Selasa, 01 Desember 2015

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IX B SMPN 1 JIWAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA
PADA SISWA KELAS IX B SMPN 1 JIWAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF  MODEL TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

Oleh : IDA NURCHASANAH
SMPN 1 Jiwan Kabupaten Madiun   


ABSTRAK
          Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang bersifat kolaboratif antara pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual.  Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prestasi  belajar IPA kelas IX B SMPN 1 Jiwan pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015. Peneliti menduga bahwa salah satu penyebabnya karena teknik dan pola pembelajaran  yang konvensional. Alternatif pemecahan masalah yang dapat peneliti lakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization(TAI).
          Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA siswa kelas IX B SMPN 1 Jiwan tahun Pelajaran 2014/2015 ?
          Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari  2 siklus dengan empat kegiatan utama pada setiap siklusnya yaitu, perencanaan (planning), tindakan (action),pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX B  SMP Negeri 1 Jiwan Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah  24 siswa.
         Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini  adalah silabus,desain pembelajaran dan soal-soal tes obyektif yang diberikan pada saat siswa masih bergabung dengan kelompoknya,untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki nilai tertinggi dan diberikan diakhir pembelajaran secara individu untuk mengetahui ketuntasan belajar masing-masing siswa.
         Berdasarkan hasil analisis data secara kuantitatif menunjukkan bahwa pada siklus I siswa tuntas belajar sebanyak 16 siswa dari 24 siswa dan pada siklus II siswa tuntas belajar sebanyak 22 siswa dari 24 siswa. Peningkatan ini juga diikuti oleh peningkatan ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 66,66 %,sedangkan pada siklus II sebesar 91,66 % .Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI) pada mata pelajaran IPA siswa  kelas IX B SMPN 1 Jiwan  Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kata Kunci : Prestasi belajar , Pembelajaran kooperatif , Team Assisted Individualization (TAI)




PENDAHULUAN
Makin berkembangnya media informasi, memungkinkan siswa memperoleh informasi yang lebih cepat, luas, dan mudah dimengerti. Dengan berkembangnya media informasi tersebut siswa kemungkinan akan merasa cepat  jenuh dan bosan apabila dalam proses pembelajaran yang penyampaian materinya menggunakan metode satu arah atau metode ceramah.
Guru pada umumnya dalam kegiatan mengajar di kelas banyak yang hanya menyampaikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta teori-teori secara verbal, guru tidak lagi memperhitungkan apakah materi yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh siswa atau tidak, apakah metode pembelajaran yang digunakan sudah sesuai atau tidak, yang terpenting materi sudah tersampaikan.
Pada pembelajaran IPA di SMPN 1 Jiwan selama ini  pada umumnya  masih menerapkan model pembelajaran yang konvensional dan kurang bervariasi, sehingga hal ini berdampak  pada prestasi belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan. Hal ini dapat diketahui dari daftar nilai siswa mata pelajaran IPA kelas IX B SMPN 1 Jiwan pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015, dimana sebagian dari siswa memperoleh nilai dibawah standar ketuntasan minimum yang sudah ditetapkan   yaitu 75. Rendahnya prestasi belajar IPA kelas IX B tersebut dapat diketahui pula berdasarkan hasil analisis ulangan harian yang menujukkan bahwa daya serap klasikal belum mencapai 85 %. Karena suatu kelas disebut telah tuntas belajar bila kelas tersebut telah mencapai daya serap 85%.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, diperlukan suatu strategi dan model pembelajaran yang bisa membuat siswa aktif di dalam kelas dan aktif dalam bekerja sama untuk  memaksimalkan kondisi belajar.
Salah satu alternatif model pembelajaran  yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif.  Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya sekedar belajar dan menerima apa yang disajikaan oleh guru dalam pembelajaran, melainkan dapat belajar dari siswa lainnya serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain. Di samping itu, kemampuan siswa untuk belajar mandiri dapat lebih ditingkatkan .
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa pendekatan yaitu: STAD, Jigsaw, TAI, Investigasi kelompok, dan Pendekatan Struktural yang meliputi  Think-Pair-Share dan Numbered Heads Together. Model pembelajaran STAD, TAI, dan TGT memiliki persamaan dalam penggunaan tim-tim pembelajaran empat anggota berkemampuan heterogen. Bedanya bila STAD dan TGT menggunakan sebuah tatanan pengajaran tunggal untuk kelas, sedangkan TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual.
Berdasarkan paparan di atas penulis ingin  melakukan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan apakah dengan diterapkannya model pembelajaran Team Assisted Individuali­zation (TAI) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
 Dalam penelitian ini penulis mengambil sebuah judul ”Upaya meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas IX B SMPN 1 Jiwan Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui penerapan pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualizationn (TAI).

KAJIAN PUSTAKA
1.  Pembelajaran kooperatif .
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Nurhadi,2004: 112).
Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, 2004 : 61) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajar­an yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membangga­kan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

2.  Model pembelajaran Team Assisted Individualization(TAI)
     Team Assisted Individualization (Slavin, Leavy, Maden, 1986) memilki persamaan dengan STAD dan TGT dalam penggunaan tim-tim pembelajaran empat anggota ber­kemampuan heterogen. Bedanya bila STAD dan TGT menggunakan sebuah tatanan pengajaran tunggal  untuk kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual.
     Pada TAI (Team Assisted Individualization) siswa masuk dalam sebuah urutan kemampuan individual sesuai dengan hasil tes. Siswa saling memeriksa pekerjaan teman sesama tim dipandu oleh lembar jawaban dan saling membantu dalam memecahkan setiap masalah. Tes unit akhir dikerjakan tanpa bantuan teman sesama tim dan diskor segera.
     Karena siswa memiliki tanggung jawab untuk saling memeriksa pekerjaan mereka dan mengelola aliran bahan ajar, guru dapat menggunakan sebagian besar  waktu pelajaran untuk mempresentasikan pelajaran kepada kelompok-kelompok kecil siswa dari berbagai tim yang sedang bekerja pada pokok bahasan yang sama.
     TAI (Team Assisted Individualization) memiliki dinamika motivasi sebanyak yang dimiliki STAD dan TGT. Siswa terdorong dan saling membantu satu sama lain agar berhasil, karena ingin timnya berhasil. Tanggung jawab individual terjamin karena satu-satunya skor yang diperhitungkan adalah skor tes final,dan siswa mengerjakan tes tersebut tanpa bantuan teman sesama tim. Siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil karena siswa telah ditempatkan sesuai dengan pengetahuan awalnya.

3.  Prestasi Belajar
     Prestasi menurut Saiful (1994:23) adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.
     Poerwadarminta (dalam Syaiful 1994 : 20) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan Mas’ud (dalam Syaiful 1994: 20) berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Nasrun (dalam Syaiful,1994:21) memberikan batasan, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
     Dengan demikian dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dengan empat kegiatan utama pada setiap siklusnya yaitu, perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
1.    Perencanaan (planning). Pada tahap ini peneliti menyiapkan instrumen penelitian meliputi : Silabus, desain pembelajaran, dan tes tulis
2.    Tindakan (action). Pada tahab ini kegiatan pembelajaran dalam kelas secara nyata dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) dengan langkah seperti yang telah direncanakan dalam desain pembelajaran.
3.    Observasi (observing). Pada tahab ini dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan pengamatan untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan melakukan refleksi.
4.    Refleksi (reflecting). Pada tahab ini dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang akan ditindak lanjuti pada siklus berikutnya.

Instrumen Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data prestasi belajar siswa  kelas IX B yang berjumlah 24. Data prestasi belajar siswa diperoleh melalui  tes yang diberikan diakhir kegiatan pembelajaran. Data ini untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Team Assisted Individualizationn (TAI).

Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berasal dari nilai hasil tes. Tes yang disajikan kepada siswa berupa soal obyektif sebanyak 10 soal. Siswa yang telah menjalani tes dinyatakan tuntas dalam belajar jika mendapatkan skor minimal 75 sesuai dengan KKM yang sudah ditetapkan.  
Untuk mengukur ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai berikut :

 

Indikator pencapaian yang diharapkan dari prestasi belajar siswa secara keseluruhan adalah daya serap 85 % siswa memperoleh nilai di atas ketuntasan belajar, artinya 21 siswa dari 24 jumlah seluruh siswa di dalam kelas diharapkan memperoleh nilai 75 ke atas, yang merupakan batas ketuntasan belajar mata pelajaran IPA SMPN 1 Jiwan Kab. Madiun.
Untuk menunjang hasil penelitian, data penelitian juga dianalisis secara hitungan angka untuk  mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
a).  Planning (Perencanaan)
Kegiatan yang dilakukan pada tahab ini adalah :
1.    Menentukan materi pembelajaran
2.    Menyiapkan silabus dan desain pembelajaran
3.    Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal-soal tes
b). Action (Tindakan)
1. Kegiatan awal
a.  Memotivasi siswa
b.  Menyampaikan indikator
2.  Kegiatan Inti
a.     Guru membagi siswa dalam 6  kelompok dengan komposisi heterogen
b.    Guru menjelaskan sistem kerja model pembelajaran TAI
c.     Guru memberikan topik yang sama pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan
d.    Siswa menganalisa dan me­ring­kas topik kemudian dipresentasi­kan di depan kelas oleh perwakilan dari masing-masing kelompok.
e.     Evaluasi
3.  Kegiatan Akhir
a.  Guru membimbing siswa  membuat kesimpulan
b.  Pengumpulan tugas.
c). Observing (Observasi)
Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi berupa tes tulis untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Ada dua jenis tes yang  diberikan oleh guru yaitu tes untuk individu dan  tes untuk kelompok.
Tes untuk kelompok diberikan pada saat semua siswa masih bergabung dengan kelompoknya masing-masing.  Tes ini digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang memperoleh skor paling tinggi.
Untuk tes secara individu diberikan pada saat semua siswa sudah kembali ketempat duduknya masing-masing. Hasil tes untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum yang sudah ditetapkan. Untuk mengetahui jumlah dan prosentase siswa yang tuntas pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut :

 Tabel 1 : Data ketuntasan siswa siklus I
Siklus

Tuntas
Tidak Tuntas
Jumlah
Siswa
%
Jumlah
Siswa
%
1
16
66,66
8
33,33
           
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas belajar ada 33,33% dari 24 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I ada 66,66 % dari 24 siswa, hal ini berarti indikator pencapaian yang diharapkan dari hasil belajar siswa secara keseluruhan dengan daya serap 85 % siswa memperoleh nilai ketuntasan belajar belum tercapai.
d). Reflecting (Refleksi)
Setelah dilakukan observasi pada siklus I, dapat dilihat bahwa hasil tes secara keseluruhan masih kurang memuaskan, karena pencapaian indikator hasil belajar yang diharapkan belum tercapai. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1.    Kurangnya motivasi oleh guru yang dapat membuat siswa lebih konsentrasi dan antusias untuk mengikuti pelajaran.
2.    Guru belum optimal dalam  membantu kesulitan siswa dalam melakukan kerja team.
3.    Kurangnya prasarat pengetahuan yang dimiliki siswa terhadap pokok pembahasan yang dipelajari.
4.    Kurangnya kerjasama dalam penerapan teknik tutor sebaya dalam masing-masing team, sehingga pemahaman konsep tidak maksimal.
5.    Siswa kurang tenang dalam menyelesaikan tugas team (cenderung bercanda), hal ini  kemungkinan akibat penguasaan kelas oleh guru  yang kurang maksimal.
6.    Siswa kurang cermat dalam mengerjakan soal (kurang hati-hati).
Dengan asumsi kurang efektifan dalam proses belajar-mengajar yang meliputi 6 faktor tersebut, sehingga perlu dilakukan siklus II untuk mencapai indikator ketercapaian baik.

 Siklus II
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II juga dilakukan dalam 4 tahab, yaitu :
a).  Planning (Perencanaan)
Kegiatan yang dilakukan pada tahab ini adalah :
1.    Menentukan materi pembelajaran
2.    Menyiapkan silabus dan desain pembelajaran
3.    Menyiapkan instrumen penelitian berupa soal-soal tes
b). Action (Tindakan)
1. Kegiatan awal
a.     Memotivasi siswa (dengan pertanya­an-pertanyaan menarik)
b.    Menyampaikan indikator
2.  Kegiatan Inti
a.     Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan komposisi heterogen
b.    Guru menjelaskan sistem kerja model pembelajaran TAI
c.     Guru memberikan topik yang sama pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan
d.    Siswa menanalisa dan meringkas topik kemudian dipresentasikan di depan kelas oleh perwakilan dari masing-masing kelompok.
e.     Evaluasi
3.  Kegiatan Akhir
a.  Guru membimbing siswa membuat kesimpulan
b.  Pengumpulan tugas.
c). Observing (Observasi)
Pada akhir siklus II hasil pembelajaran sudah memenuhi harapan, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik. Hasil pengamatan tes pada akhir siklus II terlihat lebih baik dari pada siklus I. Untuk hasil tes secara individu dapat dilihat pada tabel berikut  :

Tabel 2 : Data ketuntasan siswa siklus II
Siklus

Tuntas
Tidak Tuntas
Jumlah
Siswa
%
Jumlah Siswa
%
II
22
91,66
2
8,33

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus II ada 8,33 % dari 24 siswa dan jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II ada 91,66 % dari 24 siswa, hal ini berarti menunjukkan bahwa indikator pencapaian yang diharapkan dari hasil belajar siswa secara keseluruhan dengan daya serap 85 % siswa memperoleh nilai ketuntasan belajar sudah tercapai.
d). Reflecting (Refleksi)
Setelah dilakukan observasi pada siklus II, dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I  ke siklus II. Hal ini disebabkan  kelemahan-kelemahan pada siklus I sudah diperbaiki antara lain :
1.    Guru lebih memotivasi siswa dengan berbagai pertanyaan yang lebih menarik sehingga siswa dapat berkonsentrasi dan antusias untuk mengikuti pembelajaran
2.    Guru lebih optimal mengontrol kegiatan kerja dalam team,sehingga lebih mengetahui kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi oleh masing-masing team.
3.    Siswa diminta membaca materi pelajaran yang akan dipelajari pada kegiatan pembelajaran siklus II
4.    Guru meminta siswa untuk saling bekerja sama dalam team dan bersaing dengan team yang lain agar diperoleh nilai yang terbaik. Dalam hal ini guru akan memberikan Reward kepada team yang perolehan nilainya tertinggi dan memiliki kinerja yang baik.
5.    Guru harus betul-betul memahami model pembelajaran yang sedang diterapkan, dengan begitu seorang guru akan lebih mudah membawa siswanya untuk mengikuti desain pembelajaran yang sudah dirancang.
6.    Guru Meminta siswa untuk berhati-hati dan lebih teliti dalam mengerja­kan soal.
Karena hasil belajar siswa  telah meningkat dari siklus I ke siklus II, jadi diputuskan untuk tidak melakukan penelitian pada siklus selanjutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas,maka dapat disimpulkan bahwa
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI) yang dilaksanakan pada siswa kelas IX B SMPN 1 Jiwan Kab. Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015 memberikan dampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan dapat disarankan :
1. Kepada Guru
a.  Guru disarankan dapat mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran sehingga kondisi siswa tidak  merasa jenuh dan bosan dalam menerima pelajaran. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI), karena model pembelajaran ini menggabungkan dua macam teknik pembelajaran yaitu pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual.
b. Peran guru sebagai motivator,fasilitator dan organisator dalam pembelajaran kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI) harus lebih ditonjolkan agar hasil yang diperoleh bisa optimal.
2.  Kepada Peneliti Lain
     Peneliti yang akan mengadakan penelitian sejenis,hendaknya menggunakan sampel yang lebih luas agar diperoleh penelitian yang hasilnya signifikan.


                                                      
                                                          



DAFTAR PUSTAKA
                      
Anita Lie.2004. Cooperatif Learning. Jakarta. Grasindo

Mulyono Abdurrahman,1999.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
           Jakarta : Rineka Cipta

Nurhadi 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan KBK
           Malang : Universitas Negeri Malang

Syaiful Bahri Djamarah.1994. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
          Jakarta. Rineka Cipta

Slavin. 1986. Educational Psichology Theory and Practice. Boston : Allyn and Bacon
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar