MODEL PEMBELAJARAN PROBEX
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII A SMPN 2
SAWAHAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
ENDANG SRI HASTUTI
SMPN 2 SAWAHAN KABUPATEN
MADIUN
ABSTRAK :
IPA diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pemecahan
masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Proses pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Namun kenyataannya proses
pembelajaran sering didominasi oleh guru, sehingga siswa merasa jenuh dan
akibatnya pemahaman konsep menjadi rendah dan prestasi belajar kurang
memuaskan.
Untuk itu diperlukan upaya untuk mengatasi masalah
diatas, salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran PROBEX, salah satu
model pembelajaran yang menantang siswa untuk berpikir, berprediksi,
berobservasi, mengungkapkan pendapat dan menyusun simpulan.
Bertolak dari permasalahan di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran
PROBEX. Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas dengan 3
siklus. Masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diterapkannya
model pembelajaran PROBEX, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan.
Ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari 48 % pada siklus 1 menjadi 58 %
pada siklus 2 dan akhirnya 77 % pada siklus 3.
Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran
PROBEX dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian model
pembelajaran ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Harapan
selanjutnya adalah siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga prestasi belajarnya mengalami peningkatan
Kata Kunci : Model pembelajaran PROBEX, prestasi
belajar
PENDAHULUAN
Seringkali penulis sebagai guru biologi
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mendominasi kegiatan, karena
dihadapkan pada banyaknya materi yang harus disampaikan dan keterbatasan waktu
yang ada. Jarang sekali penulis menggunakan metode-metode yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa. Komunikasi lebih banyak berjalan searah. Guru yang
berperan aktif, sedangkan siswanya pasif.
Data awal dari kuesioner yang diberikan kepada siswa
menunjukkan bahwa di SMPN 2 Dolopo 87 %
responden berpendapat bahwa guru kurang memotivasi siswa, 81 % menyatakan
pembelajaran masih didominasi guru dan 55 % berpendapat minat siswa rendah
dalam mempelajari Biologi.
Kenyataan seperti di atas terjadi, karena disebabkan
oleh beberapa faktor. Alasan klasik yang sering diutarakan adalah karena guru
harus mencapai target kurikulum, sementara waktu yang ada kurang mencukupi.
Dengan alasan ini akhirnya dalam menyampaikan suatu konsep, guru mendominasi
kelas, dengan harapan konsep yang disampaikan segera selesai.
Dalam suasana demikian, siswa kurang mendapat
kesempatan untuk berpikir kritis, menelaah ataupun berpendapat terhadap suatu
konsep yang ada. Akibatnya adalah tujuan pembelajaran Biologi yang menekankan
aspek pengembangan sikap ilmiah sulit dicapai.
Standar
Isi yang tertuang dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 mengamanatkan bahwa
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar.
IPA
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan.
Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu
pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara
langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah.
Dengan
adanya amanat seperti tersebut di atas, nampaknya sudah tidak relevan lagi
apabila guru melaksanakan proses pembelajaran dengan cara guru sebagai pusat
informasi. Guru yang menjadi pusat kegiatan segera di alihkan menjadi siswa
yang menjadi pusat kegiatan. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator
agar siswa aktif melakukan kegiatan
Kondisi pembelajaran semacam ini, akibat secara
langsung dapat dilihat pada prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan. Untuk
itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah di atas. Salah
satuya adalah dengan penerapan model pembelajaran PROBEX (Prediksi–Observasi – Explain).
Salah satu model pembelajaran yang menantang siswa untuk berpikir, berprediksi,
berobservasi, mengungkapkan pendapat dan menyusun simpulan. Konsep yang
didapat oleh siswa merupakan hasil dari inkuiri siswa, bukan konsep jadi yang
diberikan oleh guru. Sehingga proses pembelajaran menjadi semakin inspiratif,
inovatif, menantang, dan menyenangkanbagi siswa.
Untuk itu
penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Model Pembelajaran Probex Sebagai
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas Vii A SMPN 2 Sawahan
Tahun Pelajaran 2013/2014”
KAJIAN PUSTAKA
PROBEX merupaka singkatan
dari Prediksi – Observasi – Explanation (Suparno, 2007 : 102).
Memprediksi adalah
meramal secara khusus tentang apa yang akan terjadi pada observasi yang akan
datang (Abrucasto, 1988 : 47) atau membuat prakiraan kejadian atau keadaan yang
akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992 : 76).
Jadi
dapat dikatakan bahwa mempredikasi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian
mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui. Melakukan
prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran dan informasi tentang hubungan
antara variable yang diobservasi. Prediksi yang tidak didasarkan pada observasi
merupakan suatu terkaan, dan ini bukanlah yang diharapkan dalam kegiatan
memprediksi pada keterampilan proses.
Pembelajaran-pembelajaran dengan metode inkuiri yang
meminta siswa melakukan dugaan-dugaan dan menguji dugaan-dugaan dengan
eksperimen akan membantu mengembangkan keterampilan proses untuk memprediksi.
Siswa dapat memprediksi kejadian yang akan datang secara dini dari data dan
grafik yang sangat sederhana. Kemudian siswa dapat membuat prediksi yang lebih
matang dengan berdasarkan pada survei opini dan sumber data lainnya.
Dalam membuat prediksi siswa sudah memikirkan alasan
mengapa ia membuat prediksi seperti itu. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk menyusun prediksi dengan alasannya. Sebaiknya guru tidak membatasi
pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan ide yang muncul. Pada proses
prediksi ini guru dapat mengerti miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada diri
siswa. Hal ini penting bagi guru dalam membantu siswa untuk membangun konsep
yang benar.
Keterampilan
mengobservasi adalah keterampilan yang dikembangkan dengan mengembangkan semua
indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat-sifat
dari obyek-obyek atau kejadian-kejadian (Esler dan Esler 1984:45).
Mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh
informasi atau data mengenai benda atau kejadian (Abruscato 1988:34).
Dalam kegiatan observasi,
siswa diajak untuk melakukan eksperimen untuk menguji kebenaran prediksi yang
mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa mengamati apa yang terjadi, yang
terpenting dalam langkah ini adalah konfirmasi atas prediksi yang mereka
sampaikan.
Eksplanasi
adalah pemberian penjelasan terutama tentang kesesuaian antara prediksi dengan
hasil eksperimen dari yahap observasi yang mereka lakukan. Apabila hasil
prediksi sesuai dengan hasil observasi, kemudian mereka memperoleh penjelasan
tentang kebenaran prediksinya, maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Tetapi
jika prediksinya tidak tepat, maka siswa dapat mencari penjelasan ketidaktepatan
prediksinya. Siswa akan mengalami perubahan dari konsep yang tidak
benar menjadi benar. Di sini siswa dapat belajar dari kesalahan, dan biasanya
belajr dari kesalahan tidak akan mudah dilupakan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 7A SMPN 2 Dolopo Kabupaten
Madiun tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 31 dengan rincian 15 siswa
putri dan 16 siswa putra.
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 3 siklus dengan mengambil materi
pembahasan tentang Ciri-Ciri Makhluk
Hidup. Dilaksanakan pada bulan Oktober minggu pertama sampai minggu ke tiga.
Observer yang berperan sebagai kolaborator adalah teman sejawat guru biologi
Dra.Sunarti.
Penelitian
diawali dengan kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk memeperoleh
informasi dan gambaran tentang permasalahan yang sedang dihadapi, kemudian
mengiidentifikasi permasalahan. Dari permasalahan yang muncul dicari solusinya
dengan menerapkan Model pembelajaran Probex (Prediksi – Observasi – Explain)
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan tindakan ini adalah
1. Menyusun rencana pembelajaran dengan
menggunakan model .pembelajaran Probex (Prediksi –
Observasi – Explain)
2. Menyusun petunjuk kegiatan siswa
3. Menyiapkan
alat bantu mengajar yang berupa alat peraga untuk menunjukkan ciri makhluk
hidup bernafas, berkembang biak, beradaptasi, memerlukan makanan, pertumbuhan,
peka terhadap rangsang, bergerak dan melakukan ekskresi.
4. Menyusun alat evaluasi untuk mengukur
penguasaan siswa terhadap konsep Ciri-ciri makhluk hidup
5. Menyiapkan lembar instrumen kuesioner dan penilaian
kinerja siswa.
Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan
siswa melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru membimbing siswa membentuk kelompok dengan anggota
masing-masing kelompok 5 orang.
2. Guru membagikan LKS dan menampilkan fenomena yang
mengarah pada adanya ciri-ciri makhluk hidup bernafas, berkembang biak ,
beradaptasi, memerlukan makanan, pertumbuhan, peka terhadap rangsang,
bergerak, dan melakukan ekskresi.
3. Siswa melakukan prediksi, mengobservasi dan menjelaskan
fenomena yang sudah ditampilkan oleh guru.
4. Selama kegiatan berlangsung, guru membantu dan membimbing
kelompok siswa yang mengalami hambatan dalam melakukan tugas.
5. Selesai kegiatan guru memberi kesempatan kepada
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, sementara
kelompok yang lain menanggapi.
6. Pada akhir pembelajaran guru membimbing siswa menyusun
simpulan dan memberi penguatan pada konsep-konsep esesial, kemudian
melaksanakan post test.
7. Guru kolaborator selama pelaksanaan kegiatan melakukan
penilaian terhadap kinerja siswa dalam kemampuan probex (prediksi – observasi –
explain).
Guru bersama kolaborator melakukan analisis hasil pelaksanaan pembelajaran
Probex. Hasil refleksi akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan
pembelajaran pada siklus berikutnya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap
refleksi adalah sebagai berikut :
1.
Guru bersama
kolaborator melihat hasil tes, dan hasil penilaian kinerja siswa
2.
Hasil dari
penilaian kinerja dan hasil tes dianalisa untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan penggunaan pembelajaran probex
3.
Hasil refleksi
digunakan sebagai dasar perbaikan untuk penyusunan rencana siklus berikutnya.
Untuk
memperoleh informasi yang valid dan akurat dari pelaksanaan
tindakan, perlu adanya identifikasi jenis data yang dibutuhkan, alat pengumpul
data dan cara pengumpulan data, yang meliputi :
1.
Post test untuk
mengukur prestasi belajar siswa
2.
Lembar penilaian
kinerja untuk melihat kemampuan siswa dalam memprediksi, mengobservasi dan
menjelaskan (explain)
3.
Lembar observasi
guru untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
4.
Kuesioner untuk
mengukur tentang minat belajar siswa, dominasi guru dalam proses pembelajaran,
dan motivasi yang diberikan guru kepada siswa selama pelaksanaan proses
pembelajaran.
Untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa ditentukan dengan prosentase jumlah
siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Siswa dinyatakan sudah
mencapai kriteria ketuntasan minimal apabila sudah mendapatkan nilai 65. Untuk
prosentase ketuntasan belajar ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Ketuntasan Minimal = x 100 %
Untuk mengetahui kelebihan
atau kekurangan guru dalam menerapkan proses pembelajaran probex, kolaborator
memberikan penilaian pada masing-masing item aktivitas yang dilakukan guru pada
lembar observasi. Rentang nilainya adalah sebagai berikut : kurang (10 –
50), sedang (51-70), baik (71-85), baik sekali (86-100). Kegiatan guru
yang diamati adalah : Menertibkan suasana kelas, Kegiatan
guru yang diamati adalah : menertibkan suasana kelas, melaksanakan
apersepsi, memberikan motivasi kepada siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran,
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, penguasaan
terhadap materi pembelajaran, memberi waktu yang cukup setelah memberi
pertanyaan, memberikan penguatan, memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tanggapan
terhadap jawaban yang diberikan siswa, pengelolaan
kelas dan pengelolaan waktu
Dengan melihat perolehan nilai pada masing-masing item, guru bersama
kolaborator akan menganalisa kegiatan-kegiatan apa saja yang perlu lebih
ditingkatkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik.
Dengan melihat perolehan nilai pada masing-masing item, guru bersama
kolaborator akan menganalisa kegiatan-kegiatan apa saja yang perlu lebih
ditingkatkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik.
Untuk mengetahui kemampuan siswa melakukan prediksi, observasi dan explain
kolaborator melakukan penilaian dengan menggunakan lembar penilaian kinerja
siswa Kegiatan-kegiatan siswa yang perlu direkam datanya oleh kolaborator
adalah kegiatan : 1. Prediksi yang meliputi gagasan yang
dikemukakan mengarah pada fenomena yang dimunculkan, penyampaiannya
secara logis, gagasan bukan hasil diskusi
2. Observasi yang meliputi Pengamatan menggunakan seluruh indera
sesuai fenomena, Pengamatan akurat secara kualitatif, Pengamatan
akurat secara kuantitatif, Alat dan bahan yang digunakan
sesuai, Menghindari pendapat pribadi, kesimpulan dan penafsiran pada saat melakukan
pengamatan, Data direkam dengan tepat dan rapi. 3. Expalin
(menjelaskan) yang meliputi menjelaskan hubungan sebab akibat, penalaran
dilakukan secara runtut, penyampaian secara logis.
Skor untuk penilaian kinerja siswa adalah sebagai berikut :
kurang/K (1,0 – 2,0), cukup/C (2,1 – 3,0), baik/B (3,1-4,0) dan baik sekali/BS
(4,1 – 5,0).
Kuesioner siswa yang diberikan sebelum diterapkannya
pembelajara probex dan diberikan lagi pada saat berakhirnya siklus 3 untuk
melihat adakah peningkatan motivasi yang diberikan guru kepada siswa, adakah
peningkatan minat belajar siswa dan
apakah dominasi guru mengalami penurunan dalam pelaksanaan proses belajar
ditentukan dengan memberikan skor pada masing-masing item yaitu skor 3 untuk jawaban positif dan 1 untuk
jawaban negatif. Jumlah item untuk motivasi yang diberikan guru ada 8, sehingga
skor maksimal adalah 24. Penentuan rentangan untuk motivasi yang diberikan guru adalah sebagai berikut : motivasi kurang
(0 – 8), motivasi sedang (9 – 18), motivasi baik (19 – 24).
Jumlah item untuk dominasi yang dilakukan guru ada 5, sehingga skor
maksimal adalah 15. Penentuan rentangan untuk dominasi yang dilakukan guru adalah sebagai berikut : dominasi rendah
(0 – 5), dominasi sedang (6 – 10), dominasi tinggi (11 – 15)
Jumlah item untuk minat siswa ada 5, sehingga skor maksimal adalah 15.
Penentuan rentangan untuk minat siswa
adalah sebagai berikut : minat rendah (0 – 5), minat sedang
(6 - 10), minat tinggi (11 – 15)
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini :
a. 75 % siswa mempunyai kemampuan memprediksi dengan baik.
b. 75 % siswa mempunyai kemampuan mengobservasi dengan baik.
c. 75 % siswa mempunyai kemampuan menjelaskan dengan baik.
d. 75 % siswa mencapai ketuntasan belajar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penilaian kinerja siswa siklus 1, 2, 3 adalah sebagai berikut :
Tabel 1 ; Penilaian kinerja siswa Siklus 1,2,3
Siklus ke
|
Prediksi
|
Observasi
|
Explain
|
|||||||||
|
K
|
C
|
B
|
BS
|
K
|
C
|
B
|
BS
|
K
|
C
|
B
|
BS
|
1
2
3
|
10
6
-
|
14
16
-
|
7
9
4
|
-
-
27
|
6
4
4
|
25
21
3
|
-
6
14
|
-
-
10
|
5
-
-
|
21
16
-
|
5
15
18
|
-
-
13
|
Tabel
2 : Tabel Peningkatan
Kemampuan Probex Siklus 1,2,3
Kemampuan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
|||
f
|
%
|
f
|
%
|
f
|
%
|
|
Prediksi
Observasi
Explain
|
7
-
5
|
23
0
16
|
9
6
15
|
29
19
48
|
31
24
31
|
100
77
100
|
Hasil penilaian post test
siklus 1,2,3 seperti pada tabel berikut :
Tabel 3
: Hasil Post Test Siklus 1,2,3
Nilai
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Siklus 3
|
Jumlah
|
2005
|
2272,5
|
2437,5
|
Rata-rata
|
64,68
|
73,31
|
78,63
|
% Ketuntasan
|
48
|
61
|
77
|
Penilaian kinerja siswa yang menunjukkan
kemampuannya dalam hal melakukan prediksi, observasi dan eksplanasi mulai
siklus 1 sampai dengan siklus 3 selalu menunjukkan adanya peningkatan. Adanya peningkatan ini merupakan
pengaruh dari adanya perbaikan-perbaikan langkah pembelajaran yang dilakukan
oleh guru.
Pada siklus 1 kemampuan siswa dalam melakukan prediksi
dengan kualifikasi baik hanya mencapai 23 %, kemudian meningkat menjadi 29 %
pada siklus 2 dan akhirnya pada siklus 3 menjadi 100 % dari jumlah siswa yang
dapat memprediksi fenomena yang diberikan oleh guru dalam menyajikan cirri-ciri
makhluk hidup bernafas dan berkembang biak. Dalam hal ini guru kurang dapat
memberikan motivasi serta mengarahkan siswa untuk dapat memberikan jawaban yang
disesuaikan dengan lembar kegiatan yang sudah diberikan kepada siswa untuk
dikerjakan.
Dalam proses pembelajaran, bertanya memegang peranan
penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik penyampaian yang
tepat akan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran, dapat membangkitkana minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
masalah yang sedang dibicarakan, akan mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif siswa
sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya, menuntun proses
berpikir siswa, sebaba pertanyaan yang baik akan membantu siswa dalam menemukan
jawaban baik, serta memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang
didiskusikan.
Oleh sebab itu keterampilan dan kelancaran bertanya dari
guru perlu untuk lebih ditingkatkan. Peningkatan keterampilan ini
meliputi aspek isi pertanyaan maupun aspek teknik bertanya. Aspek isi
pertanyaan harus singkat dan jelas, sedangkan aspek teknik bertanya, bahwa
pertanyaan yang dikemukakan disampaikan dengan penuh kehangatan.
Kemampuan siswa dalam
melakukan observasi pada siklus 1 tidak ada yang dapat melakukan observasi
sesuai dengan ketentuan bahwa untuk melakukan observasi harus menggunakan
seluruh indera disesuaikan dengan fenomena, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif pengamatan harus secara akurat, menghindari pendapat pribadi
ataupun kesimpulan serta merekam data dengan rapi. Setelah dilakukan refleksi
terhadap aktivitas guru selama siswa melakukan observasi memang tampaknya siswa
belum begitu memahami, apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan observasi.
Sehingga pada siklus 2 mulai menunjukkan adanya peningkatan, sehingga siswa
yang dapat melakukan observasi dengan kualifikasi baik menjadi 19 % dan pada
akhlir siklus 3 meningkat lagi menjadi 77 %.
Dalam melaksanakan
eksplain (menjelaskan) apakah hasil prediksi sesuai dengan hasil kenyataan yang
ada setelah dilaksanakan observasi siswa pada awalnya, yaitu pada siklus 1
hanya 16 % yang dapat menjelaskan dengan kualifikasi baik. Dengan
pengarahan-pengarahan dari guru, serta penjelasan bagaimana menjelaskan dengan
baik, maka pada siklus 2 terjadi peningkatan jumlah siswa yang dapat
menjelaskan dengan baik yaitu sejumlah 48 % dan pada siklus 3 menjadi 100 %.
Berdasarkan
pembahasan yang sudah penulis sajikan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Model
pembelajaran PROBEX dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep
ciri-ciri makhluk hidup.
2. Kemampuan siswa
dalam hal melakukan prediksi, observasi dan eksplain akan meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep cirri-ciri makhluk hidup
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dahar,Ratna
Wilis, 1988, Teori-teori Belajar,
Jakarta, Depdiknas Dirjen Dikti PPLPTK
2.
Depdiknas, 2002,
Pendekatan Kontekstual (CTL),
Jakarta
3.
Depdiknas,
Ditjen Dikdasmen, 2001, Pedoman Teknis
Pelaksanaan Clasroom Action Research.
4.
Hariwibowono,
Herwindo, 1998, Bagaimana Murid Belajar,
Jakarta, Depdikbud.
5.
Madya, S, 1994, Panduan Penelitian Tindakan, Yogyakarta,
Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
6.
Margono, Dwi,
2000, Penelitian Tindakan Kelas (Pedoman
Untuk Guru Sebagai Peneliti), Jember, FKIP Universitas Jember.
7.
Marno dan Idris,
2009, Strategi dan Metode Pengajaran,
Yogyakarta, AR-Ruzz Media
8.
Muhammad, Nur,
1996, Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat
Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta, Depdikbud.
9.
Nurhadi dan Agus
Gerarard Senduk, 2003, Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang, UMPRESS
10.
Priyono,
Andreas, 2000, Pedoman Praktis
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
11.
Roestiyah, NK,
2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta,
PT Asdi Mahasetya.
12.
Sanjaya, Wina,
2005, Pembelajaran dalam Implementasi
KBK, Jakarta, Kencana Prenada Media Group
13.
Usman, Muh.Uzer,
1996, Menjadi Guru profesional,
Bandung, Remaja Rosda Karya.
14. Winataputra,
Udin S, 2003, Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta, Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar