Selasa, 01 Desember 2015

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI TENTANG SISTEM GERAK PADA MANUSIA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII A SMP N 3 GEGER TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI TENTANG SISTEM GERAK PADA MANUSIA PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII A SMP N 3 GEGER TAHUN PELAJARAN 2014/2015


Oleh : DEWI INDRIYANI,S.Pd, SMP N 3 Geger Kab Madiun


ABSTRAK

Kata Kunci : Demonstrasi, IPA, Sistem gerak pada manusia

Tujuan Penelitian ini antara lain: 1) Untuk mengetahui apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman materi tentang Keragaman Bentuk Muka Bumi pada mata pelajaran IPA Siswa kelas VIII A SMP N 3Geger tahun pelajaran 2014/2015. 2) Untuk mendeskripsikan hasil peningkatkan prestasi belajar Siswa kelas VIII A SMP N 3 Geger tahun pelajaran 2014/2015 pada Materi tentang sistem gerak pada manusia pada mata pelajaran IPA setelah diterapkan metode pembelajaran demonstrasi.
Penelitian ini berlokasi di Kelas VIII A SMP N 13 Geger  Kec. Geger Kabupaten Madiun. Mata pelajaran yang menjadi sasaran dalam proses pembelajaran adalah mata pelajaran IPA untuk Kelas VIII A pada materi tentang sistem gaerak. Rencana perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran IPA Kelas VIII A SMP N 3 Geger  Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Tahun Pelajaran 2014/2015 ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Secara garis besar terdapat 4 (empat) tahapan yang akan dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu meliputi: tahap (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observating), dan (4) refleksi (reflecting).
Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Penerapan metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger  Kabupaten Madiun  pada mata pelajaran IPA khususnya materi tentang sistem gerak pada manusia yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa. 2) Peningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata pelajaran IPA dalam materi sistem gerak pada manusia setelah diterapkan metode pembelajaran demonstrasi terlihat pada kenaikan prosentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I sebesar 60% (19 siswa) menjadi meningkat pada siklus II menjasi sebesar 80% (16 siswa) dari keseluruhan siswa sebanyak  20 orang siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa juga terlihat pada nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 66,50 pada siklus I meningkat menjadi 77,19 pada siklus II.





PENDAHULUAN
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan semestinya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, meotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prasarana, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Mulyasa, 2006: 28).
Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat menjadi indikator kualitas pengajaran IPA di SMP. Untuk meningkatkan prestasi belajar demi tercapainya pembelajaran harus memperhatikan beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa, misalnya kemampuan intelektual. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri siswa, misalnya strategi belajar mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
Sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan agar mendapatkan hasil belajar yang tinggi, tidaklah cukup bila dalam proses pembelajaran IPA  menggunakan salah satu pendekatan saja. Oleh karena itu, dalam kurikulum SMP yang baru menekankan pengembangan dan penggunaan metode pembelajaran yang lebih inovatif agar dapat meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Ketepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran akan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya ketidaktepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran, maka akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mencapai pembelajaran yang efektif yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Mata pelajaran IPA Kelas VIII A SMP khususnya sistem gerak pada manusia, bagi siswa merupakan materi yang cukup membingungkan dan perlu suatu pengajaran yang ekstra. Terkadang guru hanya menerapkan penyampaian materi pelajaran IPA  tersebut hanya melalui metode ceramah dan hanya menggunakan media buku teks saja,  sehingga siswa menjadi lebih sulit memahami materi tersebut dan dengan pemahaman yang rendah otomatis akan menurunkan prestasi belajar dari siswa.
Berdasarkan nilai ulangan siswa bahwa dari 20 siswa hanya 12 anak (60%) yang mendapatkan nilai diatas 75, yang lainnya yaitu 8 anak (40%) nilainya dibawah 75, sedangkan nilai rata-rata kelas masih rendah yaitu  sebesar 69,00.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, penulis ingin mengadakan suatu perbaikan dalam proses pembelajaran di Kelas VIII A SMP N 3 Geger  Kabupaten Madiun. Penulis ingin menerapkan metode pembelajaran demonstrasi yang dapat membuat siswa lebih memahami materi pelajaran yang dipelajari.
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dengan mempertunjukkan cara kerja suatu benda. Benda itu dapat berupa benda sebenarnya atau suatu model. Hal-hal lain yang dapat dipertunjukkan adalah cara menggunakan alat atau serangkaian percobaan. Yang terakhir ini dilakukan bila alat-alat yang digunakan itu jumlahnya tidak memadai, percobaan itu mengandung hal-hal yang berbahaya, atau ada alat-alat yang mudah pecah. Dalam metode ini, antara lain dapat dikembangkan kemampuan siswa untuk mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan konsep, prinsip atau prosedur dan mengkomunikasikan­nya kepada siswa-siswa lain.
Metode demonstrasi ini sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti: bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang paling baik serta bagaimana di ketahui kebenarannya? Melalui pengamatan induktif (Yamin, 2009:66). Oleh sebab itu metode demonstrasi ini sangat sesuai untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama pada mata pelajaran IPA  yang banyak terdapat eksperimen.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik ingin mengadakan suatu penelitian tindakan yang berjudul: “Penggunaan Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Pemahaman Materi Tentang Sistem Gerak pada manusia Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Tahun Pelajaran 2014/2015”.

A.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar Belakang masalah yang di atas maka dapat diidentifikasikan masalah yang timbul pada pembelajaran IPA  materi sistem gerak pada manusia di Kelas VIII A  SMP N 3 Geger Kec. Geger  Kabupaten Madiun adalah sebagai berikut :
a.       Kurangnya ketertarikan dan pemahaman siswa akan mata pelajaran IPA  khususnya pada materi keragaman bentuk muka bumi.
b.       Kurangnya ketertarikan dan pemahaman siswa tersebut berdampak pada hasil belajar yang dicapai siswa menjadi rendah yaitu lebih dari 75% siswa belum mencapai nilai yang diharapkan. Berdasarkan nilai ulangan siswa bahwa dari 20  siswa hanya 12 anak (60%) yang mendapatkan nilai diatas 75 (KKM), yang lainnya yaitu 8 anak (40%) nilainya dibawah 75, sedangkan nilai rata-rata kelas masih rendah yaitu 69,00.
c.       Guru kurang melakukan inovasi pembelajaran pada saat menyampaikan materi, guru hanya menggunakan metode ceramah dan media buku teks saja dalam menyampaikan materi pelajaran IPA  khususnya materi sistem gerak pada manusia.
B.      Analisis dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan masalah yang teridentifikasi yang akan dipecahkan adalah kurangnya ketertarikan dan pemahaman siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun akan mata pelajaran IPA  khususnya pada materi sistem gerak pada manusia.
Karena Mata pelajaran IPA  Kelas VIII A SMP khususnya materi sistem gerak pada manusia, bagi siswa merupakan materi yang cukup membingungkan maka perlu suatu pengajaran yang ekstra. Dalam penyampaian materi ini perlu adanya tambahan metode pembelajaran untuk menunjang metode ceramah dan media buku teks yang biasa di terapkan oleh guru.
Melalui metode pembelajaran demonstrasi, siswa atau kelompok siswa dituntut untuk siswa mencari jawaban atas pertanyaan melalui serangkaian percobaan dan pengamatan secara induktif.

C.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah :
1.       Apakah dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata pelajaran IPA  khususnya Sistem gerak pada manusia
2.       Bagaimana hasil peningkatkan belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata pelajaran IPA  khususnya materi keragaman bentuk muka bumi setelah diterapkan metode pembelajaran demonstrasi?

D.     Tujuan Perbaikan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain adalah :
1.       Untuk mengetahui apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa Kelas VIII A  SMP N 3 Geger  Kec. Geger  Kabupaten Madiun pada mata pelajaran IPA  khususnya materi Sistem gerak pada manusia
2.       Untuk mendeskripsikan hasil peningkatkan belajar siswa Kelas VIII A  SMP N 3 Geger  Kec. Geger Kabupaten Madiun  pada mata pelajaran IPA  khususnya materi sistem gerak pada manusia setelah diterapkan metode pembelajaran demonstrasi.

E.      Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1.       Metode pembelajaran demonstrasi diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bagi pengembangan ilmu pendidikan terutama sebagai alternatif metode pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA .
2.       Bagi guru khususnya mata pelajaran IPA, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan prestasi belajar IPA para siswa dengan menggunakan metode demonstrasi.

KAJIAN PUSTAKA
A.     Pemahaman Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dikatakan bahwa pemahaman adalah mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman dapat diartikan juga menguasai tertentu dengan pikiran, maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. Dalam belajar unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan motifasi, konsentrasi dan reaksi, maka subjek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill kemudian dengan unsur organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal- hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis, karena mempelajari sejumlah data sebagaimana adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur, si subyek belajar mulai memahami artinya dan implikasi dari persoalan-persoalan secara keseluruhan.
Pemahaman tidaklah hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar subyek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian maka belajar itu bersifat mendasar. Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep (Tohirin, 2006:152).
Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalam­an, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang dimiliki sebelumnya. Sehingga akan tercapai tujuan yang dikehendaki oleh pendidik (Hamalik, 2007:106).
Menurut Slameto (2003:2) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman­nya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya. Karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Pemahaman siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, bahan dan alat evaluasi dan suasana evaluasi.

B.   Metode Pembelajaran
Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.
“Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”( Hamzah B. Uno, 2007:2).
Pengertian Metode pembelajaran menurut Ahmadi, (1997: 52) adalah “suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instruktur”. Sedangkan metode pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode-metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi akuntansi.
Syaiful Bahri Djamarah dan Winarno Surakhmad  (dalam Pupuh Fathurrohman, M. Sobry Sutekno, 2007:15), mengemukakan lima macam faktor yang  mempengaruhi penggunaan metode mengajar yakni:
a.       Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya;
b.       Anak didik dengan berbagai tingkat kematangan;
c.       Situasi berlainan keadaannya;
d.       Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya;
e.       Kepribadian dan kompetensi guru yang bebeda-beda.
Sedangkan kriteria pemilihan metode menurut Slameto (2003:98) adalah :
a.       Tujuan pengajaran, yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat ditunjukkan siswa setelah proses belajar mengajar.
b.       Materi pengajaran, yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran yang berupa fakta yang memerlukan metode yang berbeda dari metode yang dipakai untuk mengajarkan materi yang berupa konsep, prosedur atau kaidah.
c.       Besar kelas (jumlah kelas), yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran dalam kelas yang bersangkutan. Kelas dengan 5-10 orang siswa memerlukan metode pengajaran yang berbeda dibandingkan kelas dengan 50-100 orang siswa.
d.       Kemampuan siswa, yaitu kemampuan siswa menangkap dan mengembangkan bahan pengajaran yang diajarkan. Hal ini banyak tergantung pada tingkat kematangan siswa baik mental, fisik dan intelektualnya.
e.       Kemampuan guru, yaitu kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis metode pengajaran yang optimal.
f.        Fasilitas yang tersedia, bahan atau alat bantu serta fasilitas lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.
g.       Waktu yang tersedia, jumlah waktu yang direncanakan atau dialokasikan untuk menyajikan bahan pengajaran yang sudah ditentukan. Untuk materi yang banyak akan disajikan dalam waktu yang singkat memerlukan metode yang berbeda dengan bahan penyajian yang relatif sedikit tetapi waktu penyajian yang relatif cukup banyak.

C.   Metode Pembelajaran Demonstrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dengan mempertunjukkan cara kerja suatu benda. Benda itu dapat berupa benda sebenarnya atau suatu model. Hal-hal lain yang dapat dipertunjukkan adalah cara menggunakan alat atau serangkaian percobaan. Yang terakhir ini dilakukan bila alat-alat yang digunakan itu jumlahnya tidak memadai, percobaan itu mengandung hal-hal yang berbahaya, atau ada alat-alat yang mudah pecah. Dalam metode ini, antara lain dapat dikembangkan kemampuan siswa untuk mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan konsep, prinsip atau prosedur dan mengkomunikasikannya kepada siswa-siswa lain.
Metode demonstrasi ini sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti: bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang paling baik serta bagaimana di ketahui kebenarannya? Melalui pengamatan induktif (Yamin, 2009:66).
Menurut Martinis Yamin (2009:66), metode demonstrasi ini dapat dapat dilaksanakan apabila:
1.    Manakala kegiatan pembelajaran bersifat formal, magang, atau latihan kerja.
2.    Bila materi pelajaran berbentuk keterampilan gerak, petunjuk sederhana untuk melakukan keterampilan dengan menggunakan bahasa asing, dan prosedur melaksaakan suatu kegiatan,
3.    Manakala guru, pelatih, instruktur bermaksud menyederhanakan penyelesaian kegiatan yang panjang, baik yang menyangkut pelaksanaan suatu prosedur maupun dasar teorinya.
4.    Pengajar bermaksud menunjukkan suatu standar penampilan.
5.    Untuk menumbuh motivasi siswa tentang latihan/praktik yang kita laksanakan.
6.    Untuk dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan kegiatan hanya mendengar ceramah atau membaca di dalam buku, karena siswa memperoleh gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.
7.    Bila beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada siswa dapat dijawab lebih teliti waktu proses demonstrasi atau eksperimen.
8.    Bila siswa turut aktif bereksperimen, maka ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktik untuk mengembang­kan kecakapan dan memperoleh pengakuan dan pengharapan dari lingkungan sosial.
Menurut Martinis Yamin (2009:66-67), batas-batas penggunaan metode demonstrasi ini adalah sebagai berikut:
1.    Demonstrasi akan merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasi­kan tidak akan diamatio dengan seksama oleh siswa.
2.    Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana para siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas pengalaman pribadi.
3.    Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelompok.
4.    Kadang-kadang, bila suatu alat dibawa ke dalam kelas kemudian di demonstrasikan, terjadi proses yang berlainan dengan proses dalam situasi nyata.
5.    Manakala setiap orang diminta mendemonstrasikan dapat menyita waktu yang banyak, dan membosankan bagi peserta yang lain.

D.   Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA merupakan konsep pembelajar­an alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya  untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

METODE PENELITIAN
A.   Subyek Penelitian
1.    Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP N 3 Geger  Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dan dilaksanakan pada bulan Sebtember 2014, terdiri dari dua siklus dan tiap siklus dilaksanakan selama 1 kali pertemuan (2 jam pelajaran).
2.    Mata Pelajaran
Mata Pelajaran yang menjadi sasaran dalam proses pembelajaran adalah mata pelajaran IPA untuk kelas VIII A, khususnya pokok bahasan sistem gerak pada manusia, dengan fokus perbaikan pembelajaran untuk :
a.      Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dasar sistem gerak pada manusia
b.    Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran dengan meng­gunakan metode mengajar yang menarik dan inovatif.
c.      Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3.    Kelas Sasaran Perbaikan
Sasaran perbaikan ini adalah siswa kelas VIII A  SMP N 3 Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 20 orang siswa.
4.    Karakteristik Siswa
Siswa kelas VIII A SMP N 3 Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014 /2015 berjumlah 20 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Mereka rata-rata bertempat tinggal di sekitar SMP N 3 Geger dan orang tua mereka kebanyakan tersibukkan dengan pekerjaan masing-masing sehingga siswa-siswi tersebut kurang mendapat bimbingan atau arahan belajar di rumah sehingga menyebabkan rata-rata hasil belajar mereka menjadi kurang maksimal.

B.   Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian diawali dengan timbulnya masalah yang sudah teridenifikasi saat observasi awal, kemudian membuat rencana perbaikan pembelajaran.
Rencana perbaikan pembelajaran untuk mata pelajaran IPA kelas VIII A SMP N 3 Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014 / 2015 ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto dkk, (2006:16), penelitian Tindakan Kelas adalah “suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut”.
Secara garis besar terdapat 4 (empat) tahapan yang akan dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu meliputi: tahap (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observating), dan (4) refleksi (reflecting).
Adapun tehapan-tahapan per siklus dapat dijelaskan atau dijabarkan sebagai berikut :
1.    Perencanaan (planning)
Sebelum melakukan penelitian, pada tahap ini peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan penelitian, dan membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada proses belajar mengajar. Kemudian mempersiapkan instrument penelitian dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
2.    Pelaksanaan Tindakan (action)
Tahap kedua adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan rancangan. Dalam tahap ini guru berusaha mencari apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Tindakan yang dilakukan peneliti merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran.
3.    Pengamatan (observating)
Kegiatan pengamatan ini dilangsungkan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini peneliti mengamati proses belajar mengajar dan mencatatnya di lembar pengamatan.
4.    Refleksi (reflecting)
Pada tahap ini peneliti bersama guru mendiskusikan hasil yang telah dicapai serta kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Apabila hasil pada siklus tersebut belum mencapai standar ketuntasan minimal (KKM), maka peneliti akan membuat rancangan berupa tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan keterangan di atas dalam penelitian tindakan kelas ini, meliputi tahap siklus 1 dan dilanjutkan ke siklus 2, jika pada siklus 2 belum mencapai hasil yang sudah ditentukan, maka akan dilanjutkan ke tahap siklus selanjutnya.

Siklus I
1.    Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan instrumen-instrumen penelitian seperti :
1)    Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan materi sistem gerak pada manusia, dengan indikator yang hendak dicapai adalah siswa dapat memahami sistem gerak pada manusia, dan contoh-contoh alat gerak pada manusia.
2)    Lembar kegiatan siswa (LKS) yang akan didiskusikan siswa.
3)    Lembar evaluasi dan penilaian.
4)    Lembar observasi proses pembelajaran.

2.    Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain :
1)      Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran.
2)      Melakukan pengamatan/observasi terhadap pengelolaan pembelajaran di kelas.
3)      Melakukan evaluasi belajar siswa pada akhir siklus dan penilaian.
3.    Tahap Pengamatan
Tahap ini berlangsung dengan bersamaan pelaksanaan tindakan, jadi pelaksanaan tindakan dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama. Pada tahap ini peneliti mengamati proses belajar mengajar dan mencatatnya di lembar pengamatan.

4.    Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisis tingkat keberhasilan tindakan, mengevaluasi tahap-tahap tindakan, menentukan hasil evaluasi tindakan perbaikan. Apabila hasil tidak memenuhi standar, maka akan dilakukan perbaikan pada siklus kedua.

Siklus II
1.    Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan instrumen-instrumen penelitian seperti :
1)    Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan sistem gerak pada manusia, dengan indikator yang hendak dicapai adalah siswa dapat menyebutkan keragaman bentuk muka bumi, dan menerangkan proses keragaman bentuk muka bumi.
2)    Lembar kegiatan siswa (LKS) yang akan didiskusikan siswa.
3)    Lembar evaluasi dan penilaian.
4)    Lembar observasi proses pembelajaran.
Pada tahap perencanaan siklus 2 ini peneliti bersama guru juga memper­siap­kan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya yang diharapkan akan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

2.    Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain :
1)    Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran
2)    Melaksanakan tindakan perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya.
3)    Melakukan pengamatan/observasi terhadap pengelolaan pembelajaran di kelas.
4)    Melakukan evaluasi belajar siswa pada akhir siklus dan penilaian.

3.    Tahap Pengamatan
Tahap ini berlangsung dengan bersamaan pelaksanaan tindakan pengamatan, Pada tahap ini peneliti mengamati proses belajar mengajar dan mencatatnya di lembar pengamatan.

4.    Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisis tingkat keberhasilan tindakan, mengevaluasi tahap-tahap tindakan, menentukan hasil evaluasi tindakan perbaikan. Apabila hasil tidak memenuhi standar, maka akan dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.

C.   Teknik Pengumpulan Data
Mengenai teknik pengumpulan data dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data meliputi:
1.    Observasi
Lembar observasi yang berbentuk checklist ( √ ) digunakan untuk mengetahui data keaktifan belajar siswa. Data yang dikumpulkan berupa keaktifan siswa dalam pembelajaran dan keberanian dalam menjawab pertanyaan.
2.    Tes
Tes yang digunakan adalah tes obyektif yang diberikan pada siswa sebanyak 20 soal dengan skor maksimal 100 serta tiap butir soal bobot nilainya 5.

D.   Analisis Data
Data-data diperoleh dari data siswa yang berasal dari pengamatan dan tes tulis. Data-data yang telah terkumpul dianalisis pada setiap siklus untuk memudahkan dalam mengevaluasi ada tidaknya peningkatan belajar siswa dalam pelajaran IPA dengan peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPA  dengan menggunakan dengan model pembelajaran demonstrasi. Tenik analisis data digunakan untuk mengetahui keaktifan dan keberanian siswa serta untuk mengetahui pemahaman siswa.
1.    Data afektif
Berupa data keaktifan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung yang diperoleh dengan menggunakan lembar observasi berbentuk checklist. Siswa dikatakan keaktifan jika siswa antusias dalam proses belajar mengajar.
Persentase kektifan siswa dapat dihitung  dengan rumus sebagai berikut:
Prosentase Keaktifan Belajar =
Indikator keberhasilan keaktifan belajar siswa klasikal jika 75% siswa dinyatakan dalam kategori aktif dalam pembelajaran.
2.    Data Kognitif
Data siswa yang diperoleh melalui tes tulis dianalisis dengan rumus:
Nilai

Indikator ketuntasan individu siswa dikatakan tuntas apabila mencapai nilai KKM yang telah ditentukan yaitu ≥ 75.
Prosentase ketuntasan belajar secara klasikal dapat dihitung dengan rumus:
Prosentase siswa yang tuntas =
Indikator proses belajar secara dinyatakan berhasil jika 75% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ 75.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
a.     Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis mempersiapkan instrument-instrumen yang akan digunakan saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Adapun instrumen-instrumen tersebut meliputi : RPP perbaikan siklus I, soal tes, lembar kegiatan siswa, lembar penilaian siswa, lembar pengamatan siswa serta media pembelajaran.

b.    Pelaksanaan dan pengamatan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I  dilakukan pada tanggal 5 September 2014 di kelas VIII A SMP N 3 Geger  Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan perbaikan siklus I tersebut mengacu pada RPP siklus I yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan.
Dari hasil pengamatan keaktifan siswa diperoleh hasil : Siswa yang Aktif sebesar 60% dan  Siswa yang Tidak Aktif sebesar 40%
Dapat diketahui tingkat keaktifan siswa masih tergolong kurang. Berdasarkan refleksi yang penulis lakukan ternyata kekurangaktifan siswa ini dipengaruhi oleh: pertama, karena masih belum adanya adaptasi dari siswa dengan metode pembelajaran yang baru yang mereka terima. Selain hal tersebut siswa juga masih ada rasa takut untuk melaksanakan tanya jawab atau berinteraksi dengan guru saat pembelajaran berlangsung karena kurag ada pendekatan guru dalam membimbing siswa yang kurang aktif.
Namun demikan masih terlihat adanya kenaikan prosentase keaktifan siswa pada siklus I dibandingkan pada pembelajaran sebelum perbaikan. Hal ini disebabkan metode pembelajaran demonstrasi yang mereka dapatkan cukup menarik bagi mereka sehingga timbul kenaikan tingkat prosentase keaktifan siswa.
Data  ketuntasan belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I, didapatkan dari hasil tes evaluasi individu siswa. Berikut adalah data hasil ketuntasan belajar siswa kelas VIII A SMP N 3 Geger setelah diterapkan perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran demonstrasi.
Rata-rata Nilai                    = 66,50
Siswa yang Tuntas              = 60%
Siswa yang Tidak Tuntas    = 40%
Berdasarkan hasil prosentase ketuntasan belajar juga masih kurang baik karena masih belum mencapai indikator keberhasilan sebesar 75%. Perbaikan ini dapat dikatakan berhasil jika prosentase ketuntasan belajar siswa telah mencapai 75% atau lebih serta rata-rata nilai siswa telah mencapai KKM 75 atau lebih.

c.     Refleksi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan teman sejawat yang telah dicatat dalam lembar pengamatan, maka terdapat beberapa kelemahan-kelemahan yang didapatkan dan perlu diadakan refleksi untuk menyempurnakan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus 2 selanjutnya.
Adapun kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki adalah sebagai berikut :
1)       Kurang jelasnya guru dalam menyampaikan langkah-langkah kegiatan siswa dalam penggunaan metode pembelajaran demonstrasi, sehingga siswa masih terlihat bingung dengan apa yang seharusnya mereka lakukan dalam kegiatan tersebut.
2)       Kurang adanya kegiatan memotivasi siswa sebelum pembelajaran dimulai.
3)       Dalam membimbing siswa dalam pengelompokan kurang acak sehingga masing-masing kelompok kurang homogen sehingga kelompok yang kurang pandai tidak dapat mengimbangi kelompok siswa yang terdapat banyak siswa pandai pada anggotannya.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut di atas maka penulis berniat untuk melakukan perbaikan-perbaikan untuk menanggulangi kelemahan atau kekurangan yang ada pada siklus I tersebut untuk diterapkan pada siklus II. Sehingga diharapkan akan mencapai hasil yang lebih baik atau keberhasilan perbaikan pada siklusII yang akan dilakukan selanjutnya.

Siklus II
a.     Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus II, penulis mempersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Adapun instrumen-instrumen tersebut meliputi: RPP perbaikan II, soal tes, lembar kegiatan siswa, lembar penilaian siswa, lembar pengamatan siswa serta media pembelajaran.
Selain itu penulis juga mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan yang didapatkan pada siklus I agar tidak terulang kembali dan agar dapat mencapai hasil yang lebih maksimal.
b.    Pelaksanaan dan pengamatan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II  dilakukan pada tanggal 21 September 2014 di kelas VIII A SMP N 3 Geger Kecamatan Geger Kabupaten Mad iunTahun Pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan perbaikan siklus II tersebut mengacu pada RPP siklus II yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan.
 Dari hasil pengamatan keaktifan siswa diperoleh hasil : Siswa yang Aktif sebesar 90% dan  Siswa yang Tidak Aktif sebesar 10%
Hal ini disebabkan siswa telah dapat beradaptasi dengan metode pembelajaran yang mereka terima. Selain hal tersebut siswa juga sudah terbiasa dengan guru baru mereka (peneliti) yang mengajar mereka, sehingga mereka sudah tidak lagi ada rasa takut untuk melaksanakan tanya jawab atau berinteraksi dengan guru saat pembelajaran berlangsung.
Prosentase keaktifan siswa pada siklus II ini lebih baik dibandingkan pada pembelajaran pada siklus I. Hal ini juga disebabkan metode pembelajaran baru demonstrasi yang mereka dapatkan cukup menarik bagi mereka sehingga timbul kenaikan tingkat prosentase keaktifan siswa.
Sedangkan berdasarkan hasil ketuntasan belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II, didapatkan dari hasil tes evaluasi individu siswa kelas VIII A SMP N 3 Geger setelah diterapkan perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran demonstrasi sebagai berikut.
Rata-rata Nilai                    = 76,00
Siswa yang Tuntas              = 90%
Siswa yang Tidak Tuntas    = 10%
Dapat terlihat bahwa siswa yang tuntas dalam belajar berjumlah (90%), sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar berjumlah (10%). Sedangkan rata-rata nilai siswa adalah sebesar 76,00. Hasil yang dicapai siswa tersebut dapat dikatakan bagus atau berhasil karena rata-rata nilai siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditetapkan sebesar 75. Berdasarkan hasil prosentase ketuntasan belajar sebesar 90% juga telah dapat dikatakan berhasil mencapai indikator keberhasilan sebesar 75%. Perbaikan ini dapat dikatakan berhasil karena prosentase ketuntasan belajar siswa telah mencapai 75% atau lebih serta rata-rata nilai siswa telah mencapai KKM 75 atau lebih.
Dengan hasil yang dicapai pada siklus II ini dapat dikatakan upaya pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran demonstrasi telah dapat dikatakan berhasil atau dapat dihentikan karena telah mencapai hasil indicator yang telah ditetapkan.
d.    Refleksi
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan teman sejawat yang telah dicatat dalam lembar pengamatan. Adapun hasil pengamatan selama proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut :
1)    Guru telah menyampaikan langkah-langkah kegiatan siswa dalam penggunaan metode pembelajaran demonstrasi dengan jelas, sehingga siswa menjadi lebih paham dengan apa yang seharusnya mereka lakukan dalam kegiatan tersebut.
2)    Siswa telah termotivasi dengan baik dengan adanya bimbingan-bimbingan daru guru (penulis) dalam memotivasi siswa agar lebih bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
3)    Kekurangan-kekurangan pada siklus I sudah dapat diatasi dengan baik pada siklus II sehingga target ketuntasan belajar dapat tercapai.

Pembahasan
1.    Keaktifan Siswa
Penerapan model pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa.  Hal ini terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa. Peningkatan keaktifan siswa ini terlihat dari siklus I sebesar 60% atau sebanyak 12 orang siswa menjadi sebanyak 90% atau 18 orang siswa pada siklus II. Penggunaan metode pembelajaran deonstrasi membuat siswa lebih tertarik dalam belajar sehingga memacu motivasi serta minat mereka dalam mempelajari IPA dalam materi keragaman bentuk muka bumi.

2.    Pemahaman dan Hasil Belajar Siswa
Penerapan model pembelajaran demonstrasi juga mempengaruhi peningkatan pemahaman dan hasil belajar para siswa kelas VIII A SMP N 3 Geger Madiun. Hal ini terlihat dari hasil nilai rata-rata kelas pada pelajaran IPA pada materi keragaman bentuk muka bumi. Adapun peningkatan nilai rata-rata kelas ini dari siklus I sebesar 66,50 menjadi 76,00 pada siklus II. Kenaikan ini merupakan dampak dari ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran yang disampaikan guru (peneliti) melalui model pembelajaran demonstrasi yang membuat siswa lebih menyukai belajar IPA pada materi keragaman bentuk muka bumi.
Hal ini sesuai dengan gagasan utama dibalik model pembelajaran demonstrasi yaitu metode demonstrasi ini sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan seperti: bagaimana prosesnya? Terdiri dari unsur apa? Cara mana yang paling baik serta bagaimana di ketahui kebenarannya? Melalui pengamatan induktif (Yamin, 2009:66). Oleh sebab itu metode demonstrasi ini sangat sesuai untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama pada mata pelajaran IPA yang banyak terdapat eksperimen.

3.    Ketuntasan Belajar Siswa
Target ketuntasan belajar siswa akhirnya dapat dicapai pada siklus II. Adapun target ketuntasan belajar yang dimaksud adalah sebanyak 75% dari siswa minimal mendapat nilai 75.
Pada awalnya ketuntasan belajar pada siklus I mencapai 60% atau hanya 12 orang siswa selanjutnya setelah diadakan refleksi dan perbaikan dari kekurangan-keurangan pada siklus I, hasilnya sanagt baik pada siklus II. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa dapat mencapai 80% atau sebanyak 16 orang siswa. Adapun hasil kenaikan ketuntasan belajar siswa ini dapat terlihat pada gambar grafik berikut ini.

Gambar  4. 1.
Grafik Ketuntasan Belajar IPA Siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Setelah Perbaikan Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Demonstrasi
Berdasarkan hasil capaian keberhasilan diatas dapat dikatakan Model Pembelajaran demonstrasi telah dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga siswa lebih giat dalam mendalami materi pelajaran IPA sistem gerak pada manusia baik secara individu maupun kelompok.
Hal ini sesuai dengan tujuan atau kelebihan yang dimiliki model Model Pembelajaran demonstrasi yaitu dalam metode ini dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mengamati, menggolongkan, menarik kesimpulan, menerapkan konsep, prinsip atau prosedur dan mengkomunikasikannya kepada siswa-siswa lain.

KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.       Penerapan metode pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata Pelajaran IPA materi sistem gerak pada manusia yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar siswa.
2.       Peningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII A SMP N 3 Geger Kec. Geger Kabupaten Madiun pada mata Pelajaran IPA dalam materi keragaman bentuk muka bumi setelah diterapkan metode pembelajaran demonstrasi.

B.      Saran
Adapun saran dari penulis yang ingin disampaikan antara lain :
1.       Sebaiknya guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif.
2.       Metode pembelajaran demonstrasi agar dapat dijadikan metode pembelajaran alternatif dalam meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terutama pada mata Pelajaran IPA.




DAFTAR PUSTAKA
Ischak, S.U., dkk. 2006. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Martinis Yamin, 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.
Mulyasa, Enco. 2006. Kurukulum yang Disempurnakan: Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi, et. al. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Nursid Sumaatmadja, dkk. 2006. Konsep dasar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.
Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Reni Akbar dan Hawadi. 2004. Akselerasi. Grasindo Anggota Ikapi. Jakarta.
Rositawaty S. dan Aris Muharam. 2008. Senang belajar ilmu pengetahuan alam 4: untuk Kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Pembukuan Depdiknas.
Sanjaya , Wina . 2009 . Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Kencana.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka Cipta.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar