MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI STATISTIK DENGAN METODE
KOOPERATIF LEARNING TOGETHER SISWA
KELAS 9-J SEMESTER GASAL TAHUN
PELAJARAN 2013/2014 SMP NEGERI 1 DOLOPO
KABUPATEN MADIUN
Oleh : KASIHAN HARTATIK
SMPN 1 DOLOPO KABUPATEN MADIUN
ABSTRAK
Kata Kunci: metode
kooperatif model Learning Together,
prestasi belajar matematika
Agar dapat mengajar efektif, guru harus
meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu
(kualitas) mengajarnya, melibatkan siswa secara aktif alam belajar, menggunakan
waktu pelajaran secara efektif serta serius saat mengajar sehingga dapat
membangkitkan minat atau motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa
terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang
dicapainya.
Permasalahan yang
ingin dikaji dalam penelitian tindakan ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan
prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif
model Learning Together? (b)
Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif model Learning Together terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan penelitian
tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together, (b) Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa
setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together.
Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan (action
research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap
yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran
penelitian ini adalah siswa kelas 9-J SMP Negeri 1 Dolopo. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif,
lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis
didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan reratanya dari siklus I sampai
siklus III yaitu, siklus I (67.78),
siklus II (75.78), siklus III (81.06). Dan Prosentase ketuntasannya
dari siklus I, II, III adalah siklus I (62,50%),
siklus II (78,13%), siklus III (90,63%).
Simpulan dari
penelitian ini adalah metode kooperatif model Learning Together dapat berpengaruh positif terhadap motivasi
belajar Siswa kelas
9-J SMP Negeri 1 Dolopo, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif pembelajaran matematika.
PENDAHULUAN
Fungsi guru sebagai
pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap
upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan dan
peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu
bermuara pada factor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran guru dalam dunia pendidikan. Demikian
pula dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi peran
sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif.
Agar
dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa
(kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar
dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar.
Menggunakan waktu pelajaran secara efektif berarti memberi kesempatan belajar
semakin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusannya saat mengajar
sehingga dapat membangkitkan minat atau motivasi siswa untuk belajar. Makin
banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi
belajar yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar
hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula
melakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar.
Di luar
lingkungan sekolah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan
semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari
berbagai sumber dan tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan
juga terjadi dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, dan
mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran,
antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui
pembelajaran matematika.
Dalam
pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui
pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan
pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan
melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan
menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah
tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode
pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun
metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).
Pembelajaran
kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan
melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut
diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa
lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru
karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”.
(Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2).
Penelitian
juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat
positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2).
Pete
Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu
pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa
bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama
hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang
bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau
lebih baik (Felder, 1994:14).
Berdasarkan
paparan tersebut diatas maka peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Materi Statistik dengan Metode
Kooperatif Learning Together Siswa Kelas 9-J
Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa
dengan diterapkannya metode kooperatif model Learning Together pada Siswa Kelas 9-J Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun?
2. Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif model Learning Together terhadap motivasi
belajar Siswa Kelas 9-J Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun?
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya metode kooperatif model Learning
Together pada Siswa Kelas 9-J Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun.
2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar
siswa setelah diterapkan metode kooperatif model Learning Together pada Siswa Kelas 9-J Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang
berjudul kooperatif
model Learning Together yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut:
“Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas 9-J
Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun menggunakan metode kooperatif model Learning Together. dalam
menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat belajar dan hasil
belajar Siswa Kelas 9-J Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun akan lebih baik dibandingkan dengan proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".
Manfaat Penelitian
Penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika.
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
3. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan
melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam
mencapai tujuan belajar.
KAJIAN PUSTAKA
Definisi Pembelajaran
Pembelajaran
adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan
belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat
dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran
adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan
sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah
laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan
perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang
bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah,
berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Jadi
pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada
suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam
kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2).
Wahyuni
(2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran dengan cara menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki kemampuan berbeda.
Sependapat
dengan pernyataan tersebut Setyningsih (2001: 8) mengemukakan bahwa metode
pembelajaran kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara
pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Dari
tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah. Kemampuan
siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen.
Dalam
pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi
subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses
pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode
alterrnatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar,
meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan
diri.
Dalam
pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat
upaya-upaya akademik dan menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil
belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih
mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan cara
kerjasama.
Pembelajaran
kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut
sebagai berikut:
1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama”.
2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap
siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri,
dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka
semuanya memiliki tujuan yang sama.
4. Para siswa harus membagi tugas dan berbagai
tanggungjawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau
penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota
kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara
mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar.
7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Johnson,
Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2) menambahkan unsur-unsur dalam
pembelajaran koopratif sebagai berikut:
1.
Ketergantungan Positif
2. Kemampuan
Individual
3. Promosi
tatap muka interaktif
4. Manfaat
dari penggabungan keahlian yang tepat
5. Kelompok
Proses
Berdasarkan
unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, Johnson dalam Wahyuni (2001: 10)
menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Menentukan objek pembelajaran
2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai.
3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa.
4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan
keperluan tugas.
5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa
dengan cara mendiskusikan cara kerjasama.
Pembelajaran
Kooperatif Model Learning Together
Para
siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan empat sampai lima orang per tim dan
heterogen kemampuannya. Para siswa bekerja sebagai suatu keompok untuk
menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai gagasan, dan membantu satu sama
lain dengan jawaban, dan meminta bantuan dari teman yang lain sebelum bertanya
kepada guru, dan si guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan
kinerja kelompok.
Pembelajaran dengan model Learning Together ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut
:
· Siswa membentuk kelompok
dengan anggota kelompok sebanyak empat sampai lima orang.
·
Siswa bekerja secara kelompok dalam menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan materi mengumpulkan data dengan mencacah, mengukur
dan mencatat data dengan tally.
·
Siswa bersama anggota kelompok dan dibimbing guru melakukan praktik atau eksplorasi mencarai
data tentang tinggi badan siswa di kelas
·
Dalam menyelesaikan materi pelajaran yang sudah diberikan
guru saling membantu sesama anggota kelompoknya, dan apabila kelompok tidak
bisa baru menanyakan kepada guru.
·
guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kerjanya
bagus.
·
Guru memberikan tugas kepada siswa mencari penggunaan
pencatatan data dengan tally dalam kehidupan sehari – hari.
·
Menguji ketrampilan siswa mencatat data dengan tally dan
menyusunnya dalam bentuk tabel.
Keterampilan-Keterampilan Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki
keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan-keterampilan kooperatif yang
perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996: 25) adalah keterampilan
kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.
1. Keterampilan
kooperatif tingkat awal :
-
Menggunakan
kesepakatan
-
Menghargai
kontribusi
-
Menggunakan
suara pelan
-
Mengambil
giliran dan berbagi tugas
-
Berada
dalam kelompok
-
Berada
dalam tugas
-
Mendorong
partisipasi
-
Mengundang
orang lain untuk berbicara
-
Menyelesaikan
tugas tepat waktunya
-
Menyebutkan
nama dan memandang bicara
-
Mengatasi
gangguan
-
Menolong
tanpa memberi jawaban
-
Menghormati
perbedaan individu.
2. Keterampilan
kooperatif tingkat menengah :
-
Menunjukkan
penghargaan dan simpati
-
Menggunakan
pesan “saya”
-
Menggunakan
ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima
-
Mendengarkan
dengan aktif
-
Bertanya
-
Membuat
ringkasan
-
Menafsirkan
-
Mengatur
dan mengorganisir
-
Memeriksa
ketepatan
-
Menerima
tanggungjawab
-
Menggunakan
kesabaran
-
Tetap
tenang/mengurangi ketegangan
3. Keterampilan
kooperatif tingkat mahir :
-
Mengelaborasi
-
Memeriksa
secara cermat
-
Menanyakan
kebenaran
-
Menganjurkan
suatu posisi
-
Menetapkan
tujuan
-
Berkompromi
-
Mengahadapi
masalah khusus
METODOLOGI
PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan (action
research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif,
sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut
Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian
tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b)
penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d)
administrasi sosial ekperimental.
Dalam
penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung
jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru).
Dalam
penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti
sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan
data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
Tempat Penelitian
Penelitian
ini bertempat di SMP
Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun, jalan Adil
Makmur 95 Dolopo Kode Pos 63174 telepon (0351) 367048.
Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan September semester gasal Tahun Pelajaran 2013/2014.
Subyek Penelitian
Subyek
penelitian adalah Siswa Kelas 9-J SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun Semester Gasal Tahun Pelajaran 2013/2014, berjumlah 32 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Rancangan Penelitian
Penelitian
ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu
putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur
kegiatan yang sama) dan membahas satu kompetensi dasaryang diakhiri dengan tes
formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk
memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
Instrumen Penelitian
1. Silabus
2. Rencana
Pelajaran (RP)
3. Lembar
Kegiatan Siswa
4. Lembar
Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengolahan metode kooperatif
model Learning Together, untuk
mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru,
untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes
formatif
Metode Pengumpulan Data
Data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan
proses belajar metode kooperatif model Learning
Together, observasi aktivitas siswa dan guru, wawancara, dan tes formatif.
Teknik Analisis Data
Untuk
mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui
prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk
mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis
ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti
melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi
dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes
formatif dapat dirumuskan:
Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X =
Jumlah semua nilai siswa
Σ N =
Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
Ada dua
kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal.
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65%
atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat
85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk
menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn
koooperatif model Learning Together.
Untuk
menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model Learning Together digunakan rumus
sebagai berikut :
X =
P1 =
Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2
b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa
Untuk
menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai
berikut :
% = x 100 % dengan
X==
Dimana :
% =
Presentase pengamatan
X =
Rata-rata
∑ x =
Jumlah rata-rata
P1 =
Pengamat 1
P2 =
Pengamat 2
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data
lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan
proses belajar mengajar dengan menerapkan metode kooperatif model Learning Together yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh penerapan metode kooperatif model Learning Together dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan
data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data
tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan metode kooperatif model Learning
Together.
Analisis Data Penelitian Persiklus
Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS
1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Aspek-aspek
yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang
mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada
siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan
dilakukan pada siklus II.
Aktivitas
guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep, yaitu 21,7 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup
besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, tanya jawab dan menjelaskan materi
yang sulit yaitu masing-masing sebesar 13,3 %. Sedangkan aktivitas siswa yang
paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 22,5 %.
Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah bekerja dengan sesama
anggota kelompok, diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca
buku yaitu masing-masing 18,7 % 14,4%
dan 11,5 %.
Nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,78 dan
ketuntasan belajar mencapai 62,50% atau
ada 20 siswa dari 32 siswa
sudah tuntas belajar.
c. Refleksi
1)
memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran
2)
Guru
kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)
Siswa
kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
d. Revisi
1)
Guru
perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap
kegiatan yang akan dilakukan.
2)
Guru
perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi
yang dirasa perlu dan memberi catatan
3)
Guru
harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa
lebih antusias.
Siklus II
a. Tahap
perencanaan
Peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2,
LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Aspek-aspek
yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh
guru mendapatkan penilaian yang cukup baik
dari pengamat. Dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun
demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada
beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan
pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa,
membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan
waktu.
Dengan
penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajarn kooperatif
model Learning Together diharapkan
siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan
pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah mereka
lakukan.
Aktifitas
guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa
dalam menentukan konsep yaitu 25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas
ini mengalami peningkatan. Aktivitas guru yang mengalami penurunan adalah
memberi umpan balik/evaluasi/ Tanya jawab (16,6%), mnjelaskan materi yang sulit
(11,7%). Meminta siswa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%), dan
membimbing siswa merangkum pelajaran (6,7%).
Sedangkan
untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan
sesama anggota kelompok yaitu (21%). Jika dibandingkan dengan siklus I,
aktifitas ini mengalami peningkatan. Aktifitas siswa yang mengalami penurunan adalah mendengarkan /
memperhatikan penjelasan guru (17,9%). Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan
guru (13,8%), menulis yang relevan dengan KBM (7,7%) dan merangkum pembelajaran
(6,7%). Adapun aktifitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku
(12,1%), menyajikan hasil pembelajaran (4,6%), menanggapi / mengajukan
pertanyaan/ide (5,4%), dan mengerjakan tes evaluasi (10,8%).
Nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75.78 dan ketuntasan belajar mencapai 78.13 atau ada 25 siswa
dari 32 siswa
sudah tuntas belajar.
c. Refleksi
1)
Memotivasi
siswa
2)
Membimbing
siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3)
Pengelolaan
waktu.
d. Revisi
Rancangan
1)
Guru
dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama
proses belajar mengajar berlangsung.
2)
Guru
harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri
siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3)
Guru
harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan / menemukan
konsep.
4)
Guru
harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5)
Guru
sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada
siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
Siklus III
a. Tahap
Perencanaan
Peneliti
mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3,
LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Aspek-aspek
yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh
guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Learning Together mendapatkan penilaian
cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan
kesimpulan / menemukan konsep, dan pengelolaan waktu. Penyempurnaan aspek-aspek
diatas dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Learning Together diharapkan dapat
berhasil semaksimal mungkin.
Aktivitas
guru yang paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa
dalam menemukan konsep yaitu 22,6%, sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang
sulit dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing sebesar (10%), dan
(11,7%). Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengkaitkan dengan
pelajaran sebelumnya (10%), menyampaikan materi/strategi / langkah-langkah (13,3%), meminta siswa
menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan (10%), dan membimbing siswa
merangkum pelajaran (10%). Adapun aktivitas ynag tidak menglami perubahan
adalah menyampaikan tujuan (6,7%) dan memotivasi siswa (6,7%).
Aktivitas
siswa yang paling dominan pada siklus III adalah bekerja dengan sesama anggota
kelompok yaitu (22,1%) dan mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru
(20,8%), aktivitas yang mengalami peningkatan adalah membaca buku siswa (13,1%)
dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru (15,0%). Sedangkan aktivitas
yang lainnya mengalami penurunan.
Nilai rata-rata tes formatif sebesar 81,06 dan
dari 32 siswa yang telah tuntas sebanyak 29 siswa dan
3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar 90,63%
(termasuk kategori tuntas). Hasil pada
siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II.
c. Refleksi
1)
Selama
proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2)
Berdasarkan
data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung.
3)
Kekurangan
pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga
menjadi lebih baik.
4)
Hasil
belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi
Pelaksanaan
Guru
telah menerapkan metode kooperatif model Learning
Together dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk
tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada
dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya
penerapan metode kooperatif model Learning
Together dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Pembahasan
1. Ketuntasan
Hasil Belajar Siswa
Hasil
peneilitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif
model Learning Together memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat
dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing
61,50%, 78,13%, dan 90,63%.
Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Sedangkan untuk prestasi
belajar perkembangannya dari siklusI, II, III adalah masing-masing reratanya 67.78, 75.78, 81.06.
Tabel Perbandingan Nilai Siklus I,
Ii, Iii
Kriteria
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
Skor tertinggi
|
80
|
100
|
100
|
Skor terendah
|
30
|
40
|
60
|
Rata-rata nilai
|
67.78
|
75.78
|
81.06
|
Tuntas ( % )
|
62.50
|
78.13
|
90.63
|
Tabel Perkembangan Ketuntasan
Belajar Dari Siklus I, II, III
Siklus
|
Rerata
Nilai
|
Ketuntasan
|
|||
Tuntas
|
Tidak
Tuntas
|
||||
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
||
I
|
67,78
|
20
|
62,50
|
12
|
37,50
|
II
|
75,78
|
25
|
78,13
|
7
|
21,88
|
III
|
81,06
|
29
|
90,63
|
3
|
9,38
|
Grafik Perkembangan Hasil Siklus I, II, III
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode kooperatif model Learning Together dalam setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar
siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada
setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika
pada Standar Kompetensi
Statistika dan Peluang dengan
metode kooperatif model Learning Together
yang paling dominan adalah bekerja dengan anggota kelompok, memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif.
Guru
selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode kooperatif model Learning Together dengan baik. Hal ini
terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS, menjelaskan materi yang tidak
dimengerti oleh siswa, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana
prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
4. Tanggapan
Siswa terhadap metode kooperatif model Learning
Together
Berdasarkan
analisis wawancara dengan beberapa siswa dapat diketahui bahwa tanggapan siswa
termasuk positif. Ini ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan
bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode kooperatif model Learning Together. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan
respon positif terhapad metode kooperatif model Learning Together, sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar
lebih giat. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya metode kooperatif
model Learning Together dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari
hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode
kooperatif model Learning Together memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(62,50%), siklus II (78,13%),
siklus III (90,63%).
2. Penerapan metode kooperatif model Learning Together mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan
rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan metode kooperatif model Learning
Together sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
Saran
Dari
hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode kooperatif model Learning Together memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan metode kooperatif model Learning Together dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh
hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar
siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan berbagai
metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya
dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga
siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
karena hasil penelitian ini hanya dilakukan dikelas 9-J semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun .
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya
dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc.
Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar,
Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My %
Document\Coop % 20 Report.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan FakuLearning Togetheras Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
KBBI.
1996. Edisi Kedua.
Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja
Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI,
Universitas Terbuka.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar
Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang.
Wetherington. H.C. and W.H. WaLearning Together. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar.
(terjemahan) Bandung: Jemmars.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar