UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA
PADA SISWA
KELAS IX B SMPN 1 JIWAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM
ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)
Oleh : IDA NURCHASANAH
SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif antara pembelajaran kooperatif
dengan pengajaran individual. Penelitian
ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prestasi belajar IPA kelas IX B SMPN 1 Jiwan pada semester
gasal tahun pelajaran 2014/2015. Peneliti menduga bahwa salah satu penyebabnya
karena teknik dan pola pembelajaran yang
konvensional. Alternatif pemecahan masalah yang dapat peneliti lakukan adalah
dengan menerapkan model pembelajaran Team
Assisted Individualization(TAI).
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI)
dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IX B SMPN 1
Jiwan tahun Pelajaran 2014/2015 ?
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus
dengan empat kegiatan utama pada setiap siklusnya yaitu, perencanaan
(planning), tindakan (action),pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun tahun
pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 24
siswa.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah silabus,desain
pembelajaran dan soal-soal tes obyektif yang diberikan pada saat siswa masih bergabung
dengan kelompoknya,untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki nilai tertinggi
dan diberikan diakhir pembelajaran secara individu untuk mengetahui ketuntasan
belajar masing-masing siswa.
Berdasarkan hasil analisis
data secara kuantitatif menunjukkan bahwa pada siklus I siswa tuntas belajar
sebanyak 16 siswa dari 24 siswa dan pada siklus II siswa tuntas belajar
sebanyak 22 siswa dari 24 siswa. Peningkatan ini juga diikuti oleh peningkatan
ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 66,66 %,sedangkan pada siklus II sebesar
91,66 % .Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif
model Team Assisted Individualization
(TAI) pada mata pelajaran IPA siswa
kelas IX B SMPN 1 Jiwan Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci : Prestasi
belajar , Pembelajaran kooperatif , Team
Assisted Individualization (TAI)
PENDAHULUAN
Makin
berkembangnya media informasi, memungkinkan siswa memperoleh informasi yang
lebih cepat, luas, dan mudah dimengerti. Dengan berkembangnya media informasi
tersebut siswa kemungkinan akan merasa cepat jenuh dan bosan apabila dalam proses
pembelajaran yang penyampaian materinya menggunakan metode satu arah atau
metode ceramah.
Guru pada
umumnya dalam kegiatan mengajar di kelas banyak yang hanya menyampaikan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta teori-teori secara verbal, guru tidak
lagi memperhitungkan apakah materi yang disampaikan dapat diterima dan
dimengerti oleh siswa atau tidak, apakah metode pembelajaran yang digunakan
sudah sesuai atau tidak, yang terpenting materi sudah tersampaikan.
Pada pembelajaran
IPA di SMPN 1 Jiwan selama ini pada
umumnya masih menerapkan model
pembelajaran yang konvensional dan kurang bervariasi, sehingga hal ini
berdampak pada prestasi belajar yang
diperoleh siswa kurang memuaskan. Hal ini dapat diketahui dari daftar nilai
siswa mata pelajaran IPA kelas IX B SMPN 1 Jiwan pada semester gasal tahun
pelajaran 2014/2015, dimana sebagian dari siswa memperoleh nilai dibawah
standar ketuntasan minimum yang sudah ditetapkan yaitu 75. Rendahnya prestasi belajar IPA
kelas IX B tersebut dapat diketahui pula berdasarkan hasil analisis ulangan
harian yang menujukkan bahwa daya serap klasikal belum mencapai 85 %. Karena
suatu kelas disebut telah tuntas belajar bila kelas tersebut telah mencapai
daya serap 85%.
Untuk mengatasi
permasalahan di atas, diperlukan suatu strategi dan model pembelajaran yang
bisa membuat siswa aktif di dalam kelas dan aktif dalam bekerja sama untuk memaksimalkan kondisi belajar.
Salah satu
alternatif model pembelajaran yang bisa
diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif. Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa bukan
hanya sekedar belajar dan menerima apa yang disajikaan oleh guru dalam
pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai
kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Di samping itu, kemampuan siswa
untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan .
Pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa pendekatan yaitu: STAD, Jigsaw, TAI, Investigasi kelompok, dan Pendekatan Struktural yang
meliputi Think-Pair-Share dan Numbered Heads Together. Model pembelajaran STAD, TAI,
dan TGT memiliki persamaan dalam penggunaan tim-tim pembelajaran empat anggota
berkemampuan heterogen. Bedanya bila STAD dan TGT menggunakan sebuah tatanan
pengajaran tunggal untuk kelas, sedangkan TAI menggabungkan pembelajaran
kooperatif dengan pengajaran individual.
Berdasarkan
paparan di atas penulis ingin melakukan
penelitian tindakan kelas untuk membuktikan apakah dengan diterapkannya model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Dalam penelitian ini penulis mengambil sebuah
judul ”Upaya meningkatkan prestasi belajar
mata pelajaran IPA pada siswa kelas IX B SMPN 1 Jiwan Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penerapan
pembelajaran kooperatif model Team
Assisted Individualizationn (TAI)”.
KAJIAN
PUSTAKA
1. Pembelajaran kooperatif .
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
belajar (Nurhadi,2004: 112).
Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, 2004 : 61) mengatakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi silih asah, silih asih, dan silih asuh antar
sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Model
pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang
Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Model pembelajaran Team Assisted Individualization(TAI)
Team Assisted
Individualization (Slavin, Leavy, Maden, 1986) memilki persamaan dengan STAD
dan TGT dalam penggunaan tim-tim pembelajaran empat anggota berkemampuan heterogen. Bedanya bila STAD dan TGT
menggunakan sebuah tatanan pengajaran tunggal
untuk kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran
individual.
Pada TAI (Team Assisted Individualization) siswa
masuk dalam sebuah urutan kemampuan individual sesuai dengan hasil tes. Siswa
saling memeriksa pekerjaan teman sesama tim dipandu oleh lembar jawaban dan
saling membantu dalam memecahkan setiap masalah. Tes unit akhir dikerjakan
tanpa bantuan teman sesama tim dan diskor segera.
Karena siswa memiliki
tanggung jawab untuk saling memeriksa pekerjaan mereka dan mengelola aliran
bahan ajar, guru dapat menggunakan sebagian besar waktu pelajaran untuk mempresentasikan
pelajaran kepada kelompok-kelompok kecil siswa dari berbagai tim yang sedang
bekerja pada pokok bahasan yang sama.
TAI (Team Assisted Individualization) memiliki dinamika motivasi
sebanyak yang dimiliki STAD dan TGT. Siswa terdorong dan saling membantu satu
sama lain agar berhasil, karena ingin timnya berhasil. Tanggung jawab
individual terjamin karena satu-satunya skor yang diperhitungkan adalah skor
tes final,dan siswa mengerjakan tes tersebut tanpa bantuan teman sesama tim.
Siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil karena siswa telah
ditempatkan sesuai dengan pengetahuan awalnya.
3. Prestasi Belajar
Prestasi menurut Saiful
(1994:23) adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak
melakukan suatu kegiatan.
Poerwadarminta (dalam Syaiful 1994 : 20)
berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan Mas’ud
(dalam Syaiful 1994: 20) berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat
diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan
jalan keuletan kerja. Nasrun (dalam Syaiful,1994:21) memberikan batasan, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan
kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan
kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Dengan demikian dapat
diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
METODE
PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dengan empat
kegiatan utama pada setiap siklusnya yaitu, perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing),
dan refleksi (reflecting).
1.
Perencanaan (planning). Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen penelitian meliputi :
Silabus, desain pembelajaran, dan tes tulis
2.
Tindakan (action). Pada tahab ini kegiatan
pembelajaran dalam kelas secara nyata dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
dengan langkah seperti yang telah direncanakan dalam desain pembelajaran.
3.
Observasi (observing). Pada tahab ini dilakukan
perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan
dilakukan pengamatan untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat
dievaluasi dan dijadikan landasan melakukan refleksi.
4.
Refleksi (reflecting). Pada tahab ini dilakukan
analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai dan
dilanjutkan dengan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang akan ditindak
lanjuti pada siklus berikutnya.
Instrumen Penelitian
Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data prestasi
belajar siswa kelas IX B yang berjumlah
24. Data prestasi belajar siswa diperoleh melalui tes yang diberikan diakhir kegiatan
pembelajaran. Data ini untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran Team
Assisted Individualizationn (TAI).
Teknik Analisis Data
Data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berasal dari nilai
hasil tes. Tes yang disajikan kepada siswa berupa soal obyektif sebanyak 10
soal. Siswa yang telah menjalani tes
dinyatakan tuntas dalam belajar jika mendapatkan skor minimal 75 sesuai dengan
KKM yang sudah ditetapkan.
Untuk mengukur
ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut :
Indikator pencapaian yang diharapkan
dari prestasi belajar siswa secara keseluruhan adalah daya serap 85 % siswa
memperoleh nilai di atas ketuntasan belajar, artinya 21 siswa dari 24 jumlah
seluruh siswa di dalam kelas diharapkan memperoleh nilai 75 ke atas, yang
merupakan batas ketuntasan belajar mata pelajaran IPA SMPN 1 Jiwan Kab. Madiun.
Untuk menunjang hasil penelitian,
data penelitian juga dianalisis secara hitungan angka untuk mengetahui ketuntasan belajar secara
klasikal, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
a). Planning (Perencanaan)
Kegiatan yang
dilakukan pada tahab ini adalah :
1.
Menentukan
materi pembelajaran
2. Menyiapkan silabus dan desain pembelajaran
3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal-soal tes
b). Action (Tindakan)
1. Kegiatan awal
a. Memotivasi siswa
b. Menyampaikan
indikator
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok
dengan komposisi heterogen
b. Guru menjelaskan sistem kerja model pembelajaran TAI
c. Guru memberikan topik yang sama pada masing-masing kelompok untuk
didiskusikan
d. Siswa menganalisa dan meringkas topik kemudian dipresentasikan
di depan kelas oleh perwakilan dari masing-masing kelompok.
e. Evaluasi
3. Kegiatan Akhir
a. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan
b. Pengumpulan
tugas.
c). Observing (Observasi)
Pada akhir
pembelajaran guru memberikan evaluasi berupa tes tulis untuk mengetahui
prestasi belajar siswa. Ada dua jenis tes yang diberikan oleh guru yaitu tes untuk individu dan
tes untuk kelompok.
Tes untuk
kelompok diberikan pada saat semua siswa masih bergabung dengan kelompoknya
masing-masing. Tes ini digunakan untuk
mengetahui kelompok mana yang memperoleh skor paling tinggi.
Untuk tes
secara individu diberikan pada saat semua siswa sudah kembali ketempat duduknya
masing-masing. Hasil tes untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum yang sudah ditetapkan. Untuk mengetahui
jumlah dan prosentase siswa yang tuntas pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel
1 : Data ketuntasan siswa siklus I
Siklus
|
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
||
Jumlah
Siswa
|
%
|
Jumlah
Siswa
|
%
|
|
1
|
16
|
66,66
|
8
|
33,33
|
Dari tabel 1
dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas belajar ada 33,33% dari 24
siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I ada 66,66 % dari 24
siswa, hal ini berarti indikator pencapaian yang diharapkan dari hasil belajar
siswa secara keseluruhan dengan daya serap 85 % siswa memperoleh nilai
ketuntasan belajar belum tercapai.
d). Reflecting (Refleksi)
Setelah
dilakukan observasi pada siklus I, dapat dilihat bahwa hasil tes secara
keseluruhan masih kurang memuaskan, karena pencapaian indikator hasil belajar yang
diharapkan belum tercapai. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain :
1.
Kurangnya
motivasi oleh guru yang dapat membuat siswa lebih konsentrasi dan antusias
untuk mengikuti pelajaran.
2.
Guru belum
optimal dalam membantu kesulitan siswa
dalam melakukan kerja team.
3.
Kurangnya
prasarat pengetahuan yang dimiliki siswa terhadap pokok pembahasan yang
dipelajari.
4.
Kurangnya
kerjasama dalam penerapan teknik tutor sebaya dalam masing-masing team, sehingga pemahaman konsep tidak maksimal.
5.
Siswa kurang
tenang dalam menyelesaikan tugas team (cenderung bercanda), hal ini kemungkinan akibat
penguasaan kelas oleh guru yang kurang
maksimal.
6.
Siswa kurang
cermat dalam mengerjakan soal (kurang hati-hati).
Dengan asumsi kurang efektifan dalam proses belajar-mengajar yang
meliputi 6 faktor tersebut, sehingga perlu dilakukan siklus II untuk mencapai
indikator ketercapaian baik.
Siklus II
Pelaksanaan penelitian tindakan
kelas pada siklus II juga dilakukan dalam 4 tahab, yaitu :
a). Planning (Perencanaan)
Kegiatan yang
dilakukan pada tahab ini adalah :
1.
Menentukan
materi pembelajaran
2.
Menyiapkan
silabus dan desain pembelajaran
3.
Menyiapkan
instrumen penelitian berupa soal-soal tes
b). Action (Tindakan)
1. Kegiatan awal
a. Memotivasi siswa (dengan pertanyaan-pertanyaan menarik)
b. Menyampaikan indikator
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan komposisi heterogen
b. Guru menjelaskan sistem kerja model pembelajaran TAI
c. Guru memberikan topik yang sama pada masing-masing kelompok untuk
didiskusikan
d. Siswa menanalisa dan meringkas topik kemudian dipresentasikan di
depan kelas oleh perwakilan dari masing-masing kelompok.
e.
Evaluasi
3. Kegiatan Akhir
a. Guru membimbing siswa
membuat kesimpulan
b. Pengumpulan
tugas.
c). Observing (Observasi)
Pada akhir siklus
II hasil pembelajaran sudah memenuhi harapan, sehingga prestasi belajar siswa
dapat tercapai dengan baik. Hasil pengamatan tes pada akhir siklus II terlihat
lebih baik dari pada siklus I. Untuk hasil tes secara individu dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2 : Data ketuntasan siswa siklus II
Siklus
|
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
||
Jumlah
Siswa
|
%
|
Jumlah Siswa
|
%
|
|
II
|
22
|
91,66
|
2
|
8,33
|
Dari tabel 2
dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus II ada
8,33 % dari 24 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II ada
91,66 % dari 24 siswa, hal ini berarti menunjukkan bahwa indikator pencapaian
yang diharapkan dari hasil belajar siswa secara keseluruhan dengan daya serap
85 % siswa memperoleh nilai ketuntasan belajar sudah tercapai.
d). Reflecting (Refleksi)
Setelah
dilakukan observasi pada siklus II, dapat dilihat
adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I
ke siklus II. Hal ini disebabkan
kelemahan-kelemahan pada siklus I sudah diperbaiki antara lain :
1. Guru lebih memotivasi siswa dengan berbagai pertanyaan yang lebih
menarik sehingga siswa dapat berkonsentrasi dan
antusias untuk mengikuti pembelajaran
2. Guru lebih optimal mengontrol kegiatan kerja dalam team,sehingga
lebih mengetahui kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi oleh masing-masing
team.
3. Siswa diminta membaca materi pelajaran yang akan dipelajari pada
kegiatan pembelajaran siklus II
4. Guru meminta siswa untuk saling bekerja sama dalam team dan
bersaing dengan team yang lain agar diperoleh nilai yang terbaik. Dalam hal ini
guru akan memberikan Reward kepada team yang perolehan nilainya tertinggi dan
memiliki kinerja yang baik.
5. Guru harus betul-betul memahami model pembelajaran yang sedang
diterapkan, dengan begitu seorang guru akan lebih mudah membawa siswanya untuk
mengikuti desain pembelajaran yang sudah dirancang.
6. Guru Meminta siswa untuk berhati-hati dan lebih teliti dalam mengerjakan soal.
Karena hasil belajar siswa
telah meningkat dari siklus I ke siklus II, jadi diputuskan untuk tidak
melakukan penelitian pada siklus selanjutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan di
atas,maka dapat disimpulkan bahwa
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI) yang dilaksanakan pada siswa
kelas IX B SMPN 1 Jiwan Kab. Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015
memberikan dampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas yang telah
dilakukan dapat disarankan :
1. Kepada Guru
a. Guru disarankan dapat
mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran sehingga kondisi siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam menerima
pelajaran. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif model Team
Assisted Individualization (TAI), karena model pembelajaran ini menggabungkan dua macam teknik
pembelajaran yaitu pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual.
b. Peran guru sebagai motivator,fasilitator dan organisator dalam
pembelajaran kooperatif model Team
Assisted Individualization (TAI) harus lebih ditonjolkan agar hasil yang diperoleh bisa
optimal.
2. Kepada Peneliti Lain
Peneliti yang akan
mengadakan penelitian sejenis,hendaknya menggunakan sampel yang lebih luas agar
diperoleh penelitian yang hasilnya signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie.2004. Cooperatif
Learning. Jakarta. Grasindo
BINHAM ‘S BLOG.
https://binham.wordpress.com/2012/04/20/model-pembelajaran-tai-team-assisted-individualization,diakses tgl
27-11-2014.
Mulyono Abdurrahman,1999.Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Rineka
Cipta
Nurhadi 2004. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapan KBK
Malang :
Universitas Negeri Malang
Syaiful Bahri Djamarah.1994. Guru
Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta. Rineka
Cipta
Slavin. 1986. Educational
Psichology Theory and Practice. Boston : Allyn and Bacon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar