KUIS NUMBERED-HEAD-TOGETHER
UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR BIOLOGI
SISWA KELAS 7A SMPN 3 KARE KABUPATEN MADIUN
Oleh : Yuli Kurnia Ningsih
Guru biologi SMP Negeri 3
Kare
ABSTRAK
Siswa yang kurang
bergairah dalam kegiatan pembelajaran, kurang aktif dan kelas yang tidak
berpusat pada siswa merupakan suatu masalah yang menyebabkan hasil belajar
siswa rendah. Melalui
penelitian tindakan kelas (PTK) masalah ini coba untuk diatasi dengan
mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together. PTK dilakukan dalam 2
siklus, dengan
Tujuan penelitian : mendeskripsikan
aktivitas siswa, mengetahui peningkatan hasil belajar
dan mengetahui respon siswa setelah mendapat model pembelajaran ini. Subjek penelitian adalah Siswa Kelas 7A SMP Negeri 3 Kare Kabupaten Madiun dengan jumlah siswa 20 orang, tahun pelajaran 2011/2012.
Data diperoleh melalui observasi,
pemberian tes, dan penyebaran angket. Data dianalisilis
secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
aktivitas siswa meningkat dalam berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir
bersama, dan menjawab kuis. Ketuntasan belajar siswa
meningkat dan respon terhadap pembelajaran yang dilaksanakan positif.
Kata
kunci : numbered-head together,ketuntasan belajar
PENDAHULUAN
Setiap guru
menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakan meyenangkan dan berpusat
pada siswa. Siswa antusias mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan atau
memberikan pendapat, bersorak merayakan keberhasilan mereka, bertukar informasi
dan saling memberikan semangat. Dan tujuan akhir dari semua proses itu
adalah penguasaan konsep dan hasil belajar yang memuaskan.
Sikap kurang
bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang
ada yang bermain-main sendiri di dalam kelas, merupakan masalah yang dihadapi
SMP Negeri 3 Kare, khususnya untuk mata pelajaran Biologi materi pengelompokan
makhluk hidup pada siswa
kelas7A. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep dan
ketuntasan belajar mereka <
65%. Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses
belajar mengajar.
Sebenarnya guru
telah berusaha menciptakan pembelajaran agar siswa lebih aktif, diantaranya:
pengamatan objek langsung, diskusi kelompok mengerjakan LKS, menggunakan media
yang ada di sekolah, dan mengunakan metode tanya-jawab. Namun hasilnya belum
dapat meningkatkan gairah dan aktivitas secara maksimal
Jika kondisi
yang seperti ini tidak dicarikan alternatif pemecahan masalahnya, maka guru
tetap sebagai sumber informasi satu-satunya dikelas, tidak ada tukar informasi,
penguasaan konsep, hasil
belajar biologi siswa tetap rendah, dan pembelajaran biologi jadi
membosankan.
Dari paparan di
atas penulis ingin mencoba melakukan penelitian Tindakan kelas yang berjudul”
Kuis Numbered – Head - Together Untuk
Meningkatkan Ketuntasan Belajar Biologi Siswa
Kelas 7A SMP Negeri 3 Kare Kabupaten Madiun.”
KAJIAN PUSTAKA
1. Pembelajaran Kooperatif
Pada hakikatnya belajar adalah wujud aktivitas pada saat
terjadinya pembelajaran di kelas. Aktivitas yang
dimaksud adalah aktivitas fisik dan mental siswa. Piaget (dalam Nasution:
2000) berpendapat bahwa, seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat,
anak tak berfikir. Agar anak berfikir, ia harus diberi kesempatan untuk berbuat
sendiri. Pembelajaran yang mengembangkan diskusi dan kerja kelompok memberikan
aktivitas lebih banyak pada siswa. Pernyataan ini didukung pendapat Nasution
(2000 : 92), bahwa metode diskusi, sosiodrama, kerja kelompok, pekerjaan
diperpustakaan dan laboratorium banyak membangkitkan aktivitas pada anak-anak.
Nur (1996: 25) mengatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep IPA
yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kerjasama, berfikir
kritis, kemauan membantu teman dan sebagainya. Pada
prinsipnya model pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan tingkah laku
kooperatif antar siswa sekaligus membantu siswa dalam pelajaran akademisnya.
Ada banyak variasi pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif.
Setiap pendekatan memberi penekanan pada tujuan tertentu yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.
2.
Numbered head together
Numbered head
together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan ini menurut Ibrahim, dkk (2000: 28) ada 4 langkah yaitu: penomoran,
mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.
Pengintegrasian
kuis seperti acara-acara di TV atau radio ke dalam proses pembelajaran bukan
hal yang tidak mungkin merupakan strategi yang dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi siswa. DePorter (2005) mengatakan bahwa kegembiraan membuat
siswa siap belajar lebih mudah dan dapat mengubah sikap negatif.
Berdasarkan
pendapat tersebut, untuk mengatasi masalah di atas maka dilakukan penelitian
tindakan kelas dengan mengintegrasikan kuis ke dalam proses pembelajaran,
dengan harapan pembelajaran biologi jadi menyenangkan, siswa lebih aktif, dan
tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan aktivitas siswa, mengetahui hasil belajar
siswa mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran biologi yang
mengintegrasikan kuis dengan model pembelajaran kooperatif numbered-head-together.
Manfaat yang
diharapkan dari hasil penelitian ini bagi guru, sedikit demi sedikit dapat
meningkatkan kompetensinya dalam merancang model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa dan tidak membosankan. Bagi siswa, lama-kelamaan akan
terbiasa terlibat aktif dalam pembelajaran dan tertarik dengan mata pelajaran
biologi khususnya dan mata pelajaran lain umumnya. Jika penelitian ini
berhasil, sekolah memiliki referensi contoh penelitian yang mungkin dapat
dijadikan acuan bagi guru mata pelajaran lain yang menghadapi masalah yang
sama.
METODE
PENELITIAN
Subyek penelitian
adalah siswa kelas 1A SMP Negeri 3 Kare tahun pelajaran
2011/2012, yang
berjumlah 20 orang. Rancangan penelitian adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian terdiri dari 2 siklus. Siklus I
dilaksanakan pada tanggal 25 oktober 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 30 oktober 2011. Setiap siklusnya melalui tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Teknik-teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan pengamatan, pemberian tes,
dan penyebaran angket. Keterlaksanaan RP dianalisis dengan menghitung jumlah
butir-butir yang terlaksana dibagi jumlah butir seluruhnya kali 100%. dan
memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat serta saran dan
komentar pengamat. Sedang aktivitas siswa dianalisis dengan melihat
jumlah indikator-indikator yang terpenuhi dari butir-butir aktivitas siswa.
Kemudian dideskripsikan berdasarkan kriteria kurang, sedang, baik, dan baik
sekali. Untuk menghitung ketuntasan hasil belajar siswa dengan cara
menghitung jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal kali seratus persen.Data yang diperoleh dari pengisian angket yang
disebarkan setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan, dianalisis
secara deskriptif dalam bentuk persentase. Respon siswa dikatakan positif jika
jumlah persentase kategori sangat setuju dan setuju lebih dari jumlah
persentase kategori sangat tidak setuju, tidak setuju dan tidak menjawab.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
Hasil
penelitian tindakan yang dilakukan
dalam 2 Siklus
dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Unsur yang
diamati
|
Siklus I
|
Siklus II
|
|||
RP 1
|
RP 2
|
RP 3
|
RP 4
|
RP 5
|
||
1.
|
Keterlaksanaan
RP
|
70%
|
100%
|
100%
|
100%
|
100%
|
2.
|
Aktivitas
Siswa
|
Baik
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
Baik Sekali
|
3.
|
Hasil Belajar
|
39, 13% Tuntas
|
78,26% Tuntas
|
|||
4.
|
Respon Siswa
|
Positif
|
Pada Siklus I
Setelah
dilakukan tindakan-tindakan pada siklus I terjadi perubahan suasana kelas.
Siswa dengan cepat melaksanakan pembentukan kelompok, sangat antusias untuk
menjawab pertanyaan kuis, mendengarkan soal kuis yang dibacakan dengan penuh
perhatian. Ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan sebelum
tindakan, yakni pada umumnya mereka kurang bersemangat bekerja secara kelompok,
dan malas menjawab pertanyaan. Walaupun aktivitas berinteraksi, menyamakan
persepsi, saling menanyakan dalam kelompok, dan kurang disiplin dalam menjawab
soal masih merupakan butir yang lemah.
Temuan lain
pada siklus I adalah waktu tidak cukup, ada siswa yang berjalan untuk melihat
hasil kerja kelompok lain, masih ada siswa yang langsung menjawab kuis sebelum
ditunjuk, pertanyaan kuis sangat bagus karena berhubungan dengan LKS, tetapi
dengan redaksi kalimat yang berbeda.
Masalah-masalah
yang ditemukan pada siklus I direfleksi kemudian dievaluasi dan didiskusikan
antara guru dengan pengamat untuk menemukan alternatif pemecahannya. Hasilnya
adalah guru perlu mengelola waktu dengan baik, memberikan peringatan kepada
anggota kelompok untuk mengetahui dan memahami jawaban pertanyaan LKS, perlu
bimbingan yang intensif melatihkan pentingnya berfikir bersama, memberikan
sanksi bagi anggota kelompok yang tidak disiplin dalam menjawab kuis, dan
memperhatikan materi yang ingin disampaikan.
Pada siklus II
Pada Siklus II
aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas , berfikir bersama (saling
berinteraksi, saling meyakinkan, menyamakan persepsi, saling menanyakan
jawaban) dan menjawab kuis merupakan butir-butir yang kuat. Siswa antusias
mengerjakan tugas dan menjawab soal kuis.
Pembahasan
Berdasarkan
analisis data hasil observasi siklus I, masih kurangnya
aktivitas berfikir bersama pada siklus I, kemungkinan disebabkan siswa belum
terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan pentingnya saling berinteraksi,
meyakinkan yang lain, dan menyamakan persepsi. Penyebab lainnya adalah
kurangnya bimbingan guru dalam mengajarkan pentingnya bekerja sama
(keterampilan sosial) dalam kelompok. .
Ketidaktuntasan
hasil belajar siswa pada siklus I ada hubungannya dengan masih ada
siswa yang bekerja sendiri dalam mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan dan
pengelompokan yang kurang heterogen. Sehingga ada kelompok lebih banyak siswa
yang lemah dari pada siswa yang pintar.
Hasil observasi
pembelajaran siklus II berjalan jauh lebih baik dari siklus I. Siswa yang tidak
disiplin menjawab soal kuis dapat diatasi dengan memberikan sanksi kepada
kelompok berupa tidak boleh menjawab soal berikutnya. Bimbingan intensif baik
dari segi menyelesaikan tugas-tugas kelompok maupun mengajarkan
keterampilan sosial (dengan cara mengingatkan untuk berfikir bersama),
menyebabkan aktivitas mengerjakan tugas, berfikir bersama (berinteraksi,
meyakinkan tiap anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab kuis cukup
menonjol. Kegiatan-kegiatan ini merupakan butir-butir yang kuat pada aktivitas
siswa. Sehingga kriteria aktivitas siswa baik sekali. Ini berarti sudah di atas
indikator kinerja yang ditetapkan yaitu baik. Dan dampak positifnya
adalah meningkatnya hasil belajar siswa.
Bentuk
pertanyaan kuis yang dirancang guru berupa penggalan-penggalan deskripsi suatu
konsep, memotivasi siswa harus berkonsentrasi mendengarkan soal yang dibacakan
agar tidak salah dalam menjawab.
Dari respon
yang diberikan siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan
merupakan hal baru, merasa senang mengikuti pelajaran, tugas lebih mudah
dikerjakan, memotivasi mengerjakan tugas, merasa siap untuk menjawab
pertanyaan, memusatkan perhatian dan berfikir kritis, serta lebih bergairah.
Ini menunjukan bahwa pembelajaran biologi yang mengintegrasikan kuis ke dalam
model pembelajaran numbered-head-together mendapat respon positif dari
siswa.
Kesimpulan dan
Saran
Kesimpulan dari
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Pembelajaran
Biologi dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together
dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam berkelompok, mengerjakan tugas-tugas,
berfikir bersama, dan menjawab kuis.
2. Pembelajaran
Biologi dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IA SMP Negeri 3 Kare
3. Respon
siswa terhadap pembelajaran Biologi yang mengintegrasikan kuis ke dalam model
pembelajaran kooperatif numbered-head-together adalah positif.
Hal-hal yang
disarankan peneliti untuk guru-guru yang ingin melakukan penelitian yang sama
adalah:
1. Proses
bimbingan intensif dalam hal menyelesaikan tugas-tugas kelompok dan pentingnya
bekerja sama dalam kelompok sangat menentukan keberhasilan pembelajaran
terutama dalam hal meningkatkan aktivitas siswa.
2.
Dalam merancang pembelajaran ini perlu analisis materi yang akan diajarkan
dengan alokasi waktu dan pengetahuan prasyarat siswa (dalam penelitian ini
pengetahuan menggunakan mikroskop dan membuat preparat) terlebih dahulu.
3. Pengelompokan
siswa harus betul-betul heterogen dari segi tingkat kecerdasan karena sangat
menentukan keberhasilan kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.
2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah
Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.
2004. Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran Sains (Materi Pelatihan
Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.
2004. Penulisan Karya Ilmiah (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains).
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.
2004. Penelitian Tindakan Kelas (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains).
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.
2005. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta: Depdiknas.
DePorter,
Bobbi., Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. 2005. Quantum Teaching:
Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Ibrahim, M.,
Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: University Press UNESA.
Nasution.
(2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nur, M. 1996. Konsep
Tentang Arah Pengembangan Pendidikan IPA SMP dan SMU Lima Tahun yang Akan
Datang. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Umum.
Rachmadiarti,
Fida. 2003. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu
SLTP
Suharsimi.,
Suhardjono., dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta. Perum Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar