Selasa, 01 Desember 2015

PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS (PROJECT-BASED LEARNING) DENGAN PENGUATAN METODE DISKUSI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS IX-C KD 1.1 MENDESKRIPSIKAN SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN DI SMPN 1 KARE

PENERAPAN  METODE PEMBERIAN TUGAS (PROJECT-BASED LEARNING) DENGAN PENGUATAN METODE DISKUSI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS IX-C KD 1.1   MENDESKRIPSIKAN SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN DI SMPN 1 KARE

Oleh : ENDANG SUGIHARTI, SMP NEGERI 1 KARE


ABSTRAK
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka dapatkan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar Biologi dengan diterapkannya metode pemberian tugas? (b) Bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan menerapkan pemberian tugas dapat memotivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan hasil  belajar Biologi setelah diterapkannya pengajaran berbasis pemberian tugas, (b) Mengetahui pengaruh motivasi belajar Biologi setelah diterapkannya metode pengajaran berbasis pemberian tugas.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IXC SMPN 1 Kare. Data yang diperoleh berupa hasil tes(ulangan), lembar observasi kegiatan belajar mengajar. hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II.
Dari hasil analisis didapatkan peningkatan hasil belajar yaitu, siklus I (66,66%), siklus II (85,71%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pengajaran pemberian tugas dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa kelas IX-C serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Biologi.

KATA KUNCI:  HASIL BELAJAR, PEMBERIAN TUGAS




PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Dalam setiap proses belajar mengajar pasti terkandung tujuan yang harus dicapai. Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. 
Tujuan pendidikan dapat tertanam secara baik pada diri siswa bila guru mampu menyajikan materi secara menarik, artinya siswa dapat merasa nyaman menerima dan mudah memahami isi materi yang disampaikan guru. Hal ini akan memotivasi siswa untuk aktif dan bergairah. Guru bisa berkreasi  dalam pembelajaran dengan model, metode, praktikum, media yang dapat merangsang siswa untuk bertindak aktif.
Subanji (2010:1) mengemukakan bahwa hal-hal penting yang perlu dilakukan guru dalam mengembangkan pembelajaran adalah :
1.     Bagaimana guru merencanakan tahapan-tahapan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas
2.    Bagaimana guru merencanakan interaksi guru-siswadan siswa-siswa sehingga terjadi proses belajar yang optimal
3.    Bagaimana guru merencanakan suatu stimulus sehingga siswa belajar
4.    Bagaimana perilaku belajar siswa dalam suatu system pengelolaan kelas
5.    Bagaimana menyiapkan bahan pendukung  (antara lain : buku, lembar kerja siswa, media dan assesmen)
Penunjang keberhasilan dalam pembelajaran adalah komponen pembelajar­an yang digunakan, salah satunya  adalah komponen metode. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan tersebut.  Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu. Sekarang ini pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang sedemikian cepat.
Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud).
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Sistem Ekskresi pada Manusia Dengan Menerapkan Metode Pemberian Tugas Pada Siswa Kelas IX-C KD 1.1   Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan di  SMP Negeri 1 Kare Kab. Madiun”

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
1.    Bagaimanakah peningkatan hasil belajar Biologi dengan diterapkannya metode pemberian tugas (Project-Based Learning)  dengan penguatan metode diskusi pada siswa kelas IX-C  KD 1.1   Mendes­krip­si­kan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan di SMP Negeri 1 Kare Kab. Madiun?
2.    Apakah ada pengaruh metode pemberian tugas terhadap hasil belajar Biologi pada siswa kelas IX-C  KD 1.1   Mendeskripsi­kan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan di SMP  Negeri 1 Kare Kab. Madiun?

C.    Cara Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalahnya adalah memberlakukan metode pemberian tugas dengan penguatan metode diskusi tingkat kelompok yang diteruskan diskusi tingkat kelas dengan cara masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi, sementara guru mengobservasi keaktifan siswa yang menggambarkan motivasi, dan pada akhir pembelajaran dilakukan tes tertulis yang menggambarkan hasil belajar siswa.
Indikator keberhasilan diperoleh apabila : Hasil tes tulis secara klasikal mencapai standart kompetensi yang ditetapkan yaitu 75 dan mencapai 85% dari jumlah siswa.


D.   Rencana Tindakan
Tindakan yang akan dilaksanakan adalah :
1.    Membentuk siswa dalam kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa
2.     Menyuruh wakil kelompok maju ke depan untuk mengambil amplop berisi tugas yang berisi bagian materi (masing-masing kelompok berbeda) yang akan didiskusikan dalam kelompok
3.     Siswa berdiskusi dalam kelompok tentang materi yang didapat
4.    Masing-masing kelompok mempresen­tasikan hasil diskusi kelompoknya dalam diskusi tingkat kelas
5.     Guru membimbing siswa dengan mengarahkan pemikiran dalam memahami materi dari masing-masing kelompok
6.    Guru membimbing siswa menarik kesimpulan dari materi yang sudah didiskusikan
7.    Guru memberi kuis tertulis yang dijadikan indikator hasil belajar pada pembelajaran  yang telah dilaksanakan.
Penelitian ini direncanakan ber­langsung sebanyak 3 siklus tetapi jika sudah mencapai ketuntasan klasikal, maka penelitian dihentikan.
Dari rencana tindakan diatas dapat dibuat hipotesa sebagai berikut :
“Penerapan  metode pemberian tugas (Project-Based Learning) dengan penguatan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas IX-C KD 1.1   Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan di SMPN 1 Kare.

E.   Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengetahui peningkatan hasil belajar Biologi setelah diterapkannya metode pemberian tugas (Project-Based Learning)  pada siswa kelas IX-C KD 1.1   Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan di SMP Negeri 1 Kare Kab. Madiun
Adapun manfaat yang diharap­kan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.     Bagi peneliti, sebagai tambahan pengeta­hu­an tentang pengembangan model pem­belajaran sebagai bahan pengembangan lebih lanjut
b.    Bagi guru, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajarnya
c.     Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar dan melatih diri untuk belajar berkelompok, mengemukakan pendapat, menerima perbedaan, menghargai pendapat teman dan meningkatkan motivasi dalam belajar.

F.   Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Kegiatan pembelajaran yang diteliti meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
2.    Keefektifan Penerapan  Metode Pemberian Tugas (Project-Based Learning) Dengan Penguatan Metode Diskusi diindikasikan dengan kemudahan siswa dalam penguasaan materi  
3.    Penerapan  Metode Pemberian Tugas (Project-Based Learning) Dengan Penguatan Metode Diskusi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas IXC

TINJAUAN  PUSTAKA
A.     Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang yang melalui tahapan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Beberapa ahli (dalam Darsono, dkk,2000:3) mengemukakan teori tentang belajar antara lain Morris L. Bigge, belajar adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. Marie J. Moskowits, belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil langsung dan pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam system syaraf yang dibawa sejak lahir. W.S.Winkel menyatakan belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dan interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Otak kita akan melakukan tugas proses belajar yang lebih baik jika kita membahas informasi dengan orang lain dan jika kita diminta mengajukan pertanyaan tentang itu. Sebagai contoh, Ruhl, Hughes, dan Schloss (1987) meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang apa yang dijelaskan oleh guru pada beberapa jeda waktu yang disediakan selama pelajaran berlangsung. Dibandingkan dengan siswa dalam kelas pembanding yang tidak diselingi diskusi, siswa-siswi ini mendapatkan nilai dengan selisih dua angka lebih tinggi.

B.   Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, dkk 2000: 24).  Silver dkk dalam Subanji, 2010:26 menggunakan istilah learning style, apa yang dikembangkan siswa dalam proses pembelajaran, yang dapat dikelompokkan menjadi 4 macam :
1.    mastery (kemahiran),
2.    understanding (pemahaman
3.    interpersonal (hubungan sosial),
4.    self-expressive (ekspresi diri)

C.    Cara Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar.
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan cara belajar siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah menerapkan indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa baru. MBTI merupakan salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam dunia pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar. Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari mahasiswa yang masuk memiliki orientasi praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu bertambah setiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman langsung dan konkret daripada mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu dan baru kemudian menerapkannya.

D.   Proses Belajar
Karena siswa masa kini menghadapi dunia di mana terdapat pengetahuan yang luas, perubahan pesat, dan ketidakpastian, mereka bisa mengalami kegelisahan dan bersikap defensif. Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin hubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling memiliki ini memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan. Ketika mereka belajar bersama teman, bukannya sendirian, mereka mendapatkan dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang pengetahuan dan keterampilan mereka yang sekarang.

E.   Pengajaran Berbasis Tugas
Pengajaran berbasis tugas terstruktur (Project-Based Learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
Empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalanan mereka menjadi pembelajaran mandiri yang efektif yaitu :
1.    Membuat tugas yang bermakna, jelas, dan menantang
2.    Menganekaragamkan tugas-tugas
3.    Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan
4.    Memonitor Kemajuan Siswa

F.   Metode Diskusi
Diskusi merupakan komunikasi timbal balik antara 2 orang atau lebih untuk mencapai kesamaan persepsi tentang suatu hal. Dengan diskusi siswa dilatih untuk berusaha mengemukakan pendapat, bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dalam mencapai kesamaan persepsi tentang suatu materi yang dibahas.
Diskusi kelompok adalah pertemuan yang direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan antara 3 orang atau lebih tentang topic tertentu dengan seorang pemimpin (Keraf dalam Darsono 2000 dkk: 19). Apabila masalah masalah yang dibahas dalam kelompok itu merupakan salah satu dari masalah yang didiskusikan dalam kelas, format diskusi ini disebut diskusi komite (Syafi’ie dalam Darsono dkk: 20).

G.  Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Benyamin Bloom dalam Anni (2004: 6) membagi hasil belajar menjadi 3 ranah, yaitu :  Ranah kognitif, Ranah afektif, Ranah psikomotorik

H.  Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Ada peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran biologi menggunakan metode pemberian tugas (Project-Based Learning) dengan penguatan metode diskusi siswa kelas IX-C KD 1.1   Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan di SMPN 1 Kare tahun pelajaran 2011/2012.”

METODOLOGI PENELITIAN
A.   Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian : SMP Negeri 1 Kare Kab. Madiun.
2. Waktu Penelitian   : bulan Agustus  sampai dengan bulan Oktober tahun 2011.
3. Subyek Penelitian : Kelas IX-C Tahun Pelajaran 2011/2012

B.   Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Metode pemberian tugas (Project-Based Learning)  dengan penguatan metode diskusi adalah : Pendekatan pengajaran yang memperkenalkan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting dalam konteks kehidupan nyata.
2.    Hasil  belajar adalah : Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

C.   Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Lembar Kegiatan Siswa
4. Tes/ulangan

D.   Langkah-langkah penelitian
Langkah-langkah  yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
1.     Melakukan refleksi awal untuk memunculkan masalah-masalah yang akan dicari solusinya. Kegiatan ini meliputi :
a.     Identifikasi masalah dan analisis masalah, dimana peneliti mengidentifikasi masalah yang dialami siswa kelas IX SMPN I Kare
b.    Perumusan masalah, dari masalah yang sudah diidentifikasi tadi peneliti menetapkan rumusan masalah
c.     Perumusan hipotesis tindakan, dimana diasumsikan bahwa model dan metode yang diambil akan bisa meningkatkan  hasil belajar siswa
2.    Menetapkan dan merumuskan rancangan pelaksanaan tindakan yang mengacu pada model yang dikembangkan Kemmis & Taggart (dalam Zuriah, 2003: 99) meliputi 4 tahap meliputi :  a. Perencanaan, b. Pelaksanaan, c. Observasi, dan d. refleksi

a.    Tahap perencanaan
Yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :
1)    Menentukan tujuan pembelajaran
2)    Membuat rencana pembelajaran mengenai SK dengan menggunakan model Pemberian Tugas dengan penguatan metode diskusi
3)    Menyiapkan materi pembelajaran yang akan disajikan
4)    Membuat soal untuk tes pendahuluan / pretes
5)    Menyusun daftar kelompok siswa
6)    Membuat soal untuk postes yang diberikan pada akhir tindakan untuk mengetahui kemajuan siswa dalam memahami materi
7)    Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan pada saat pelaksaan pembelajaran
8)    Membuat pedoman wawancara untuk mengetahui kesulitan/masalah  yang dialami siswa
9)    Menyusun jadwal presentasi dari tiap-tiap kelompok
b.    Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam penelitian ini meliputi :
1)    Siswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 4-5 siswa yang sifatnya heterogen baik dari jenis kelamin, kemampuan akademik, kemampuan bicara
2)    Guru memanggil wakil dari kelompok untuk mengambil amplop berisi tugas yang berisi materi berbeda yang akan didiskusikan siswa dalam kelompoknya
3)    Siswa melakukan diskusi dalam kelompok  
4)    Satu persatu kelompok melakukan presentasi hasil diskusi kelompok dalam diskusi kelas dan kelompok lain menanggapi
5)    Guru membimbing  siswa membuat membuat kesimpulan dari materi yang didiskusikan
6)    Guru melakukan tes diakhir pelajaran untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi dan mengetahui indicator keberhasilan penelitian sudah tercapai atau belum

c.     Tahap observasi
Dalam kegiatan observasi ini guru bersama kolaborator mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya.

d.    Tahap refleksi
Refleksi dilakukan dengan cara menganalisis, memahami, menjelaskan, menyimpulkan hasil tes dan observasi.

E.   Pelaksanaan Siklus
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart  (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

F.   Indikator keberhasilan penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditandai dengan :
1.    Tercapainya indicator ketuntasan hasil belajar siswa yaitu mencapai KKM  75
2.    Tercapainya indicator ketuntasan klasikal yaitu siswa yang mencapai KKM 75 sebanyak 85% dari jumlah siswa

G.   Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan beberapa cara yaitu : 1.Kuesioner, 2. Observasi, 3. Tes.

H.  Analisis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif dimana meliputi : Ranah kognitif yang didapat dari tes tulis setelah proses pembelajaran dengan ketuntasan individu 75 sedangkan ketuntasan klasikal 85% dari jumlah siswa.
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa didapatkan dengan rumus :

P = n/N x 100%

P = Persentase ketuntasan hasil belajar siswa
n = jumlah siswa yang tuntas belajarnya
N= Jumlah seluruh siswa     (Depdiknas dalam Anggraeni, 2005:25)

I.     Jadwal penelitian
Meliputi persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan pada bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Penelitian
Data diambil dari tes/ulangan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kontekstual metode  pengajaran pemberian tugas adalah sebagai berikut :
1.    Siklus I
Gambaran umumnya adalah :
1)    Suasana kelas belum kondusif karena siswa belum terbiasa dengan situasi dan kondisi yang diterapkan oleh guru.
2)     Interaksi antara guru dan siswa masih diliputi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang teknis yang harus mereka kerjakan/diskusikan baik di tingkat kelompok maupun kelas.
3)     Keaktifan siswa juga belum begitu tampak, hanya sedikit siswa yang sudah aktif dalam pembelajaran sementara yang lain masih memperhatikan  apa yang dilakukan temannya tanpa ada inisiatif untuk berlaku aktif.
4)    Kerjasama dalam kelompok juga belum begitu tampak dalam diskusi kelompok dalam hal ini pembagian tugas belum terperinci.
5)    Hasil belajar yang diperoleh dari tes, nilai siswa yang mencapai standart 75 secara klasikal belum mencapai 85% sehingga belum dikatakan tuntas secara klasikal. Karena hasil belajar belum tuntas secara klasikal maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.

2.    Siklus II
Gambaran umumnya adalah :
1)    Pada umumnya sudah terjadi interaksi yang baik antara siswa dan guru. Tentang diskusi kelompok yang harus mereka lakukan, siswa  tampak mengerti apa yang seharusnya dibagi dalam kelompok, siapa yang bertugas menjadi juru bicara kelompok, serta strategi dalam menjawab pertan yaan dari kelompok lain
2)    Siswa lebih aktif berdiskusi, suasana kelas sudah semakin kondusif karena siswa sudah terbiasa dengan situasi dan kondisi yang diterapkan oleh guru.
3)     Interaksi antara guru dan siswa sudah semakin lancar dalam rangka menyatukan persepsi tentang materi yang dibahas
4)    Siswa sudah paham  teknis yang harus mereka kerjakan/diskusikan baik di tingkat kelompok maupun kelas. Keaktifan siswa juga sudah  tampak meningkat, dilihat dari usaha siswa yang ingin cepat menyelesaikan tugasnya dan tunjuk jari untuk mengajukan diri sebagai presentator.
5)    Kerjasama dalam kelompok juga sudah tampak meningkat, dalam hal ini pembagian tugas sudah terperinci.
6)    Hasil belajar yang diperoleh dari tes, ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan siklus II) yaitu dari 66,66%, menjadi 85,71% , siswa yang mencapai standart 75 secara klasikal mencapai 85% sehingga dikatakan tuntas secara klasikal.
7)    Karena ketuntasan klasikal dari hasil belajar siswa sudah tercapai , maka penelitian bisa dihentikan.
B.   Pembahasan
Situasi pada siklus I adalah sebagai berikut : dari tabel  dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pemberian tugas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 74,00 dan ketuntasan belajar mencapai 66,66% atau ada 14 siswa  dari 21 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 66,66% lebih kecil dari prosentase ketuntasan klasikal yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pengajaran pemberian tugas. Dalam diskusi kelompok siswa masih saling bertanya tentang tugas dan peran masing-masing anggota kelompok nantinya di diskusi kelas. Kondisi demikian ini mempengaruhi situasi dan kondisi diskusi kelas sehingga pada saat diskusi kelas hanya sedikit siswa yang aktif yang ditunjukkan dengan sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan. Karena ketuntasan klasikal belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Sedangkan gambaran pada siklus II  guru mengubah aturan main yaitu yang semula masing-masing kelompok amplopnya berbeda isi, sekarang isinya sama, dan setiap keaktifan yang ditunjukkan akan menambah nilai . Ternyata terjadi perubahan yaitu siswa dalam diskusi kelompok berusaha secepatnya menyelesaikan salah satu bagian tugas dan secepatnya tunjuk jari untuk menjadi presentator pada  bagian yang dia maksud untuk menambah nilai mereka. Kenyataan ini menambah hidup diskusi kelas sehinnga satu persatu bagian tugas terselesaikan. Suasana diskusi kelas juga sangat hidup.Suasana kelas sudah semakin kondusif karena siswa sudah terbiasa dengan situasi dan kondisi yang diterapkan oleh guru, kerjasama dalam kelompok juga sudah tampak meningkat, dalam hal ini pembagian tugas sudah terperinci. Hasil belajar yang diperoleh dari tes, ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan siklus II) yaitu dari 66,66%, menjadi 85,71% , siswa yang mencapai standart 75 secara klasikal mencapai 85% sehingga dikatakan tuntas secara klasikal. Dari kondisi yang didapat pada siklus I dan siklus II ternyata sudah terjadi perubahan dari tidak/belum tuntas menjadi tuntas sehingga penelitian dapat dihentikan atau tidak perlu masuk ke siklus berikutnya karena maksud dan tujuan dari Penilaian Tindakan Kelas sudah tercapai.
Untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kontekstual model pengajaran pemberian tugas dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan materi yang tidak dimengerti oleh siswa, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

PENUTUP
A. Kesimpulan           
Pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran pemberian tugas KD 1.1   Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu  siklus I (66,66%), siklus II (85,71%).

B. Saran
1.    Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual model pengajaran pemberian tugas memerlukan persiapan yang cukup matang sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.    Guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana,  dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.    Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 1 Kare Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2011/2012.





DAFTAR PUSTAKA

Aristo Rahadi, 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas
Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003. Undang-Undang    Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta : Depdiknas
Nana Sudjana dkk, 2000. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru
Nana Sudjana dkk, 2003. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sardiman AM, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi Aksara
Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grasindo
Subanji, 2010, Modul Pengembangan Pembelajaran Mipa. Malang : The Learning
University.
Suharsimi Arikunto, 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Tim Dosen FIP, 2003. Wawasan Pendidikan. Surabaya : IKIP Surabaya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar