Selasa, 01 Desember 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF MELALUI TEKNIK  MENGHAFAL BERLAPIS BERULANG BERTINGKAT (PAL LAPIS LANGKAT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS BIOLOGI PADA SISWA KELAS IX D SMPN 1 MEJAYAN SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2012/2013


Oleh : AGUS JOKO SUNGKONO, S.Pd.,  Guru SMPN 1 Mejayan



ABSTRAK
Kata Kunci :   Model Pembelajaran Aktif, Teknik Menghafal Berlapis Berulang Bertingkat (Pal Lapis Langkat), Hasil Belajar Siswa.

Mata pelajaran sains bologi seharusnya menjadi mata pelajaran yang menarik bagi semua siswa, karena selain tidak menggunakan banyak rumus dan hitungan sains biologi mempelajari tubuhnya sendiri, hewan, tumbuhan dan lingkungan di sekitarnya, sehingga membuat siswa lebih senang dan lebih tertarik serta tertantang untuk mempelajarinya. Kenyataannya sains biologi belum menjadi mata pelajaran yang menarik bagi semua siswa, sehingga masih banyak siswa yang belum mampu belajar biologi dengan baik dengan berbagai macam alasan, misalnya : sains biologi banyak hafalan, guru kurang kompeten, cara mengajar kurang menarik, dan masih banyak lagi alasan yang lainnya. Memang pada mata pelajaran sains biologi banyak hafalan, jika cara pembelajaran yang dilakukan guru hanya ceramah saja bisa menjemukan siswa, jika guru kurang kompeten menyebabkan cara pembelajarannya sekenanya, tanpa ada tip dan trik yang menarik yang memudahkan belajar siswa. Untuk mengatasi banyaknya hafalan pada mata pelajaran biologi diperlukan model pembelajaran yang bisa mengaktifkan semua siswa dan teknik yang holistik, mudah dan menarik serta mempunyai resistensi daya ingat yang sangat lama. Model pembelajaran aktif melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat) bisa digunakan untuk mengatasi masalah banyaknya hafalan pada mata pelajaran sains biologi.
Dari hasil pengamatan pada siklus I dan II diketahui bahwa terjadi perbaikan aktifitas guru dalam pembelajaran dari nilai 82 menjadi 94 atau sekitar 12 %, terjadi perbaikan aktifitas belajar siswa dari nilai 87,56 menjadi 97,69 atau sekitar 10,13 %. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebagai berikut : Nilai tertinggi pada siklus I 98 dan pada siklus II 100, terjadi kenaikan 2 %. Nilai terendah pada siklus I 75 dan pada siklus II 76, terjadi kenaikan 1 %. Nilai rata-rata kelas pada siklus I 91,84 dan pada siklus II 95,45, terjadi kenaikan 3,61 %. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 96,77 % dan pada siklus II 96,77 %. Bisa disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran aktif melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat) bisa meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga layak digunakan dalam proses pembelajaran sains biologi.





PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran sains bologi seharusnya menjadi mata pelajaran yang menarik bagi semua siswa, karena selain tidak menggunakan banyak rumus dan hitungan  sains biologi mempelajari tubuhnya sendiri, hewan, tumbuhan dan lingkungan di sekitarnya. Karena sains biologi merupakan pelajaran yang menarik seharusnya membuat siswa lebih senang dan lebih tertarik serta tertantang untuk mempelajarinya. Sehingga jika dilakukan penilaian idealnya semua siswa mendapatkan nilai baik.
Namun kenyataannya sampai saat ini sains biologi belum menjadi mata pelajaran yang menarik bagi semua siswa, sehingga masih banyak siswa yang belum mampu belajar sains biologi dengan baik dengan berbagai macam alasan, misalnya : sains biologi banyak hafalan, pelajarannya menjemu­kan, guru kurang kompeten, cara mengajar kurang menarik, dan masih banyak lagi alasan yang lainnya.
Memang pada mata pelajaran sains biologi banyak hafalan, jika cara pembelajaran yang dilakukan guru hanya ceramah saja bisa menjemukan siswa, jika guru tidak/kurang kompeten menyebabkan cara pembelajarannya sekenanya.
Untuk mengatasi banyaknya hafalan pada mata pelajaran sains biologi diperlukan model pembelajaran yang bisa mengaktifkan semua siswa dan teknik yang holistik, mudah dan menarik serta mempunyai resistensi daya ingat yang sangat lama. Model pembelajaran aktif (active learning) melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat bisa digunakan untuk mengatasi masalah banyaknya hafalan pada mata pelajaran sains biologi.

Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
a.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan model pembelajaran aktif melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat) bisa untuk meningkatkan hasil belajar sains biologi siswa kelas IXD SMPN 1 Mejayan semester gasal tahun pelajaran 2012/2013?

b.    Pemecahan Masalah
Agar peningkatan hasil belajar siswa di kelas IXD SMPN 1 Mejayan berhasil dengan baik maka diperlukan upaya tindakan kelas yaitu memodifikasi model pembelajaran lama dengan menerapkan model pembelajaran aktif melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat) yang terstruktur dengan baik. Dengan kegiatan ini diharapkan siswa akan bisa belajar secara mandiri dan juga berkelompok dengan baik dan aktif, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

2.    Hipotesis Tindakan
Jika proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran aktif melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat) maka akan dapat meningkatkan hasil belajar sains biologi siswa kelas IXD SMPN 1 Mejayan semester gasal tahun pelajaran 2012/2013.

3.    Indikator keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 80% jumlah siswa mencapai dan atau melampaui skor  80.
KAJIAN PUSTAKA
A.       Pembelajaran Aktif
Belajar merupakan proses yang aktif, yakni melihat, mengamati, dan memahami sesuatu serta proses berbuat melalui pengalaman. Dengan kata lain bahwa dalam proses belajar siswa ditandai dengan adanya proses perubahan tingkah laku melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.
Menurut Suprana (1997) proses belajar mengajar  mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.     Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan secara alamiah. Konstruksi makna itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia miliki sebelumnya.
b.    Belajar bukanlah kegiatan mengumpul­kan fakta melainkan lebih suatu pengembangan pengertian dengan membangun pengertian baru.
c.     Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan­nya.
Pembelajaran sains biologi yang relevan dengan KTSP 2006 salah satunya adalah pembelajaran aktif (active learning), dimana siswa diajak untuk melakukan suatu kegiatan agar siswa dapat menggunakan koordinasi antara otak kanan dan otak kirinya untuk mempelajari masalah, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang telah dipelajari. Melalui pembelajaran aktif ini diharapkan proses pembelajaran siswa dapat mencapai aspek-aspek yang lebih tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi), beraktifitas membaca, aktif berdiskusi, dan menulis serta mendorong siswa untuk menggali potensi yang dimilikinya.

B.   Suasana Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif dapat terjadi apabila kegiatan pembelajaran siswa memiliki pengalaman belajar secara langsung, dapat berinteraksi, berkomunikasi satu dengan yang lainnya, dan melakukan refleksi.
Siswa akan belajar banyak melalui berbuat (learning by doing). Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya melalui pendengaran.
Pembelajaran  akan tercipta dengan baik dan meningkat kualitasnya apabila berlangsung dalam suasana interaktif, berdiskusi, saling bertanya, saling menyimak, dan atau saling menjelaskan satu dengan lainnya.
Dalam pembelajaran aktif diharapkan muncul adanya komunikasi antar siswa baik komunikasi satu arah, dua arah maupun multi arah untuk meng­ungkapkan fikiran dan perasaan baik secara lisan, tulisan maupun kegiatan. Pengungkapan fikiran baik dalam rangka mengungkapkan gagasan sendiri maupun menyimak dan menilai gagasan orang lain akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang difikirkan atau dipelajari.
Guru dalam setiap langkah proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, perlu melakukan renungan/ refleksi di akhir kegiatan pembelajaran.
C.       Karakteristik Pembelajaran Aktif
Pada dasarnya anak dilahirkan dengan memiliki sifat ingin tahu dan rasa imajinasi. Sifat ingin tahu merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap kritis. Adapun imajinasi sebagai modal dasar munculnya perilaku kreatif. Selama proses belajar siswa berlangsung, kedua sifat ini dapat tumbuh dan berkembang.
Belajar adalah menemukan dan membangun makna oleh si pembelajar terhadap informasi dan pengalaman yang terjadi melalui persepsi, pikiran dan perasaan si pembelajar. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi atau hasil bentukan guru, melainkan pengetahuan dibangun sendiri oleh si pembelajar dalam hal ini adalah siswa (Nana Sudjana, 1988)
Karakteristik lulusan hasil pembelajaran aktif memiliki sifat peka, mandiri (termasuk kreatif) dan bertanggung jawab. Peka berarti berfikir tajam, kritis dan tanggap terhadap buah pikiran dan perasaan orang lain. Mandiri berarti berani dan mampu bertindak tanpa selalu bergantung kepada orang lain. Bertanggung jawab berarti siap menerima akibat dari keputusan dan tindakan yang diambil.

D.   Hasil Belajar
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan (Diknas, 2006). Hasil belajar menunjukkan tingkat kemampuan seseorang atau siswa dalam menempuh materi pelajaran selama mengikuti proses pembelajaran.
Hasil belajar dari proses pembelajaran siswa diketahui melalui tes yang merupakan pencerminan dari tujuan pembelajaran, standar kompetensi, dan kompetensi dasar serta indikator yang menentukan karakteristik siswa yang diharapkan.
Hasil belajar kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Hasil belajar afektif berupa sikap, kepribadian, nilai, tingkah laku, budi pekerti, proses sosial, dan sebagainya. Sedangkan hasil belajar psikomotorik berupa pencapaian siswa dalam melakukan tindakan / praktek dan atau pengamatan.

E.   Sistem Memori Pada Manusia
Menurut Lashley’s banyak daerah dan struktur di otak sebagaimana korteks serebri juga berperan dalam belajar dan mengingat. Ingatan juga kelihatannya didistribusikan secara berlebihan didaerah korteks.
Untuk mengingat sesuatu manusia harus berhasil melakukan 3 hal yaitu : mendapatkan informasi, menyimpannya dan mengeluarkan kembali (memanggil kembali). Kegagalan dalam mengingat sesuatu dapat disebabkan karena gangguan pada salah satu dari ke 3 proses tersebut. (Bloom 1988).

Secara neurobiologi pada proses belajar dan ingatan terdapat 4 prinsip dasar, yaitu:
1.    Ingatan mempunyai beberapa tahap dan selalu berubah
2.    Ingatan jangka panjang akan terjadi perubahan fisik pada otak
3.    jejak ingatan didistribusikan diseluruh sistem saraf
4.    Hipokampus dan lobus temporalis mempunyai fungsi yang unik dalam proses ingatan manusia.

Tahapan ingatan
Menurut Donald Hebb (1949), ingatan dibedakan atas ingatan jangka pendek (short term memory) dan ingatan jangka panjang (long term memory). Ingatan jangka pendek adalah suatu proses aktif yang ber­langsungnya terbatas, tidak meninggalkan bekas. Ingatan jangka pendek ini diperantarai oleh post tetanic potensiation atau inhibisi presynaptik. Bentuk belajar jangka pendek yang paling sederhana disimpan dalam perubahan fisik dalam reseptor perifer yang sifatnya sementara.
Pada percobaan model mengenai proses ingatan, digambarkan bahwa input kedalam otak akan diproses dipenyimpanan ingatan jangka pendek; kemudian melalui beberapa proses akan diubah ketempat penyimpanan jangka panjang yang lebih permanen. Model ini juga dilengkapi dengan fungsi untuk mencari tempat penyimpanan ingatan dan membaca kembali informasi yang diperlukan pada keadaan tertentu.
Proses pemanggilan kembali ingatan yang relatif  baru mudah terganggu, kecuali bila sudah disimpan dalam penyimpanan ingatan jangka panjang, yang relatif lebih stabil.

Ingatan jangka panjang akan menimbulkan perubahan fisik pada otak
Ingatan jangka panjang dihasilkan oleh perubahan struktural pada sistem saraf, yang terjadi karena aktifasi berulang terhadap lingkaran neuron (loop of neuron). Lingakaran tersebut dapat dari korteks ke thalamus atau hipokampus, kembali lagi ke korteks. Aktifasi berulang terhadap neuron yang membentuk loop tersebut akan menyebabkan synaps diantara mereka secara fungsional berhubungan. Sekali terjadi hubungan, maka neuron tersebut akan merupakan suatu kumpulan sel, yang bila tereksitasi pada neuron tersebut akan terjadi aktifasi seluruh kumpulan sel tersebut. Dengan demikian dapat disimpan dan dikembalikan lagi oleh berbagai sensasi, pikiran atau emosi yang mengaktifasi beberapa neuron dari kumpulan sel tersebut. Menurut Hebb perubahan struktural tersebut terjadi di sinaps. (Kupferman 1981, Bloom 1988).

Jejak memori didistribusikan secara luas
Untuk mengingat sesuatu, seseorang harus berhasil melaksanakan 3 hal, yaitu mendapatkan informasi, menahan / meyimpannya dan mengeluarkannya. Bila kita lupa akan sesuatu, maka gangguan dapat terjadi pada bagian mana saja dari ke 3 proses tersebut. (Bloom, 1988).
Ingatan atau memori tidaklah sesederhana seperti ini. Memori adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, selalu diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita. Menurut Jerome Bruner manusia mempunyai kapasitas dan kecendrungan untuk berubah karena menghadapi kejadian yang umum. Ingatan mempunyai beberapa fase; yaitu waktunya sangat singkat (extremely short term) / ingatan segera (immediate memory), item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik, ingatan jangka pendek (short term), items dapat ditahan dalam beberapa menit, ingatan jangka panjang (long term), penyimpanan berlangsung beberapa jam sampai seumur hidup.
Ingatan tidak terlokalisir pada struktur tertentu dari otak. Menurut Pavlov proses belajar terbatas pada neokorteks, menurut P.S. Surrager dan E. Culler 1940 kondisi klasik refleks sederhana yang tertentu dapat diperantarai oleh medula spinalis, walaupun hubungan telah terputus dari otak. Jadi seluruh sistem saraf mempunyai alat yang dibutuhkan untuk penyimpanan memori.

Fungsi otak dalam memori
Pada manusia, hipokampus, amigdala dan struktur yang berhubungan berperan pada konsolidasi memori dan pada perubahan deklaratif memori menjadi ingatan jangka panjang. Daerah thalamus berperan pada initial coding pada informasi deklaratif tertentu. Proses belajar deklaratif pada manusia dilakukan oleh lobus temporalis dan bagian dari thalamus. Hipokampus berperan dalam mempelajari spatial map.
Sebagian besar kegiatan manusia berhubungan dengan memori (ingatan) manusia, seperti saat manusia selalu mengingat semua yang terjadi, memori manusia berisi semua pengetahuan  dari urutan perilaku. Memungkinkan seseorang melakukan tindakan yang berulang, menggunakan bahasa, menggunakan  informasi yang baru diterima melalui inderanya, mengidentifikasi dengan menggunakan informasi yang pernah diterima dari pengalaman masa lalu. Secara umum ada 3 jenis/fungsi memori :
·      tempat penyaringan (sensor)
·      tempat memproses ingatan (memori jangka pendek)
·      memori jangka panjang
Diagram proses memori pada manusia

Memori penyaring
Bekerja sebagai tempat penyimpan sementara (buffer) untuk menerima rangsang dari indera. Terdiri dari 3 saluran penyaring :
·      iconik : menerima rangsang penglihatan (visual)
·      echoik : menerima rangsang suara
·      haptik : menerima rangsang sentuhan
Isi memori selalu diperbaharui setiap kali ada rangsang yang masuk. Informasi akan dilanjutkan ke memori jangka pendek dengan catatan hanya rangsang yang dibutuhkan saat itu, berupa perhatian pikiran pada salah satu dari sekian banyak rangsang yang masuk.

Memori jangka pendek
Memori jangka pendek/memori kerja bertindak sebagai tempat menyimpan data sementara, digunakan untuk menyimpan informasi yang hanya dibutuhkan sesaat.
Memori dapat diakses dengan cepat ±70 ms, penghilangan cepat ±200 ms.  Kapasitas memori kecil / terbatas

Memori jangka panjang
Memori ini diperlukan untuk menyimpan informasi  dalam jangka waktu lama. Merupakan tempat menyimpan seluruh pengetahuan, fakta informasi, pengalaman, urutan perilaku, dan segala sesuatu yang diketahui. Kapasitas besar/tidak terbatas, kecepatan akses lebih lambat ± 1/10 detik, proses penghilangan pelan

Proses dalam memori jangka panjang
a.     informasi berpindah dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan adanya latihan / ulangan / repetisi
b.    jumlah yang bertahan bersifat proposional menurut waktu latihannya
c.     optimalisasikan dengan mengembangkan pengetahuan
d.    susunan, arti, dan pembiasaan membuat informasi lebih mudah diingat

F.   Tujuh Langkah Accelerated Learning
1.    Langkah 1 : Rileks
2.    Langkah 2 : Membaca sekilas
3.    Langkah 3 : Penyerapan awal
4.    Langkah 4 : Memproses informasi
5.    Langkah 5 : Menanam ingatan dengan perasaan / emosi.
6.    Langkah 6 : Menggunakan informasi
7.    Langkah 7 : Pengulangan secara terus menerus. Informasi berpindah dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan adanya latihan / ulangan / repetisi

G.       Teknik Menghafal Berlapis Berulang Bertingkat (Pal Lapis Langkat)
Yang dimaksud teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat) adalah suatu cara menghafal secara terstruktur dan berjenjang yang selalu dimulai dari yang dihafal pertama / sebelumnya ditambah satu hafalan berikutnya. Syarat menghafal­nya meng­gunakan perasaan senang, tenang dan telaten. Jika digambarkan sebagai berikut :
1
1 + 1
1 + 1 + 1
1 + 1 + 1 + 1
1 + 1 + 1 + 1 + 1
1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1
1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1
Setiap hafal satu bagian ditambah satu bagian lagi dan dihafalkan lagi mulai dari awal.

PELAKSANAAN PENELITIAN
Umum
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang merupakan penelitian diagnostik yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti  melakukan proses pembelajaran aktif melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat). Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IXD SMPN 1 Mejayan Kabupaten Madiun semester gasal tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2012.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahapan dasar sebagai rangkaian langkah yang membentuk spiral, yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting / implemen­ting), pengamatan tindakan (observing), dan refleksi (reflecting), dilakukan selama dua siklus.

Deskripsi Setiap Siklus
Perencanaan Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan proses pembelajaran direncanakan sebanyak 2 siklus.
a.     Masalah yang akan diperbaiki
1.    Teknik pembelajaran sains biologi yang dilakukan Guru.
2.    Teknik belajar sains biologi yang dilakukan oleh siswa.
b.    Cara mengatasi masalah
Melakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran aktif melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat). Langkah-langkah kegiatan perencanaan pembelajaran dilakukan setiap siklus.

1)    Siklus I
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap perencanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut :
a)    Membuat skenario pembelajaran sains biologi dengan menerapkan model pembelajaran aktif melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat) yang tertuang dalam RPP siklus I
b)    Membuat dan menyiapkan lembar pengamatan aktivitas pembelajaran guru dan aktivitas belajar.
c)    Membuat LKS
d)    Membuat dan menyiapkan alat evaluasi
e)    Mempersiapkan alat-alat / media pembelajaran.
f)     Melaksanakan proses pembelajaran
g)    Melakukan evaluasi
h)    Melakukan analisis dan refleksi

2)    Siklus II
Pada kegiatan perencanaan siklus II dilakukan kegiatan persiapan seperti halnya pada siklus I dengan beberapa perubahan dan perbaikan. Perubahan dan perbaikan rencana kegiatan didasarkan pada hasil analisis dan refleksi pada siklus I
a)    Mendaftar siswa yang memiliki nilai rendah atau kurang dari KKM dan mencari penyebabnya.
b)    Menyiapkan sejumlah tip  dan trik kepada siswa yang belum mengikuti petunjuk atau aturan dalam teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat).
c)    Membuat skenario pembelajaran.
d)    Membuat dan menyiapkan lembar pengamatan aktivitas pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa.
e)    Membuat LKS.
f)     Membuat dan menyiapkan alat evaluasi.
g)    Mempersiapkan alat-alat / media pembelajaran.
h)    Melaksanakan proses pembelajaran.
i)     Melakukan evaluasi.
j)     Melakan analisis dan refleksi.

Pengamatan, Pengumpulan Data dan Instrumen
1.    Pengamatan
Untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi kegiatan perbaikan pembelajaran pada setiap siklus, dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung oleh teman sejawat. Dalam penelitian ini peneliti meminta bantuan saudara Didik Purwadi, S.Pd dan saudarai Sukati, S.Pd. Adapun hal-hal yang diamati adalah aktivitas guru mulai dari kegiatan persiapan, pendahuluan, pembimbingan siswa, kegiatan inti, pemanfaatan waktu, suasana kelas, sampai dengan menutup proses pembelajaran.
Kegiatan pengamatan terhadap aktivitas guru yang dimaksud adalah mencatat berbagai kekuatan dan kelemahan guru di dalam proses pembelajaran siswa dengan panduan lembar pengamatan yang sudah disediakan. Isi catatan ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dan refleksi untuk melakukan kegiatan perbaikan pada siklus berikutnya.
Selain aktivitas guru, observer juga mengamati dan mencatat aktivitas siswa pada lembar pengamatan yang sudah disediakan.
2.    Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa deskripsi atau catatan kegiatan baik yang berupa kelemahan maupun kekuatan yang dilakukan oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus.
3.       Instrumen
1)      RPP, digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2)      Lembar Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran, digunakan oleh pengamat untuk mencatat hasil pengamatan terhadap proses perbaikan pembelajaran yang sedang berlangsung.
3)      LKS, digunakan oleh siswa dalam melaksanakan aktivitas pribadi dan kelompok, berisi materi yang berhubung­an dengan masalah yang dipelajari.
4)      Naskah Soal Evaluasi, untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan perbaikan pembelajaran.
5)      Format Hasil Evaluasi, digunakan untuk mengumpul­kan data hasil tes belajar siswa.

Analisis Data
Hal yang akan diajukan sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah tingkat aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran aktif melalui teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat).
Hal ini dapat diukur dengan indikator sebagai berikut :
1.    Pembelajaran menerapkan model pembe­lajaran aktif melalui teknik mengha­fal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat) dikatakan berhasil apabila 80% jumlah siswa mencapai dan atau melampaui nilai KKM 80 sesuai dengan yang telah direncanakan dalam RPP.
2.    Tingkat perhatian dan aktivitas  siswa dalam proses pembelajaran sangat baik dan aktif serta memenuhi kriteria ketercapaian ≥ 80 %.

Refleksi
Dalam kegiatan refleksi, semua yang terlibat dalam penelitian berkoordinasi sehingga diperoleh bahan masukan yang berharga. Adapun langkah-langkah kegiatan refleksi yang dilakukan antara lain sebagai berikut :
a.     Analisis, sintesis, dan interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajar­an.
b.    Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan perbaikan pembelajaran.
c.     Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan sebagai bentuk pelayanan pembelajaran siswa secara berkelanjutan.

HASIL PENELITIAN
Siklus I
Perencanaan (Planning)
a.     pengamatan pendahuluan untuk menge­ta­hui kondisi awal siswa dan keadaan kelas penelitian.
b.    Guru menyusun silabus, RPP dan instrumen pembelajaran yang meliputi :
·      LKS
·      Soal uji hafalan
·      Soal evaluasi akhir
·      Lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran sains biologi
·      Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam belajar sains biologi

Pelaksanaan (Acting)
a.    Tahap pembukaan
·      Guru melakukan apersepsi awal kepada siswa.
·      Guru melakukan eksplorasi
·      Guru memotivasi siswa
·      Guru menunjukkan tujuan pembelajaran dan teknik baru yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
b.    Kegiatan Inti
·      Guru membagi kelompok beranggotakan 2 orang.
·      Guru membagikan LKS
·      Guru menjelaskan aturan dalam teknik menghafal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat).
·      Guru membuka sesi tanya jawab untuk menanyakan aturan dalam teknik meng­ha­­fal berlapis berulang bertingkat (pal lapis langkat) yang belum dimengerti siswa.
Hafalan 1 :
·      Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan menghafal berlapis berulang pada LKS gambar sistem reproduksi laki-laki, gambar 1, selama 10 menit.
·      Sambil menunggu siswa menghafal guru membagikan lembar uji hafalan 1.
·      Setelah 10 menit guru meminta siswa dalam kelompok untuk saling menyimak hafalan temannya, masing-masing selama 1 menit.
·      Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar uji hafalan 1 selama 2 menit.
·      Guru mengajak siswa untuk mencocok­kan hasil uji hafalan 1. Guru memberikan jawaban yang benar dan penguatan jawaban.
·      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbaikan data hafalan 1 dan atau penguatan di memori selama 1 menit.
Hafalan 2 :
·      Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan menghafal berlapis berulang pada LKS gambar sistem reproduksi laki-laki, gambar 2, selama 10 menit.
·      Sambil menunggu siswa menghafal guru membagikan lembar uji hafalan 2.
·      Setelah 10 menit guru meminta siswa dalam kelompok untuk saling menyimak hafalan temannya, masing-masing selama 1 menit.
·      Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar uji hafalan 2 selama 2 menit.
·      Guru mengajak siswa untuk mencocok­kan hasil uji hafalan 2. Guru memberikan jawaban yang benar dan penguatan jawaban.
·      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbaikan data hafalan  2 dan atau penguatan di memori selama 1 menit.
Hafalan 3 :
·      Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan menghafal berlapis berulang pada LKS gambar sistem reproduksi laki-laki, gambar 3, selama 5 menit.
·      Sambil menunggu siswa menghafal guru membagikan lembar uji hafalan 3.
·      Setelah 5 menit guru meminta siswa dalam kelompok untuk saling menyimak hafalan temannya, masing-masing selama 1 menit.
·      Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar uji hafalan 3 selama 1 menit.
·      Guru mengajak siswa untuk mencocok­kan hasil uji hafalan 3. Guru memberikan jawaban yang benar dan penguatan jawaban.
·      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbaikan data hafalan  3 dan atau penguatan di memori selama 1 menit.
Hafalan 4 :
·      Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan menghafal berlapis berulang pada LKS gambar sistem reproduksi laki-laki, gambar 4, selama 15 menit.
·      Sambil menunggu siswa menghafal guru membagikan lembar uji hafalan 4.
·      Setelah 15 menit guru meminta siswa dalam kelompok untuk saling menyimak hafalan temannya, masing-masing selama 2 menit.
·      Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar uji hafalan 4 selama 2 menit.
·      Guru mengajak siswa untuk mencocok­kan hasil uji hafalan 4. Guru memberikan jawaban yang benar dan penguatan jawaban.
·      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbaikan data hafalan  4 dan atau penguatan di memori selama 2 menit.
c.     Kegiatan Penutup
·      Guru melakukan konfirmasi terhadap hasil belajar siswa pada hafalan 1 sampai hafalan 4, dengan cara meminta siswa untuk mengungkapkan hasil belajarnya pada hafalan 1 sampai 4 secara acak.
·      Guru memperkuat jawaban siswa dan kemudian membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
·      Guru membagikan lembar tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa selama 15 menit.
·      Guru mengoreksi tes hasil belajar siswa.

Pengamatan (Observing)
a.    Aktivitas pembelajaran guru.
Hasil pengamatan aktivitas guru pada proses pembelajaran siklus I : jumlah skor didapat 20, terdiri dari empat aspek mendapat skor 3, 10 aspek skor 4 dan 6 aspek skor 5.  Rerata nilai  yang didapat 82.
b.    Aktivitas belajar sains biologi siswa.
Hasil pengamatan aktivitas siswa belajar sains biologi siklus I : Jumlah skor didapat 217, jumlah nilai didapat 950 dari jumlah nilai maksimal 1085, nilai rerata 87,56.
c.  Data nilai hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa pada siklus I :  jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 30 siswa dari 31 siswa atau 96,77% sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 1 siswa dari 31 siswa atau 3,23%. Siswa yang tidak tuntas belajar disebabkan salah menyebut­kan nama bagian organ dan salah menyebutkan fungsi organ. 1 orang siswa ijin tidak masuk karena pergi.

Refleksi ( Reflecting)
1) Kelemahan Guru
a)    Guru kurang memberikan modal awal pengetahuan kepada siswa.
b)    Guru kurang memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menghafal.
c)    Guru kurang memberikan tip dan trik menghafal kepada siswa dengan baik.
d)    Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memper­baiki data hafalan dan atau penguatan data di memori siswa.
2)   Kelemahan siswa
a)    Siswa masih belum terbiasa melakukan belajar dengan teknik menghafal berlapis berulang.
b)    Siswa selama proses kegiatan menghafal berlapis berulang masih terlihat ragu-ragu dan kembali ke cara lama yang sering mereka gunakan.
c)    Siswa belum serius, masih kelihatan malu-malu dalam melakukan tes hafalan dengan kelompoknya/pasangannya.
d)    Siswa masih belum maksimal dalam melakukan perbaikan data dan atau penguatan data pada memori­nya.

Siklus II
Perencanaan (Planning)
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk dikerjakan guru pada siklus II yaitu :
a)    Guru diharapkan memberikan modal awal pengetahuan kepada siswa.
b)    Guru diharapkan memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menghafal.
c)    Guru diharapkan memberikan tip dan trik menghafal kepada siswa dengan baik.
d)    Guru diharapkan memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk memper­baiki data hafalan dan atau pengutan data di memori siswa.
e)    Guru menyusun silabus, RPP dan instrumen pembelajaran yang meliputi :
·      LKS
·      Soal uji hafalan
·      Soal evaluasi akhir
·      Lembar pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran sains biologi
·      Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam belajar sains biologi

Pelaksanaan (Acting)
a.    Tahap pembukaan
·      Guru melakukan apersepsi awal kepada siswa.
·      Guru melakukan eksplorasi
·      Guru memotivasi siswa
·      Guru menunjukkan tujuan pembelajaran dan mengingatkan kembali tentang teknik baru yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
b.    Kegiatan Inti
·      Guru membagi kelompok beranggotakan 2 orang.
·      Guru membagikan LKS
·      Guru menjelaskan aturan dalam teknik menghafal berlapis berulang beserta tip dan triknya.
·      Guru membuka sesi tanya jawab untuk menanyakan aturan dalam teknik menghafal berlapis berulang yang belum dimengerti siswa.
Hafalan 1 :
·      Guru meminta siswa untuk membuka LKS gambar 1. Guru menerangkan sekilas tentang gambar 1 sebagai modal awal bagi siswa menghafal.
·      Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan menghafal menggunakan teknik berlapis berulang pada LKS gambar sistem reproduksi perempuan, gambar 1, selama 10 menit.
·      Sambil menunggu siswa menghafal guru membagikan lembar uji hafalan 1.
·      Setelah 10 menit guru meminta siswa dalam kelompok untuk saling menyimak hafalan temannya, masing-masing selama 1 menit.
·      Guru meminta siswa untuk memperbaiki data hafalan dengan melihat gambar 1 selama 1 menit.
·      Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar uji hafalan 1 selama 2 menit.
·      Guru mengajak siswa untuk mencocok­kan hasil uji hafalan 1. Guru memberikan jawaban yang benar dan penguatan jawaban.
·      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbaikan data hafalan 1 dan atau penguatan di memori selama 1 menit.
Hafalan 2 :
·      Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan menghafal berlapis berulang pada LKS gambar sistem reproduksi perempuan, gambar 2, selama 10 menit.
·      Sambil menunggu siswa menghafal guru membagikan lembar uji hafalan 2.
·      Setelah 10 menit guru meminta siswa dalam kelompok untuk saling menyimak hafalan temannya, masing-masing selama 1 menit.
·      Guru meminta siswa untuk memperbaiki data hafalan gambar 2 selama 1 menit.
·      Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar uji hafalan 2 selama 2 menit.
·      Guru mengajak siswa untuk mencocok­kan hasil uji hafalan 2. Guru memberikan jawaban yang benar dan penguatan jawaban.
·      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbaikan data hafalan  2 dan atau penguatan di memori selama 1 menit.
Hafalan 3 :
·      Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan menghafal berlapis berulang pada LKS gambar sistem reproduksi perempuan, gambar 3, selama 5 menit.
·      Sambil menunggu siswa menghafal guru membagikan lembar uji hafalan 3.
·      Setelah 5 menit guru meminta siswa dalam kelompok untuk saling menyimak hafalan temannya, masing-masing selama 1 menit.
·      Guru meminta siswa untuk memperbaiki data hafalan gambar 3 selama 1 menit.
·      Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar uji hafalan 3 selama 1 menit.
·      Guru mengajak siswa untuk mencocok­kan hasil uji hafalan 3. Guru memberikan jawaban yang benar dan penguatan jawaban.
·      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbaikan data hafalan  3 dan atau penguatan di memori selama 1 menit.
Hafalan 4 :
·      Guru memberikan penguatan tentang struktur dan fungsi organ penyusun sistem reproduksi perempuan.
·      Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan menghafal berlapis berulang pada LKS gambar sistem reproduksi perempuan, gambar 4, selama 15 menit.
·      Sambil menunggu siswa menghafal guru membagikan lembar uji hafalan 4.
·      Setelah 15 menit guru meminta siswa dalam kelompok untuk saling menyimak hafalan temannya, masing-masing selama 3 menit.
·      Guru meminta siswa memperbaiki data hafalan 4 selama 2 menit.
·      Guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar uji hafalan 4 selama 5 menit.
·      Guru mengajak siswa untuk mencocok­kan hasil uji hafalan 4. Guru memberikan jawaban yang benar dan penguatan jawaban.
·      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbaikan data hafalan  4 dan atau penguatan di memori selama 2 menit.
c.     Kegiatan Penutup
·      Guru melakukan konfirmasi terhadap hasil belajar siswa pada hafalan 1 sampai hafalan 4, dengan cara meminta siswa untuk mengungkapkan hasil belajarnya pada hafalan 1 sampai 4 secara acak.
·      Guru memperkuat jawaban siswa dan kemudian membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
·      Guru membagikan lembar tes untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa, dikerjakan selama 15 menit.
·      Guru mengoreksi tes hasil belajar siswa.

Pengamatan (Observing)
a.    Aktivitas pembelajaran guru.
Hasil pengamatan aktivitas guru pada proses pembelajaran siklus II : mendapat 6 aspek skor 4 dan mendapat 14 aspek skor 5, jumlah nilai didapat 94 dari nilai maksimal 100.
b.    Aktivitas belajar sains biologi siswa.
Hasil pengamatan aktivitas siswa belajar sains biologi siklus II : mendapat 25 buah skor 4 dan 92 buah skor 5, jumlah nilai didapat 1060 dari  jumlah nilai maksimal 1085, rerata nilai didapat 97,69.
c.  Data nilai hasil belajar siswa.
Pada siklus II diperoleh data : jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 30 siswa dari 31 siswa atau 96,77%, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus II sebanyak 1 siswa dari 31 siswa atau 3,23%. Siswa yang tidak tuntas belajar disebabkan salah menyebutkan nama bagian organ dan salah menyebutkan fungsi organ. 1 orang siswa tidak masuk karena sakit.

Refleksi (Reflecting)
Terjadi peningkatan kualitas aktivitas guru dan siswa menuju ke arah yang lebih baik, tercermin dari peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II. Juga terjadi perolehan nilai hasil belajar siswa yang sangat baik dan sangat signifikan.

PEMBAHASAN
a.    Aktivitas guru dalam KBM
Aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I mendapatkan nilai 82, walaupun tergolong baik tetapi masih mempunyai beberapa sisi lemah, yaitu : Guru kurang memberikan modal awal pengetahuan; kurang memberi­kan waktu yang cukup untuk meng­hafal; kurang memberikan tip dan trik menghafal; kurang memberikan kesempatan untuk memper­baiki data dan atau penguatan data di memori siswa.
Pada siklus II terjadi perbaikan dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru, yaitu dari nilai 82 menjadi 94, atau terjadi peningkatan 12 %. Perbaikan proses pembelajaran guru terjadi pada aktivitas :
·      3 Guru menjelaskan teknik menghafal secara berlapis berulang dengan jelas,
·      4 Guru memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menghafal,
·      5 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling menyimak,
·      7 Guru memberikan penguatan pada materi yang dihafal siswa,
·      8 Guru memberikan tip dan trik menghafal kepada siswa dengan baik,
·      9 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk memper­baiki data hafalan di memori siswa.





b.    Aktivitas siswa dalam KBM
Dari hasil pengamatan dan diskusi antara peneliti dengan pengamat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa pada siklus I sudah cukup baik, yaitu mendapat nilai 950 dari nilai maksimal 1085 atau 87,56 %, tetapi ada beberapa kegiatan yang masih perlu perbaikan atau peningkatan aktivitas. Aktivitas yang masih perlu peningkatan antara lain : motivasi yang baik untuk menghafal melalui teknik menghafal berlapis berulang; proses meng­hafal; memperhatikan penguatan guru; perbaikan dan atau penguatan data pada memori­nya; mengerjakan tes akhir.
Pada siklus II terjadi perbaikan pada motivasi siswa dalam belajar, proses menghafal, mengerjakan lembar tes hafalan, perhatian terhadap penguatan guru, perbaikan dan penguatan data di memori, dan dalam mengerjakan tes akhir. Sehingga terjadi peningkatan hasil dari 87,56 menjadi 97,69 atau sekitar 10,13 %.





c.     Hasil Belajar
Dari analisis data hasil belajar diketahui :
1)    Jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar pada siklus I sebanyak 31 orang dan pada siklus II 31 orang.
2)    Nilai tertinggi pada siklus I 98 dan pada siklus II 100, terjadi kenaikan 2 %.
3)    Nilai terendah pada siklus I 75 dan pada siklus II 76, terjadi kenaikan 1 %.
4)    Nilai rata-rata kelas pada siklus I 91,84 dan pada siklus II 95,45, terjadi kenaikan 3,61 %.
5)     Jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 30 dari 31 siswa atau 96,77 % dan pada siklus II 30 dari 31 siswa atau 96,77 %.
6)    Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar pada siklus I sebanyak 1 dari 31 siswa atau 3,23 % dan pada siklus II sebanyak 1 dari 31 siswa atau 3,23 %.
7)    Jumlah siswa tidak hadir pada siklus I sebanyak 1 orang karena ijin dan pada siklus II 1 orang karena sakit.




Tabel  : Data peningkatan nilai hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II
Aspek
Siklus I
Siklus II
Jumlah Siswa Tuntas
30
30
Jumlah Siswa Tidak Tuntas
1
1
Jumlah Siswa Tidak Hadir
1
1
 Jumlah Nilai
2847
2959
Rata-Rata
91,84
95,45
Nilai Tertinggi
98
100
Nilai Terendah
75
76



Dari data di atas diketahui bahwa penerapan model pembelajaran aktif melalui teknik pal lapis langkat disertai dengan perbaikan aktivitas guru dalam proses pembelajaran dan aktivitas siswa dalam proses belajar sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar sains biologi siswa kelas IX D SMPN 1 Mejayan Kabupaten Madiun semester gasal tahun pelajaran 2012/2013.
Tren kenaikan / perbaikan kualitas aktivitas guru dalam proses pembelajaran dan aktivitas siswa dalam proses belajar serta peningkatan hasil belajar siswa tergambar pada tabel di bawah ini.



Tabel : Tren kenaikan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam PBM serta nilai hasil belajar siswa.

No.
Aktivitas
Nilai Siklus I
Nilai Siklus II
Tren Kenaikan
1
Aktivitas Guru
82
94
12 %
2
Aktivitas Siswa
87,56
97,69
10,13 %
3
Nilai Siswa
91,84
95,45
3,61 %




Kecenderungan kenaikan tren di atas disebabkan model pembelajaran aktif melalui teknik pal lapis langkat  mempunyai kelebihan :
a.     Sebelum pembelajaran inti dimulai guru terlebih dahulu memberikan  gambaran  mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari sebagai modal awal belajar siswa.
b.     Guru memberikan tip dan trik cara menghafal berlapis berulang bertingkat.
c.     Melibatkan seluruh siswa untuk aktif secara pribadi maupun kelompok untuk saling menghafal dan menyimak hafalan.
d.     Teknik pal lapis langkat melibatkan tiga macam tipe belajar siswa, yaitu melihat atau membaca, mendengar dan melakukan kegiatan.
e.     Diadakan tes akhir di setiap akhir proses pembelajaran, sehingga dapat membangkit­kan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan analisis data penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran aktif melalui teknik pal lapis langkat pada pelajaran sains biologi di kelas IX D SMP Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran
Berdasarkan pengalaman selama penelitian di kelas IX D SMP Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun semester gasal tahun pelajaran 2012/2013, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1.   Kepada Sekolah
      Model pembelajaran aktif melalui teknik  pal lapis langkat bisa diterapkan pada mata pelajaran sains biologi dengan hasil yang sangat baik. Disamping itu teknik pal lapis langkat ini juga bisa diterapkan pada mata pelajaran selain sains biologi.

2.  Kepada guru
Kepada teman-teman sejawat guru sains biologi disarankan agar bersedia menggunakan teknik pal lapis langkat, utamanya pada SK dan KD yang berhubungan dengan struktur dan fungsi organ tubuh, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan.
Teknik pal lapis langkat ini juga bisa diterapkan oleh teman-teman guru penjaskes misalnya untuk menghafalkan suatu jurus silat. Juga bisa digunakan oleh teman-teman guru pengampu pembiasaan yang bersifat afektif.




DAFTAR PUSTAKA
Anits Lie, 2004. Cooperatif Learning. Jakarta : Grasindo
Daryanto, 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Hamzah, 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Falah Production
Hariz, 2012. Teknik Menghafal Dengan Berkesan.  http:// profhariz.com /2010/08/teknik-menghafal-dengan-berkesan/diunduh tanggal 1 September 2012
Herman Hudojo, 1990. Strategi Mengajar. Malang : IKIP Malang.
MacGregor. Sandy, 2003. Peace of Mind.Mengaktifkan Kekuatan Pikiran Bawah Sadar untuk Mencapai Tujuan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Muhibbin Syah, 2001. Psikologi Belajar. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Muslimin Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press
Sarwiji Suwandi, 2004. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Strategi Peningkatan profesionalisme Guru“. dalam Jurnal Pendidikan. Vol.10. No 2. Desember 2004. Madiun : IKIP PGRI Madiun
Slameto, 2003. Belajar  dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto, 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Syaiful Bahri Djamarah, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional.
Wikibooks Indonesia, 2012. Rahasia Otak Super/Teknik Menghafal. http://id.wikibooks.org/wiki/Rahasia_Otak_Super/Teknik_Menghafal/ diunduh tanggal 1 September 2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar