Minggu, 04 September 2016

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI STATISTIK DENGAN METODE KOOPERATIF LEARNING TOGETHER SISWA KELAS 9-J SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SMP NEGERI 1 DOLOPO KABUPATEN MADIUN

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI STATISTIK DENGAN  METODE KOOPERATIF LEARNING TOGETHER SISWA KELAS 9-J  SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN  2013/2014 SMP NEGERI 1 DOLOPO KABUPATEN  MADIUN


Oleh : KASIHAN HARTATIK
SMPN 1 DOLOPO KABUPATEN MADIUN


ABSTRAK

Kata Kunci: metode kooperatif model Learning Together, prestasi belajar matematika
Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya, melibatkan siswa secara aktif alam belajar, menggunakan waktu pelajaran secara efektif serta serius saat mengajar sehingga dapat membangkitkan minat atau motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian tindakan ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Learning Together? (b) Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif model Learning Together terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together, (b) Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas 9-J SMP Negeri 1 Dolopo.  Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan reratanya dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (67.78), siklus II (75.78), siklus III (81.06). Dan Prosentase ketuntasannya dari siklus I, II, III adalah siklus I (62,50%), siklus II (78,13%), siklus III (90,63%).
Simpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model Learning Together dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa kelas 9-J SMP Negeri 1 Dolopo, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika.




PENDAHULUAN
Fungsi guru sebagai  pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada factor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya  peran guru dalam dunia pendidikan. Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif.
Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Menggunakan waktu pelajaran secara efektif berarti memberi kesempatan belajar semakin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusannya saat mengajar sehingga dapat membangkitkan minat atau motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar.
Di luar lingkungan sekolah, per­kembang­an ilmu pengetahuan dan teknologi memungkin­kan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, dan mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
Dalam pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).
Pembelajaran kooperatif lebih menekan­kan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharap­kan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2).
Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2).
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994:14).
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Statistik dengan  Metode Kooperatif Learning Together Siswa Kelas 9-J  Semester Gasal Tahun Pelajaran  2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten  Madiun”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode kooperatif model Learning Together pada Siswa Kelas 9-J  Semester Gasal Tahun Pelajaran  2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten  Madiun?
2.    Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif model Learning Together terhadap motivasi belajar Siswa Kelas 9-J  Semester Gasal Tahun Pelajaran  2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten  Madiun?

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.     Meningkatkan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together pada Siswa Kelas 9-J  Semester Gasal Tahun Pelajaran  2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten  Madiun.
2.     Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode kooperatif model Learning Together pada Siswa Kelas 9-J  Semester Gasal Tahun Pelajaran  2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten  Madiun.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul kooperatif model Learning Together yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas 9-J  Semester Gasal Tahun Pelajaran  2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten  Madiun mengguna­kan metode  kooperatif model Learning Together. dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar Siswa Kelas 9-J  Semester Gasal Tahun Pelajaran  2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten  Madiun  akan lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".

Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
1.    Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika.
2.    Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
3.    Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.

KAJIAN PUSTAKA

Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2).
Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat dengan pernyataan tersebut Setyningsih (2001: 8) mengemukakan bahwa metode pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alterrnatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.
Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama. 
Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1.    Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.
2.    Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.    Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
4.    Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggungjawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5.    Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
6.    Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja­sama selama belajar.
7.    Para siswa akan diminta mempertanggung­jawab­kan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2) menambahkan unsur-unsur dalam pembelajaran koopratif sebagai berikut:
1.  Ketergantungan Positif
2. Kemampuan Individual
3. Promosi tatap muka interaktif
4. Manfaat dari penggabungan keahlian yang tepat
5. Kelompok Proses
Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, Johnson dalam Wahyuni (2001: 10) menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1.    Menentukan objek pembelajaran
2.    Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai.
3.    Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
4.    Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas.
5.    Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.

Pembelajaran Kooperatif Model Learning Together
Para siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan empat sampai lima orang per tim dan heterogen kemampuannya. Para siswa bekerja sebagai suatu keompok untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai gagasan, dan membantu satu sama lain dengan jawaban, dan meminta bantuan dari teman yang lain sebelum bertanya kepada guru, dan si guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan kinerja kelompok.
Pembelajaran dengan model Learning Together ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
·      Siswa membentuk kelompok dengan anggota kelompok sebanyak empat sampai lima orang.
·      Siswa bekerja secara kelompok dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi mengumpulkan data  dengan mencacah, mengukur dan mencatat data dengan tally.
·      Siswa bersama anggota kelompok dan dibimbing guru  melakukan praktik atau eksplorasi mencarai data tentang tinggi badan siswa di kelas
·      Dalam menyelesaikan materi pelajaran yang sudah diberikan guru saling membantu sesama anggota kelompoknya, dan apabila kelompok tidak bisa baru menanyakan kepada guru.
·      guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kerjanya bagus.
·      Guru memberikan tugas kepada siswa mencari penggunaan pencatatan data dengan tally dalam kehidupan sehari – hari.
·      Menguji ketrampilan siswa mencatat data dengan tally dan menyusunnya dalam bentuk tabel.

Keterampilan-Keterampilan Kooperatif
Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996: 25) adalah keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.
1. Keterampilan kooperatif tingkat awal :
-       Menggunakan kesepakatan
-       Menghargai kontribusi
-       Menggunakan suara pelan
-       Mengambil giliran dan berbagi tugas
-       Berada dalam kelompok
-       Berada dalam tugas
-       Mendorong partisipasi
-       Mengundang orang lain untuk berbicara
-       Menyelesaikan tugas tepat waktunya
-       Menyebutkan nama dan memandang bicara
-       Mengatasi gangguan
-       Menolong tanpa memberi jawaban
-       Menghormati perbedaan individu.
2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah :
-       Menunjukkan penghargaan dan simpati
-       Menggunakan pesan “saya”
-       Menggunakan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima
-       Mendengarkan dengan aktif
-       Bertanya
-       Membuat ringkasan
-       Menafsirkan
-       Mengatur dan mengorganisir
-       Memeriksa ketepatan
-       Menerima tanggungjawab
-       Menggunakan kesabaran
-       Tetap tenang/mengurangi ketegangan
3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir :
-       Mengelaborasi
-       Memeriksa secara cermat
-       Menanyakan kebenaran
-       Menganjurkan suatu posisi
-       Menetapkan tujuan
-       Berkompromi
-       Mengahadapi masalah khusus

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab meng­gambar­kan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d) administrasi sosial ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini mengguna­kan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru).
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun, jalan Adil Makmur 95 Dolopo Kode Pos 63174 telepon (0351) 367048.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester gasal Tahun Pelajaran 2013/2014.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah Siswa Kelas 9-J SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun Semester Gasal Tahun Pelajaran  2013/2014, berjumlah 32 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu kompetensi dasaryang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

Instrumen Penelitian
1. Silabus
2. Rencana Pelajaran (RP)
3. Lembar Kegiatan Siswa
4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.     Lembar observasi pengolahan metode kooperatif model Learning Together, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b.    Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif

Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan proses belajar metode kooperatif model Learning Together, observasi aktivitas siswa dan guru, wawancara, dan tes formatif.

Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan mengguna­kan statistik sederhana yaitu:
1.    Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan :      = Nilai rata-rata
               Σ X    = Jumlah semua nilai siswa
               Σ N    = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
           

3.    Untuk lembar observasi
a.     Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model Learning Together.
Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model Learning Together digunakan rumus sebagai berikut : 
      X =  

P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2
b.    Lembar observasi aktifitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut :
      % = x 100 % dengan
X==
Dimana :         
%         = Presentase pengamatan
X         = Rata-rata
∑ x       = Jumlah rata-rata
P1        = Pengamat 1
P2        = Pengamat 2

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
            Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan proses belajar mengajar dengan menerapkan metode kooperatif model Learning Together yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode kooperatif model Learning Together dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
            Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode kooperatif model Learning Together.

Analisis Data Penelitian Persiklus
Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa,  menyampaikan tujuan pembelajran,  pengelola­an waktu,  dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4%  dan 11,5 %.
Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,78 dan ketuntasan belajar mencapai 62,50% atau ada 20 siswa dari 32 siswa sudah tuntas belajar.
c. Refleksi
1)       memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2)      Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)      Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
d. Revisi
1)      Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)      Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3)      Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

Siklus II
a. Tahap perencanaan
Peneliti mempersiap­kan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru mendapatkan penilaian yang cukup baik  dari pengamat. Dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajarn kooperatif model Learning Together diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah mereka lakukan.
Aktifitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%), mnjelaskan materi yang sulit (11,7%). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I, aktifitas ini mengalami peningkatan. Aktifitas siswa  yang mengalami penurunan adalah mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran (6,7%). Adapun aktifitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku (12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi / mengajukan pertanyaan/ide (5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%).
Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75.78 dan ketuntasan belajar mencapai 78.13  atau ada 25 siswa dari 32  siswa sudah tuntas belajar.
c. Refleksi
1)      Memotivasi siswa
2)      Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3)      Pengelolaan waktu.
d. Revisi Rancangan
1)      Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2)      Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3)      Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemu­kan konsep.
4)      Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5)      Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.

Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Peneliti mempersiap­kan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Learning Together mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan konsep, dan pengelolaan waktu. Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Learning Together diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin. 
Aktivitas guru yang paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab  menurun masing-masing sebesar (10%), dan (11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya (10%), menyampaikan materi/strategi  / langkah-langkah (13,3%), meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas ynag tidak menglami perubahan adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa (6,7%).
Aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok yaitu (22,1%) dan mendengarkan / mem­perhati­kan penjelasan guru (20,8%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%) dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan aktivitas yang lainnya mengalami penurunan.
Nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,06 dan dari 32 siswa yang telah tuntas sebanyak 29 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 90,63% (termasuk kategori tuntas).  Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.
c. Refleksi
1)      Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2)      Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3)      Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)      Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Guru telah menerapkan metode kooperatif model Learning Together dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode kooperatif model Learning Together dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Hasil peneilitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif model Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 61,50%, 78,13%, dan 90,63%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Sedangkan untuk prestasi belajar perkembangannya dari siklusI, II, III adalah masing-masing reratanya 67.78, 75.78, 81.06.

Tabel Perbandingan Nilai Siklus I, Ii, Iii
Kriteria
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Skor tertinggi
80
100
100
Skor terendah
30
40
60
Rata-rata nilai
67.78
75.78
81.06
Tuntas ( % )
62.50
78.13
90.63

Tabel Perkembangan Ketuntasan Belajar Dari Siklus I, II, III

Siklus
Rerata Nilai
Ketuntasan
Tuntas
Tidak Tuntas
Jml
%
Jml
%
I
67,78
20
62,50
12
37,50
II
75,78
25
78,13
7
21,88
III
81,06
29
90,63
3
9,38

Grafik Perkembangan Hasil Siklus I, II, III

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode kooperatif model Learning Together dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika pada Standar Kompetensi Statistika dan Peluang dengan metode kooperatif model Learning Together yang paling dominan adalah bekerja dengan anggota kelompok, memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif.
Guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode kooperatif model Learning Together dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS, menjelaskan materi yang tidak dimengerti oleh siswa, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
4. Tanggapan Siswa terhadap metode kooperatif model Learning Together
Berdasarkan analisis wawancara dengan beberapa siswa dapat diketahui bahwa tanggapan siswa termasuk positif. Ini ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode kooperatif model Learning Together.  Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhapad metode kooperatif model Learning Together, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya metode kooperatif model Learning Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

PENUTUP
Kesimpulan    
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode kooperatif model Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (62,50%), siklus II (78,13%), siklus III (90,63%).
2.    Penerapan metode kooperatif model Learning Together mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode kooperatif model Learning Together sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1.    Untuk melaksanakan metode kooperatif model Learning Together memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode kooperatif model Learning Together dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.    Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.    Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan dikelas 9-J semester gasal tahun pelajaran  2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun  .
4.    Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.





DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan FakuLearning Togetheras Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang.
Wetherington. H.C. and W.H. WaLearning Together. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.





                                                                                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar