Selasa, 01 Desember 2015

PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS IX-F SMP NEGERI 2 KEBONSARI KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR  BAHASA INGGRIS  PADA SISWA KELAS IX-F
SMP NEGERI 2 KEBONSARI KABUPATEN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh : Yuni Muawanah, SMPN 2 Kebonsari Kab.madiun


ABSTRAK

Kata Kunci: pembelajaran Bahasa Inggris, kooperatif model TGT

Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsru pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Apakah pembelajaran kooperatif model TGT dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris? (b)  Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Bahasa Inggris dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model TGT?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Untuk mengungkap pembelajaran kooperatif model TGT dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris. (b) Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Bahasa Inggris setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model TGT
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IX-F SMP Negeri 2 Kebonsari Kab. Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu, siklus I 61.36 (27.27%), siklus II 76.36 (100%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model TGT dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar bahasa Inggris Siswa Kelas IX-F.




PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Inggris  tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas Bahasa Inggris  dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2).
Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2).
Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994:14).
Berdasarkan paparan tersebut di atas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Kooperatif Model TGT (Team Games Tournament) Sebagai Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris  Pada Siswa Kelas IX-F SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun pelajaran 2013/2014.”

Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apakah pembelajaran kooperatif model TGT berpengaruh terhadap hasil belajar Bahasa Inggris siswa Kelas IX-F SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2013/2014?
2.    Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Bahasa Inggris dengan diterapkan­nya metode pembelajaran kooperatif model TGT pada siswa Kelas IX-F SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2013/2014?

KAJIAN PUSTAKA
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams Games Tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik.

1.    Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament
Pendekatan yang digunakan dalam Teams Games Tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi.
1)    Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil
Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu; (a) member kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecah­kan masalah secara rasional, (b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong (c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan (d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2006).

2)    Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran  diharapkan; (a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok, (b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab, (c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong timbulnya semangat tim, dan (d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
3)    Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Peranan guru dalam pembelaja­ran kelompok yaitu; (a) pembentukan kelompok (c) perencanaan tugas kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d) evalusi hasil belajar kelompok.

2.    Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu:
1.    Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2.    Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3.    Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.

4.    Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat  sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.

5.    Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

Hipotesis
Berdasar uraian di atas dengan skenario seperti tersebut di atas dapatlah dimunculkan  hipotesis tindakan: Pembelajaran dengan model TGT (Team Games Tournament) pada pembelajaran dasar kompetensi percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Kebonsari Tahun Pelajaran 2013/2014
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
   Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebonsari bulan Agustus  sampai dengan  Oktober  2013.

Subyek Penelitian dan Sumber Data
Subyek penelitian adalah siswa kelas IX-F SMP Negeri 2 Kebonsari pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 22 orang. Sumber data dalam penelitian ini adalah kelas IX-F SMP Negeri 2 Kebonsari pada semester gasal tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 22 orang sebagai subjek  penelitian.
1.    Prosedur yang Digunakan
Berdasarkan diskusi kolaboratif antara peneliti dan guru rekan sejawat mata pelajaran Bahasa Inggris model belajar yang digunakan adalah model TGT (Team Games Tournament). Prosedur tindakan pembelajaran yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a.     Peneliti dan guru rekan sejawat mata pelajaran Bahasa Inggris berkolaborasi untuk menyiapkan pokok bahasan yang harus diteliti dan harus dipelajari siswa.
b.    Secara kolaborasi peneliti dan guru rekan sejawat mata pelajaran Bahasa Inggris membuat rancangan pembelajaran, media pembelaran, instrumen evaluasi, dan skoring evaluasi.
c.     Pada pelaksanaan pembelajaran dengan model TGT (Team Games Tournament), siswa diberi pembelajaran yang bentuknya rangsangan untuk berinisiatif diwujudkan dalam bentuk soal. Soal dikompetisikan pada siswa dalam kelompok maupun antar tim. Siswa dibiarkan mengkoordinir sendiri dalam kelompoknya. Selanjutnya guru mengkoordinir kompetisi dengan turnamen antar tim.
d.    Pada pembelajaran berakhir guru selalu memberi masalah pada siswa berupa soal-soal untuk dikompetisikan antar kelompok mereka sendiri. Seterusnya untuk dibahas pada saat tatap muka berikutnya.

2.    Siklus Kegiatan
Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas 2 siklus. Kegiatan diterapkan dalam upaya menumbuhkan semangat berkompetisi dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi maupun yang dibebankan padanya. Tahapan langkah disusun dalam  siklus penelitian.  Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus 1
Perencanaan
a.     Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus 1. Penekanan perencanaan disini adalah menyiapkan siswa benar-benar berada pada suasana untuk saling berkompetisi. Persiapan ini akan ditemukan terlebih dahulu antara peneliti, guru rekan sejawat dan siswa di luar jam pelajaran untuk ditanamkan sifat bekerjasama dalam tim dan saling berkompetisi.
b.    Menyiapkan modul pembelajaran berupa tugas rumah maupun soal turnamen: Isi program modul ini berupa ringkasan materi dan soal-soal yang dicalonkan dalam turnamen. Soal-soal dikerjakan sebaiknya dalam kelompok. Bahan ini diberikan pada saat tatap muka pada poin a di atas.

Pelaksanaan
a.     Peneliti dan guru rekan sejawat menampung semua permasalahan yang muncul setelah siswa mempelajari modul pembelajaran yang diberikan sebelumnya.
b.    Permasalahan dibahas bersama dengan model tanya jawab sambil menjelaskan materi. Apabila permasalahan muncul dari siswa pada suatu kelompok, maka pemecahannya dilakukan dengan model kompetisi untuk tim lain. Bagi mereka yang dapat menyelesaikan masalah dapat poin bintang atas nama kelompok dan atas nama pribadi.
c.     Untuk memperjelas atau mempertegas materi siswa diberi soal turnamen baru yang tidak jauh tingkat kesulitannya dengan soal sebelumnya.  
d.    Guru memberikan soal turnamen untuk tahap pertama yakni turnamen dalam kelompok. Dalam kegiatan ini di bawah pengawasan dan bimbingan peneliti dan guru rekan sejawat.
e.     Siswa diberi soal turnamen antar kelompok untuk tahap kedua. Soal dibuat hampir mirip dari soal turnamen tahap pertama.
f.     Pada suatu penyelesaian suatu masalah soal siswa atau kelompok yang berhasil wajib menjelaskan pada kelompok lain.
g.    Siswa diberi tes akhis siklus.

Pengamatan
a.     Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati apakah jiwa kompetitif sudah dapat dilaksanakan oleh siswa dalam pembelajaran siklus 1.
b.    Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pelajaran hingga akhir pelajaran. Berikan penilaian untuk masing-masing siswa tentang indikator keaktifan dan ketrampilan proses yang telah disiapkan.
c.     Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati jalannya turnamen tahap pertama. Adakah permasalahan yang dihadapi siswa. Pada bagian-bagian mana mereka mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal.
d.    Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati jalannya turnamen tahap kedua. Dilakukan evaluasi pada individu-individu yang mampu dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.
e.     Menilai hasi evaluasi siklus 1.

Refleksi
a.     Secara kolaboratif peneliti dan guru rekan sejawat menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1.
b.    Mendiskusikan hasil analisis berdasar indikator pengamatan, dan indikator soal evaluasi. Membuat suatu perbaikan tindakan atau rancangan revisi berdasar hasil analisis pencapaian indikator-indikator tersebut.

Siklus 2
Perencanaan
a.     Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang disiapkan untuk siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil reflesi siklus 1. Penekanan perencanaan disini adalah menekankan semangat dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan jiwa kompetitif siswa. Dimungkinkan pada siklus 1 siswa masih banyak yang bingung, maka siklus 2 ini lebih intensif dalam kontrol tugas maupun permainan turnamen.
b.    Menyiapkan modul berupa tugas rumah maupun soal turnamen untuk dilaksanakan pada siklus 2.


Pelaksanaan
a.     Peneliti dan guru rekan sejawat kembali menampung semua permasalahan yang muncul setelah siswa mempelajari modul pembelajaran yang diberikan sebelumnya.
b.    Permasalahan dibahas bersama dengan model tanya jawab sambil menjelaskan materi yang sedang dipelajari. Kembali masalah yang muncul berupa soal dikompetisikan pada kelompok lain untuk turnamen tahap 1 dan 2. 
c.     Bersama siswa merangkum materi konsep siklus 2.
d.    Siswa diberi soal turnamen untuk tahap pertama yakni turnamen dalam kelompok. Dalam kegiatan ini di bawah pengawasan dan bimbingan peneliti dan guru rekan sejawat. Disini kesempatan menjawab soal lebih ditekankan pada tim yang belum aktif.
e.     Siswa diberi soal turnamen antar kelompok untuk tahap kedua. Teknik yang dilakukan dalam turnamen ini benar-benar harus memperhatikan keaktifan dan ketrampilan prosesnya. Diharapkan pada turnamen ini lebih baik dan lebih aktif dari pada turnamen siklus 1.
f.     Diakhiri dengan tes akhir siklus 2.

Pengamatan
a.     Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan siswa. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pelajaran hingga akhir pelajaran. Berikan penilaian lagi  untuk masing-masing siswa tentang indikator keaktifan dan ketrampilan proses.
b.    Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati jalannya turnamen tahap pertama dan kedua. Peneliti dan guru rekan sejawat membandingkan dengan pelaksanaan pada siklus 1 dan siklus 2.
c.     Peneliti dan guru rekan sejawat mengamati jalannya turnamen tahap kedua. Dilakukan evaluasi pada individu-individu yang mampu dan tidak mampu menyelesaikan masalahnya.

Refleksi
a.     Secara kolaboratif peneliti dan guru rekan sejawat menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 2.
b.    Mendiskusikan hasil analisis berdasar indikator pengamatan, dan indikator soal turnamen. Kali ini ditekankan pada refleksi kegiatan dan ketrampilan untuk tiap individu. Apakah tiap individu sudah mulai terbiasa dengan turnamen, dan sudah mulai terlatih memecahkan masalah.

HASIL PENELITIAN
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pengamat adalah mapel Bahasa Inggris sebagai seorang relawan.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi penilaian tertulis dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:






Table 4.1. Hasil Penilaian pada Siklus I

NO
NAMA
NILAI
KET
1
Irma Yulia Nur Safitri
50
Belum
2
Khoirul Fathoni
60
Belum
3
Luxman Andi Setiawan
70
Tuntas
4
Mia Wardani
70
Tuntas
5
Nora Reza Fazira Shah
40
Belum
6
Qurrotul Putri Ayuningtyas
60
Belum
7
Ragil Imam Utomo
60
Belum
8
Riki Saputra
60
Belum
9
Renda Puji Waluyo
60
Belum
10
Rosiana Astuti
70
Tuntas
11
Wahyu Sahid Saputra Aji
70
Tuntas
12
Winda Nofiani Putri
60
Belum
13
Yoga Aditya Putra
60
Belum
14
Gemilang Cahya Saputra
60
Belum
15
Al Afi Salsabima
60
Belum
16
Amir Abdul Azizi
60
Belum
17
Oky Setyo Budi
70
Tuntas
18
Pangestu Abi Sadewo
60
Belum
19
Zhelika Nalurita
60
Belum
20
Renanda Bagus. I
60
Belum
21
Maya
60
Belum
22
Juniar Sakti Adi.W
70
Tuntas

Jumlat Total
1350


Rata-Rata
61.36


Persentase Ketuntasan
27.27





Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 61.36 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 27.27% atau ada 6 siswa  dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 27.27% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes penilaian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang telah ada dalam RPP. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:





Table 4.4. Nilai Tes II

NO
NAMA
NILAI
KET
1
Irma Yulia Nur Safitri
80
Tuntas
2
Khoirul Fathoni
70
Tuntas
3
Luxman Andi Setiawan
80
Tuntas
4
Mia Wardani
90
Tuntas
5
Nora Reza Fazira Shah
70
Tuntas
6
Qurrotul Putri Ayuningtyas
80
Tuntas
7
Ragil Imam Utomo
80
Tuntas
8
Riki Saputra
70
Tuntas
9
Renda Puji Waluyo
80
Tuntas
10
Rosiana Astuti
90
Tuntas
11
Wahyu Sahid Saputra Aji
80
Tuntas
12
Winda Nofiani Putri
70
Tuntas
13
Yoga Aditya Putra
70
Tuntas
14
Gemilang Cahya Saputra
80
Tuntas
15
Al Afi Salsabima
70
Tuntas
16
Amir Abdul Azizi
80
Tuntas
17
Oky Setyo Budi
80
Tuntas
18
Pangestu Abi Sadewo
70
Tuntas
19
Zhelika Nalurita
70
Tuntas
20
Renanda Bagus. I
70
Tuntas
21
Maya
80
Tuntas
22
Juniar Sakti Adi.W
70
Tuntas

JUMLAT TOTAL
1680


RATA-RATA
76.36


PERSENTASE KETUNTASAN
100%





Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76.36 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 100% atau ada 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 100% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%.     

Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, dan II) yaitu masing-masing 61.36%, dan 100 %. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament)  dalam setiap siklus mengalami peningkatan nilai siklus I rata-rata 61.36 dan siklus II 76.36. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris pokok Bahasan percakapan transaksional (to get things done) dan interpersonal (bersosialisasi) pendek dengan metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) dikatakan bahwa aktivitas siwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
3.    Tanggapan Siswa terhadap Metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) Berdasarkan analisis angket siswa dapat diketahui bahwa tanggapan siswa termasuk positif. Ini ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament).  Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament),  sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative Bahasa Inggris.

PENUTUP
Kesimpulan  
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama siklus I, dan siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pembelajaran dengan kooperatif model TGT (Team Games Tournament) memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I 61.36 (62,5%), siklus II 76.36(100%).
2.      Penerapan metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament)  mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran kooperatif model TGT (Team Games Tournament)  sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1.    Untuk melaksanakan metode pembelaja­ran kooperatif model TGT (Team Games Tournament) memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model kooperatif model TGT (Team Games Tournament) dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.    Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana,  dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.    Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 2 Kebonsari kelas IX-F Tahun Pelajaran 2013/2014






DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report.
Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.


Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar