Selasa, 01 Desember 2015

PEMANFAATAN KISAH INSPIRATIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN MENDISKRIPSIKAN PRANATA DAN PENYIMPANGAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII.A SMP NEGERI 3 SARADAN TAHUN 2015

PEMANFAATAN KISAH INSPIRATIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN MENDISKRIPSIKAN PRANATA DAN PENYIMPANGAN SOSIAL PADA SISWA  KELAS VIII.A SMP NEGERI 3 SARADAN  TAHUN 2015

Oleh : JARWANTO,  SMP Negeri 3 Saradan Kabupaten Madiun



ABSTRAK
Kata Kunci: Kisah Inspiratif, Motivasi dan Pemahaman, Pranata dan Penyimpangan Sosial

Bahasan mengenai pranata dan penyimpangan sosial merupakan materi esensial dalam pembelajaran IPS di SMP karena menyangkut langsung etika kehidupan di masyarakat. Dalam materi ini banyak pesan moral terkait perilaku sosial para siswa seusia SMP. Dengan karakteristik materi pelajaran demikian, mestinya para siswa tertarik mengikuti pembelajaran (motivasi instrinsik) dan mencapai hasil maksimal. Namun berdasar pengalaman pembelajaran tahun terdahulu, penulis menggunakan metode konvensional (ceramah, diskusi, dan penugasan) pada kompetensi (bahasan) tersebut menunjukkan respek siswa kurang baik pada saat proses pembelajaran, dan daya serap yang rendah dari hasil ulangan harian pada kompetensi terkait. Bertolak dari kegagalan tersebut kemudian penulis melaksanakan refleksi dan instrospeksi untuk menemukan solusi keberhasilan. Alternatif pemecahannya adalah menggunakan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran. Sehingga tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui proses pembelajaran yang efektif dengan memanfaatkan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial; 2) untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran terhadap peningkatan prestasi siswa pada kompetensi mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial.
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, pada siklus pertama menunjukkan partisipasi siswa dalam pembelajaran (40%) dan hasil post tes (78,5) belum mencapai indikator keberhasilan, sedang tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang menyenangkan (95%) telah mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus kedua menunjukkan partisipasi siswa (100%), hasil post tes (96%), dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang menyenangkan (100%), semuanya telah mencapai indikator keberhasilan.
Simpulan hasil penelitian: pemanfaatan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa pada kompetensi mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial.




PENDAHULUAN

Bahasan mengenai pranata dan penyimpangan sosial merupakan materi esensial dalam pembelajaran IPS di SMP karena menyangkut langsung etika kehidupan di masyarakat. Dalam materi ini banyak pesan moral terkait perilaku sosial para siswa seusia SMP. Dengan karakteristik materi pelajaran demikian, mestinya para siswa tertarik mengikuti pembelajaran (motivasi instrinsik) dan mencapai hasil maksimal. Namun berdasar pengalaman pembelajaran tahun terdahulu, penulis menggunakan metode konvensional (ceramah, diskusi, dan penugasan) pada kompetensi (bahasan) tersebut menunjukkan respek siswa kurang baik pada saat proses pembelajaran, dan daya serap yang rendah dari hasil ulangan harian pada kompetensi terkait. Bertolak dari kegagalan tersebut kemudian penulis melaksanakan refleksi dan instrospeksi untuk menemukan solusi keberhasilan, Yaitu adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yang didasari atas motivasi yang baik, dan menunjukkan daya serap yang tinggi dari hasil ulangan pada kompetensi terkait.
Analisis permasalahan mengarah pada pemilihan metode pembelajaran yang tepat, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi belajar, peninjauan situasi dan kondisi belajar siswa, pengorganisasian materi pembelajaran agar mudah dipahami, hingga perilaku guru dalam memimpin pembelajara. Hasil analisis permasalahan mengarah pada pembuatan dan penggunaan media pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Terkait dengan materi pranata dan penyimpangan sosial, di sekolah belum ada media pembelajaran khusus yang dapat dimanfaatkan, guru perlu merekayasa sendiri. Dalam hal ini, guru terlintas pada peristiwa-peristiwa menarik berupa kisah inspiratif  yang dapat ditampilkan dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan pembelajaran, kisah inspiratif ini dapat dijadikan sebagai bahan apersepsi, motivasi, atau sekaligus dikaitkan dengan kontens materi dan tujuan pembelajaran.
Kisah inspiratif dapat diambil dari acara televisi yang menarik, seperti: Kick Andy TV Metro, Mario Teguh Golden Ways TV Metro,  Dangdut Academy TV Indosiar, Indonesian Idol RCTI, dan acara lain yang memungkinkan. Acara tersebut diambil sebagai kisah inspiratif yang ditampilkan dalam proses pembelajaran, berfungsi sebagai apersepsi, motivasi, dan bahan kajian untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga dalam mencari dan memilih kisah inspiratif tetap memperhatikan dan mengkaitkan dengan kontens materi dan tujuan pembelajaran. Peristiwanya dapat di download dari internet. Selanjutnya untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pemanfaatan kisah inspiratif dalam pembelajaran seperti yang dimaksud di atas, penulis melaksanakan penelitaian ini. Hal ini sekaligus sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa terhadap materi pranata dan penyimpangan sosial. Sebagai subyek penelitian dipilih kelas 8.A, hal ini didasarkan pada pengalaman hasil ulangan materi sebelumnya, nilai rata-rata kelas ini yang paling rendah dibanding kelas lain (ada empat kelas VIII di SMPN 3 Saradan).

Rumusan masalah:
1.    Bagaimanakah pemanfaatan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial ?
2.    Apakah pemanfaatan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial ?


Tujuan penelitian:
1.    Untuk mengetahui proses pembelajaran yang efektif dengan memanfaatkan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial.
2.    Untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran terhadap peningkatan prestasi siswa pada kompetensi mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial.


Penjelasan istilah:
Untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi terhadap beberapa konsep dalam penelitian ini, maka istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pengertiannya sebagai berikut :
1.    Kisah Inspiratif yaitu tampilan peristiwa-peristiwa menarik dan memiliki nilai pendidikan yang diambil dari acara televisi. Kisah inspiratif ini ditampilkan dalam pembelajaran di kelas, yang berfungsi sebagai apersepsi, motivasi, dan kajian pembelajaran. Sehingga peristiwanya berkaitan dengan kontens materi dan tujuan pembelajaran.
2.    Motivasi adalah kesanggupan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, hal ini dapat diketahui dari kegiatan observasi (terstruktur) selama proses pembelajaran. Motivasi ini juga didasarkan pada kerelaan dan kesadaran siswa dalam berpartisipasi pada proses pembelajaran, dan bukan karena keterpaksaan. Hal ini dapat diketahui dari hasil angket siswa dalam menanggapi kegiatan pembelajaran.
3.    Pemahaman adalah penguasaan siswa terhadap kompetensi materi yang sedang dibahas yang dinyatakan dalam bentuk nilai / skor hasil tes pada materi terkait.

KAJIAN PUSTAKA
A.   Kisah Inspiratif
Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang disusun oleh Porwadarminta, kisah berarti cerita atau kejadian, sedang inspirasi berarti ilham. Kisah inspirasi berarti cerita atau kejadian yang mampu memberikan ilham. Istilah ilham atau inspirasi di sini tentu memiliki makna yang positip, yaitu mampu membawa perubahan ke arah yang dinamis. Perubahan dapat berbentuk pola pikir, sikap dan perilaku, atau ketrampilan.
Untuk memetik ilham dari kisah inspiratif, bisa ditampilkan melalui cerita (audio) atau ditayangkan dalam bentuk filem (audio visual). Tampilan kisah inspiratif antara lain bisa kita unduh dari acara televisi, seperti: Kick Andy TV Metro, Mario Teguh Golden Ways TV Metro, Dangdut Academy TV Indosiar, Indosian IdolRCTI, KDI MNC TV, Hitam Putih RCTI, atau acara lain yang mampu memberikan sentuhan kalbu atau inspirasi pendidikan.
Tayangan kisah inspiratif dalam bentuk filem (audio visual) akan lebih memberikan pengaruh dibanding dalam bentuk cerita (audio). Nilai inspirasi dalam suatu kisah dapat dipetik dari cerita ke-tokoh-an, kehebatan seseorang, sifat kemuliaan seseorang, penampilan, pikiran seseorang, atau isi wawan cara yang menggugah kalbu dan mendatangkan simpati.

B.   Kisah Inspiratif sebagai Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sehingga media pembelajaran adalah segala perantara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Aristo Rahadi, 2004: 7). Berdasar fungsinya, media pembelajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana pembelajaran. Alat peraga merupakan media yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga ini berfungsi untuk membantu menurunkan tingkat keabstrakan konsep sehingga ciri-ciri konsep dapat dengan mudah dikenali atau dipahami oleh siswa. Sedang media pembelajaran selain alat peraga atau dalam bentuk sarana pembelajaran, berfungsi sebagai alat untuk mempermudah komunikasi atau interaksi pembelajaran antara guru dengan siswa(Tim Instruktur Matematika, 2000 : 1).
Bertolak dari pengertian di atas, kehadiran kisah inspiratif dalam pembelajaran di kelas bisa disebut sebagai media pembelajaran ataupun sebagai alat peraga. Mengingat kehadiran kisah inspiratif di sini mampu mempermudah komunikasi atau interaksi pembelajaran antara guru dengan siswa (sebagai media pembelajaran). Di lain pihak, kisah inpiratif juga menampilkan ciri-ciri atau fakta konsep yang dipelajari. Untuk selanjutnya dalam karya tulis ini, kisah inspiratif akan disebut sebagai media pembelajaran.
Media yang digunakan dalam pembelajaran harus memiliki relevansi dan ketepatan dengan situasi – kondisi, karakteristik sasaran didik, dan tema pembelajaran. Pembuatan dan penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat sasaran akan menjadi tidak berfungsi, atau bahkan bisa membingungkan peserta didik(H. Punaji Setyosari, 2007 : 4).
Kisah inspiratif yang dihadirkan sebagai media pembelajaran di kelas, tentu harus memiliki keterkaitan dengan konsep pembelajaran.kehadirannya dapat berfungsi sebagai apersepsi, motivasi, atau kajian materi. Dalam konteks kisah inspiratif dijadikan kajian materi, berarti tampilannya harus ada keterkaitan dengan tujuan pembelajaran dan topik yang dijadikan sasaran belajar. Hal demikian, tidak mudah untuk mencari kisah inspiratif yang ada keterkaitan dengan tujuan pembelajaran. Berarti juga tidak semua topik pembelajaran bisa mendapatkan kisah inspiratif. Jika guru akan menggunakan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran, berarti harus benar-benar memilih dan selektif agar tidak terjadi salah konsep.

C.   Kisah Inspiratif sebagai Pembangkit Motivasi
Motivasi berarti dorongan atau rangsangan yang menyebabkan seseorang bersemangat untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi belajar berarti dorongan atau rangsangan yang dialami seseorang hingga bersemangat untuk belajar. Dalam konteks pembelajaran di kelas, kegiatan motivasi sangat penting agar mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Manakala seorang guru mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, ia akan menghadapi situasi pembelajaran yang menyenangkan. Siswa aktif dalam proses pembelajaran, hampir tidak ada gangguan pada jalannya pembelajaran, dan akan mencapai hasil yang optimal. Dan sebaliknya, manakala guru tidak mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, ia akan menghadapi situasi pembelajaran yang melelahkan, siswa pasif, sering terjadi gangguan pada jalannya pembelajaran, dan hasilnya pun tidak akan optimal. Terkait dengan uraian ini, Erti (dalam Prayitno, 1989: 143) menyampaikan bahwa “motivasi adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar”.
Motivasi dapat timbul secara instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri siswa. Indikator seorang pelajar memiliki motivasi instrinsik yang baik dalam belajar, ia akan menunjukkan sikap ketekunan belajar dan semangat yang baik. Sedang motivasi ekstrinsik adalah faktor pendorong dari luar diri seseorang, misalnya: pujian dari orang lain, penghargaan, atau hadiah. Seorang guru juga bisa membangkitkan motivasi ekstrinsik siswa misalnya dengan menampilkan model pembelajaran yang menarik atau menggunakan media pembelajaran menarik.
Kisah inspiratif yang ditayangkan dalam pembelajaran dapat membangkitkan motivasi (ekstrinsik) bagi siswa. Kelebihan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran dibanding dengan media pembelajaran yang lain, bahwa kisah inspiratif juga bisa membangkitkan motivasi produktif. Motivasi produktif dalam konteks pembelajaran, bahwa selain siswa aktif dan bergairah dalam mengikuti pembelajaran, dia juga mendapatkan motivasi inspirasi atau ilham berupa perubahan pola pikir, sikap dan perilaku yang berguna dalam hidupnya.


METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII.A SMP Negeri 3 Saradan – kabupaten Madiun, pada bulan Pebruari hingga bulan April tahun 2015, yaitu semester 2 tahun pelajaran 2014 – 2015.  Proses penelitian dilaksanakan terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran dan dibantu (kolaborasi) dengan guru lain. Kegiatan kolaborasi terutama dilaksanakan pada kegiatan merancang instrumen penelitian, observasi kegiatan pembelajaran, dan kegiatan refleksi. Sebagai penelitian tindakan,  kegiatan ini dilaksanakan melalui beberapa siklus, yaitu 2 siklus sesuai rencana. Tahapan tiap siklus meliputi kegiatan: (1) planning (perencanaan), (2) acting (pelaksanaan), (3) observing (pengamatan), (4) reflecting (refleksi).

Indikator keberhasilan dari tindakan setiap siklus adalah:
1.    Partisipasi siswa dalam pembelajaran (hasil penilaian observer) dengan menggunakan media pembelajaran kisah inspiratif pada semua aspek pengamatan mencapai predikat baik atau sangat baik.
2.    Tes hasil belajar siswa (post tes) mencapai ketuntasan belajar klasikal, dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 77 (tujuh puluh tujuh). Dalam hal ini, ketuntasan belajar klasikal tercapai apabila 85 % dari jumlah siswa pada kelas tersebut mencapai nilai minimal 77 (tujuh puluh tujuh).
3.    Tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran (hasil angket siswa) menunjukkan minimal 90 % dari jumlah siswa menyatakan senang/ menyenangkan setelah mengikuti pembelajaran dengan media pembelajaran kisah inspiratif.


Instrumen penelitian
Ada 3 (tiga) instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu: untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media kisah inspiratif, untuk mengukur hasil belajar siswa, dan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media kisah inspiratif. Ketiganya diuraikan sebagai berikut:



1.    Instrumen untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media kisah inspiratif dibuat lembar observasi terstruktur sebagai berikut:
No
Kategori Pengamatan
Penilaian Observer
Kurang Baik
Cukup Baik
Baik
1
Perhatian siswa terhadap tayangan filem kisah inspiratif



2
Partisipasi siswa dalam diskusi di kelompok masing-masing



3
Kelancaran siswa mengerjakan permasalahan dalam diskusi



4
Ketepatan waktu siswa mengerjakan tugas kelompok



5
Kualitas jawaban siswa hasil diskusi kelompok




Rubrik Pengamatan Partisipasi Siswa
No
Kategori Pengamatan
Rubrik
1
Perhatian siswa terhadap tayangan filem kisah inspiratif
Baik: ada 2 siswa menunjukkan sikap kurang memperhatikan tayangan filem kisah inspiratif;
Cukup Baik: ada 3 – 5 siswa menunjukkan sikap kurang memperhatikan tayangan filem kisah inspiratif;
Kurang Baik: ada 8 siswa menunjukkan sikap kurang memperhatikan tayangan filem kisah inspiratif.
2
Partisipasi siswa dalam diskusi di kelompok masing-masing
Baik: ada 2 siswa menunjukkan sikap kurang melibatkan diri dalam kerja kelompok;
Cukup Baik: ada 3 – 5 siswa menunjukkan sikap kurang melibatkan diri dalam kerja kelompok;
Kurang Baik: ada 8 siswa menunjukkan sikap kurang melibatkan diri dalam kerja kelompok.
3
Kelancaran siswa mengerjakan permasalahan dalam diskusi
Baik: ada 2 siswa menunjukkan sikap tidak mampu menjawab permasalahan dalam diskusi di kelompoknya;
Cukup Baik: ada 3 – 5 siswa menunjukkan sikap tidak mampu menjawab permasalahan dalam diskusi di kelompoknya;
Kurang Baik: ada 8 siswa menunjukkan sikap tidak mampu menjawab permasalahan dalam diskusi di kelompoknya.
4
Ketepatan waktu siswa mengerjakan tugas kelompok
Baik: semua kelompok diskusi (6 kelompok) mengumpulkan hasil diskusi tepat waktu;
Cukup Baik: ada 1 kelompok diskusi mengumpulkan hasil diskusi tidak tepat waktu;
Kurang Baik: ada 2 kelompok diskusi mengumpulkan hasil diskusi tidak tepat waktu.
5
Kualitas jawaban siswa hasil diskusi kelompok
Baik: ada 1 kelompok diskusi yang jawabannya hanya benar sebagian;
Cukup Baik: ada 2 kelompok diskusi yang jawabannya hanya benar sebagian;
Kurang Baik: ada 3 kelompok diskusi yang jawabannya hanya benar sebagian

2.    Instrumen untuk mengukur (mendapatkan data) tentang hasil belajar siswa digali melalui tes hasil belajar (post tes) pada kompetensi terkait. Bentuk soal adalah uraian terbatas.
3.    Instrumen untuk mengetahui pendapat/ tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media kisah inspiratif dibuat angket seperti berikut:


A
B
C
Tidak Menyenangkan
Biasa-biasa saja
Menyenangkan
Sebab:
1.     Tayangan kisah inspiratif tidak menarik
2.     Menyita waktu belajar

3.     Membingungkan
Sebab:
1.     Sama dengan model pembelajaran lain
2.     Sama dengan belajar biasa/ tanpa kisah inspiratif
3.     Tidak memberi daya tarik
Sebab:
1.    Menarik perhatian

2.    Tayangan kisah inspiratif bermanfaat
3.    Mempermudah mengerjakan soal/ permasalahan
Catatan: siswa disuruh menyatakan pendapatnya dengan melingkari hurub A; B; atau C sesuai    pendapatnya, kemudian melingkari nomor 1; 2; atau 3 sebagai sebab/ kelanjutan pilihan pertama.



Analisis data:
1.         Data hasil observasi tentang partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dianalisis dengan perhitungan persentase.
2.         Data tes hasil belajar siswa (pos tes) dianalisis berdasar ketuntasan belajar (mastery learning) dengan KKM = 77.
3.         Data hasil angket tentang pendapat siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media kisah inspiratif dianalisis dengan perhitungan persentase.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Pembelajaran Siklus 1
Pada siklus I dilaksanakan 2 (dua) kali tatap muka (pertemuan) pembelajaran, dengan durasi tiap pertemuan pembelajaran adalah 80 menit. Pada pertemuan pertama (dalam siklus I) dipilih kisah inspiratif dari acara Dangdut Academy Indosiar yang menampilkan salah satu peserta bernama “Subro”. Ia seorang tuna netra yang memiliki kemampuan bagus dalam suara dan teknik bernyanyi, hingga termasuk finalis. Acara ini dipilih karena memiliki keterkaitan dengan kajian materi yang sedang dibahas.
Pada saat kegiatan pembelajaran, setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian ditayangkan filem kisah inspiratif. Semua siswa bersemangat dan tertarik menyaksikan tayangan filem tersebut. Seusai tayangan kisah inspiratif, siswa berkumpul dalam kelompoknya masing-masing dan diberi soal untuk didiskusikan. Proses diskusi berjalan lamban, siswa nampak kesulitan  mengingat kembali tayangan filem yang ditanyakan dalam soal diskusi. Ada 3 kelompok diskusi yang tidak menyelesaikan tugas tepat waktu.
Pada pertemuan ke-2 (dalam siklus I) dipilih kisah inspiratif  pada acara Kick Andy TV Metro yang berjudul “Aku juga bisa berprestasi”. Sebelum ditayangkan filemnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menekankan pada siswa untuk lebih konsentrasi menyaksikan dan mengingat tayangan filem tersebut utamanya yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran.
Seusai tayangan filem kisah inspiratif, siswa berkumpul pada kelompoknya masing-masing dan diberi soal untuk didiskusikan. Proses diskusi masih belum berjalan lancar, beberapa siswa masih saling tanya tentang tayangan filem yang muncul dalam soal diskusi. Masih ada 3 kelompok diskusi yang tidak tepat waktu mengerjakan tugas.

Kondisi Pembelajaran Siklus 2
Berdasar temuan permasalahan pada pembelajaran di siklus I, kemudian pada siklus II dibuat tambahan tindakan sebagai solusi mengatasi permasalahan. Tambahan tindakan pada siklus II adalah guru membuat “check list” untuk dikerjakan siswa waktu menyaksikan tayangan kisah inspiratif. Tindakan check list ini dimaksudkan agar siswa dapat memfokuskan diri dalam memetik tayangan kisah inspiratif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga nantinya waktu diskusi, mereka mudah untuk mengingat kembali berkaitan dengan tayangan filem dengan soal dalam diskusi. Isi check list adalah daftar permasalahan (sesuai tujuan pembelajaran) yang jawabannya bisa dipetik dari tayangan filem kisah inspiratif.
Pada pertemuan pembelajaran pertama (siklus II) dipilih kisah inspiratif dari acara Dialok Khusus LTV (lampung TV) berjudul “Penyimpangan Sosial”. Terlebih dahulu guru menyampaikan tujuan pembelajaran,   kemudian membagi check list kepada setiap kelompok. Siswa dalam kelompok masing-masing menyaksikan tayangan kisah inspiratif sambil mengisi check list. Kegiatan selanjutnya adalah diskusi kelompok membahas soal yang disampaikan oleh guru.
Proses diskusi kelompok pada pertemuan pembelajaran pertama (siklus II) berjalan lancar. Semua kelompok dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Hasil post tes juga menunjukkan peningkatan yang signifikant dibanding dari hasil post tes pada siklus I. Pertemuan pembelajaran kedua pada siklus II juga menunjukan hasil yang sama. Proses diskusi lancar, semua kelompok diskusi dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu, post tes mencapai hasil ketuntasan klasikal.



Hasil Penelitian Per Siklus
Siklus 1
Hasil Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran dengan Media Kisah Inspiratif  Siklus 1
Kategori Pengamatan
Penilaian Observer
1)         Kelancaran siswa mengerjakan permasalahan dalam diskusi
2)         Ketepatan waktu siswa mengerjakan tugas kelompok
3)         Kualitas jawaban siswa hasil diskusi kelompok
Kurang Baik
1)         Perhatian siswa terhadap tayangan filem kisah inspiratif
2)         Partisipasi siswa dalam diskusi di kelompok masing-masing
Baik
Catatan: hasil di atas merupakan hasil observasi pada pertemuan pembelajaran ke-1 dan ke-2, hasilnya sama.

Hasil Post Tes Siklus 1
Pertm Pemblj ke
Jml Siswa
Rata-rata Nilai
Jml Siswa Tuntas
Jml Siswa tdk Tuntas
Persentase ketuntasan
1
30
79
23
7
77 %
2
81,5
24
6
80 %
Rata – rata ketuntasan
78,5 %


Hasil Angket Pendapat Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Kisah InspiratifSiklus 1 (pertemuan pemblj 1 / pertemuan pemblj 2)
Tidak Menyenangkan
Biasa-biasa saja
Menyenangkan
2  / 1 siswa
- / -
28  /  29 siswa
7 / 3 %
- / -
93 / 97 %
Sebab:
Sebab:
Sebab:
1.     Tayangan kisah inspiratif tidak menarik
2.     Menyita waktu belajar


3.     Membingungkan
-

-


2/1

1.   Sama dengan model pembelajaran lain
2.   Sama dengan belajar biasa/ tanpa kisah inspiratif
3.   Tidak memberi daya tarik
-

-


-
1.     Menarik perhatian

2.     Tayangan kisah inspiratif bermanfaat

3.     Mempermudah mengerjakan soal/ permasalahan
19/
20
6/
6

3/
3

Perbandingan Hasil Tindakan Siklus 1 dengan Indikator Keberhasilan
Hasil Tindakan
Indikator Keberhasilan
Ketercapaian
Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran
Belum tercapai
Hasil Post Tes
Belum tercapai
Hasil Angket Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
Tercapai


Siklus 2
Hasil Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran dengan Media Kisah Inspiratif  Siklus 2
Kategori Pengamatan
Penilaian Observer
1)    Perhatian siswa terhadap tayangan filem kisah inspiratif
2)    Partisipasi siswa dalam diskusi di kelompok masing-masing
3)    Kelancaran siswa mengerjakan permasalahan dalam diskusi
4)    Ketepatan waktu siswa mengerjakan tugas kelompok
5)    Kualitas jawaban siswa hasil diskusi kelompok
Baik
Catatan: hasil di atas merupakan hasil observasi pada pertemuan pembelajaran ke-1 dan ke-2, hasilnya sama.


Hasil Post Tes Siklus 2
Pertm Pemblj ke
Jml Siswa
Rata-rata Nilai
Jml Siswa Tuntas
Jml Siswa tdk Tuntas
Persentase ketuntasan
1
30
90,17
28
2
93 %
2
95
30
-
100 %
Rata – rata ketuntasan
96,5 %


Hasil Angket Pendapat Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Kisah Inspiratif  Siklus 2 (pertemuan pemblj 1 / pertemuan pemblj 2)
Tidak Menyenangkan
Biasa-biasa saja
Menyenangkan
-          / -
- / -
30  /  30 siswa
-          / -
- / -
100 / 100 %
Sebab:
Sebab:
Sebab:
1.     Tayangan kisah inspiratif tidak menarik

2.     Menyita waktu belajar

3.     Membingungkan
-


-

-

1.   Sama dengan model pembelajaran lain
2.   Sama dengan belajar biasa/ tanpa kisah inspiratif
3.   Tidak memberi daya tarik
-

-


-
1.       Menarik perhatian

2.     Tayangan kisah inspiratif bermanfaat

3.     Mempermudah mengerjakan soal/ permaslhan
19/
20
7/
6

4/
4

Perbandingan Hasil Tindakan Siklus 2 dengan Indikator Keberhasilan
Hasil Tindakan
Indikator Keberhasilan
Ketercapaian
Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran
Tercapai
Hasil Post Tes
Tercapai
Hasil Angket Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
Tercapai




PENUTUP
Simpulan
Pemanfaatan kisah inspiratif  sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman pada kompetensi mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial.

Saran
1.    Bagi Guru: agar mengembangkan media pembelajaran dalam bentuk kisah inspiratif  pada bahasan atau kompetensi lain, dan mencari (koleksi) tayangan kisah inspiratif dari berbagai sumber untuk kepentingan pembelajaran.
2.    Bagi Sekolah: agar hasil penelitian ini dijadikan koleksi perpustakaan sebagai bahan bandingan atau rujukan bagi guru-guru yang akan mengembangkan media pembelajaran atau menyusun PTK sejenis.
3.    Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota: agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai referensi baru tentang media pembelajaran untuk dperkenalkan di sekolah-sekolah atau pada guru-guru dengan harapan dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.





DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab, 2007, Metode dan Model – Model Mengajar, Alfabeta,  Bandung

Aristo Rahadi, 2004, Media Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen, Jakarta.

Hery Sukarman, 2004, Dasar – Dasar Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen, Jakarta.

I Wayan Dasna dan Ach. Fatchan, 2007, Penelitian Tindakan Kelas dan Karya Ilmiah, Universitas Negeri Malang - Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 15, Malang

Poerwadarminta, W.J.S., 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta

Punaji Setyosari, 2007, Pemanfaatan Media, Universitas Negeri Malang - Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 15, Malang.

Suprayekti, 2003, Interkasi Belajar Mengajar, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen, Jakarta.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar