PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE
BRAINSTORMING CLUSTERING ( CBC ) DAN PEMANFAATAN LINGKUNGAN
SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS
VIIA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DI SMPN 2 KEBONSARI KAB.MADIUN.
ENDANG SRI HASTUTI
SMPN 2 KEBONSARI KABUPATEN
MADIUN
ABSTRAK :
Proses
pembelajaran yang kurang menarik membuat siswa menjadi jenuh dan bosan yang
akibatnya siswa kurang antusias mengikuti pelajaran. Dengan demikian dapat
dipastikan prestasi belajar pada siswa belum bisa mencapai harapan.
Dengan
memilih strategi yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang
diajarkan, harapannya adalah siswa bisa menggunakan dan mengingat konsep
tersebut lebih lama. Konsep-konsep yang diterima siswa dipahami sebagai bagian
yang saling berhubungan dan membentuk satu pemahaman yang utuh. Guru hendaknya
dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa, sehingga mereka dapat
mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkaitkannya dengan dunia nyata
. Bertolak dari permasalahan di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui Pendekatan Pembelajaran Cooperative
Brainstorming Clustering ( CBC ) dan pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar. Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan
kelas dengan 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan diterapkannya Pendekatan Pembelajaran Cooperative
Brainstorming Clustering ( CBC ) dan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar mengalami peningkatan dari 67,69 %
pada siklus 1 menjadi 58 % pada siklus 2 dan akhirnya 77 % pada siklus 3.
Simpulan dari penelitian ini adalah Pendekatan Pembelajaran Cooperative
Brainstorming Clustering ( CBC ) dan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa. Dengan demikian model pembelajaran ini dapat dijadikan referensi bagi
peneliti lain untuk melaksanakan proses pembelajaran yang lebih kreatif dan
inovatif. Harapan selanjutnya adalah siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran sehingga prestasi belajarnya mengalami peningkatan
Kata Kunci : Pendekatan
Pembelajaran CBC, prestasi belajar
Proses
pembelajaran konsep Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan yang selama ini dilakukan masih belum
mengoptimalkan lingkungan yang ada sebagai sumber belajar. Kegiatan yang selalu
dilakukan hanya sebatas studi
pustaka.
Yang artinya hanya sebatas membahas
apa yang ada di buku tanpa ada pengembangan
yang berarti. Di samping itu proses pembelajaran yang kurang menarik membuat
siswa menjadi jenuh dan bosan yang akibatnya siswa kurang antusias mengikuti
pelajaran. Dengan demikian dapat dipastikan prestasi belajar pada siswa belum
bisa mencapai harapan.
Bila guru hanya sekedar
memberikan informasi-informasi baru tanpa usaha untuk mengasimilasikan
pengetahuan baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur
kognitif siswa akan terjadi siswa hanya akan menghafal saja.
Berdasar hal tersebut di
atas penulis mencoba
untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
Cooperative Brainstorming Clustering ( CBC ), serta dengan mengoptimalkan
lingkungan sebagai sumber belajar agar kejenuhan pada siswa dapat diminimalkan
sehingga tercipta suasana belajar yang enjoyable ( menyenangkan ).
Pendekatan apapun yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, sebaiknya memposisikan siswa sebagai pusat perhatian,
pusat kegiatan dan pusat perlakuan. Guru sebagai salah satu penentu keberhasilan
siswa mempunyai peran yang sangat menentukan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Degeng dalam bukunya Pendekatan Kontekstual bahwa : tugas guru adalah mengatur
strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dan baru dan
memfasilitasi belajar ( Degeng, 2002 : 4 ). Dengan memilih strategi yang
terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan, harapannya adalah
siswa bisa menggunakan dan mengingat konsep tersebut lebih lama. Konsep-konsep
yang diterima siswa dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan
membentuk satu pemahaman yang utuh. Guru hendaknya dapat membuka wawasan
berpikir yang beragam dari siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai
konsep dan mampu mengkaitkannya dengan dunia nyata.
Dengan
menggunakan strategi pembelajaran yang bermakna, maka ada beberapa keuntungan
yang bisa didapatkan oleh guru maupun siswa, karena dengan belajar yang
bermakna, informasi yang dipelajari akan menjadi lebih lama bertahan dalam
ingatan. Dengan demikian
akan memudahkan untuk proses belajar berikutnya sehingga guru tidak perlu
mengulang-ulang informasi. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengetahui informasi
ataupun pengetahuan. Pembelajaran yang hanya bersifat untuk mengetahui saja
untuk dihafalkan hanya akan bermanfaat sesaat saja yaitu pada saat guru
mengadakan ulangan, tetapi tidak dapat digunakan untuk bekal bagi siswa dalam
memecahkan persoalan dalam kehidupan. Untuk itulah penulis berupaya untuk
menerapkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa dengan melakukan penelitian
yang berjudul : Pendekatan
Pembelajaran Cooperative Brainstorming
Clustering ( CBC
) dan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIA Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 di
SMPN 2 Kebonsari Kab.Madiun.
A.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana Pendekatan Pembelajaran Cooperative Brainstorming Clustering
( CBC ) dan pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar dapat meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIA Semester
Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 di SMPN 2 Kebonsari Kab.Madiun ?”
B.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bahwa pendekatan
pembelajaran Cooperative Brainstorming Clustering (CBC) dan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar dapat meningkatkan Prestasi Belajar
C.
MANFAAT PENELITIAN
1. Siswa mampu
berperan aktif dalam proses pembelajaran
2. Siswa dapat
mengembangkan daya nalar dan kreativitas dalam belajar
3. Terjadi
peningkatan kemampuan belajar siswa dalam memahami konsep biologi
4. Guru dapat
memperbaiki strategi pembelajaran
5. Guru dapat
meningkatkan kreativitasnya dalam pengelolaan KBM
D.
HIPOTESA TINDAKAN
Rumusan hipotesa dalam
penelitian ini adalah : “ Jika pendekatan CBC dan pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar dilaksanakan dalam kegiatan belajar, maka prestasi
belajar siswa akan meningkat. “
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendekatan Pembelajaran CBC
Pada proses
pembelajaran, bila siswa diberi kesempatan untuk mencurahkan gagasannya (
brainstorming ) dalam bentuk kerjasama antar siswa ( cooperative ) dalam kerja
kelompok ( clustering ) maka suasana kelas yang demikian akan menjadikan siswa
aktif dalam belajar. Siswa tidak hanya mendengarkan apa kata guru, tetapi dalam
CBC siswa diberi kebebasan untuk berpendapat, mengemukakan ide, mendebat
pendapat temannya, sehingga kelas menjadi aktif dan menyenangkan.
Lingkungan adalah segala
sesuatu yang terdapat di sekitar makhluk hidup dan berpengaruh terhadap
kehidupan makhluk hidup tsb. Lingkungan terdiri dari lingkungan hidup dan
lingkungan tak hidup yang di dalamnya terjadi saling ketergantungan ( Sumarwan,
dkk, 2000 ). Dwidjoseputro, 1973 mengatakan bahwa lingkungan mempunyai
kemungkinan-kemungkinan yang banyak untuk digunakan sebagai sumber belajar biologi.
Sumber belajar adalah
segala sesuatu baik yang direncanakan maupun yang menurut sifatnya dapat
dimanfaatkan untuk membantu proses belajar mengajar ( Depdikbud, 1985 ).
Pendekatan lingkungan
adalah suatu cara pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan di luar kelas
yang dijadikan sumber belajar, sehingga membantu siswa dalam memahami konsep
dan obyek secara langsung ( Roestiyah, 1982 )
METODE PENELITIAN
A.
SETTING PENELITIAN
Penelitian
tindakan kelas ini sasarannya adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kebonsari Kab.Madiun. Rancangan Penelitian Tindakan
Kelas ini berbentuk siklus yang terdiri atas 3 siklus, sehingga apabila pada awal
pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka perbaikan akan
dilaksanakan pada siklus berikutnya.
B.
RENCANA TINDAKAN
Setiap siklus terdiri
atas empat tahap yaitu perencanaan ( planning ), pelaksanaan ( acting ),
observasi ( observing ) dan refleksi ( reflecting ).
Agar
di dapat informasi yang valid dan akurat dari pelaksanaan penelitian perlu
adanya identifikasi jenis data yang dibutuhkan, alat pengumpul data dan cara
pengumpulan data yang meliputi :
a. Penilaian selama
proses belajar mengajar, utamanya tentang aktivitas siswa.
b. Nilai Post Test
yang mengukur prestasibelajar siswa.
Adapun Proses Penelitiannya adalah sebagai berikut :
SIKLUS I
A.
Planing
a. Mempersiapkan
perangkat KBM
b. Memberi tugas
kepada siswa untuk mempelajari tentang Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan.
c. Mempersiapkan
lembar observasi, tes dan kuesioner
B. Acting
a. Melaksanakan
kegiatan belajar mengajar yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
b. Langkah-langkah
dalam pembelajaran CBC ( Cooperative Brainstroming Cluster ) yaitu :
1. Membagi siswa
menjadi 5 kelompok ( tiap kelompok 5 orang siswa )
2. Membagikan
lembar kerja kepada masing-masing kelompok.
3. Setiap anggota
kelompok berperan aktif dalam penyelesaian lembar kerja, mencurahkan segala
pendapat dan mengemukakan argumentasi, sehingga terjadi kerjasama antar anggota
dalam kelompok.
4. Masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya, dan kelompok lain dapat menanyakan,
menyanggah ataupun menambahkan informasi kepada kelompok penyaji. Guru berperan
sebagai moderator dan nara sumber.
B.
Observasi
Kegiatan kolaborator
dalam pelaksanaan tindakan kelas adalah :
a.
Mencatat seluruh
kegiatan guru dalam KBM,
baik mengenai kelemahan ataupun kekurangannya.
b. Mencatat seluruh
kejadian dalam kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat KBM.
c. Mencatat kondisi
awal pembelajaran dan setelah pembelajaran selesai.
d. Mengadakan
wawancara dengan siswa tentang tanggapan terhadap kegiatan belajar mengajar
yang telah dilaksanakan.
D. Refleksi
Melakukan analisa data
dengan berdasar pada indicator yang sudah ditetapkan.
Indikator
keberhasilan dalam pembelajaran ini adalah :
a. 80
% siswa merasa senang mempelajari biologi.
b. 80
% siswa aktif dalam mempelajari biologi
c. 80
% siswa mendapatkan nilai lebih dari 75.
SIKLUS II
Langkah-langkah dalam siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, hanya
dalam acting guru lebih banyak memberi motivasi kepada siswa yang kurang aktif
dalam kegiatan kerja kelompok, maupun siswa yang kurang aktif dalam kegiatan
diskusi kelas.
Untuk melihat indikator sudah
tercapai atau belum maka instrumen penelitian yang diperlukan adalah :
a. Kuesioner untuk
siswa yang mengukur antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran biologi.
b. Penilaian
kinerja untuk mengukur keaktifan belajar siswa
c. Post tes untuk
mengukur prestasi belajar siswa
d. Lembar observasi
untuk melihat kelemahan ataupun kelebihan guru.
SIKLUS III
Langkah-langkah dalam
siklus III sama dengan siklus I dan siklus II, tetapi dalam acting, guru lebih banyak
memberikan penguatan apabila ada siswa yang menjawab benar, memberikan
perhatian yang lebih kepada siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Instrumen yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan indikator juga sama dengan yang ada pada siklus II yang
meliputi kuesioner, penilaian kinerja, post test dan lembar observasi.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Siklus I
Dari hasil observasi diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data
keaktifan siswa Siklus I
No.
|
Kegiatan siswa
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Menyampaikan gagasan
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Mengerjakan LKS
Diskusi dalam kelompok
Mencatat hasil diskusi
Menambahkan informasi
|
3
4
3
23
12
21
4
|
12
16
12
92
48
84
16
|
Tabel 4.2 Hasil
Post test Siklus I
No
|
Nilai
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
2
3
|
Kurang dari 75
Lebih dari 75
Ketuntasan
|
16
9
67,69
|
64
36
|
Dari indikator yang telah ditetapkan dalam keaktifan siswa
hanya ada 2 kegiatan siswa yang sudah mencapai 80 % yaitu dalam hal mengerjakan LKS
dan mencatat hasil diskusi sedangkan kegiatan-kegiatan yang lain masih jauh
dari harapan. Siswa yang mendapat nilai lebih dari 75 baru mencapai 36 %.
B.
Siklus II
Perencanaan dan
pelaksanaan sama dengan siklus I, hanya ada perbedaan dalam hal materi yaitu
tentang Macam-macam pencemaran. Dalam pelaksanaan ( acting ) guru lebih meningkatkan
motivasi kepada siswa yang kurang aktif dalam kegiatan kerja kelompok, maupun
siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi kelas.
Hasil observasi pada siklus II adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.3
Data keaktifan siswa Siklus II
No.
|
Kegiatan siswa
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Menyampaikan gagasan
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Mengerjakan LKS
Diskusi dalam kelompok
Mencatat hasil diskusi
Menambahkan informasi
|
10
8
14
25
20
22
10
|
40
32
56
100
80
88
40
|
Tabel 4.4 Hasil
Post test Siklus II
No
|
Nilai
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
2
3
|
Kurang dari 75
Lebih dari 75
Ketuntasan
|
10
15
77,81
|
40
60
|
a.
refleksi
Dari indikator yang telah
ditetapkan dalam keaktifan ada 3 kegiatan siswa yang sudah mencapai le bih dari 80 % yaitu dalam hal mengerjakan LKS,diskusi
dalam kelompok dan
mencatat hasil diskusi sedangkan kegiatan-kegiatan yang lain meskipun tampak
ada peningkatan tetapi masih belum mencapai indikator yang diharapkan yaitu
sejumlah 80
%. Pemahaman siswa akan konsep juga mengalami peningkatan dari jumlah yang
mendapat nilai lebih dari 75 semula 36 % pada siklus I meningkat menjadi 60 % pada siklus II. Ketuntasan siswa semula 67,69 pada siklus I
meningkat menjadi 77,81 pada siklus II.
C.
Siklus III
Perencanaan dan pelaksanaan sama dengan siklus II, hanya ada
perbedaan dalam hal materi yaitu tentang Kerusakan lingkungan. Dalam pelaksanaan ( acting ) guru
lebih meningkatkan motivasi kepada siswa yang kurang aktif dalam kegiatan kerja
kelompok, maupun siswa yang kurang aktif dalam kegiatan diskusi kelas. Apabila
ada pertanyaan yang tidak segera ditanggapi oleh siswa, guru akan membantu
dengan cara mengungkapkan kembali pertanyaan tersebut dengan memberikan
ilustrasi yang akan memudahkan siswa untuk menjawab pertanyaan.
Hasil observasi pada siklus III
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Data keaktifan siswa Siklus III
No.
|
Kegiatan siswa
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Menyampaikan gagasan
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Mengerjakan LKS
Diskusi dalam kelompok
Mencatat hasil diskusi
Menambahkan informasi
|
15
13
18
25
24
24
12
|
60
52
72
100
96
96
48
|
Tabel 4.6 Hasil
Post test Siklus III
No
|
Nilai
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1
2
3
|
Kurang dari 75
Lebih dari 75
Daya Serap
|
4
21
79,05
|
16
84
|
a.
refleksi
Dari indikator yang telah ditetapkan
dalam keaktifan kegiatan siswa yang sudah mencapai 80 % yaitu dalam hal mengerjakan LKS,
diskusi dalam kelompok dan mencatat hasil diskusi sedangkan kegiatan-kegiatan
yang lain meskipun tampak ada peningkatan tetapi masih belum mencapai indikator
yang diharapkan yaitu sejumlah 80 %. Pemahaman siswa akan konsep juga mengalami peningkatan
dari jumlah yang mendapat nilai lebih dari 75
semula 60
% pada siklus II meningkat menjadi 84 % pada siklus III. Ketuntasan siswa semula 77,81 pada siklus II
meningkat menjadi 79,05I pada siklus III.
C. Pembahasan
Materi
tentang Pencemaran dan kerusakan lingkungan yang selama ini disampaikan hanya
melalui kegiatan diskusi informasi ( ceramah ) ternyata tidak menarik
antusiasme siswa untuk bisa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Penulis berusaha
mencari model pembelajaran yang bisa membuat siswa merasa senang disamping untuk meningkatkan pemahaman siswa
yaitu melalui model pembelajaran Cooperative Brainstorming Clustering ( CBC ).
Dari hasil
penelitian yang sudah dipaparkan diatas pada siklus I tampak sekali keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran kurang memuaskan. Masih banyak aktivitas dalam
hal menyampaikan gagasan, mengajukan pertanyaan menjawab pertanyaan ataupun
menambahkan informasi yang tidak dilakukan siswa. Prosentasenya masih sangat
sedikit. Pada siklus II keaktifan siswa dalam pembelajaran memang ada peningkatan,
tetapi masih belum memenuhi target indikator. Dengan adanya keaktifan siswa
yang masih kurang, guru telah berusaha untuk memperbaikinya dengan cara
memotivasi lebih baik, memberikan penguatan agar siswa yang lain merasa
termotivasi untuk aktif. Tetapi tampaknya hasilnya kurang memuaskan. Masih
diperlukan upaya yang lain untuk bisa meningkatkan aktivitas siswa dalam hal
menyampaikan gagasan, menjawab pertanyaan, menambahkan informasi.Hal ini bisa
dilihat dari rekapitulasi aktivitas siswa mulai siklus I sampai dengan siklus
III di bawah ini :
Tabel 4.6 Data Keaktifan siswa
No
|
Kegiatan Siswa
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
|||
S
|
%
|
S
|
%
|
S
|
%
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Menyampaikan gagasan
Mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan
Mengerjakan LKS
Diskusi dalam kelompok
Mencatat hasil diskusi
Menambahkan informasi
|
3
4
3
23
12
21
4
|
12
16
12
92
48
84
16
|
10
8
14
25
20
22
10
|
40
32
56
100
80
88
40
|
15
13
18
25
24
24
12
|
60
52
72
100
96
96
48
|
Dalam hal peningkatan pemahaman konsep mulai dari siklus I
sampai dengan siklus III menampakkan hasil yang sangat memuaskan.
Peningkatannya dapat dilihat pada rekapitulasi di bawah ini :
Tabel 4.7 Hasil Post Test
No
|
Nilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
|||
S
|
%
|
S
|
%
|
S
|
%
|
||
1
2
3
|
Kurang dari 75
Lebih dari 75
Ketuntasan
|
16
9
67,69
|
64
36
|
10
15
77,81
|
40
60
|
4
21
79,05
|
16
84
|
Yang mendapatkan nilai kurang dari 75
semakin sedikit dari 16 turun menjadi 10 dan tinggal 4 siswa pada siklus III. Sedangkan yang
mendapat nilai lebih dari 75 meningkat dari 9 menjadi 15 dan akhirnya pada siklus III menjadi 21. Ketuntasan juga memperlihatkan peningkatan yang
cukup memuaskan dari 67,69 menjadi 77,81 dan akhir siklus III menjadi 79,05.
Penulis bisa menyimpulkan bahwa dengan
adanya perubahan pembelajaran dari semula hanya berupa diskusi informasi (
ceramah ) kemudian menerapkan pembelajaran CBC yang banyak melibatkan aktivitas
siswa akan makin meningkatkan pemahaman konsep. Karena bagaimanapun juga
apabila konsep itu didapatkan karena siswa dilibatkan dalam kegiatan akan
menampakkan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan siswa hanya menerima
konsep tanpa melakukan aktivitas di dalamnya.
Penulis
pada akhir siklus III pembelajaran dengan menggunakan CBC memberikan kuesioner
kepada siswa untuk melihat apakah siswa senang dengan pembelajaran ini atau
tidak yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Kuesioner Siswa
Skor
|
Kualifikasi
|
Jumlah
|
Prosentase
|
0 – 25
26 – 50
51 – 75
76 - 100
|
Tidak senang
Cukup senang
Senang
Sangat senang
|
2
3
12
8
|
8
12
48
32
|
Siswa yang merasa senang dan sangat
senang dengan
pembelajaran CBC jumlahnya 20 ( 80 % ). Dengan demikian indikator keberhasilan yang mengharapkan 80 % siswa akan merasa senang dengan
pembelajaran CBC dapat tercapai. Ternyata memang pembelajaran CBC selain akan
meningkatkan pemahaman siswa dalam menguasai konsep Biologi juga dapat
menciptakan kondisi belajar yang membuat siswa merasa senang untuk mempelajari
biologi.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan
dari penelitian tindakan kelas ini adalah model pembelajaran Cooperative
Brainstorming Clustering ( CBC ) dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
B. SARAN-SARAN
Agar dalam
menerapkan model pembelajaran CBC dapat mencapai hasil yang memuaskan, maka
beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah :
1. Memaksimalkan
persiapan penyusunan langkah pembelajaran, agar saat berada di depan kelas
semua yang sudah direncanakan dapat terlaksana tanpa mengalami hambatan.
2. Meningkatkan
frekuensi dan kualitas kolaborasi antar teman sejawat sehingga masukan dari
para kolaborator akan dapat memperbaiki refleksi untuk dapat menyusun
perencanaan lebih baik lagi.
3. Memperdalam
pengetahuan tentang model pembelajaran cooperatif yang merupakan dasar
penggunaan model pembelajaran CBC.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Blazely, LD et al,
1998, Term of Reference :
Experimental Study of JSE Science Teaching Methods, Jakarta, CPCU
JSE Project.
2.
Depdiknas, Diejen
Dikdasmen, 2001, Pedoman Teknis Pelaksanaan Clasroom Action Research.
3.
Dryden, Gordon
& Jeannete Vos, 2002, Revolusi Cara Belajar, Bandung, Kaifa.
4.
Madya, S, 1994, Panduan
Penelitian Tindakan, Yogyakarta. Lemabaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
5.
Margono, Dwi,
2000, Penelitian Tindakan Kelas ( Pedoman Untuk Guru Sebagai Peneliti ),
Jember, FKIP Universitas Jember.
6.
Muhammad, Nur,
1996, Teori Pembelajaran IPA dan Hakekat Pendekatan Ketrampilan Proses,
Jakarta Depdikbud.
7.
Priyono, Andreas,
2000, Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
8.
Ratna Wilis Dahar,
1988, Teori-teori Belajar, Jakarta, Depdiknas Dirjen Dikti PPLPTK
9.
Roestiyah, NK,
2001, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Asdi Mahasetya.
10.
Usman, Muh. Uzer,
1996, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosda Karya.
11.
Winkel, WS, 1989, Psikologi
Pengajaran, Jakarta, Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar