PENGGUNAAN
METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI TENTANG SISTEM GERAK
PADA MANUSIA PADA MATA PELAJARAN IPA
SISWA KELAS VIII A SMP N 3 GEGER TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh : DEWI INDRIYANI,S.Pd, SMP N 3 Geger Kab Madiun
ABSTRAK
Kata Kunci :
Demonstrasi, IPA, Sistem gerak pada manusia
Tujuan Penelitian ini antara lain: 1) Untuk mengetahui
apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman materi tentang Keragaman
Bentuk Muka Bumi pada mata pelajaran IPA Siswa kelas VIII A SMP N 3Geger tahun
pelajaran 2014/2015. 2) Untuk mendeskripsikan hasil peningkatkan prestasi
belajar Siswa kelas VIII A SMP N 3 Geger tahun pelajaran 2014/2015 pada Materi
tentang sistem gerak pada manusia pada mata pelajaran IPA setelah diterapkan
metode pembelajaran demonstrasi.
Penelitian ini berlokasi di Kelas VIII A SMP N 13
Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun. Mata
pelajaran yang menjadi sasaran dalam proses pembelajaran adalah mata pelajaran
IPA untuk Kelas VIII A pada materi tentang sistem gaerak. Rencana perbaikan
pembelajaran untuk mata pelajaran IPA Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Tahun
Pelajaran 2014/2015 ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK).
Secara garis besar terdapat 4 (empat) tahapan yang akan dilaksanakan pada
penelitian tindakan kelas ini, yaitu meliputi: tahap (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observating), dan (4) refleksi (reflecting).
Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Penerapan metode
pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa Kelas VIII
A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten
Madiun pada mata pelajaran IPA khususnya
materi tentang sistem gerak pada manusia yang ditandai dengan peningkatan hasil
belajar siswa. 2) Peningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger
Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata pelajaran IPA dalam materi sistem gerak
pada manusia setelah diterapkan metode pembelajaran demonstrasi terlihat pada
kenaikan prosentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I sebesar 60% (19
siswa) menjadi meningkat pada siklus II menjasi sebesar 80% (16 siswa) dari
keseluruhan siswa sebanyak 20 orang
siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa juga terlihat pada nilai rata-rata
hasil belajar siswa dari sebesar 66,50 pada siklus I meningkat menjadi 77,19
pada siklus II.
PENDAHULUAN
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan semestinya diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, meotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prasarana,
kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik (Mulyasa, 2006: 28).
Tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa dapat menjadi indikator kualitas pengajaran IPA di SMP. Untuk
meningkatkan prestasi belajar demi tercapainya pembelajaran harus memperhatikan
beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang timbul dari dalam diri siswa, misalnya kemampuan intelektual. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri siswa, misalnya strategi
belajar mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan agar mendapatkan hasil
belajar yang tinggi, tidaklah cukup bila dalam proses pembelajaran IPA menggunakan salah satu pendekatan saja. Oleh
karena itu, dalam kurikulum SMP yang baru menekankan pengembangan dan
penggunaan metode pembelajaran yang lebih inovatif agar dapat meningkatkan
pemahaman siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Ketepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif
dalam suatu pembelajaran akan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif
yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya
ketidaktepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam
suatu pembelajaran, maka akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mencapai
pembelajaran yang efektif yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Mata pelajaran IPA Kelas VIII A SMP khususnya sistem gerak pada
manusia, bagi siswa merupakan materi yang cukup membingungkan dan perlu suatu
pengajaran yang ekstra. Terkadang guru hanya menerapkan penyampaian materi
pelajaran IPA tersebut hanya melalui
metode ceramah dan hanya menggunakan media buku teks saja, sehingga siswa menjadi lebih sulit memahami
materi tersebut dan dengan pemahaman yang rendah otomatis akan menurunkan
prestasi belajar dari siswa.
Berdasarkan nilai ulangan siswa bahwa dari 20 siswa hanya 12 anak (60%)
yang mendapatkan nilai diatas 75, yang lainnya yaitu 8 anak (40%) nilainya
dibawah 75, sedangkan nilai rata-rata kelas masih rendah yaitu sebesar 69,00.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, penulis ingin mengadakan suatu
perbaikan dalam proses pembelajaran di Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kabupaten Madiun. Penulis ingin menerapkan
metode pembelajaran demonstrasi yang dapat membuat siswa lebih memahami materi
pelajaran yang dipelajari.
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dengan mempertunjukkan
cara kerja suatu benda. Benda itu dapat berupa benda sebenarnya atau suatu
model. Hal-hal lain yang dapat dipertunjukkan adalah cara menggunakan alat atau
serangkaian percobaan. Yang terakhir ini dilakukan bila alat-alat yang
digunakan itu jumlahnya tidak memadai, percobaan itu mengandung hal-hal yang
berbahaya, atau ada alat-alat yang mudah pecah. Dalam metode ini, antara lain
dapat dikembangkan kemampuan siswa untuk mengamati, menggolongkan, menarik
kesimpulan, menerapkan konsep, prinsip atau prosedur dan mengkomunikasikannya
kepada siswa-siswa lain.
Metode demonstrasi ini sangat efektif untuk menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan seperti: bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa?
Cara mana yang paling baik serta bagaimana di ketahui kebenarannya? Melalui
pengamatan induktif (Yamin, 2009:66). Oleh sebab itu metode demonstrasi ini
sangat sesuai untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama pada mata pelajaran
IPA yang banyak terdapat eksperimen.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik ingin
mengadakan suatu penelitian tindakan yang berjudul: “Penggunaan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Pemahaman Materi Tentang
Sistem Gerak pada manusia Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas VIII A SMP N 3
Geger Tahun Pelajaran 2014/2015”.
A.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar Belakang masalah yang di atas maka dapat diidentifikasikan masalah yang
timbul pada pembelajaran IPA materi sistem gerak pada manusia di
Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :
a.
Kurangnya ketertarikan dan
pemahaman siswa akan mata pelajaran IPA
khususnya pada materi keragaman bentuk muka bumi.
b.
Kurangnya ketertarikan dan
pemahaman siswa tersebut berdampak pada hasil belajar yang dicapai siswa
menjadi rendah yaitu lebih dari 75% siswa belum mencapai nilai yang diharapkan.
Berdasarkan nilai ulangan siswa bahwa dari 20 siswa hanya 12 anak (60%) yang mendapatkan
nilai diatas 75 (KKM), yang lainnya yaitu 8 anak (40%) nilainya dibawah 75,
sedangkan nilai rata-rata kelas masih rendah yaitu 69,00.
c.
Guru kurang melakukan inovasi
pembelajaran pada saat menyampaikan materi, guru hanya menggunakan metode
ceramah dan media buku teks saja dalam menyampaikan materi pelajaran IPA khususnya materi sistem gerak pada manusia.
B.
Analisis dan Pemecahan
Masalah
Berdasarkan masalah yang teridentifikasi yang akan
dipecahkan adalah kurangnya ketertarikan dan pemahaman siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun akan mata
pelajaran IPA khususnya pada materi sistem
gerak pada manusia.
Karena Mata pelajaran IPA
Kelas VIII A SMP khususnya materi sistem gerak pada manusia, bagi siswa
merupakan materi yang cukup membingungkan maka perlu suatu pengajaran yang
ekstra. Dalam penyampaian materi ini perlu adanya tambahan metode pembelajaran
untuk menunjang metode ceramah dan media buku teks yang biasa di terapkan oleh
guru.
Melalui metode pembelajaran demonstrasi, siswa atau
kelompok siswa dituntut untuk siswa mencari jawaban atas pertanyaan melalui
serangkaian percobaan dan pengamatan secara induktif.
C.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah :
1.
Apakah dengan metode demonstrasi
dapat meningkatkan pemahaman siswa Kelas VIII A SMP
N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata pelajaran IPA khususnya Sistem gerak pada manusia
2.
Bagaimana hasil peningkatkan
belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata pelajaran IPA khususnya materi keragaman bentuk muka bumi
setelah diterapkan metode pembelajaran demonstrasi?
D. Tujuan
Perbaikan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain adalah :
1.
Untuk mengetahui apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata pelajaran IPA khususnya
materi Sistem gerak pada manusia
2. Untuk mendeskripsikan hasil peningkatkan belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger
Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata pelajaran IPA khususnya materi sistem gerak pada manusia
setelah diterapkan metode pembelajaran demonstrasi.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan
tujuan penelitian, manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Metode pembelajaran demonstrasi diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bagi
pengembangan ilmu pendidikan terutama sebagai alternatif metode pembelajaran
khususnya mata pelajaran IPA .
2. Bagi guru
khususnya mata pelajaran IPA, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
meningkatkan prestasi belajar IPA para siswa dengan menggunakan metode demonstrasi.
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemahaman Belajar
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dikatakan bahwa pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui
benar. Pemahaman dapat diartikan juga menguasai tertentu dengan pikiran, maka
belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan
implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu
situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya,
menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Pemahaman memiliki
arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada
proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.
Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang
lain. Dengan motifasi, konsentrasi dan reaksi, maka subjek belajar dapat
mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill kemudian dengan unsur organisasi,
maka subyek belajar dapat menata hal- hal tersebut secara bertautan bersama
menjadi suatu pola yang logis, karena mempelajari sejumlah data sebagaimana
adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur, si subyek belajar mulai memahami
artinya dan implikasi dari persoalan-persoalan secara keseluruhan.
Pemahaman
tidaklah hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar subyek belajar dapat
memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan dipahami, kalau sudah
demikian maka belajar itu bersifat mendasar. Pemahaman lebih tinggi satu
tingkat dari pengetahuan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau
arti dari suatu konsep (Tohirin, 2006:152).
Sedangkan
belajar dapat diartikan sebagai suatu proses dan bukan hasil yang hendak
dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman,
sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang dimiliki sebelumnya. Sehingga
akan tercapai tujuan yang dikehendaki oleh pendidik (Hamalik, 2007:106).
Menurut
Slameto (2003:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya.
Karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan
perubahan dalam arti belajar.
Pemahaman
siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : tujuan, guru, anak didik,
kegiatan pengajaran, bahan dan alat evaluasi dan suasana evaluasi.
B. Metode Pembelajaran
Metode
merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh
guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru
tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara
tepat.
“Metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam
menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”(
Hamzah B. Uno, 2007:2).
Pengertian
Metode pembelajaran menurut Ahmadi, (1997: 52) adalah “suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur”.
Sedangkan metode pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
metode-metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi akuntansi.
Syaiful
Bahri Djamarah dan Winarno Surakhmad
(dalam Pupuh Fathurrohman, M. Sobry Sutekno, 2007:15), mengemukakan lima
macam faktor yang mempengaruhi
penggunaan metode mengajar yakni:
a. Tujuan dengan
berbagai jenis dan fungsinya;
b. Anak didik
dengan berbagai tingkat kematangan;
c. Situasi
berlainan keadaannya;
d. Fasilitas
bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya;
e. Kepribadian dan
kompetensi guru yang bebeda-beda.
Sedangkan
kriteria pemilihan metode menurut Slameto (2003:98) adalah :
a. Tujuan
pengajaran, yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat ditunjukkan siswa setelah
proses belajar mengajar.
b. Materi
pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran yang berupa fakta yang
memerlukan metode yang berbeda dari metode yang dipakai untuk mengajarkan
materi yang berupa konsep, prosedur atau kaidah.
c. Besar kelas
(jumlah kelas), yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran dalam kelas yang
bersangkutan. Kelas dengan 5-10 orang siswa memerlukan metode pengajaran yang
berbeda dibandingkan kelas dengan 50-100 orang siswa.
d. Kemampuan siswa,
yaitu kemampuan siswa menangkap dan mengembangkan bahan pengajaran yang
diajarkan. Hal ini banyak tergantung pada tingkat kematangan siswa baik mental,
fisik dan intelektualnya.
e. Kemampuan guru,
yaitu kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis metode pengajaran yang
optimal.
f.
Fasilitas yang tersedia, bahan atau alat bantu serta
fasilitas lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.
g. Waktu yang
tersedia, jumlah waktu yang direncanakan atau dialokasikan untuk menyajikan
bahan pengajaran yang sudah ditentukan. Untuk materi yang banyak akan disajikan
dalam waktu yang singkat memerlukan metode yang berbeda dengan bahan penyajian
yang relatif sedikit tetapi waktu penyajian yang relatif cukup banyak.
C. Metode Pembelajaran Demonstrasi
Metode
demontrasi adalah suatu cara mengajar dengan mempertunjukkan cara kerja suatu
benda. Benda itu dapat berupa benda sebenarnya atau suatu model. Hal-hal lain
yang dapat dipertunjukkan adalah cara menggunakan alat atau serangkaian percobaan.
Yang terakhir ini dilakukan bila alat-alat yang digunakan itu jumlahnya tidak
memadai, percobaan itu mengandung hal-hal yang berbahaya, atau ada alat-alat
yang mudah pecah. Dalam metode ini, antara lain dapat dikembangkan kemampuan
siswa untuk mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan konsep,
prinsip atau prosedur dan mengkomunikasikannya kepada siswa-siswa lain.
Metode
demonstrasi ini sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas
pertanyaan seperti: bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang
paling baik serta bagaimana di ketahui kebenarannya? Melalui pengamatan
induktif (Yamin, 2009:66).
Menurut
Martinis Yamin (2009:66), metode demonstrasi ini dapat dapat dilaksanakan
apabila:
1. Manakala
kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang, atau latihan kerja.
2. Bila materi
pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana untuk melakukan
keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, dan prosedur melaksaakan suatu
kegiatan,
3. Manakala guru,
pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang
panjang, baik yang menyangkut pelaksanaan suatu prosedur maupun dasar teorinya.
4. Pengajar
bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan.
5. Untuk menumbuh
motivasi siswa tentang latihan/praktik yang kita laksanakan.
6. Untuk dapat
mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan kegiatan hanya
mendengar ceramah atau membaca di dalam buku, karena siswa memperoleh gambaran
yang jelas dari hasil pengamatannya.
7. Bila beberapa
masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab lebih teliti waktu
proses demonstrasi atau eksperimen.
8. Bila siswa turut
aktif bereksperimen, maka ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktik
untuk mengembangkan kecakapan dan memperoleh pengakuan dan pengharapan dari
lingkungan sosial.
Menurut
Martinis Yamin (2009:66-67), batas-batas penggunaan metode demonstrasi ini
adalah sebagai berikut:
1. Demonstrasi akan
merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak akan
diamatio dengan seksama oleh siswa.
2. Demonstrasi
menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana para
siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas pengalaman
pribadi.
3. Tidak semua hal
dapat didemonstrasikan di dalam kelompok.
4. Kadang-kadang,
bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian di demonstrasikan, terjadi
proses yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata.
5. Manakala setiap
orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang banyak, dan
membosankan bagi peserta yang lain.
D. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA
merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas
terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses
pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya
untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai
banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil
penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan
demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu
pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan
IPA di Indonesia dan negara-negara maju.
METODE PENELITIAN
A.
Subyek Penelitian
1. Lokasi dan Waktu
Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP N 3 Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dan
dilaksanakan pada bulan Sebtember 2014, terdiri dari dua siklus dan tiap siklus
dilaksanakan selama 1 kali pertemuan (2 jam pelajaran).
2. Mata Pelajaran
Mata
Pelajaran yang menjadi sasaran dalam proses pembelajaran adalah mata pelajaran
IPA untuk kelas VIII A, khususnya pokok bahasan sistem gerak pada manusia,
dengan fokus perbaikan pembelajaran untuk :
a. Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dasar sistem
gerak pada manusia
b. Meningkatkan
kemampuan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode mengajar
yang menarik dan inovatif.
c. Meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3. Kelas Sasaran
Perbaikan
Sasaran
perbaikan ini adalah siswa kelas VIII A
SMP N 3 Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015
yang berjumlah 20 orang siswa.
4. Karakteristik
Siswa
Siswa
kelas VIII A SMP N 3 Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran
2014 /2015 berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10
siswa perempuan. Mereka rata-rata bertempat tinggal di sekitar SMP N 3 Geger dan
orang tua mereka kebanyakan tersibukkan dengan pekerjaan masing-masing sehingga
siswa-siswi tersebut kurang mendapat bimbingan atau arahan belajar di rumah
sehingga menyebabkan rata-rata hasil belajar mereka menjadi kurang maksimal.
B.
Prosedur Penelitian
Prosedur
pelaksanaan penelitian diawali dengan timbulnya masalah yang sudah
teridenifikasi saat observasi awal, kemudian membuat rencana perbaikan
pembelajaran.
Rencana
perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran IPA kelas VIII A SMP N 3 Geger
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014 / 2015 ini menggunakan
rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto dkk, (2006:16),
penelitian Tindakan Kelas adalah “suatu kegiatan penelitian dengan mencermati
sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja
dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut”.
Secara
garis besar terdapat 4 (empat) tahapan yang akan dilaksanakan pada penelitian
tindakan kelas ini, yaitu meliputi: tahap (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting),
(3) pengamatan (observating), dan (4)
refleksi (reflecting).
Adapun
tehapan-tahapan per siklus dapat dijelaskan atau dijabarkan sebagai berikut :
1. Perencanaan (planning)
Sebelum
melakukan penelitian, pada tahap ini peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada proses
belajar mengajar. Kemudian mempersiapkan instrument penelitian dan perangkat
pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Tindakan (action)
Tahap
kedua adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan rancangan.
Dalam tahap ini guru berusaha mencari apa yang sudah dirumuskan dalam
rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Tindakan yang
dilakukan peneliti merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran.
3. Pengamatan (observating)
Kegiatan
pengamatan ini dilangsungkan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Dalam
tahap ini peneliti mengamati proses belajar mengajar dan mencatatnya di lembar
pengamatan.
4. Refleksi (reflecting)
Pada
tahap ini peneliti bersama guru mendiskusikan hasil yang telah dicapai serta
kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Apabila hasil pada siklus
tersebut belum mencapai standar ketuntasan minimal (KKM), maka peneliti akan
membuat rancangan berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada
siklus berikutnya.
Berdasarkan keterangan di atas dalam penelitian tindakan
kelas ini, meliputi tahap siklus 1 dan dilanjutkan ke siklus 2, jika pada
siklus 2 belum mencapai hasil yang sudah ditentukan, maka akan dilanjutkan ke
tahap siklus selanjutnya.
Siklus I
1. Tahap
Perencanaan
Pada
tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan instrumen-instrumen penelitian
seperti :
1) Rencana
Perbaikan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan materi sistem gerak pada
manusia, dengan indikator yang hendak dicapai adalah siswa dapat memahami sistem
gerak pada manusia, dan contoh-contoh alat gerak pada manusia.
2) Lembar kegiatan
siswa (LKS) yang akan didiskusikan siswa.
3) Lembar evaluasi
dan penilaian.
4) Lembar observasi
proses pembelajaran.
2.
Tahap Pelaksanaan
Tindakan
Pada
tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain :
1) Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran.
2) Melakukan
pengamatan/observasi terhadap pengelolaan pembelajaran di kelas.
3) Melakukan
evaluasi belajar siswa pada akhir siklus dan penilaian.
3.
Tahap Pengamatan
Tahap
ini berlangsung dengan bersamaan pelaksanaan tindakan, jadi pelaksanaan
tindakan dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama. Pada tahap ini
peneliti mengamati proses belajar mengajar dan mencatatnya di lembar
pengamatan.
4.
Tahap Refleksi
Pada
tahap ini peneliti menganalisis tingkat keberhasilan tindakan, mengevaluasi
tahap-tahap tindakan, menentukan hasil evaluasi tindakan perbaikan. Apabila
hasil tidak memenuhi standar, maka akan dilakukan perbaikan pada siklus kedua.
Siklus II
1.
Tahap Perencanaan
Pada
tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan instrumen-instrumen penelitian
seperti :
1) Rencana
Perbaikan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan sistem gerak pada
manusia, dengan indikator yang hendak dicapai adalah siswa dapat menyebutkan
keragaman bentuk muka bumi, dan menerangkan proses keragaman bentuk muka bumi.
2) Lembar kegiatan
siswa (LKS) yang akan didiskusikan siswa.
3) Lembar evaluasi
dan penilaian.
4) Lembar observasi
proses pembelajaran.
Pada
tahap perencanaan siklus 2 ini peneliti bersama guru juga mempersiapkan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan
yang ada pada siklus sebelumnya yang diharapkan akan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
2.
Tahap Pelaksanaan
Tindakan
Pada
tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain :
1) Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran
2) Melaksanakan
tindakan perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya.
3) Melakukan
pengamatan/observasi terhadap pengelolaan pembelajaran di kelas.
4) Melakukan evaluasi
belajar siswa pada akhir siklus dan penilaian.
3.
Tahap Pengamatan
Tahap
ini berlangsung dengan bersamaan pelaksanaan tindakan pengamatan, Pada tahap
ini peneliti mengamati proses belajar mengajar dan mencatatnya di lembar
pengamatan.
4.
Tahap Refleksi
Pada
tahap ini peneliti menganalisis tingkat keberhasilan tindakan, mengevaluasi
tahap-tahap tindakan, menentukan hasil evaluasi tindakan perbaikan. Apabila
hasil tidak memenuhi standar, maka akan dilakukan perbaikan pada siklus
selanjutnya.
C.
Teknik Pengumpulan Data
Mengenai
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis data meliputi:
1.
Observasi
Lembar observasi yang berbentuk checklist ( √
) digunakan untuk mengetahui data keaktifan belajar siswa. Data yang
dikumpulkan berupa keaktifan siswa dalam pembelajaran dan keberanian dalam
menjawab pertanyaan.
2.
Tes
Tes yang
digunakan adalah tes obyektif yang diberikan pada siswa sebanyak 20 soal dengan
skor maksimal 100 serta tiap butir soal bobot nilainya 5.
D. Analisis Data
Data-data diperoleh dari data siswa yang berasal
dari pengamatan dan tes tulis. Data-data yang telah terkumpul dianalisis pada
setiap siklus untuk memudahkan dalam mengevaluasi ada tidaknya peningkatan belajar
siswa dalam pelajaran IPA dengan peningkatan prestasi belajar siswa dalam
pelajaran IPA dengan menggunakan dengan model pembelajaran demonstrasi. Tenik
analisis data digunakan untuk mengetahui keaktifan dan keberanian siswa serta
untuk mengetahui pemahaman siswa.
1. Data afektif
Berupa data keaktifan belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi
berbentuk checklist. Siswa dikatakan
keaktifan jika siswa antusias dalam proses belajar mengajar.
Persentase kektifan siswa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Prosentase
Keaktifan Belajar =
Indikator keberhasilan keaktifan belajar siswa klasikal
jika 75% siswa dinyatakan dalam kategori aktif dalam pembelajaran.
2.
Data Kognitif
Data
siswa yang diperoleh melalui tes tulis dianalisis dengan rumus:
Nilai
Indikator ketuntasan
individu siswa dikatakan tuntas apabila mencapai nilai KKM yang telah
ditentukan yaitu ≥ 75.
Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal dapat
dihitung dengan rumus:
Prosentase
siswa yang tuntas =
Indikator proses belajar secara dinyatakan berhasil
jika 75% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ 75.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
a. Perencanaan
Pada
tahap perencanaan penulis mempersiapkan instrument-instrumen yang akan
digunakan saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Adapun instrumen-instrumen
tersebut meliputi : RPP perbaikan siklus I, soal tes, lembar kegiatan siswa,
lembar penilaian siswa, lembar pengamatan siswa serta media pembelajaran.
b. Pelaksanaan dan
pengamatan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan pada tanggal 5 September 2014 di
kelas VIII A SMP N 3 Geger Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan perbaikan siklus
I tersebut mengacu pada RPP siklus I yang telah dipersiapkan pada tahap
perencanaan.
Dari hasil pengamatan keaktifan siswa diperoleh hasil : Siswa yang Aktif sebesar 60% dan Siswa yang Tidak Aktif sebesar 40%
Dapat diketahui tingkat keaktifan siswa masih tergolong
kurang. Berdasarkan refleksi yang penulis lakukan ternyata kekurangaktifan
siswa ini dipengaruhi oleh: pertama, karena masih belum adanya adaptasi dari
siswa dengan metode pembelajaran yang baru yang mereka terima. Selain hal
tersebut siswa juga masih ada rasa takut untuk melaksanakan tanya jawab atau
berinteraksi dengan guru saat pembelajaran berlangsung karena kurag ada
pendekatan guru dalam membimbing siswa yang kurang aktif.
Namun demikan masih terlihat adanya kenaikan prosentase
keaktifan siswa pada siklus I dibandingkan pada pembelajaran sebelum perbaikan.
Hal ini disebabkan metode pembelajaran demonstrasi yang mereka dapatkan cukup
menarik bagi mereka sehingga timbul kenaikan tingkat
prosentase keaktifan siswa.
Data
ketuntasan belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I,
didapatkan dari hasil tes evaluasi individu siswa. Berikut adalah data hasil
ketuntasan belajar siswa kelas VIII A SMP N 3 Geger setelah diterapkan
perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran demonstrasi.
Rata-rata
Nilai = 66,50
Siswa
yang Tuntas = 60%
Siswa
yang Tidak Tuntas = 40%
Berdasarkan
hasil prosentase ketuntasan belajar juga masih kurang baik karena masih belum
mencapai indikator keberhasilan sebesar 75%. Perbaikan ini dapat dikatakan
berhasil jika prosentase ketuntasan belajar siswa telah mencapai 75% atau lebih
serta rata-rata nilai siswa telah mencapai KKM 75 atau lebih.
c. Refleksi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan teman sejawat yang
telah dicatat dalam lembar pengamatan, maka terdapat beberapa
kelemahan-kelemahan yang didapatkan dan perlu diadakan refleksi untuk
menyempurnakan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan
pada siklus 2 selanjutnya.
Adapun kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki adalah
sebagai berikut :
1) Kurang jelasnya
guru dalam menyampaikan langkah-langkah kegiatan siswa dalam penggunaan metode
pembelajaran demonstrasi, sehingga siswa masih terlihat bingung dengan apa yang
seharusnya mereka lakukan dalam kegiatan tersebut.
2) Kurang adanya
kegiatan memotivasi siswa sebelum pembelajaran dimulai.
3) Dalam membimbing
siswa dalam pengelompokan kurang acak sehingga masing-masing kelompok kurang
homogen sehingga kelompok yang kurang pandai tidak dapat mengimbangi kelompok
siswa yang terdapat banyak siswa pandai pada anggotannya.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut di atas maka
penulis berniat untuk melakukan perbaikan-perbaikan untuk menanggulangi
kelemahan atau kekurangan yang ada pada siklus I tersebut untuk diterapkan pada
siklus II. Sehingga diharapkan akan mencapai hasil yang lebih baik atau
keberhasilan perbaikan pada siklusII yang akan dilakukan selanjutnya.
Siklus II
a. Perencanaan
Pada
tahap perencanaan siklus II, penulis mempersiapkan instrumen-instrumen yang
akan digunakan saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Adapun
instrumen-instrumen tersebut meliputi: RPP perbaikan II, soal tes, lembar
kegiatan siswa, lembar penilaian siswa, lembar pengamatan siswa serta media
pembelajaran.
Selain
itu penulis juga mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk
menanggulangi kelemahan-kelemahan yang didapatkan pada siklus I agar tidak
terulang kembali dan agar dapat mencapai hasil yang lebih maksimal.
b. Pelaksanaan dan
pengamatan
Pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus II
dilakukan pada tanggal 21 September 2014 di kelas VIII A SMP N 3 Geger
Kecamatan Geger Kabupaten Mad iunTahun Pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan
perbaikan siklus II tersebut mengacu pada RPP siklus II yang telah dipersiapkan
pada tahap perencanaan.
Dari hasil pengamatan keaktifan siswa
diperoleh hasil : Siswa yang Aktif
sebesar 90% dan Siswa yang Tidak Aktif
sebesar 10%
Hal
ini disebabkan siswa telah dapat beradaptasi dengan metode pembelajaran yang
mereka terima. Selain hal tersebut siswa juga sudah terbiasa dengan guru baru
mereka (peneliti) yang mengajar mereka, sehingga mereka sudah tidak lagi ada
rasa takut untuk melaksanakan tanya jawab atau berinteraksi dengan guru saat
pembelajaran berlangsung.
Prosentase
keaktifan siswa pada siklus II ini lebih baik dibandingkan pada pembelajaran
pada siklus I. Hal ini juga disebabkan metode pembelajaran baru demonstrasi
yang mereka dapatkan cukup menarik bagi mereka sehingga timbul kenaikan tingkat
prosentase keaktifan siswa.
Sedangkan
berdasarkan hasil ketuntasan belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus
II, didapatkan dari hasil tes evaluasi individu siswa kelas VIII A SMP N 3
Geger setelah diterapkan perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
demonstrasi sebagai berikut.
Rata-rata
Nilai = 76,00
Siswa
yang Tuntas = 90%
Siswa
yang Tidak Tuntas = 10%
Dapat
terlihat bahwa siswa yang tuntas dalam belajar berjumlah (90%), sedangkan siswa
yang tidak tuntas belajar berjumlah (10%). Sedangkan rata-rata nilai siswa
adalah sebesar 76,00. Hasil yang dicapai siswa tersebut dapat dikatakan bagus
atau berhasil karena rata-rata nilai siswa telah mencapai kriteria ketuntasan
minimal yang sudah ditetapkan sebesar 75. Berdasarkan hasil prosentase
ketuntasan belajar sebesar 90% juga telah dapat dikatakan berhasil mencapai
indikator keberhasilan sebesar 75%. Perbaikan ini dapat dikatakan berhasil
karena prosentase ketuntasan belajar siswa telah mencapai 75% atau lebih serta
rata-rata nilai siswa telah mencapai KKM 75 atau lebih.
Dengan
hasil yang dicapai pada siklus II ini dapat dikatakan upaya pelaksanaan
perbaikan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran demonstrasi telah dapat
dikatakan berhasil atau dapat dihentikan karena telah mencapai hasil indicator
yang telah ditetapkan.
d. Refleksi
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan teman sejawat yang telah dicatat dalam lembar
pengamatan. Adapun hasil pengamatan selama proses pembelajaran siklus II adalah
sebagai berikut :
1) Guru telah
menyampaikan langkah-langkah kegiatan siswa dalam penggunaan metode pembelajaran
demonstrasi dengan jelas, sehingga siswa menjadi lebih paham dengan apa yang
seharusnya mereka lakukan dalam kegiatan tersebut.
2) Siswa telah
termotivasi dengan baik dengan adanya bimbingan-bimbingan daru guru (penulis)
dalam memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
3) Kekurangan-kekurangan
pada siklus I sudah dapat diatasi dengan baik pada siklus II sehingga target
ketuntasan belajar dapat tercapai.
Pembahasan
1. Keaktifan Siswa
Penerapan model
pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa. Hal ini terlihat adanya peningkatan aktivitas
siswa. Peningkatan keaktifan siswa ini terlihat dari siklus I sebesar 60% atau
sebanyak 12 orang siswa menjadi sebanyak 90% atau 18 orang siswa pada siklus
II. Penggunaan metode pembelajaran deonstrasi membuat siswa lebih tertarik
dalam belajar sehingga memacu motivasi serta minat mereka dalam mempelajari IPA
dalam materi keragaman bentuk muka bumi.
2. Pemahaman dan
Hasil Belajar Siswa
Penerapan
model pembelajaran demonstrasi juga mempengaruhi peningkatan pemahaman dan
hasil belajar para siswa kelas VIII A SMP N 3 Geger Madiun. Hal ini terlihat
dari hasil nilai rata-rata kelas pada pelajaran IPA pada materi keragaman
bentuk muka bumi. Adapun peningkatan nilai rata-rata kelas ini dari siklus I
sebesar 66,50 menjadi 76,00 pada siklus II. Kenaikan ini merupakan dampak dari
ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran yang disampaikan guru
(peneliti) melalui model pembelajaran demonstrasi yang membuat siswa lebih
menyukai belajar IPA pada materi keragaman bentuk muka bumi.
Hal
ini sesuai dengan gagasan utama dibalik model pembelajaran demonstrasi yaitu
metode demonstrasi ini sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas
pertanyaan seperti: bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang
paling baik serta bagaimana di ketahui kebenarannya? Melalui pengamatan
induktif (Yamin, 2009:66). Oleh sebab itu metode demonstrasi ini sangat sesuai
untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama pada mata pelajaran IPA yang banyak
terdapat eksperimen.
3. Ketuntasan
Belajar Siswa
Target
ketuntasan belajar siswa akhirnya dapat dicapai pada siklus II. Adapun target
ketuntasan belajar yang dimaksud adalah sebanyak 75% dari siswa minimal
mendapat nilai 75.
Pada
awalnya ketuntasan belajar pada siklus I mencapai 60% atau hanya 12 orang siswa
selanjutnya setelah diadakan refleksi dan perbaikan dari kekurangan-keurangan
pada siklus I, hasilnya sanagt baik pada siklus II. Pada siklus II ketuntasan
belajar siswa dapat mencapai 80% atau sebanyak 16 orang siswa. Adapun hasil
kenaikan ketuntasan belajar siswa ini dapat terlihat pada gambar grafik berikut
ini.
Gambar 4. 1.
Grafik Ketuntasan Belajar
IPA Siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Setelah Perbaikan Pembelajaran Menggunakan
Model Pembelajaran Demonstrasi
Berdasarkan
hasil capaian keberhasilan diatas dapat dikatakan Model Pembelajaran
demonstrasi telah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga siswa
lebih giat dalam mendalami materi pelajaran IPA sistem gerak pada manusia baik
secara individu maupun kelompok.
Hal
ini sesuai dengan tujuan atau kelebihan yang dimiliki model Model Pembelajaran
demonstrasi yaitu dalam metode ini dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan konsep, prinsip atau
prosedur dan mengkomunikasikannya kepada siswa-siswa lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan analisis di atas, dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Penerapan metode pembelajaran
demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata
Pelajaran IPA materi sistem gerak pada manusia yang ditandai dengan peningkatan
hasil belajar siswa.
2.
Peningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten
Madiun pada
mata Pelajaran IPA dalam materi keragaman bentuk muka bumi setelah diterapkan
metode pembelajaran demonstrasi.
B. Saran
Adapun saran dari penulis yang ingin disampaikan antara lain :
1.
Sebaiknya guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan minat dan
motivasi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan
inovatif.
2.
Metode pembelajaran
demonstrasi agar dapat dijadikan metode pembelajaran alternatif dalam
meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran
terutama pada mata Pelajaran IPA.
DAFTAR
PUSTAKA
Ischak, S.U., dkk. 2006. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Martinis Yamin, 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Mulyasa, Enco. 2006. Kurukulum yang Disempurnakan: Pengembangan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi, et. al. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Penerbit Universitas Negeri Malang.
Nursid Sumaatmadja, dkk. 2006. Konsep dasar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.
Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Reni Akbar dan Hawadi. 2004. Akselerasi. Grasindo Anggota Ikapi. Jakarta.
Rositawaty S. dan Aris Muharam. 2008. Senang belajar ilmu pengetahuan alam 4:
untuk Kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Pembukuan
Depdiknas.
Sanjaya , Wina . 2009 . Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta :
Kencana.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka Cipta.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tu’u, Tulus.
2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan
Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar