Selasa, 01 Desember 2015

MODEL PEMBELAJARAN PROBEX SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII A SMPN 2 SAWAHAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

MODEL PEMBELAJARAN PROBEX SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII A SMPN 2 SAWAHAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

ENDANG SRI HASTUTI
SMPN 2 SAWAHAN KABUPATEN MADIUN

ABSTRAK :
            IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Namun kenyataannya proses pembelajaran sering didominasi oleh guru, sehingga siswa merasa jenuh dan akibatnya pemahaman konsep menjadi rendah dan prestasi belajar kurang memuaskan.
            Untuk itu diperlukan upaya untuk mengatasi masalah diatas, salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran PROBEX, salah satu model pembelajaran yang menantang siswa untuk berpikir, berprediksi, berobservasi, mengungkapkan pendapat dan menyusun simpulan.
            Bertolak dari permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran PROBEX. Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran PROBEX, prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari 48 % pada siklus 1 menjadi 58 % pada siklus 2 dan akhirnya 77 % pada siklus 3.
            Simpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran PROBEX dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk melaksanakan proses pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Harapan selanjutnya adalah siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga prestasi belajarnya mengalami peningkatan

Kata Kunci : Model pembelajaran PROBEX, prestasi belajar



PENDAHULUAN
Seringkali penulis sebagai guru biologi dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mendominasi kegiatan, karena dihadapkan pada banyaknya materi yang harus disampaikan dan keterbatasan waktu yang ada. Jarang sekali penulis menggunakan metode-metode yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa. Komunikasi lebih banyak berjalan searah. Guru yang berperan aktif, sedangkan siswanya pasif.
Data awal dari kuesioner yang diberikan kepada siswa menunjukkan bahwa di SMPN 2 Dolopo  87 % responden berpendapat bahwa guru kurang memotivasi siswa, 81 % menyatakan pembelajaran masih didominasi guru dan 55 % berpendapat minat siswa rendah dalam mempelajari Biologi.
Kenyataan seperti di atas terjadi, karena disebabkan oleh beberapa faktor. Alasan klasik yang sering diutarakan adalah karena guru harus mencapai target kurikulum, sementara waktu yang ada kurang mencukupi. Dengan alasan ini akhirnya dalam menyampaikan suatu konsep, guru mendominasi kelas, dengan harapan konsep yang disampaikan segera selesai.
Dalam suasana demikian, siswa kurang mendapat kesempatan untuk berpikir kritis, menelaah ataupun berpendapat terhadap suatu konsep yang ada. Akibatnya adalah tujuan pembelajaran Biologi yang menekankan aspek pengembangan sikap ilmiah sulit dicapai.
Standar Isi yang tertuang dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 mengamanatkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan. Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksana­kan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Dengan adanya amanat seperti tersebut di atas, nampaknya sudah tidak relevan lagi apabila guru melaksanakan proses pembelajaran dengan cara guru sebagai pusat informasi. Guru yang menjadi pusat kegiatan segera di alihkan menjadi siswa yang menjadi pusat kegiatan. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator agar siswa aktif melakukan kegiatan
Kondisi pembelajaran semacam ini, akibat secara langsung dapat dilihat pada prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah di atas. Salah satuya adalah dengan penerapan model pembelajaran PROBEX (Prediksi–Observasi – Explain). Salah satu model pembelajaran yang menantang siswa untuk berpikir, berprediksi, berobservasi, mengungkap­kan pendapat dan menyusun simpulan. Konsep yang didapat oleh siswa merupakan hasil dari inkuiri siswa, bukan konsep jadi yang diberikan oleh guru. Sehingga proses pembelajaran menjadi semakin inspiratif, inovatif, menantang, dan menyenangkanbagi siswa.
Untuk itu penulis melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Model Pembelajaran Probex Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas Vii A SMPN 2 Sawahan Tahun Pelajaran 2013/2014”
KAJIAN PUSTAKA
PROBEX merupaka singkatan dari Prediksi – Observasi – Explanation (Suparno, 2007 : 102).
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentang apa yang akan terjadi pada observasi yang akan datang (Abrucasto, 1988 : 47) atau membuat prakiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992 : 76).
Jadi dapat dikatakan bahwa mempredikasi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui. Melakukan prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran dan informasi tentang hubungan antara variable yang diobservasi. Prediksi yang tidak didasarkan pada observasi merupakan suatu terkaan, dan ini bukanlah yang diharapkan dalam kegiatan memprediksi pada keterampilan proses.
Pembelajaran-pembelajaran dengan metode inkuiri yang meminta siswa melakukan dugaan-dugaan dan menguji dugaan-dugaan dengan eksperimen akan membantu mengembang­kan keterampilan proses untuk memprediksi. Siswa dapat memprediksi kejadian yang akan datang secara dini dari data dan grafik yang sangat sederhana. Kemudian siswa dapat membuat prediksi yang lebih matang dengan berdasarkan pada survei opini dan sumber data lainnya.
Dalam membuat prediksi siswa sudah memikirkan alasan mengapa ia membuat prediksi seperti itu. Siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyusun prediksi dengan alasannya. Sebaiknya guru tidak membatasi pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan ide yang muncul. Pada proses prediksi ini guru dapat mengerti miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi guru dalam membantu siswa untuk membangun konsep yang benar.
Keterampilan mengobservasi adalah keterampilan yang dikembangkan dengan mengembangkan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat-sifat dari obyek-obyek atau kejadian-kejadian (Esler dan Esler 1984:45). Mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atau kejadian (Abruscato 1988:34).
Dalam kegiatan observasi, siswa diajak untuk melakukan eksperimen untuk menguji kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa mengamati apa yang terjadi, yang terpenting dalam langkah ini adalah konfirmasi atas prediksi yang mereka sampaikan.
Eksplanasi adalah pemberian penjelasan terutama tentang kesesuaian antara prediksi dengan hasil eksperimen dari yahap observasi yang mereka lakukan. Apabila hasil prediksi sesuai dengan hasil observasi, kemudian mereka memperoleh penjelasan tentang kebenaran prediksinya, maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Tetapi jika prediksinya tidak tepat, maka siswa dapat mencari penjelasan ketidaktepatan prediksinya. Siswa akan mengalami perubahan dari konsep yang tidak benar menjadi benar. Di sini siswa dapat belajar dari kesalahan, dan biasanya belajr dari kesalahan tidak akan mudah dilupakan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 7A SMPN 2 Dolopo Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 31 dengan rincian 15 siswa putri dan 16 siswa putra. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 3 siklus dengan mengambil materi pembahasan tentang Ciri-Ciri  Makhluk Hidup. Dilaksanakan pada bulan Oktober minggu pertama sampai minggu ke tiga. Observer yang berperan sebagai kolaborator adalah teman sejawat guru biologi Dra.Sunarti.
Penelitian diawali dengan kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk memeperoleh informasi dan gambaran tentang permasalahan yang sedang dihadapi, kemudian mengiidentifi­kasi permasalahan. Dari permasalahan yang muncul dicari solusinya dengan menerapkan Model pembelajaran Probex (Prediksi – Observasi – Explain)
                Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah
1.  Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan model .pembelajaran Probex (Prediksi – Observasi – Explain)
2.   Menyusun petunjuk kegiatan siswa
3. Menyiapkan alat bantu mengajar yang berupa alat peraga untuk menunjukkan ciri makhluk hidup bernafas, berkembang biak, beradaptasi, memerlukan makanan, pertumbuhan, peka terhadap rangsang, bergerak dan melakukan ekskresi.
4.   Menyusun alat evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa terhadap konsep Ciri-ciri makhluk hidup
5.    Menyiapkan lembar instrumen kuesioner dan penilaian kinerja siswa.
Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Guru membimbing siswa membentuk kelompok dengan anggota masing-masing kelompok 5 orang.
2.    Guru membagikan LKS dan menampilkan fenomena yang mengarah pada adanya ciri-ciri makhluk hidup bernafas, berkembang biak , beradaptasi, memerlukan makanan, pertumbu­h­an, peka terhadap rangsang, bergerak, dan melakukan ekskresi.
3.    Siswa melakukan prediksi, mengobservasi dan menjelaskan fenomena yang sudah ditampilkan oleh guru.
4.    Selama kegiatan berlangsung, guru membantu dan membimbing kelompok siswa yang mengalami hambatan dalam melakukan tugas.
5.    Selesai kegiatan guru memberi kesempatan kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok, sementara kelompok yang lain menanggapi.
6.    Pada akhir pembelajaran guru membimbing siswa menyusun simpulan dan memberi penguatan pada konsep-konsep esesial, kemudian melaksanakan post test.
7.    Guru kolaborator selama pelaksanaan kegiatan melakukan penilaian terhadap kinerja siswa dalam kemampuan probex (prediksi – observasi – explain).
Guru bersama kolaborator melakukan analisis hasil pelaksanaan pembelajaran Probex. Hasil refleksi akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam tahap refleksi adalah sebagai berikut :
1.    Guru bersama kolaborator melihat hasil tes, dan hasil penilaian kinerja siswa
2.    Hasil dari penilaian kinerja dan hasil tes dianalisa untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan penggunaan pembelajaran probex
3.    Hasil refleksi digunakan sebagai dasar perbaikan untuk penyusunan rencana siklus berikutnya.
                        Untuk memperoleh informasi yang valid dan akurat dari pelaksanaan tindakan, perlu adanya identifikasi jenis data yang dibutuhkan, alat pengumpul data dan cara pengumpulan data, yang meliputi :
1.       Post test untuk mengukur prestasi belajar siswa
2.       Lembar penilaian kinerja untuk melihat kemampuan siswa dalam memprediksi, mengobservasi dan menjelaskan (explain)
3.       Lembar observasi guru untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
4.       Kuesioner untuk mengukur tentang minat belajar siswa, dominasi guru dalam proses pembelajaran, dan motivasi yang diberikan guru kepada siswa selama pelaksanaan proses pembelajaran.
            Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa ditentukan dengan prosentase jumlah siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Siswa dinyatakan sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal apabila sudah mendapatkan nilai 65. Untuk prosentase ketuntasan belajar ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Ketuntasan Minimal =   x 100 %
            Untuk mengetahui kelebihan atau kekurangan guru dalam menerapkan proses pembelajaran probex, kolaborator memberikan penilaian pada masing-masing item aktivitas yang dilakukan guru pada lembar observasi. Rentang nilainya adalah sebagai berikut : kurang (10 – 50), sedang (51-70), baik (71-85), baik sekali (86-100). Kegiatan guru yang diamati adalah : Menertibkan suasana kelas, Kegiatan guru yang diamati adalah : menertibkan suasana kelas, melaksanakan apersepsi, memberikan motivasi kepada siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, penguasaan terhadap materi pembelajaran, memberi waktu yang cukup setelah memberi pertanyaan, memberikan penguatan, memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, tanggapan terhadap jawaban yang diberikan siswa, pengelolaan kelas dan pengelolaan waktu
Dengan melihat perolehan nilai pada masing-masing item, guru bersama kolaborator akan menganalisa kegiatan-kegiatan apa saja yang perlu lebih ditingkatkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik.
Dengan melihat perolehan nilai pada masing-masing item, guru bersama kolaborator akan menganalisa kegiatan-kegiatan apa saja yang perlu lebih ditingkatkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik.
Untuk mengetahui kemampuan siswa melakukan prediksi, observasi dan explain kolaborator melakukan penilaian dengan menggunakan lembar penilaian kinerja siswa Kegiatan-kegiatan siswa yang perlu direkam datanya oleh kolaborator adalah kegiatan : 1. Prediksi yang meliputi gagasan yang dikemukakan mengarah pada fenomena yang dimunculkan, penyampaiannya secara logis, gagasan bukan hasil diskusi
2. Observasi yang meliputi Pengamatan menggunakan seluruh indera sesuai fenomena, Pengamatan akurat secara kualitatif, Pengamatan akurat secara kuantitatif, Alat dan bahan yang digunakan sesuai, Menghindari pendapat pribadi, kesimpulan dan penafsiran pada saat melakukan pengamatan, Data direkam dengan tepat dan rapi. 3. Expalin (menjelaskan) yang meliputi menjelaskan hubungan sebab akibat, penalaran dilakukan secara runtut, penyampaian secara logis.
Skor untuk penilaian kinerja siswa adalah sebagai berikut : kurang/K (1,0 – 2,0), cukup/C (2,1 – 3,0), baik/B (3,1-4,0) dan baik sekali/BS (4,1 – 5,0).
Kuesioner siswa yang diberikan sebelum diterapkannya pembelajara probex dan diberikan lagi pada saat berakhirnya siklus 3 untuk melihat adakah peningkatan motivasi yang diberikan guru kepada siswa, adakah peningkatan  minat belajar siswa dan apakah dominasi guru mengalami penurunan dalam pelaksanaan proses belajar ditentukan dengan memberikan skor pada masing-masing item yaitu  skor 3 untuk jawaban positif dan 1 untuk jawaban negatif. Jumlah item untuk motivasi yang diberikan guru ada 8, sehingga skor maksimal adalah 24. Penentuan rentangan untuk motivasi yang diberikan guru  adalah sebagai berikut : motivasi kurang (0 – 8), motivasi sedang (9 – 18), motivasi baik (19 – 24).
Jumlah item untuk dominasi yang dilakukan guru ada 5, sehingga skor maksimal adalah 15. Penentuan rentangan untuk dominasi yang dilakukan guru  adalah sebagai berikut : dominasi rendah (0 – 5), dominasi sedang (6 – 10), dominasi tinggi (11 – 15)
Jumlah item untuk minat siswa ada 5, sehingga skor maksimal adalah 15. Penentuan rentangan untuk minat siswa  adalah sebagai berikut : minat rendah (0 – 5), minat sedang (6  - 10), minat tinggi (11 – 15)
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini :
a.       75 % siswa mempunyai kemampuan memprediksi dengan baik.
b.       75 % siswa mempunyai kemampuan mengobservasi dengan baik.
c.       75 % siswa mempunyai kemampuan menjelaskan dengan baik.
d.       75 % siswa mencapai ketuntasan belajar.



HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penilaian kinerja siswa siklus 1, 2, 3 adalah sebagai berikut :

Tabel 1 ; Penilaian kinerja siswa Siklus 1,2,3

Siklus ke
Prediksi
Observasi
Explain

K
C
B
BS
K
C
B
BS
K
C
B
BS

1

2

3

10

6

-

14

16

-

7

9

4

-

-

27

6

4

4

25

21

3

-

6

14

-

-

10

5

-

-

21

16

-

5

15

18

-

-

13

Tabel 2 : Tabel Peningkatan Kemampuan Probex Siklus 1,2,3


Kemampuan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
f
%
f
%
f
%

Prediksi

Observasi

Explain

7

-

5


23

0

16

9

6

15

29

19

48

31

24

31

100

77

100


Hasil penilaian post test siklus 1,2,3 seperti pada tabel berikut :
Tabel 3 : Hasil Post Test Siklus 1,2,3
Nilai
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Jumlah
2005
2272,5
2437,5
Rata-rata
64,68
73,31
78,63
% Ketuntasan
48
61
77




Penilaian kinerja siswa yang menunjukkan kemampuannya dalam hal melakukan prediksi, observasi dan eksplanasi mulai siklus 1 sampai dengan siklus 3 selalu menunjukkan adanya peningkatan. Adanya peningkatan ini merupakan pengaruh dari adanya perbaikan-perbaikan langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
            Pada siklus 1 kemampuan siswa dalam melakukan prediksi dengan kualifikasi baik hanya mencapai 23 %, kemudian meningkat menjadi 29 % pada siklus 2 dan akhirnya pada siklus 3 menjadi 100 % dari jumlah siswa yang dapat memprediksi fenomena yang diberikan oleh guru dalam menyajikan cirri-ciri makhluk hidup bernafas dan berkembang biak. Dalam hal ini guru kurang dapat memberikan motivasi serta mengarahkan siswa untuk dapat memberikan jawaban yang disesuaikan dengan lembar kegiatan yang sudah diberikan kepada siswa untuk dikerjakan.
            Dalam proses pembelajaran, bertanya memegang peranan penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik penyampaian yang tepat akan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dapat membangkitkana minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan, akan mengembangkan  pola berpikir dan cara belajar aktif siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya, menuntun proses berpikir siswa, sebaba pertanyaan yang baik akan membantu siswa dalam menemukan jawaban baik, serta memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang didiskusikan.
            Oleh sebab itu keterampilan dan kelancaran bertanya dari guru perlu untuk lebih ditingkatkan. Peningkatan keterampilan ini meliputi aspek isi pertanyaan maupun aspek teknik bertanya. Aspek isi pertanyaan harus singkat dan jelas, sedangkan aspek teknik bertanya, bahwa pertanyaan yang dikemukakan disampaikan dengan penuh kehangatan.
            Kemampuan siswa dalam melakukan observasi pada siklus 1 tidak ada yang dapat melakukan observasi sesuai dengan ketentuan bahwa untuk melakukan observasi harus menggunakan seluruh indera disesuaikan dengan fenomena, baik secara kualitatif maupun kuantitatif pengamatan harus secara akurat, menghindari pendapat pribadi ataupun kesimpulan serta merekam data dengan rapi. Setelah dilakukan refleksi terhadap aktivitas guru selama siswa melakukan observasi memang tampaknya siswa belum begitu memahami, apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan observasi. Sehingga pada siklus 2 mulai menunjukkan adanya peningkatan, sehingga siswa yang dapat melakukan observasi dengan kualifikasi baik menjadi 19 % dan pada akhlir siklus 3 meningkat lagi menjadi 77 %.
            Dalam melaksanakan eksplain (menjelaskan) apakah hasil prediksi sesuai dengan hasil kenyataan yang ada setelah dilaksanakan observasi siswa pada awalnya, yaitu pada siklus 1 hanya 16 % yang dapat menjelaskan dengan kualifikasi baik. Dengan pengarahan-pengarahan dari guru, serta penjelasan bagaimana menjelaskan dengan baik, maka pada siklus 2 terjadi peningkatan jumlah siswa yang dapat menjelaskan dengan baik yaitu sejumlah 48 % dan pada siklus 3 menjadi 100 %.
Berdasarkan pembahasan yang sudah penulis sajikan, dapat disimpulkan bahwa :
1.    Model pembelajaran PROBEX dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep ciri-ciri makhluk hidup.
2.    Kemampuan siswa dalam hal melakukan prediksi, observasi dan eksplain akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep cirri-ciri makhluk hidup




DAFTAR PUSTAKA
1.       Dahar,Ratna Wilis, 1988, Teori-teori Belajar, Jakarta, Depdiknas Dirjen Dikti PPLPTK
2.       Depdiknas, 2002, Pendekatan Kontekstual (CTL), Jakarta
3.       Depdiknas, Ditjen Dikdasmen, 2001, Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom Action Research.
4.       Hariwibowono, Herwindo, 1998, Bagaimana Murid Belajar, Jakarta, Depdikbud.
5.       Madya, S, 1994, Panduan Penelitian Tindakan, Yogyakarta, Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
6.       Margono, Dwi, 2000, Penelitian Tindakan Kelas (Pedoman Untuk Guru Sebagai Peneliti), Jember, FKIP Universitas Jember.
7.       Marno dan Idris, 2009, Strategi dan Metode Pengajaran, Yogyakarta, AR-Ruzz Media
8.       Muhammad, Nur, 1996, Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta, Depdikbud.
9.       Nurhadi dan Agus Gerarard Senduk, 2003, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang, UMPRESS
10.   Priyono, Andreas, 2000, Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
11.   Roestiyah, NK, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Asdi Mahasetya.
12.   Sanjaya, Wina, 2005, Pembelajaran dalam Implementasi KBK, Jakarta, Kencana Prenada Media Group
13.   Usman, Muh.Uzer, 1996, Menjadi Guru profesional, Bandung, Remaja Rosda Karya.

14.  Winataputra, Udin S, 2003, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar