Selasa, 01 Desember 2015

KUIS NUMBERED-HEAD-TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS 7A SMPN 3 KARE KABUPATEN MADIUN

KUIS NUMBERED-HEAD-TOGETHER
UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR BIOLOGI
SISWA KELAS 7A SMPN 3 KARE KABUPATEN MADIUN


Oleh : Yuli Kurnia Ningsih
Guru biologi SMP Negeri 3 Kare


ABSTRAK
            Siswa yang kurang bergairah dalam kegiatan pembelajaran, kurang aktif dan kelas yang tidak berpusat pada siswa merupakan suatu masalah yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah ini coba untuk diatasi dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together. PTK dilakukan dalam 2 siklus, dengan
          Tujuan penelitian : mendeskripsikan aktivitas siswa, mengetahui peningkatan hasil belajar dan mengetahui respon siswa setelah mendapat model pembelajaran ini. Subjek penelitian adalah Siswa Kelas 7A SMP Negeri 3 Kare Kabupaten Madiun dengan jumlah siswa 20 orang, tahun pelajaran 2011/2012.
          Data diperoleh melalui observasi, pemberian tes, dan penyebaran angket. Data dianalisilis secara deskriptif kualitatif.
          Hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas siswa meningkat dalam berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab kuis. Ketuntasan belajar siswa meningkat dan respon terhadap pembelajaran yang dilaksanakan positif.

 Kata kuncinumbered-head together,ketuntasan belajar




PENDAHULUAN

Setiap guru menginginkan proses pembelajaran yang dilaksanakan meyenangkan dan berpusat pada siswa. Siswa antusias mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan atau memberikan pendapat, bersorak merayakan keberhasilan mereka, bertukar informasi dan saling memberikan semangat.  Dan tujuan akhir dari semua proses itu adalah  penguasaan konsep dan hasil belajar yang memuaskan.
Sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang bermain-main sendiri di dalam kelas, merupakan masalah yang dihadapi SMP Negeri 3 Kare, khususnya untuk mata pelajaran Biologi materi pengelompokan makhluk hidup pada siswa kelas7A. Dampak buruknya adalah penguasaan konsep dan ketuntasan belajar mereka  < 65%. Kondisi yang seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar.
Sebenarnya guru telah berusaha menciptakan pembelajaran agar siswa lebih aktif, diantaranya: pengamatan objek langsung, diskusi kelompok mengerjakan LKS, menggunakan media yang ada di sekolah, dan mengunakan metode tanya-jawab. Namun hasilnya belum dapat meningkatkan gairah dan aktivitas secara maksimal
Jika kondisi yang seperti ini tidak dicarikan alternatif pemecahan masalahnya, maka guru tetap sebagai sumber informasi satu-satunya dikelas, tidak ada tukar informasi, penguasaan konsep,  hasil belajar biologi siswa tetap  rendah, dan pembelajaran biologi jadi membosankan.
Dari paparan di atas penulis ingin mencoba melakukan penelitian Tindakan kelas yang berjudul”
Kuis Numbered – Head - Together Untuk Meningkatkan Ketuntasan Belajar Biologi Siswa Kelas 7A SMP Negeri 3 Kare Kabupaten Madiun.”

KAJIAN PUSTAKA
1.  Pembelajaran Kooperatif
Pada hakikatnya belajar adalah wujud aktivitas pada saat terjadinya pembelajaran di kelas. Aktivitas yang dimaksud  adalah aktivitas fisik dan mental siswa. Piaget (dalam Nasution: 2000) berpendapat bahwa, seorang anak berfikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat,  anak tak berfikir. Agar anak berfikir, ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Pembelajaran yang mengembangkan diskusi dan kerja kelompok memberikan aktivitas lebih banyak pada siswa. Pernyataan ini didukung pendapat Nasution (2000 : 92), bahwa metode diskusi, sosiodrama, kerja kelompok, pekerjaan diperpustakaan dan laboratorium banyak membangkitkan aktivitas pada anak-anak.
Nur (1996: 25) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kerjasama, berfikir kritis, kemauan membantu teman dan sebagainya. Pada prinsipnya model pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan tingkah laku kooperatif antar siswa sekaligus membantu siswa dalam pelajaran akademisnya. Ada banyak variasi pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif Setiap pendekatan memberi penekanan pada tujuan tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

2. Numbered head together 
Numbered head together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif dengan pendekatan ini menurut Ibrahim, dkk (2000: 28) ada 4 langkah yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.
Pengintegrasian kuis seperti acara-acara di TV atau radio ke dalam proses pembelajaran bukan hal yang tidak mungkin merupakan strategi yang dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa. DePorter (2005) mengatakan bahwa kegembiraan membuat siswa siap belajar lebih mudah dan dapat mengubah sikap negatif.
Berdasarkan pendapat tersebut, untuk mengatasi masalah di atas maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan mengintegrasikan kuis ke dalam proses pembelajaran, dengan harapan pembelajaran biologi jadi menyenangkan, siswa lebih aktif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan aktivitas siswa, mengetahui hasil belajar siswa  mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran biologi yang mengintegrasikan kuis dengan model pembelajaran kooperatif  numbered-head-together.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini bagi guru, sedikit demi sedikit dapat meningkatkan kompetensinya dalam merancang model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan tidak membosankan. Bagi siswa, lama-kelamaan akan terbiasa terlibat aktif dalam pembelajaran dan tertarik dengan mata pelajaran biologi khususnya dan mata pelajaran lain umumnya. Jika penelitian ini berhasil, sekolah memiliki referensi contoh penelitian yang mungkin dapat dijadikan acuan bagi guru mata pelajaran lain yang menghadapi masalah yang sama.

METODE PENELITIAN

Subyek penelitian adalah siswa kelas 1A SMP Negeri 3 Kare tahun pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 20 orang. Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian terdiri dari 2 siklus. Siklus I  dilaksanakan pada tanggal 25 oktober 2011 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 30 oktober 2011. Setiap siklusnya  melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Teknik-teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan pengamatan, pemberian tes, dan penyebaran angket. Keterlaksanaan RP dianalisis dengan menghitung jumlah butir-butir yang terlaksana dibagi jumlah butir seluruhnya kali 100%.  dan memperhatikan butir-butir yang lemah, butir-butir yang kuat serta saran dan komentar pengamat.  Sedang aktivitas siswa  dianalisis dengan melihat jumlah indikator-indikator yang terpenuhi dari butir-butir aktivitas siswa. Kemudian dideskripsikan berdasarkan kriteria kurang, sedang, baik, dan baik sekali. Untuk menghitung ketuntasan hasil belajar siswa  dengan cara menghitung jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal kali seratus persen.Data yang diperoleh dari pengisian angket yang disebarkan setelah kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan, dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase. Respon siswa dikatakan positif jika jumlah persentase kategori sangat setuju dan setuju lebih dari jumlah persentase kategori sangat tidak setuju, tidak setuju dan tidak menjawab.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian 
Hasil penelitian tindakan yang dilakukan
dalam 2 Siklus dapat dilihat pada tabel berikut.

No
Unsur yang diamati
Siklus I
Siklus II
RP 1
RP 2
RP 3
RP 4
RP 5
1.
Keterlaksanaan RP
70%
100%
100%
100%
100%
2.
Aktivitas Siswa
Baik
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
Baik Sekali
3.
Hasil Belajar
39, 13% Tuntas
78,26% Tuntas
4.
Respon Siswa
Positif

Pada Siklus I
Setelah dilakukan tindakan-tindakan pada siklus I terjadi perubahan suasana kelas. Siswa dengan cepat melaksanakan pembentukan kelompok, sangat antusias untuk menjawab pertanyaan kuis, mendengarkan soal kuis yang dibacakan dengan penuh perhatian. Ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan sebelum tindakan, yakni pada umumnya mereka kurang bersemangat bekerja secara kelompok, dan malas menjawab pertanyaan. Walaupun aktivitas berinteraksi, menyamakan persepsi, saling menanyakan dalam kelompok, dan kurang disiplin dalam menjawab soal masih merupakan butir yang lemah.
Temuan lain pada siklus I adalah waktu tidak cukup, ada siswa yang berjalan untuk melihat hasil kerja kelompok lain, masih ada siswa yang langsung menjawab kuis sebelum ditunjuk, pertanyaan kuis sangat bagus karena berhubungan dengan LKS, tetapi dengan redaksi kalimat yang berbeda.
Masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I direfleksi kemudian dievaluasi dan didiskusikan antara guru dengan pengamat untuk menemukan alternatif pemecahannya. Hasilnya adalah guru perlu mengelola waktu dengan baik, memberikan peringatan kepada anggota kelompok untuk mengetahui dan memahami jawaban pertanyaan LKS, perlu bimbingan yang intensif  melatihkan pentingnya berfikir bersama, memberikan sanksi bagi anggota kelompok yang tidak disiplin dalam menjawab kuis, dan memperhatikan materi yang ingin disampaikan.

Pada siklus II
Pada Siklus II aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas , berfikir bersama (saling berinteraksi, saling meyakinkan, menyamakan persepsi, saling menanyakan jawaban) dan menjawab kuis merupakan butir-butir yang kuat. Siswa antusias mengerjakan tugas dan menjawab soal kuis.

Pembahasan
Berdasarkan analisis data hasil observasi siklus I, masih kurangnya aktivitas berfikir bersama pada siklus I, kemungkinan disebabkan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan pentingnya saling berinteraksi, meyakinkan yang lain, dan menyamakan persepsi. Penyebab lainnya adalah kurangnya bimbingan guru dalam mengajarkan pentingnya bekerja sama (keterampilan sosial) dalam kelompok. .
Ketidaktuntasan hasil belajar  siswa pada siklus I  ada hubungannya dengan masih ada siswa yang bekerja sendiri dalam mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan dan pengelompokan yang kurang heterogen. Sehingga ada kelompok lebih banyak siswa yang lemah dari pada siswa yang pintar.
Hasil observasi pembelajaran siklus II berjalan jauh lebih baik dari siklus I. Siswa yang tidak disiplin menjawab soal kuis dapat diatasi dengan memberikan sanksi kepada kelompok berupa tidak boleh menjawab soal berikutnya. Bimbingan intensif baik dari segi menyelesaikan tugas-tugas kelompok  maupun mengajarkan keterampilan sosial (dengan cara mengingatkan untuk berfikir bersama), menyebabkan aktivitas mengerjakan tugas, berfikir bersama (berinteraksi, meyakinkan tiap anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab kuis cukup menonjol. Kegiatan-kegiatan ini merupakan butir-butir yang kuat pada aktivitas siswa. Sehingga kriteria aktivitas siswa baik sekali. Ini berarti sudah di atas indikator kinerja yang ditetapkan yaitu baik.  Dan dampak positifnya adalah meningkatnya hasil belajar siswa.
Bentuk pertanyaan kuis yang dirancang guru berupa penggalan-penggalan deskripsi suatu konsep, memotivasi siswa harus berkonsentrasi mendengarkan soal yang dibacakan agar tidak salah dalam menjawab.
Dari respon yang diberikan siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan merupakan hal baru, merasa senang mengikuti pelajaran, tugas lebih mudah dikerjakan, memotivasi mengerjakan tugas, merasa siap untuk menjawab pertanyaan, memusatkan perhatian dan berfikir kritis, serta lebih bergairah. Ini menunjukan bahwa pembelajaran biologi yang mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran numbered-head-together mendapat respon positif dari siswa.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.   Pembelajaran Biologi dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab kuis.
2.   Pembelajaran Biologi dengan mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IA SMP Negeri 3 Kare
3.   Respon siswa terhadap pembelajaran Biologi yang mengintegrasikan kuis ke dalam model pembelajaran kooperatif numbered-head-together adalah positif.

Hal-hal yang disarankan peneliti untuk guru-guru yang ingin melakukan penelitian yang sama adalah:
1.    Proses bimbingan intensif dalam hal menyelesaikan tugas-tugas kelompok dan pentingnya bekerja sama dalam kelompok sangat menentukan keberhasilan pembelajaran terutama dalam hal meningkatkan aktivitas siswa.
2.    Dalam merancang pembelajaran ini perlu analisis materi yang akan diajarkan dengan alokasi waktu dan pengetahuan prasyarat siswa (dalam penelitian ini pengetahuan menggunakan mikroskop dan membuat preparat) terlebih dahulu.
3.    Pengelompokan siswa harus betul-betul heterogen dari segi tingkat kecerdasan karena sangat menentukan keberhasilan kelompok.








DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran Sains (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Penulisan Karya Ilmiah (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Penelitian Tindakan Kelas (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas.
DePorter, Bobbi., Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press UNESA.
Nasution. (2000). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Nur, M. 1996. Konsep Tentang Arah Pengembangan Pendidikan IPA SMP dan SMU Lima Tahun yang Akan Datang. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Umum.
Rachmadiarti, Fida. 2003. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP
Suharsimi., Suhardjono., dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Penyusun Kamus  Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Perum Balai Pustaka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar