PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS (PROJECT-BASED
LEARNING) DENGAN PENGUATAN
METODE DISKUSI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS IX-C KD 1.1 MENDESKRIPSIKAN SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA
DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEHATAN DI SMPN
1 KARE
Oleh : ENDANG SUGIHARTI, SMP
NEGERI 1 KARE
ABSTRAK
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,
melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain.
Bukan cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu
dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan
keterampilan dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah mereka
dapatkan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah
peningkatan hasil belajar Biologi dengan diterapkannya metode
pemberian tugas? (b) Bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan menerapkan
pemberian tugas dapat memotivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan hasil belajar Biologi setelah diterapkannya
pengajaran berbasis pemberian tugas, (b) Mengetahui pengaruh motivasi belajar Biologi setelah diterapkannya metode pengajaran berbasis pemberian tugas.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
(action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap
yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi. Sasaran penelitian ini
adalah siswa kelas IXC
SMPN 1 Kare. Data yang diperoleh berupa hasil tes(ulangan), lembar observasi kegiatan
belajar mengajar. hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I
sampai siklus II.
Dari hasil analisis didapatkan peningkatan hasil
belajar yaitu, siklus I (66,66%), siklus II (85,71%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pengajaran
pemberian tugas dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa kelas
IX-C serta model pembelajaran ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif pembelajaran Biologi.
KATA KUNCI: HASIL BELAJAR, PEMBERIAN TUGAS
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam setiap proses
belajar mengajar pasti terkandung tujuan yang harus dicapai. Tujuan
adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Guru
tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatinya dan
mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan.
Tujuan pendidikan dapat tertanam secara baik
pada diri siswa bila guru mampu menyajikan materi secara menarik, artinya siswa
dapat merasa nyaman menerima dan mudah memahami isi materi yang disampaikan
guru. Hal ini akan memotivasi siswa untuk aktif dan bergairah. Guru bisa
berkreasi dalam pembelajaran dengan
model, metode, praktikum, media yang dapat merangsang siswa untuk bertindak
aktif.
Subanji (2010:1) mengemukakan bahwa hal-hal
penting yang perlu dilakukan guru dalam mengembangkan pembelajaran adalah :
1.
Bagaimana guru merencanakan tahapan-tahapan pembelajaran
yang akan dilakukan di kelas
2.
Bagaimana
guru merencanakan interaksi guru-siswadan siswa-siswa sehingga terjadi proses
belajar yang optimal
3.
Bagaimana
guru merencanakan suatu stimulus sehingga siswa belajar
4.
Bagaimana
perilaku belajar siswa dalam suatu system pengelolaan kelas
5.
Bagaimana
menyiapkan bahan pendukung (antara lain
: buku, lembar kerja siswa, media dan assesmen)
Penunjang keberhasilan
dalam pembelajaran adalah komponen pembelajaran yang digunakan, salah satunya adalah komponen metode. Dengan memanfaatkan
metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Ketika tujuan
dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode dan tujuan jangan
bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan tersebut. Jadi,
guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar
mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai
tujuan pengajaran.
Pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning/CTL) adalah suatu pendekatan
pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu. Sekarang ini
pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan
pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal. Kelas yang hidup
diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang
sedemikian cepat.
Agar belajar menjadi aktif siswa harus
mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji
gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar
aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan
sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud).
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan
tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Sistem Ekskresi pada
Manusia Dengan Menerapkan Metode Pemberian Tugas Pada
Siswa Kelas IX-C KD 1.1
Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan di SMP
Negeri 1 Kare Kab.
Madiun”
B.
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka
penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
1.
Bagaimanakah
peningkatan hasil belajar Biologi dengan diterapkannya metode pemberian tugas (Project-Based Learning) dengan
penguatan metode diskusi pada siswa kelas IX-C KD 1.1 Mendeskripsikan sistem ekskresi pada
manusia dan hubungannya dengan kesehatan di SMP Negeri 1 Kare Kab. Madiun?
2.
Apakah ada pengaruh metode pemberian tugas terhadap hasil belajar Biologi pada siswa kelas IX-C KD 1.1 Mendeskripsikan
sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan di SMP Negeri 1 Kare Kab. Madiun?
C. Cara Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalahnya adalah memberlakukan
metode pemberian tugas dengan
penguatan metode diskusi tingkat kelompok yang diteruskan diskusi tingkat kelas
dengan cara masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
dan kelompok lain menanggapi, sementara guru mengobservasi keaktifan siswa yang
menggambarkan motivasi, dan pada akhir pembelajaran dilakukan tes tertulis yang
menggambarkan hasil belajar siswa.
Indikator
keberhasilan diperoleh apabila : Hasil tes tulis secara klasikal mencapai
standart kompetensi yang ditetapkan yaitu 75 dan mencapai 85% dari jumlah siswa.
D.
Rencana Tindakan
Tindakan yang akan dilaksanakan adalah :
1. Membentuk siswa dalam kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa
2. Menyuruh
wakil kelompok maju ke depan untuk mengambil amplop berisi tugas yang
berisi bagian materi (masing-masing kelompok berbeda) yang akan didiskusikan
dalam kelompok
3. Siswa
berdiskusi dalam kelompok tentang materi yang didapat
4. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya dalam diskusi tingkat kelas
5. Guru
membimbing siswa dengan mengarahkan pemikiran dalam memahami materi dari
masing-masing kelompok
6. Guru membimbing siswa menarik kesimpulan dari
materi yang sudah didiskusikan
7. Guru memberi kuis tertulis yang dijadikan
indikator hasil belajar pada pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Penelitian ini
direncanakan berlangsung sebanyak 3 siklus tetapi jika sudah mencapai
ketuntasan klasikal, maka penelitian dihentikan.
Dari rencana tindakan diatas dapat dibuat hipotesa
sebagai berikut :
“Penerapan metode pemberian tugas (Project-Based Learning) dengan penguatan
metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas IX-C KD 1.1
Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan di SMPN
1 Kare.”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk :
Mengetahui
peningkatan hasil belajar Biologi setelah diterapkannya metode pemberian tugas (Project-Based
Learning) pada siswa kelas IX-C KD 1.1
Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan
kesehatan di SMP
Negeri 1 Kare Kab.
Madiun
Adapun manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Bagi
peneliti, sebagai tambahan pengetahuan tentang pengembangan model pembelajaran
sebagai bahan pengembangan lebih lanjut
b.
Bagi
guru, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas proses
belajar mengajarnya
c.
Bagi
siswa, dapat meningkatkan hasil belajar dan melatih diri untuk belajar
berkelompok, mengemukakan pendapat, menerima perbedaan, menghargai pendapat
teman dan meningkatkan motivasi dalam belajar.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan pembelajaran yang
diteliti meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
2. Keefektifan Penerapan Metode Pemberian Tugas (Project-Based Learning) Dengan Penguatan
Metode Diskusi diindikasikan dengan
kemudahan siswa dalam penguasaan materi
3. Penerapan Metode Pemberian
Tugas (Project-Based
Learning) Dengan Penguatan Metode Diskusi diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
Biologi siswa kelas IXC
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan
seseorang yang melalui tahapan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham
menjadi paham terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Beberapa ahli (dalam Darsono, dkk,2000:3)
mengemukakan teori tentang belajar antara lain Morris L. Bigge, belajar adalah
perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak diwariskan secara
genetis. Marie J. Moskowits, belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil
langsung dan pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam system syaraf
yang dibawa sejak lahir. W.S.Winkel menyatakan belajar adalah suatu aktifitas
mental atau psikis yang berlangsung dan interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Otak kita akan melakukan tugas proses belajar
yang lebih baik jika kita membahas informasi dengan orang lain dan jika kita
diminta mengajukan pertanyaan tentang itu. Sebagai contoh, Ruhl, Hughes, dan
Schloss (1987) meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang
apa yang dijelaskan oleh guru pada beberapa jeda waktu yang disediakan selama
pelajaran berlangsung. Dibandingkan dengan siswa dalam kelas pembanding yang
tidak diselingi diskusi, siswa-siswi ini mendapatkan nilai dengan selisih dua
angka lebih tinggi.
B. Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah
yang lebih baik (Darsono, dkk 2000: 24).
Silver dkk dalam Subanji, 2010:26 menggunakan istilah learning style,
apa yang dikembangkan siswa dalam proses pembelajaran, yang dapat dikelompokkan
menjadi 4 macam :
1. mastery (kemahiran),
2. understanding (pemahaman
3. interpersonal (hubungan sosial),
4. self-expressive (ekspresi diri)
C. Cara Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta
didik memiliki bermacam cara belajar.
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya
perubahan cara belajar siswa. Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan
koleganya (1993) telah menerapkan indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada
mahasiswa baru. MBTI merupakan salah satu instrument yang paling banyak
digunakan dalam dunia pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu
dalam proses belajar. Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari mahasiswa yang
masuk memiliki orientasi praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan
persentase itu bertambah setiap tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat dalam
pengalaman langsung dan konkret daripada mempelajari konsep-konsep dasar
terlebih dahulu dan baru kemudian menerapkannya.
D. Proses
Belajar
Karena siswa masa kini menghadapi dunia di mana
terdapat pengetahuan yang luas, perubahan pesat, dan ketidakpastian, mereka
bisa mengalami kegelisahan dan bersikap defensif. Salah satu cara utama untuk
mendapatkan rasa aman adalah menjalin hubungan dengan orang lain dan menjadi
bagian dari kelompok. Perasaan saling memiliki ini memungkinkan siswa untuk
menghadapi tantangan. Ketika mereka belajar bersama teman, bukannya sendirian,
mereka mendapatkan dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka
melampaui ambang pengetahuan dan keterampilan mereka yang sekarang.
E. Pengajaran
Berbasis Tugas
Pengajaran berbasis tugas terstruktur (Project-Based Learning) membutuhkan
suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa
didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah
autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya.
Empat
prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalanan mereka menjadi
pembelajaran mandiri yang efektif yaitu :
1.
Membuat
tugas yang bermakna, jelas, dan menantang
2.
Menganekaragamkan
tugas-tugas
3.
Menaruh
Perhatian pada Tingkat Kesulitan
4.
Memonitor
Kemajuan Siswa
F. Metode Diskusi
Diskusi merupakan komunikasi timbal balik
antara 2 orang atau lebih untuk mencapai kesamaan persepsi tentang suatu hal.
Dengan diskusi siswa dilatih untuk berusaha mengemukakan pendapat, bekerjasama,
menghargai pendapat orang lain dalam mencapai kesamaan persepsi tentang suatu
materi yang dibahas.
Diskusi kelompok adalah pertemuan yang
direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan antara 3 orang atau lebih
tentang topic tertentu dengan seorang pemimpin (Keraf dalam Darsono 2000 dkk:
19). Apabila masalah masalah yang dibahas dalam kelompok itu merupakan salah
satu dari masalah yang didiskusikan dalam kelas, format diskusi ini disebut
diskusi komite (Syafi’ie dalam Darsono dkk: 20).
G. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman
belajar.
Benyamin Bloom dalam Anni (2004: 6) membagi
hasil belajar menjadi 3 ranah, yaitu : Ranah
kognitif, Ranah afektif, Ranah
psikomotorik
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Ada
peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran biologi menggunakan metode pemberian tugas (Project-Based Learning) dengan penguatan
metode diskusi siswa kelas IX-C KD 1.1
Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia dan hubungannya dengan
kesehatan di SMPN
1 Kare tahun
pelajaran 2011/2012.”
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat
Penelitian : SMP
Negeri 1 Kare Kab.
Madiun.
2. Waktu
Penelitian : bulan Agustus sampai
dengan bulan Oktober tahun
2011.
3. Subyek
Penelitian : Kelas IX-C Tahun
Pelajaran 2011/2012
B.
Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap
judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Metode
pemberian tugas (Project-Based Learning)
dengan
penguatan metode diskusi adalah : Pendekatan pengajaran yang
memperkenalkan siswa untuk mempelajari konteks bermakna. Siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan pemecahan masalah yang penting dalam konteks
kehidupan nyata.
2.
Hasil belajar
adalah : Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
C.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3. Lembar Kegiatan Siswa
4. Tes/ulangan
D.
Langkah-langkah penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
1.
Melakukan refleksi awal untuk memunculkan
masalah-masalah yang akan dicari solusinya. Kegiatan ini meliputi :
a.
Identifikasi
masalah dan analisis masalah, dimana peneliti mengidentifikasi masalah yang
dialami siswa kelas IX SMPN I
Kare
b.
Perumusan
masalah, dari masalah yang sudah diidentifikasi tadi peneliti menetapkan
rumusan masalah
c.
Perumusan
hipotesis tindakan, dimana diasumsikan bahwa model dan metode yang diambil akan
bisa meningkatkan hasil belajar siswa
2.
Menetapkan
dan merumuskan rancangan pelaksanaan tindakan yang mengacu pada model yang
dikembangkan Kemmis & Taggart (dalam Zuriah, 2003: 99) meliputi 4 tahap meliputi
: a. Perencanaan, b. Pelaksanaan, c.
Observasi, dan d. refleksi
a.
Tahap
perencanaan
Yang
dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :
1)
Menentukan
tujuan pembelajaran
2)
Membuat
rencana pembelajaran mengenai SK dengan menggunakan model Pemberian Tugas dengan
penguatan metode diskusi
3)
Menyiapkan
materi pembelajaran yang akan disajikan
4)
Membuat
soal untuk tes pendahuluan / pretes
5)
Menyusun
daftar kelompok siswa
6)
Membuat
soal untuk postes yang diberikan pada akhir tindakan untuk mengetahui kemajuan
siswa dalam memahami materi
7)
Menyiapkan
lembar observasi yang akan digunakan pada saat pelaksaan pembelajaran
8)
Membuat
pedoman wawancara untuk mengetahui kesulitan/masalah yang dialami siswa
9)
Menyusun
jadwal presentasi dari tiap-tiap kelompok
b.
Tahap
Pelaksanaan
Pelaksanaan
dalam penelitian ini meliputi :
1)
Siswa
dibagi dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 4-5 siswa yang sifatnya
heterogen baik dari jenis kelamin, kemampuan akademik, kemampuan bicara
2)
Guru
memanggil wakil dari kelompok untuk mengambil amplop berisi tugas yang
berisi materi berbeda yang akan didiskusikan siswa dalam kelompoknya
3)
Siswa
melakukan diskusi dalam kelompok
4)
Satu
persatu kelompok melakukan presentasi hasil diskusi kelompok dalam diskusi
kelas dan kelompok lain menanggapi
5)
Guru
membimbing siswa membuat membuat
kesimpulan dari materi yang didiskusikan
6)
Guru
melakukan tes diakhir pelajaran untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
memahami materi dan mengetahui indicator keberhasilan penelitian sudah tercapai
atau belum
c.
Tahap observasi
Dalam
kegiatan observasi ini guru bersama kolaborator mengamati
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi
yang telah disediakan sebelumnya.
d.
Tahap
refleksi
Refleksi
dilakukan dengan cara menganalisis, memahami, menjelaskan, menyimpulkan hasil
tes dan observasi.
E.
Pelaksanaan Siklus
Penelitian
ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi).
Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
F.
Indikator keberhasilan penelitian
Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini ditandai dengan :
1. Tercapainya indicator ketuntasan hasil
belajar siswa yaitu
mencapai KKM 75
2. Tercapainya indicator ketuntasan klasikal yaitu siswa yang mencapai KKM 75
sebanyak 85% dari jumlah siswa
G. Metode Pengumpulan Data
Data
diperoleh dengan beberapa cara yaitu : 1.Kuesioner, 2. Observasi, 3. Tes.
H. Analisis data
Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif dimana meliputi : Ranah kognitif yang didapat dari tes tulis
setelah proses pembelajaran dengan ketuntasan individu 75 sedangkan ketuntasan
klasikal 85% dari jumlah siswa.
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa
didapatkan dengan rumus :
P = n/N x 100%
P = Persentase ketuntasan hasil belajar siswa
n = jumlah siswa yang tuntas belajarnya
N= Jumlah seluruh siswa (Depdiknas dalam Anggraeni, 2005:25)
I.
Jadwal penelitian
Meliputi persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan pada bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data diambil dari tes/ulangan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran kontekstual metode
pengajaran pemberian tugas adalah sebagai berikut :
1. Siklus I
Gambaran umumnya adalah :
1)
Suasana kelas belum kondusif karena siswa belum
terbiasa dengan situasi dan kondisi yang diterapkan oleh guru.
2)
Interaksi antara guru dan siswa masih diliputi
dengan pertanyaan-pertanyaan tentang teknis yang harus mereka
kerjakan/diskusikan baik di tingkat kelompok maupun kelas.
3)
Keaktifan siswa juga belum begitu tampak,
hanya sedikit siswa yang sudah aktif dalam pembelajaran sementara yang lain
masih memperhatikan apa yang dilakukan
temannya tanpa ada inisiatif untuk berlaku aktif.
4)
Kerjasama
dalam kelompok juga belum begitu tampak dalam diskusi kelompok dalam hal ini
pembagian tugas belum terperinci.
5)
Hasil
belajar yang diperoleh dari tes, nilai siswa yang mencapai standart 75 secara
klasikal belum mencapai 85% sehingga belum dikatakan tuntas secara
klasikal. Karena hasil belajar belum
tuntas secara klasikal maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.
2.
Siklus II
Gambaran umumnya adalah :
1)
Pada
umumnya sudah terjadi interaksi yang baik antara siswa dan guru. Tentang
diskusi kelompok yang harus mereka lakukan, siswa tampak mengerti apa yang seharusnya dibagi
dalam kelompok, siapa yang bertugas menjadi juru bicara kelompok, serta
strategi dalam menjawab pertan yaan dari kelompok lain
2)
Siswa lebih aktif berdiskusi, suasana
kelas sudah semakin kondusif karena siswa sudah terbiasa dengan situasi dan
kondisi yang diterapkan oleh guru.
3)
Interaksi antara guru dan siswa sudah semakin
lancar dalam rangka menyatukan persepsi tentang materi yang dibahas
4)
Siswa sudah paham teknis yang harus mereka kerjakan/diskusikan
baik di tingkat kelompok maupun kelas. Keaktifan siswa juga sudah tampak meningkat, dilihat dari usaha siswa yang ingin
cepat menyelesaikan tugasnya dan tunjuk jari untuk mengajukan diri sebagai
presentator.
5)
Kerjasama
dalam kelompok juga sudah tampak meningkat, dalam hal ini pembagian tugas sudah
terperinci.
6)
Hasil
belajar yang diperoleh dari tes, ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan siklus II)
yaitu dari 66,66%, menjadi 85,71% , siswa
yang mencapai standart 75 secara klasikal mencapai 85% sehingga dikatakan tuntas secara klasikal.
7)
Karena ketuntasan klasikal dari hasil belajar siswa sudah
tercapai , maka penelitian bisa dihentikan.
B. Pembahasan
Situasi pada siklus I
adalah sebagai berikut : dari tabel
dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pemberian tugas diperoleh
nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 74,00 dan ketuntasan belajar
mencapai 66,66% atau ada 14 siswa dari
21 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus
pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang
memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 66,66% lebih kecil dari prosentase
ketuntasan klasikal yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pengajaran pemberian
tugas. Dalam diskusi kelompok
siswa masih saling bertanya tentang tugas dan peran masing-masing anggota
kelompok nantinya di diskusi kelas. Kondisi demikian ini mempengaruhi situasi
dan kondisi diskusi kelas sehingga pada saat diskusi kelas hanya sedikit siswa
yang aktif yang ditunjukkan dengan sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan.
Karena ketuntasan klasikal belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan pada
siklus berikutnya.
Sedangkan gambaran pada
siklus II guru mengubah aturan main
yaitu yang semula masing-masing kelompok amplopnya berbeda isi, sekarang isinya
sama, dan setiap keaktifan yang ditunjukkan akan menambah nilai . Ternyata
terjadi perubahan yaitu siswa dalam diskusi kelompok berusaha secepatnya menyelesaikan
salah satu bagian tugas dan secepatnya tunjuk jari untuk menjadi presentator
pada bagian yang dia maksud untuk
menambah nilai mereka. Kenyataan ini menambah hidup diskusi kelas sehinnga satu
persatu bagian tugas terselesaikan. Suasana diskusi kelas juga sangat
hidup.Suasana kelas sudah semakin kondusif karena siswa sudah terbiasa dengan
situasi dan kondisi yang diterapkan oleh guru, kerjasama dalam kelompok juga
sudah tampak meningkat, dalam hal ini pembagian tugas sudah terperinci. Hasil
belajar yang diperoleh dari tes, ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan
siklus II) yaitu dari 66,66%, menjadi 85,71% , siswa yang mencapai standart 75
secara klasikal mencapai 85% sehingga dikatakan tuntas secara klasikal. Dari
kondisi yang didapat pada siklus I dan siklus II ternyata sudah terjadi
perubahan dari tidak/belum tuntas menjadi tuntas sehingga penelitian dapat
dihentikan atau tidak perlu masuk ke siklus berikutnya karena maksud dan tujuan
dari Penilaian Tindakan Kelas sudah tercapai.
Untuk
aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran kontekstual model pengajaran pemberian tugas dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan,
menjelaskan materi yang tidak dimengerti oleh siswa, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran dengan
pembelajaran kontekstual model pengajaran pemberian tugas KD 1.1 Mendeskripsikan sistem ekskresi pada manusia
dan hubungannya dengan kesehatan memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu siklus I (66,66%), siklus
II (85,71%).
B. Saran
1.
Untuk
melaksanakan pembelajaran kontekstual model pengajaran pemberian tugas memerlukan persiapan yang cukup matang
sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2.
Guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan
berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil
atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.
Perlu
adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SMP Negeri 1 Kare Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2011/2012.
DAFTAR PUSTAKA
Aristo Rahadi, 2003.
Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas
Darsono,
M. 2000. Belajar dan Pembelajaran.
Semarang : IKIP Semarang Press.
Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
Jakarta : Depdiknas
Nana Sudjana dkk, 2000. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru
Nana Sudjana dkk, 2003. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sardiman AM, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi
dan Prakteknya. Jakarta : Bumi Aksara
Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2002. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Grasindo
Subanji,
2010, Modul Pengembangan Pembelajaran
Mipa. Malang : The Learning
University.
Suharsimi Arikunto, 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta
: Bumi Aksara
Tim Dosen FIP, 2003. Wawasan
Pendidikan. Surabaya : IKIP Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar