PENERAPAN METODE KOOPERATIF
MODEL TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR BAHASA
INGGRIS PADA SISWA KELAS IX-F
SMP NEGERI 2 KEBONSARI KABUPATEN
MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh : Yuni
Muawanah, SMPN 2 Kebonsari Kab.madiun
ABSTRAK
Kata Kunci:
pembelajaran Bahasa Inggris, kooperatif model TGT
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan
metode kerja kelmpok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau
meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun
metode kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja
kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan
sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam
struktur ini adalah lima unsru pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu
saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,
keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a)
Apakah pembelajaran kooperatif model TGT dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Inggris? (b) Seberapa tinggi
tingkat penguasaan materi pelajaran Bahasa Inggris dengan diterapkannya metode
pembelajaran kooperatif model TGT?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk
mengungkap pembelajaran kooperatif model TGT dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Inggris. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan
mata pelajaran Bahasa Inggris setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif
model TGT
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran
terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi,
dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IX-F SMP Negeri 2
Kebonsari Kab.
Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014. Data yang diperoleh berupa hasil tes
formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar
siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I 61.36 (27.27%),
siklus II 76.36 (100%). Simpulan dari penelitian ini
adalah metode kooperatif model TGT dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan
prestasi
belajar bahasa Inggris Siswa Kelas IX-F.
PENDAHULUAN
Pembelajaran
Bahasa Inggris tidak lagi mengutamakan
pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada
pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta
didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas Bahasa Inggris dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan
ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Pembelajaran
kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan
melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut
diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa
lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru
karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”.
(Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2).
Penelitian juga
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif
terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2).
Pete Tschumi dari
Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan
pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja
secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36%
siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara
kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder,
1994:14).
Berdasarkan
paparan tersebut di atas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai
Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas IX-F SMP Negeri 2 Kebonsari
Kabupaten Madiun Tahun pelajaran 2013/2014.”
Rumusan Masalah
Merujuk pada
uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah
pembelajaran kooperatif model TGT berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa
Inggris siswa Kelas IX-F SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun
pelajaran 2013/2014?
2. Seberapa
tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Bahasa Inggris dengan diterapkannya
metode pembelajaran kooperatif model TGT pada siswa Kelas IX-F SMP Negeri 2
Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2013/2014?
KAJIAN PUSTAKA
Model pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada
perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung
unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang
dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar. Teams
Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan
Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins.
Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan
3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan
latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam
kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams Games Tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap
hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT
menggunakan turnamen permainan akademik.
1.
Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams
Games Tournament
Pendekatan yang digunakan dalam Teams Games Tournament adalah pendekatan
secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam
pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam
pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi.
1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok
Kecil
Tujuan pembelajaran dalam kelompok
kecil yaitu; (a) member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah secara rasional, (b) mengembangkan sikap social dan
semangat bergotong royong (c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar
sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan (d) mengembangkan
kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
2) Siswa dalam Pembelajaran Kelompok
Kecil
Agar kelompok kecil dapat berperan
konstruktif dan produktif dalam pembelajaran diharapkan; (a) anggota
kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok, (b) siswa sebagai anggota
kelompok memiliki rasa tanggung jawab, (c) setiap anggota kelompok membina
hubungan yang baik dan mendorong timbulnya semangat tim, dan (d) kelompok
mewujudkan suatu kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
3) Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran
kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c) perencanaan tugas kelompok, (d)
pelaksanaan, dan (d) evalusi hasil belajar kelompok.
2.
Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu:
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru
menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran
langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian
kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat
sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami
materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri atas
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan
mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab
benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
4. Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing
peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar
sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1,
terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat
sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok
itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader
1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama.
Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut
chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal
yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1
menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang
dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2
menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban .
Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum
jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2
menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger
3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal
yang disediakan guru.
5. Penghargaan kelompok (team
recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok
yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila
rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
Hipotesis
Berdasar uraian di atas dengan skenario seperti tersebut di atas dapatlah
dimunculkan hipotesis
tindakan: Pembelajaran dengan model TGT (Team
Games Tournament) pada pembelajaran dasar kompetensi percakapan transaksional
(to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Kebonsari Tahun Pelajaran 2013/2014
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini
dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebonsari bulan Agustus sampai dengan
Oktober 2013.
Subyek Penelitian dan Sumber
Data
Subyek penelitian adalah siswa kelas IX-F SMP Negeri 2
Kebonsari pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 22
orang. Sumber data dalam penelitian ini adalah kelas IX-F SMP Negeri 2
Kebonsari pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 22 orang
sebagai subjek penelitian.
1. Prosedur yang
Digunakan
Berdasarkan diskusi kolaboratif antara
peneliti dan guru rekan sejawat mata pelajaran Bahasa Inggris model belajar
yang digunakan adalah model TGT (Team
Games Tournament). Prosedur tindakan pembelajaran yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:
a.
Peneliti dan
guru rekan sejawat mata pelajaran Bahasa Inggris
berkolaborasi untuk menyiapkan pokok bahasan yang harus diteliti dan harus
dipelajari siswa.
b.
Secara
kolaborasi peneliti dan guru rekan sejawat mata pelajaran Bahasa
Inggris membuat rancangan pembelajaran, media pembelaran,
instrumen evaluasi, dan skoring evaluasi.
c.
Pada
pelaksanaan pembelajaran dengan model TGT (Team Games Tournament),
siswa diberi pembelajaran yang bentuknya rangsangan untuk berinisiatif
diwujudkan dalam bentuk soal. Soal dikompetisikan pada siswa dalam kelompok
maupun antar tim. Siswa dibiarkan mengkoordinir sendiri dalam kelompoknya.
Selanjutnya guru mengkoordinir kompetisi dengan turnamen antar tim.
d.
Pada
pembelajaran berakhir guru selalu memberi masalah pada siswa berupa soal-soal
untuk dikompetisikan antar kelompok mereka sendiri. Seterusnya untuk dibahas
pada saat tatap muka berikutnya.
2. Siklus
Kegiatan
Kegiatan dirancang dengan penelitian
tindakan kelas 2 siklus. Kegiatan diterapkan dalam upaya menumbuhkan semangat
berkompetisi dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi maupun yang dibebankan
padanya. Tahapan langkah disusun dalam
siklus penelitian. Setiap siklus
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Siklus 1
Perencanaan
a. Meninjau kembali
rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus 1. Penekanan perencanaan
disini adalah menyiapkan siswa benar-benar berada pada suasana untuk saling
berkompetisi. Persiapan ini akan ditemukan terlebih dahulu antara peneliti,
guru rekan sejawat dan
siswa di luar jam pelajaran untuk ditanamkan sifat bekerjasama dalam tim dan
saling berkompetisi.
b. Menyiapkan modul
pembelajaran berupa tugas rumah maupun soal turnamen: Isi program modul ini
berupa ringkasan materi dan soal-soal yang dicalonkan dalam turnamen. Soal-soal
dikerjakan sebaiknya dalam kelompok. Bahan ini diberikan pada saat tatap muka
pada poin a di atas.
Pelaksanaan
a. Peneliti dan guru rekan sejawat menampung semua permasalahan yang
muncul setelah siswa mempelajari modul pembelajaran yang diberikan sebelumnya.
b. Permasalahan
dibahas bersama dengan model tanya jawab sambil menjelaskan materi. Apabila permasalahan
muncul dari siswa pada suatu kelompok, maka pemecahannya dilakukan dengan model
kompetisi untuk tim lain. Bagi mereka yang dapat menyelesaikan masalah dapat
poin bintang atas nama kelompok dan atas nama pribadi.
c. Untuk
memperjelas atau mempertegas materi siswa diberi soal turnamen baru yang tidak
jauh tingkat kesulitannya dengan soal sebelumnya.
d. Guru memberikan
soal turnamen untuk tahap pertama yakni turnamen dalam kelompok. Dalam kegiatan
ini di bawah pengawasan dan bimbingan peneliti dan guru rekan sejawat.
e. Siswa diberi
soal turnamen antar kelompok untuk tahap kedua. Soal dibuat hampir mirip dari
soal turnamen tahap pertama.
f. Pada suatu
penyelesaian suatu masalah soal siswa atau kelompok yang berhasil wajib
menjelaskan pada kelompok lain.
g. Siswa diberi tes
akhis siklus.
Pengamatan
a. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati apakah jiwa kompetitif
sudah dapat dilaksanakan oleh siswa dalam pembelajaran siklus 1.
b. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati pada setiap kegiatan yang
dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pelajaran
hingga akhir pelajaran. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang
indikator keaktifan dan ketrampilan proses yang telah disiapkan.
c. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati jalannya turnamen tahap
pertama. Adakah permasalahan yang dihadapi siswa. Pada bagian-bagian mana
mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
d. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati jalannya turnamen tahap
kedua. Dilakukan evaluasi pada individu-individu yang mampu dan tidak mampu
menyelesaikan masalahnya.
e. Menilai hasi
evaluasi siklus 1.
Refleksi
a. Secara
kolaboratif peneliti dan guru rekan sejawat menganalisis hasil pengamatan.
Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap
pelaksanaan siklus 1.
b. Mendiskusikan
hasil analisis berdasar indikator pengamatan, dan indikator soal evaluasi.
Membuat suatu perbaikan tindakan atau rancangan revisi berdasar hasil analisis
pencapaian indikator-indikator tersebut.
Siklus 2
Perencanaan
a. Meninjau kembali
rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus 2 dengan melakukan revisi
sesuai hasil reflesi siklus 1. Penekanan perencanaan disini adalah menekankan
semangat dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan jiwa kompetitif siswa.
Dimungkinkan pada siklus 1 siswa masih banyak yang bingung, maka siklus 2 ini
lebih intensif dalam kontrol tugas maupun permainan turnamen.
b. Menyiapkan modul
berupa tugas rumah maupun soal turnamen untuk dilaksanakan pada siklus 2.
Pelaksanaan
a. Peneliti dan guru rekan sejawat kembali menampung semua permasalahan
yang muncul setelah siswa mempelajari modul pembelajaran yang diberikan
sebelumnya.
b. Permasalahan
dibahas bersama dengan model tanya jawab sambil menjelaskan materi yang sedang
dipelajari. Kembali masalah yang muncul berupa soal dikompetisikan pada
kelompok lain untuk turnamen tahap 1 dan 2.
c. Bersama siswa
merangkum materi konsep siklus 2.
d. Siswa diberi
soal turnamen untuk tahap pertama yakni turnamen dalam kelompok. Dalam kegiatan
ini di bawah pengawasan dan bimbingan peneliti dan guru rekan sejawat. Disini kesempatan menjawab soal
lebih ditekankan pada tim yang belum aktif.
e. Siswa diberi
soal turnamen antar kelompok untuk tahap kedua. Teknik yang dilakukan dalam
turnamen ini benar-benar harus memperhatikan keaktifan dan ketrampilan
prosesnya. Diharapkan pada turnamen ini lebih baik dan lebih aktif dari pada
turnamen siklus 1.
f. Diakhiri dengan
tes akhir siklus 2.
Pengamatan
a.
Peneliti dan
guru rekan sejawat mengamati
pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang
muncul pada awal pelajaran hingga akhir pelajaran. Berikan
penilaian lagi untuk masing-masing siswa
tentang indikator keaktifan dan ketrampilan proses.
b. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati jalannya turnamen tahap
pertama dan kedua. Peneliti dan guru rekan sejawat membandingkan dengan
pelaksanaan pada siklus 1 dan siklus 2.
c. Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati jalannya turnamen tahap
kedua. Dilakukan evaluasi pada individu-individu yang mampu dan tidak mampu
menyelesaikan masalahnya.
Refleksi
a. Secara
kolaboratif peneliti dan guru rekan sejawat menganalisis hasil pengamatan.
Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap
pelaksanaan siklus 2.
b. Mendiskusikan
hasil analisis berdasar indikator pengamatan, dan indikator soal turnamen. Kali
ini ditekankan pada refleksi kegiatan dan ketrampilan untuk tiap individu.
Apakah tiap individu sudah mulai terbiasa dengan turnamen, dan sudah mulai
terlatih memecahkan masalah.
HASIL PENELITIAN
Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pengamat
adalah mapel Bahasa Inggris sebagai seorang relawan.
Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi penilaian tertulis dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun
data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Table 4.1. Hasil Penilaian pada Siklus I
NO
|
NAMA
|
NILAI
|
KET
|
1
|
Irma Yulia Nur Safitri
|
50
|
Belum
|
2
|
Khoirul Fathoni
|
60
|
Belum
|
3
|
Luxman Andi Setiawan
|
70
|
Tuntas
|
4
|
Mia Wardani
|
70
|
Tuntas
|
5
|
Nora Reza Fazira Shah
|
40
|
Belum
|
6
|
Qurrotul Putri Ayuningtyas
|
60
|
Belum
|
7
|
Ragil Imam Utomo
|
60
|
Belum
|
8
|
Riki Saputra
|
60
|
Belum
|
9
|
Renda Puji Waluyo
|
60
|
Belum
|
10
|
Rosiana Astuti
|
70
|
Tuntas
|
11
|
Wahyu Sahid Saputra Aji
|
70
|
Tuntas
|
12
|
Winda Nofiani Putri
|
60
|
Belum
|
13
|
Yoga Aditya Putra
|
60
|
Belum
|
14
|
Gemilang Cahya Saputra
|
60
|
Belum
|
15
|
Al Afi Salsabima
|
60
|
Belum
|
16
|
Amir Abdul Azizi
|
60
|
Belum
|
17
|
Oky Setyo Budi
|
70
|
Tuntas
|
18
|
Pangestu Abi Sadewo
|
60
|
Belum
|
19
|
Zhelika Nalurita
|
60
|
Belum
|
20
|
Renanda Bagus. I
|
60
|
Belum
|
21
|
Maya
|
60
|
Belum
|
22
|
Juniar Sakti Adi.W
|
70
|
Tuntas
|
|
Jumlat Total
|
1350
|
|
|
Rata-Rata
|
61.36
|
|
|
Persentase Ketuntasan
|
27.27
|
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model TGT (Team
Games Tournament) diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 61.36 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 27.27% atau ada 6
siswa dari 22 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
hanya sebesar 27.27% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85%.
Pada akhir proses
belajar mengajar siswa diberi tes penilaian dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang telah ada dalam RPP. Adapun
data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
Table 4.4. Nilai Tes II
NO
|
NAMA
|
NILAI
|
KET
|
1
|
Irma Yulia Nur Safitri
|
80
|
Tuntas
|
2
|
Khoirul Fathoni
|
70
|
Tuntas
|
3
|
Luxman Andi Setiawan
|
80
|
Tuntas
|
4
|
Mia Wardani
|
90
|
Tuntas
|
5
|
Nora Reza Fazira Shah
|
70
|
Tuntas
|
6
|
Qurrotul Putri Ayuningtyas
|
80
|
Tuntas
|
7
|
Ragil Imam Utomo
|
80
|
Tuntas
|
8
|
Riki Saputra
|
70
|
Tuntas
|
9
|
Renda Puji Waluyo
|
80
|
Tuntas
|
10
|
Rosiana Astuti
|
90
|
Tuntas
|
11
|
Wahyu Sahid Saputra Aji
|
80
|
Tuntas
|
12
|
Winda Nofiani Putri
|
70
|
Tuntas
|
13
|
Yoga Aditya Putra
|
70
|
Tuntas
|
14
|
Gemilang Cahya Saputra
|
80
|
Tuntas
|
15
|
Al Afi Salsabima
|
70
|
Tuntas
|
16
|
Amir Abdul Azizi
|
80
|
Tuntas
|
17
|
Oky Setyo Budi
|
80
|
Tuntas
|
18
|
Pangestu Abi Sadewo
|
70
|
Tuntas
|
19
|
Zhelika Nalurita
|
70
|
Tuntas
|
20
|
Renanda Bagus. I
|
70
|
Tuntas
|
21
|
Maya
|
80
|
Tuntas
|
22
|
Juniar Sakti Adi.W
|
70
|
Tuntas
|
|
JUMLAT TOTAL
|
1680
|
|
|
RATA-RATA
|
76.36
|
|
|
PERSENTASE KETUNTASAN
|
100%
|
|
Dari tabel di
atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model TGT (Team Games Tournament) diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76.36 dan ketuntasan belajar klasikal
mencapai 100% atau ada 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa sudah tuntas
belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 100% lebih besar
dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
model TGT (Team Games Tournament) memiliki dampak
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari
semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru
(ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan II) yaitu masing-masing 61.36%,
dan 100 %. Pada siklus II ketuntasan
belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode
pembelajaran kooperatif model TGT (Team
Games Tournament) dalam setiap
siklus mengalami peningkatan nilai siklus I rata-rata 61.36 dan siklus II
76.36. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang
terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris pokok Bahasan percakapan transaksional
(to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek dengan
metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team
Games Tournament) dikatakan bahwa aktivitas siwa dapat dikategorikan
aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas
guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan
alat, memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab dimana prosentase untuk
aktivitas di atas cukup besar.
3.
Tanggapan Siswa terhadap Metode
pembelajaran kooperatif model TGT (Team
Games Tournament) Berdasarkan analisis angket siswa dapat diketahui bahwa
tanggapan siswa termasuk positif. Ini ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa
yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran
kooperatif model TGT (Team Games Tournament). Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan
respon positif terhadap metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament),
sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa serta model pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternative Bahasa Inggris.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan selama siklus I, dan siklus II dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan
kooperatif model TGT (Team Games Tournament) memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I 61.36 (62,5%), siklus II 76.36(100%).
2. Penerapan metode
pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games
Tournament) mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban
siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode
pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games
Tournament) sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
belajar.
Saran
Dari hasil penelitian yang
diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih
efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan
saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan
metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games
Tournament) memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih
topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model kooperatif model TGT (Team Games Tournament) dalam proses belajar mengajar sehingga
diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa
dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.
Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena
hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 2 Kebonsari kelas IX-F Tahun
Pelajaran 2013/2014
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in
Technical Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.
Margono, S. 1996. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas
Negeri Surabaya.
Riduwan. 2004. Belajar Mudah
Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Soetomo. 1993. Dasar-dasar
Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar