naik mengalami
peningkatan sebesar 1%. Aktifitas guru meningkatkan motivasi siswa dan memberi
umpan balik berpengaruh terhadap aktifitas perilaku siswa yang tidak relevan
dalam KBM. Aktifitas presentasi kelompok meningkat sebesar 1%. Secara umum,
seluruh aktifitas siswa pada putaran III ini mengalami perubahan positif.
Kategori
yang diamati dalam pengelolaan pembelajaran CIRC meliputi persiapan,
pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu, suasana kelas, dan
teknik bertanya. Keterampilan guru secara keseluruhan rata-rata mendapatkan
nilai 3,32. Dengan kualifikasi baik yaitu persiapan, pendahuluan, penutup,
pengelolaan waktu, suasana kelas, dan teknik bertanya. Sedangkan aspek yang
memperoleh kualifikasi sangat baik yaitu kegiatan inti, hal ini dikarenakan
guru sudah mengurangi aktifitas memberikan petunjuk/ membimbing siswa sebesar 2,5%.
Hal ini diikuti meningkatnya aktifitas guru dalam mendorong dan melatih
keterampilan kooperatif sebesar 2,5%.
Pada putaran
III ini diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 100% dengan nilai rata-rata kelas
79,2 menurut standar penilaian (DIKNAS 2006) bahwa pada putaran ini ketuntasan
klasikal sudah tercapai. Hal ini disebabkan siswa sudah terbiasa dengan
kegiatan pembelajaran CIRC.
PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan model pembelajaran CIRC pada materi Benua dan Samudera
Pada tahap kegiatan dan pengamatan dapat
diperoleh gambaran mengenai hasil pembelajaran CIRC pada materi Keadaan Alam dan Aktivitas
Penduduk Indonesia tampak
bahwa siswa belum terbiasa dengan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
metode pembelajaran CIRC, sehingga guru lebih banyak membimbing siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan dalam aktifitas guru yang dominan
membimbing siswa (32,5%), didukung aktifitas siswa berdiskusi antar siswa dan
guru (11%), dan kegiatan siswa berlatih keterampilan kooperatif (13%), siswa
kurang antusias dalam berdiskusi sehingga guru harus lebih tegas mengatasinya
ini ditunjukkan dalam perilaku siswa yang tidak relevan dalam kegiatan mengajar
(6%), perilaku guru yang tidak relevan dalam mengajar (2,5%). Dalam kegiatan
belajar mengajar guru mendorong dan melatih keterampilan kooperatif sebesar
(20%) sehingga diskusi antar siswa dapat berjalan dengan baik (22%), walaupun
diikuti dengan perilaku siswa yang tidak relevan dalam KBM (6%).
Pada
aktifitas guru memberikan petunjuk siswa menurun sebesar 5% seiring dengan meningkatnya
aktifitas guru dalam mendorong dan melatih keterampilan kooperatif sebesar 5%,
memotivasi siswa 2,5%, memberikan umpan balik 2,5%. Aktifitas siswa yang
mendukung adalah berlatih keterampilan kooperatif sebesar (14%) atau meningkat
1% dari putaran I dan berdiskusi antar siswa (23%), perilaku siswa yang tidak
relevan dalam KBM masih ada meskipun telah turun menjadi 3% dan materi mengenal
batas-batas negara-negara Asia tenggara.
Aktifitas
guru mendorong dan melatih keterampilan kooperatif (27,5%), memberi petunjuk
membimbing siswa (25%), didukung oleh aktifitas siswa yaitu berdiskusi antar
siswa (24%), berlatih melakukan keterampilan kooperatif (15%) yang terus
meningkat dari materi putaran I dan II, serta aktifitas presentasi kelompok
(16%). Walaupun pada putaran I dan II aktifitas guru dalam mendorong dan
melatih keterampilan kooperatif serta
membimbing siswa tetap. Hal ini didukung pula oleh penilaian
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif, dimana aspek suasana
kelas mendapat nilai rata-rata 3,3 (baik) dan aspek berpusat pada siswa
mendapat nilai 3 (baik). Meskipun guru telah berusaha semaksimal mungkin
mengefektifkan kerja kelompok dengan banyak memotivasi siswa (12,5%) dan
memberi umpan balik (25%), perilaku siswa yang tidak relevan dalam KBM masih
ada (2%). Ini merupakan permasalahan yang disarankan untuk
diselesaikan pada penelitian berikutnya yaitu bagaimana menghilangkan perilaku
yang tidak relevan dalam KBM.
2. Respon
siswa terhadap penerapan model pembelajaran CIRC
a. Pada
pembelajaran kooperatif CIRC materi Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia merupakan materi yang mudah dipahami oleh siswa
(90%). Hal ini dikarenakan mata pelajaran IPS ditunjang dengan buku paket yang
mudah dipahami ( 52,5% ), bahasa yang digunakan oleh guru juga dapat
dimengerti oleh siswa (85%) dan juga guru dalam menjelaskan materi sudah
mencakup semua aspek yang terkandung dalam materi (75%). Selain itu materi yang
diberikan berhubungan antara satu dengan yang lainnya (72,5%).
b. Pada
penelitian ini model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran CIRC.
Model ini merupakan model yang baik digunakan pada mata pelajaran IPS (77,5%).
Hal ini dikarenakan model tersebut sudah terbukti dapat membantu siswa dalam
memahami pelajaran IPS (77,5%) dan membuat siswa tertarik pada mata pelajaran
IPS (77,5%) selain dapat membantu dalam memahami pelajaran IPS, model
pembelajaran ini juga tidak membuat siswa bingung (87,5%). Sehingga model
pembelajaran CIRC ini dapat digunakan untuk model pembelajaran selanjutnya
(72,5%).
c. Selain
aspek materi dan aspek model pembelajaran, penelitian ini juga menghasilkan
respon siswa terhadap minat siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil
sebagai berikut : Siswa merasa senang dengan mata pelajaran IPS (72,5%). Selain
itu siswa juga berminat untuk berminat mengetahui materi lebih dalam lagi
(52,5%) sehingga termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia (75%) dan mencoba belajar sendiri
di rumah (85%)
3. Hasil
ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran CIRC
Siswa
yang tuntas pada putaran I tidak mencapai ketuntasan klasikal karena hanya 11
siswa yang tuntas dengan nilai diatas KKM. Hal ini dikarenakan siswa belum
terbiasa dengan model pembelajaran CIRC sehingga siswa yang tuntas kurang dari
85%. Walaupun pada putaran I penelitian ini belum berhasil tetapi pada putaran
II dan III mengalami peningkatan dengan hasil ketuntasan belajar yaitu 59,38%
atau sebanyak 19 siswa pada siklus II dan 93,75% atau sebanyak 30 siswa pada
siklus III, ini menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran CIRC merupakan model pembelajaran yang efektif bila
digunakan pada mata pelajaran IPS karena siswa yang tuntas pada putaran III
lebih dari 85%.
Grafik hasil ketuntasan
belajar siswa kelas VII-E
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan
guru dalam mengelola KBM dengan model pembelajaran CIRC pada materi pokok Keadaan Alam dan Aktivitas
Penduduk Indonesia juga
mengalami peningkatan, terjadi peningkatan kualitas pembelajaran CIRC.
2. Model
pembelajaran CIRC dapat menarik siswa untuk senang belajar sebesar dan membantu
memahami pelajaran sebesar, pembelajaran CIRC merupakan model pembelajaran yang
efektif.
3. Hasil/prestasi belajar siswa meningkat pada setiap putaran.
Ketuntasan belajar meningkat, model pembelajaran CIRC ini efektif diterapkan.
Saran
Dari
hasil penelitian ini hal-hal yang perlu disarankan mengenai model pembelajaran
CIRC adalah:
1. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penerapan model pembelajaran CIRC pada
materi pokok yang berbeda dalam mata pelajaran IPS karena ternyata model
pembelajaran ini mampu membantu siswa mencapai ketuntasan belajar individu
maupun klasikal, meningkatkan interaksi positif antar siswa dan menghilangkan kesenjangan
antar siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah melalui kelompok kooperatif.
2. Siswa
perlu dibiasakan bekerja dalam kelompok kooperatif dengan melatih lebih banyak
keterampilan kooperatif tingkat bawah, menengah dan atas sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran CIRC.
3. Diperlukan
persiapan dan perencanaan yang lebih baik dan matang untuk menyelenggarakan
pembelajaran CIRC yang meliputi pemilihan konsep atau materi pelajaran yang
akan disajikan.
DAFTAR PUSTAKA
American federation of Teacher. 1997. Cooperative
Reading and Composition (CIRC). www.csos.jhu.edu/sa/overcirc.html
Ardiana, Leo Idra. 1998. Penelitian Tindakan
Kelas. Depdiknas
Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Johnson, Elaine B. 2002. CTL (Contextual Teaching and Learning). Bandung : Mizan Learning Center
Kisyani-Laksono. 2006. Penelitian Tindakan
Kelas. Unesa
Muslich, Masnur. 2006. KTSP : Pembelajaran
Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Jakarta: Bumi Aksara
Slavin, Robert. 1997. Effect of Bilingual Cooperative
Reading and Composition onp
Students Transitioning From Spanish to English, report No.10. www.links.jstor.org
Steven, Robert., Madden dkk. 1987. Journal
of Cooperative Reading and Composition: Two Field Experiment Volume 22
No.4. www.links.jstor.org
Sudjana, Nana. 1998. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung Algesindo
Sudjana, Nana. 1998. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rosdakarya
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosda Karya
Tim Pustaka Yustisia. 2006. Panduan Lengkap
KTSP. Yogyakarta : Pustaka Yustisia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar