PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYANYIKAN PUISI MELALUI
METODE ”THINK-PAIR-SHARE ”SISWA
KELAS IX C
SMP NEGERI 2 KEBONSARI KABUPATEN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Disusun Oleh :
Endah Sukminingsih, SMPN 2 Kebonsari Kab.Madiun
ABSTRAK
Kata Kunci :Kemampuan
menyanyikan puisi, Think Pair Share
Membaca merupakan
salah satu dari ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh
siswa. Dengan membaca seseorang dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasan.
Membaca merupakan media untuk berkomunikasi
seseorang kepada orang lain.
Salah satu bidang
garapan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP yang memegang peranan
penting ialah pengajaran membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai
sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Hal ini
dikarenakan membaca merupakan suatu komponen berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Dalam kegiatan belajar mengajar membaca dipergunakan oleh anak untuk mencatat, merekam, dan
melaporkan yang merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran.
Berdasarkan hal
tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah penggunaan model cooperative learning dengan pendekatan
struktural ”Think-Pair-Share” dapat
meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas
IX C SMP Negeri 2
Kebonsari
Kabupaten Madiun tahun pelajaran
2014/2015 pada pelajaran Bahasa Indonesia
kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan
berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun?
Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan jenis
penelitian tindakan. Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru lain serta dengan
kepala sekolah. Peneliti terlibat langsung dalam penelitian mulai dari awal
sampai penelitian berakhir. Peneliti berusaha melihat, mengamati, merasakan,
menghayati, merefleksi dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (obseving), dan refleksi (relecting).
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat maka data yang telah terkumpul
dianalisis secara statistik yaitu mengunakan rumus mean atau rata-rata.
Mengacu pada
hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini rata-rata Siklus I = 64.6 (kategori Cukup) dan Siklus II = 71.6 (kategori Baik), maka dapat
disimpulkan ada peningkatan
ketuntasan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah
dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun dengan cooperative
learning type ”Think-Pair-Share”
siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015.
PENDAHULUAN
Membaca merupakan
salah satu dari ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh
siswa. Dengan membaca seseorang dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasan.
Membaca merupakan media untuk berkomunikasi
seseorang kepada orang lain. Salah satu bidang garapan pengajaran
bahasa dan sastra Indonesia di SMP yang memegang peranan penting ialah
pengajaran membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini,
anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Hal ini dikarenakan
membaca merupakan suatu komponen berbahasa yang dipergunakann untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Dalam kegiatan belajar mengajar membaca dipergunakan oleh anak untuk mencatat,
merekam, dan melaporkan yang merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran
Melalui
pembelajaran kooperatif, para siswa secara bersama-sama terlibat dalam
perencanaan, aktivitas, dan pencapaian tujuan belajar. Dengan cara ini,
diharapkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuanya, bersikap kritis ,
mencari kejelasan, dan membuat pengetahuan tersebut bermakna.
Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe ”think-pair-share”
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
dapat dilakukan dengan relatif mudah oleh seorang guru. Dengan kemampuan
manajemen kelas, guru hanya perlu memberikan arahan-arahan aktivitas yang harus
dilakukan siswa serta mengkondisikan siswa agar belajar dengan kelompoknya.
Bimbingan guru tetap diperlukan selama pembelajaran berlangsung. Apalagi bila
ada permasalahan yang tidak dapat dipecahkan siswa dalam kelompoknya. Setiap
kelompok memperoleh tugas presentasi untuk menyajikan beberapa kompetensi dasar
Bahasa Indonesia dalam diskusi kelas. Pada tahap akhir, guru dapat memberikan
penekanan kembali tentang meteri-materi yang penting dikuasai, serta bersama
siswa mengevaluasi sumbangan anggota dan prestasi kelompoknya.
Untuk itu
diperlukan suatu upaya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran,
salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi
pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa, misalnya dengan
pembelajaraan kooperatif dengan pendekatan struktural ” Think-Pair-Share” yang akan membimbing siswa untuk bersama-sama
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang
sesuai dengan taraf intelektualnya sehingga akan lebih menguatkan pemahaman
siswa terhadap apa yang diajarkan. Pemahaman terhadap konsep memerlukan
minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai
motivasi untuk belajar. Untuk itu guru harus memberikan motivasi sehingga
dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam
kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan bagaimana siswa akan
belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau bagaimana siswa akan belajar dari
suatu kegiatan pembelajaran atau bagaimana siswa menyerap informasi yang
disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunaan proses kognitif yang lebih
tinggi dalam mempelajari, sehingga siswa akan menyerap dan mengendapkan materi
dengan baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung
motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping
menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian
materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan
penguasaan materi yang optimal bagi siswa
Berdasar uraian tersebut diatas penulis mencoba
menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan struktural ”Think-Pair-Share”
untuk mengungkapkan apakah dengan model pembelajaran ini ketuntasan belajar
Bahasa Indonesia siswa dapat meningkat. Penulis
memilih model pembelajaran ini mengkondisikan siswa agar terbiasa berfikir,
mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran dan berbagi kepada
seluruh kelas tentang apa yang telah mereka pelajari. Dalam model cooperative
learning ini siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah sedang guru berperan sebagai pembimbing atau
memberikan petunjuk bagaimana cara memecahkan masalah itu.
Berdasarkan uraian diatas peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menyanyikan Puisi Melalui Metode
”Think-Pair-Share” Siswa Kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2014/2015”
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di
atas, maka masalah pada penelitian ini kami rumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah model cooperative learning dengan pendekatan ”Think-Pair-Share” dapat meningkatkan
motivasi belajar Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyanyikan puisi yang
sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang
dibangun siswa kelas IX C SMP Negeri 2
Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015?
2.
Apakah
penggunaan model cooperative learning
dengan pendekatan struktural ”Think-Pair-Share”
dapat meningkatkan ketuntasan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia
kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman
pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun siswa kelas IX C SMP Negeri 2
Kebonsari Kabupaten Madiun tahun
pelajaran 2014/2015?
KAJIAN TEORI
1.
Pendekatan Struktural Think-Pair-Share
Strategi ini tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu
tunggu. Pendekatan khusus yang diuraikan di sini mula-mula
dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari unversitas Meryland pada tahun 1985. Ini merupakan cara yang efektif untuk
mengubah pola diskursus di dalam kelas. Strategi ini menantang asumsi bahwa
seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam seting seluruh kelompok. Think-Pair-Shere
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu
lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
Andaikan guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah
membaca suatu tugas. Sekarang guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih
mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Ia memilih untuk
menggunakan strategi Think-Pair-Share sebagai gantinya tanya jawab
seluruh kelas. Ia menerapkan langkah-langkah seperti berikut ini
Tahap 1: Thinking (berfikir). Guru mengajukan
pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta
untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk berapa saat.
Tahap 2: Pairing. Guru meminta siswa
berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah
dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat
berbagi jawaban jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru
memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3: Sharing,
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh
kelas tentang apa yang telah dibicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara
bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat
pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.
Secara rinci langkah-langkah pendekatan Struktural Think-Pair-and Share
adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah :
a. Guru menyampaikan inti materi
dan kompetensi yang ingin dicapai
b. Siswa diminta untuk berfikir
tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
c. Siswa diminta berpasangan
dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran
masing-masing
d.
Guru
memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
e. Berawal dari kegiatan tersebut
mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkapkan para siswa
f.
Guru
memberi kesimpulan
g.
Penutup
2.
Motivasi dan Ketuntasan Belajar
Motivasi belajar merupakan hal yang amat penting
bagi kelangsungan belajar dan peningkatan belajar, yang berupa dorongan moral
yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia.
Stipek dan Hunter dalam Susanto ( 1999 : 29 )
menjelaskan target 10 cara yang dapat digunakan untuk meningkatakn motivasi
belajar siswa yaitu :
a.
Menjadikan tugas menantang.
b.
Mengurangi
penekanan belajar ada tes penilaian .
c.
Memberi bantuan
tetapi tidak over aktif.
d.
Mengubah
motivasi ekstrinsik menjadi intrisik.
e.
Memberi hadiah.
f.
Menaruh harapan
tinggi pada semua siswa.
g.
Memberitahukan hasil belajar.
h.
Mempromosikan
keberhasilan untuk semua anggota kelasnya.
i.
Meningkatkan
persepsi siswa sebagai kontrol .
j.
Mengubah
struktur tujuan penghargaan kelas.
Mutu Pembelajaran mengandung arti
suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep
pembelajaran dengan pendekatan konsep guru berperan sebagai fasilitator dan
siswa sebagai subjek belajar.
Sebagai fasilitator guru berperan
memberi kemudahan siswa untuk memperoleh kemampuan tertentu sesuai dengan
rumusan tujuan yang telah direncanakan. Siswa secara aktif untuk membangun
pengetahuannya dengan sedikit mungkin bantuan guru. Indikator keberhasilan
pembelajaran yang efektif dan bermakna adalah bila proses pembelajaran dapat
memberikan keberhasilan dan kepuasan baik bagi siswa maupun guru.
Dalam peraturan pemerintah No 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan menengah, Pasal 20 ayat (1) menyebutkan: “ Penilaian kegiatan dan
memajukan belajar siswa dilakukan untuk mengetahui hasil belajar dan membantu
perkembangan siswa”. Dari pasal di atas nampak dengan jelas bahwa hasil
penilaian harus dapat digunakan untuk membina dan memberikan dorongan semua
siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Karena itu hasil belajar harus
dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai
penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sebaliknya merupakan peringatan
bagi siswa yang kurang atau tidak berhasil.
Selain itu hasil yang dicantumkan
dalam raport dapat dijadikan bahan pertanggung jawaban kepada orang tua siswa
yang telah memberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan.
Dalam setiap proses pembelajaran
diketemukan berbagai masalah yang bermuara pada rendahnya prestasi siswa.
Tindakan perbaikan mutlak adanya dan mungkin telah dilakukan oleh guru dengan
jalan bertanya kepada sejawat atau sesama guru dan mengkaji pedoman yang sudah
ada seperti kurikulum, GBPP dan lain-lain.
Menurut Natawijaya (1999:82), Penelitian
tindakan kelas (PTK) atau class room action research adalah sebagai
bentuk kajian bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
serta memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
Fungsi dan peranan Penelitian Tindakan kelas (PTK) dalam
ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:
a.
Meningkatkan
kerja sama antar guru, terutama guru antar mata pelajaran.
b.
Saling bertukar
pikiran dan berdiskusi mengenai masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi
bersama.
c.
Menjadi sarana
komunikasi dan kolaborasi antara guru sebidang studi.
Penilaian proses dan hasil belajar bertujuan untuk
menentukan tingkat ketercapaian tujuan pendidikan dan atau tujuan pembelajaran
yang telah diterapkan dalam kurikulum Garis-Garis Besar Program Pengajaran atau
dalam perangkat perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya (Buku Petunjuk
Pelaksanaan Penilaian Kurikulum, 1994).
Dari tujuan
penilaian yang telah dikemukakan di atas maka dapat kita kemukakan beberapa
fungsi penilaian:
a.
Sebagai pedoman
untuk mengetahui apakah anak didik terdapat kemajuan atau sebaliknya.
b.
Sebagai alat
untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap meteri pelajaran yang telah
diberikan guru.
c.
Sebagai alat
untuk memberi motivasi belajar anak didik, siswa yang mendapat angka kurang
supaya lebih giat belajar, sedangkan siswa yang mendapat angka baik supaya
berusaha mempertahankan.
d.
Sebagai bahan
laporan pada orang tua siswa yang telah mempercayakan pendidikan anaknya kepala sekolah yang berbentuk laporan pendidikan.
e.
Sebagai alat
seleksi, misalnya siapa yang dapat naik kelas dan tidak dapat naik kelas,
pengajuan beasiswa, pengajuan siswa teladan dan sebagainya.
Dari uraian tersebut penilaian fungsinya sangat tinggi baik bagi anak
didik, guru, maupun orang tua, karena melalui penilaian akan mudah diketahui
perkembangan siswa maupun pencapaian sasaran pendidikan.
METODE PENELITIAN
Penelitian
dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015
semester I, dengan mengambil objek penelitian siswa kelas IX C dengan jumlah
siswa sebanyak 22 siswa. Penelitian tindakan kelas ini mengambil mata pelajaran
Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi
dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun.
Tindakan yang
dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah
dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun
dengan pembelajaran kooperatif tipe ”think-pair-share”
siswa kelas IX C SMP 2 Kebonsari
Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015
dengan langkah sebagai berikut:
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan
prestasi belajar Bahasa Indonesia
kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan
berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun dan meningkatkan
kerjasama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas. Proses
pelaksanaan tindakan kelas melalui empat tahap (dalam 2 siklus) mulai dari (1)
perencanaan (planning), (2) tindakan
(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Depdikbud, 2005 : 4).
1. Perencanaan
(Planning)
Pada tahap ini penelitian dan guru secara kolaboratif megadakan kegiatan
sebagai berikut:
a. Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia sebelumnya,
b. Mengidentifikasi faktor-faktor
hambatan dan kemudahan yang ditemui guru dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia sebelumnya,
c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilakasanakan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai
upaya untuk mempraktikkan metode penelitian sosial, dan meningkatkan kerjasama
siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
di kelas.
d. Menyusun rancangan pelaksanaan
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
teknik ”think-pair-share” meliputi
(1) pemilihan tema dengan benar-benar
relevan dengan kehidupan sekitar siswa,
menarik perhatian siswa, dan memberi wawasan dan pengetahuan baru yang
menantang kreatifitas berfikir, (2) pemilihan prosedur yang benar-benar
efektif, efisien, dan kreatif; (3) mengatur tata letak dan tempat duduk yang
dapat menimbulkan suasana aman, nyaman dan relaks, sehingga suasana
pembelajaran menjadi menyenangkan; dan (4) panduan teknik ”think-pair-share”.
2.
Pelaksanaan (Acting)
Dalam tahap pelaksanaan, peran peneliti adalah (1)
merancang intervensi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
metode atau teknik ”think-pair-share”
dengan cara mengkomunikasikan dan bernegosiasi dengan praktisi (guru) sehingga
diperoleh kesempatan tentang rancangan tindakan yang direncanakan; (2) bekerja
dengan praktisi dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan; (3) peneliti
berperan sebagai pendamping praktisi (guru) untuk memberikan pengarahan,
motivasi dan stimulus agar praktisi (guru) untuk melaksanakan perannya
berdasarkan rencana;
3. Pengamatan
(Observing)
Pemantauan secara menyeluruh (komperhensif) terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan
instrumen pengumpul data yang telah dibuat sehingga diperoleh data empirik
pelakasanaan tindakan pembelajaran, kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan
peluang yang berkaitan dengan penggunaan teknik ”think-pair-share” dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Data
tersebut dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.
4. Refleksi
(Reflecting)
Peneliti dan praktisi mendiskusikan hasil pengamatan tindakan yang telah
dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas adalah (1) analisis tentang tindakan yang
dilakukan; (2) mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dengan pelaksanaan tindakan
yang telah dilakukan; (3) melakukan intervensi, pemaknaan dan penyimpulan data
yang telah diproses, serta melihat hubungan dengan teori dan rencana yang telah
ditetapkan.
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
(Planning)
Pada tahap proses rencana tindakan ini, mula-mula guru
mengidentifikasikan konsep-konsep Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyanyikan
puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan
suasana/rima yang dibangun yang sukar dipahami siswa.
Bardasarkan masalah tersebut, sebagai acuan implementasi tindakan yang
dipilih pada konsep tersebut dipelajari dan diidentifikasi, maka guru menyusun
rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran ini memuat:
1)
Pengalaman
belajar dengan konsep kajian pustaka
2) Sistem pembelajaran dengan cara siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
3)
Dalam satu
kelompok tersebut diberi permasalahan yang terkait dengan pokok bahasan yang
mengarah pada kemampuan dasar tertentu dalam hal ini kompetensi dasar
menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi
dan suasana/rima yang dibangun.
4)
Kemudian
masing-masing kelompok mengidentifikasikan permasalahan dengan sesama temanya
untuk membahas materi yang telah dipegang sesuai dengan topik yang dihadapi.
5)
Semua kelompok
diminta untuk menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dalam kelompok
diskusi pleno kelas.
6)
Guru memberikan
penekanan dan kesimpulan pada akhir diskusi terkait dengan kompetensi dasar
menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi
dan suasana/rima yang dibangun.
7)
Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran
2014/2015 semester I.
b. Pelaksanaan
(Acting)
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan pada saat
kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di sekolah.
Hasil Pelaksanaan pada siklus I sebagai berikut:
Tabel 1 : Hasil Penilaian Siklus I
No
|
Nama
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Ket.
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
1.
|
Adi Sulaeman
|
70
|
75
|
75
|
73.3
|
Tuntas
|
2.
|
Aditya Pratama Ega . S
|
65
|
75
|
65
|
68.3
|
Remidi
|
3.
|
Anggit Cakra Pradana
|
45
|
60
|
50
|
51.7
|
Remidi
|
4.
|
Arie Widosena
|
50
|
75
|
65
|
63.3
|
Remidi
|
5.
|
Ahmad Syaifudin
|
70
|
65
|
65
|
66.7
|
Remidi
|
6.
|
Bagus Cokro Hary W
|
75
|
60
|
70
|
68.3
|
Remidi
|
7.
|
Desy Kumalasari
|
75
|
75
|
70
|
73.3
|
Tuntas
|
8.
|
Devi Ratna Andriani
|
65
|
70
|
65
|
66.7
|
Remidi
|
9.
|
Haris Sukmawati
|
60
|
65
|
50
|
58.3
|
Remidi
|
10.
|
Ibnu Prasetya
|
50
|
65
|
60
|
58.3
|
Remidi
|
11.
|
Khoirul Anwar
|
65
|
60
|
60
|
61.7
|
Remidi
|
12.
|
Khoirun Nafiah
|
60
|
60
|
60
|
60.0
|
Remidi
|
13.
|
Latif Irfan Faris
|
75
|
75
|
65
|
71.7
|
Tuntas
|
14.
|
Mutiara Bunga Jelita Putri
|
70
|
50
|
70
|
63.3
|
Remidi
|
15.
|
Nunung Dwiyanti
|
75
|
70
|
60
|
68.3
|
Remidi
|
16.
|
Pipit Kumalasari
|
65
|
70
|
65
|
66.7
|
Remidi
|
17.
|
Ramadani Fraansisca Putri
|
50
|
65
|
50
|
55.0
|
Remidi
|
18.
|
Saka Adhi Pratama
|
70
|
65
|
60
|
65.0
|
Remidi
|
19.
|
Sasa Putri Pambayun
|
60
|
60
|
65
|
61.7
|
Remidi
|
20.
|
Wahyudi
|
70
|
65
|
70
|
68.3
|
Remidi
|
21.
|
Widia Puspitasari
|
70
|
60
|
60
|
63.3
|
Remidi
|
22.
|
Yusuf Sayfudin
|
65
|
75
|
65
|
68.3
|
Remidi
|
|
JUMLAH
|
1420.0
|
1460.0
|
1385.0
|
1421.7
|
|
|
RATA-RATA
|
64.5
|
66.4
|
63.0
|
64.6
|
|
Aspek penilaian :
1. Mampu
menentukan suasana puisi
2. Mampu
menghubungkan suasana puisi dengan dengan irama musikalisasi puisi
3. Mampu
menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi
Rentang Nilai :
1.
A = 85 – 100 : Baik Sekali
2.
B = 70 – 84 : Baik
3.
C = 55 – 69 : Cukup
4.
D = 40 – 54 : Kurang
Adapun hasil penilaian sebagai
berikut:
1. Mampu
menentukan suasana puisi rata-rata = 64.5 (cukup)
2. Mampu
menghubungkan suasana puisi dengan dengan irama musikalisasi puisi rata-rata = 66.4 (cukup)
3. Mampu
menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi = 63.0 (cukup)
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui :
1421.7
Rata-rata =
--------- = 64.6
22
Sedangkan prosentase ketuntasan belajar
3
Ketuntasan
------- x 100% = 13.6%
22
2.
Siklus Kedua
a. Perencanaan
Pada tahap proses rencana tindakan ini, mula-mula guru
mengidentifikasikan konsep-konsep Bahasa Indonesia pada kompetensi dasar menyanyikan puisi yang
sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang
dibangun yang sukar dipahami siswa.
Bardasarkan
masalah tersebut, sebagai acuan implementasi tindakan yang dipilih pada konsep
tersebut dipelajari dan didentifikasi, maka guru menyusun rencana pembelajaran.
Rencana pembelajaran ini memuat:
1)
Pengalaman
belajar dengan konsep kajian pustaka
2) Sistem pembelajaran dengan cara siswa diminta secara acak berpasangan dengan temannya (kelompok 2 orang)
dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
3)
Dalam satu
kelompok tersebut diberi permasalahan yang terkait dengan pokok bahasan yang
mengarah pada kemampuan dasar tertentu dalam hal ini pada kompetensi dasar
menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi
dan suasana/rima yang dibangun.
4)
Kemudian
masing-masing kelompok mengidentifikasikan permasalahan dengan sesama temanya
untuk membahas materi yang telah dipegang sesuai dengan topik yang dihadapi.
5)
Semua kelompok
diminta untuk menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dalam kelompok
diskusi pleno kelas.
6)
Guru memberikan
penekanan dan kesimpulan pada akhir diskusi
7)
Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun ajaran
2014/2015 semester I.
b. Pelaksanaan
Tindakan utama pada siklus II adalah pemberian modul/diktat pada
kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman
pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun untuk meningkatkan kemampuan
awal siswa dan merevisi kesalahan-kesalahan konsep pada siklus I, yang mungkin
menyebabkan hambatan-hambatan bagi pengembangan pemahaman siswa atas
konsep-konsep yang akan dipelajari.
Pelaksanaan PTK ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Hasil penilaian pada siklus II sebagai berikut:
Tabel 2 : Hasil Penilaian Siklus II
No
|
Nama
|
Aspek
|
Nilai Rata-rata
|
Ket.
|
||
1
|
2
|
3
|
||||
1.
|
Adi Sulaeman
|
75
|
75
|
75
|
75.0
|
Tuntas
|
2.
|
Aditya Pratama Ega . S
|
70
|
80
|
70
|
73.3
|
Tuntas
|
3.
|
Anggit Cakra Pradana
|
55
|
70
|
65
|
63.3
|
Remidi
|
4.
|
Arie Widosena
|
75
|
85
|
70
|
76.7
|
Tuntas
|
5.
|
Ahmad Syaifudin
|
75
|
70
|
70
|
71.7
|
Tuntas
|
6.
|
Bagus Cokro Hary W
|
80
|
65
|
75
|
73.3
|
Tuntas
|
7.
|
Desy Kumalasari
|
75
|
75
|
70
|
73.3
|
Tuntas
|
8.
|
Devi Ratna Andriani
|
75
|
80
|
70
|
75.0
|
Tuntas
|
9.
|
Haris Sukmawati
|
60
|
65
|
55
|
60.0
|
Remidi
|
10.
|
Ibnu Prasetya
|
70
|
75
|
70
|
71.7
|
Tuntas
|
11.
|
Khoirul Anwar
|
65
|
65
|
60
|
63.3
|
Remidi
|
12.
|
Khoirun Nafiah
|
75
|
70
|
75
|
73.3
|
Tuntas
|
13.
|
Latif Irfan Faris
|
75
|
75
|
65
|
71.7
|
Tuntas
|
14.
|
Mutiara Bunga Jelita Putri
|
80
|
65
|
70
|
71.7
|
Tuntas
|
15.
|
Nunung Dwiyanti
|
80
|
80
|
75
|
78.3
|
Tuntas
|
16.
|
Pipit Kumalasari
|
75
|
75
|
70
|
73.3
|
Tuntas
|
17.
|
Ramadani Fraansisca Putri
|
65
|
70
|
65
|
66.7
|
Remidi
|
18.
|
Saka Adhi Pratama
|
75
|
75
|
60
|
70.0
|
Tuntas
|
19.
|
Sasa Putri Pambayun
|
70
|
70
|
65
|
68.3
|
Remidi
|
20.
|
Wahyudi
|
80
|
75
|
70
|
75.0
|
Tuntas
|
21.
|
Widia Puspitasari
|
75
|
75
|
70
|
73.3
|
Tuntas
|
22.
|
Yusuf Sayfudin
|
75
|
80
|
75
|
76.7
|
Tuntas
|
|
JUMLAH
|
1600.0
|
1615.0
|
1510.0
|
1575.0
|
|
|
RATA-RATA
|
72.7
|
73.4
|
68.6
|
71.6
|
|
Aspek penilaian :
1. Mampu
menentukan suasana puisi
2. Mampu
menghubungkan suasana puisi dengan dengan irama musikalisasi puisi
3. Mampu
menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi
Rentang Nilai :
1.
A = 85 –
100 : Baik Sekali
2.
B = 70 – 84 : Baik
3.
C = 55 – 69 : Cukup
4.
D = 40 – 54
: Kurang
Adapun hasil penilaian sebagai
berikut:
1. Mampu
menentukan suasana puisi rata-rata = 72.7 (baik)
2. Mampu
menghubungkan suasana puisi dengan dengan irama musikalisasi puisi rata-rata = 73.4 (baik)
3. Mampu
menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi = 68.6 (cukup)
Dari tabel 2 di atas diketahui :
1575.0
Rata-rata = --------- = 71.6
22
Sedangkan prosentase ketuntasan belajar
17
Ketuntasan ------- x 100% = 77.3%
22
Pembahasan
Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan siswa guru menunjukkan bahwa
dengan menggunakan ”think-pair-share”
dapat membantu siswa dalam meningkatkan memahami pelajaran Bahasa
Indonesia pada kompetensi dasar
menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi
dan suasana/rima yang dibangun.
Data perbandingan nilai rata-rata setiap siklus
Tabel 3
|
||
Perbandingan
Rata-rata Setiap Siklus
|
||
Kelas
|
Siklus I
|
Siklus II
|
IX C
|
64.6
|
71.6
|
Tabel 4
|
||
Perbandingan Ketuntasan
Belajar
|
||
Kelas
|
Siklus I
|
Siklus II
|
IX C
|
13.6%
|
77.3%
|
Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan siswa dan guru cenderung lebih baik
setiap siklus, maka dapat disimpulkan bahwa ; Ada peningkatan ketuntasan
belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia
kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan
berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun dengan cooperative learning type ”Think-Pair-Share”
siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran
2014/2015.
Kesimpulan
Dari hasil
pengamatan dan analisis hasil kegiatan siswa serta guru, selama PTK diperoleh
hal-hal sebagai berikut :
1. Terjadi
perubahan tingkah laku pada sebagain besar siswa kearah yang lebih baik,
diantaranya adalah minat belajar, keingintahuan, motivasi, keberanian melakukan
tindakan (psikomotorik), keberanian
menyampaikan pendapat (afektif) baik
secara individu maupun kelompok.
2. Terjadi
perubahan yang signifikan pada rata-rata hasil belajar (prestasi) dari Siklus I
= 64.6
(kategori Cukup) dan Siklus II = 71.6 (kategori Baik).
3. Terjadi
perubahan kinerja guru menjadi lebih baik; di antaranya adalah kreatifitas
menyusun bahan ajar, peranan guru, dan inovatif dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar.
Berdasarkan hal-hal
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning dengan pendekatan
struktural “think-pair-share” dapat meningkatkan minat belajar, dan prestasi
belajar siswa baik sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi
dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi
puisi dan suasana/rima yang dibangun siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten
Madiun tahun pelajaran 2014/2015.
Saran-saran
Dari hasil
pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) maka peneliti menyampaikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi
Guru :
a. Guru
diharapkan lebih mampu melakukan pengelolaan pembelajaran yang berkualitas,
baik dari perencanaan, pelaksanaan maupun tindak lanjut. Dan tidak segan-segan
untuk selalu merefleksi diri untuk perbaikan pembelajaran yang akan
dilaksanakan berikutnya.
b. Untuk
setiap topik pembelajaran membutuhkan penyiapan bahan ajar yang spesifik,
karena itu perlu persiapan yang baik dalam menyiapkan modul, latihan kerja
siswa, karena modul dan LKS yang dipakai
sangat menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
c. Guru
diharapkan dapat mengembangkan media pembelajaran, modul dan LKS yang inovatif
untuk topik-topik yang lain.
2. Bagi
Siswa :
Siswa diharapkan
dapat selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Karena
sebagai salah satu objek dalam kegiatan belajar mengajar agar dalam proses
pengkonstruksian pengetahuan dalam dirinya dapat lebih permanen dan bermakna,
dan diharapkan siswa mencari strategi belajar sendiri yang sesuai dengan
kondisi pribadinya masing-masing.
3. Bagi
Sekolah :
Sekolah diharapkan dapat mendukung
dalam kegiatan penelitian tindakan kelas dan pengadaan modul, media
pembelajaran dan lembar kegiatan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Menengah Umum. 1999. Bahan
Pelatihan Penelitian Tindakan (Action Research); Jakarta. Depdikbud
Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan
Menengah Umum, 2000. Panduan Kurikulum
Metode Alternatif Belajar/Mengajar Jakarta.Depdikbud
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Satker Pembinaan Pendidikan Menengah Umum (2005/2006) Buku Materi Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK); Jawa Timur;.
Departemen Pendidikan Nasional
Kurikulum. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus dan Penilaian.
Departemen Pendidikan Nasional
Kurikulum. 2004. Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Melvin L.
Silberman, 1996. Active Learning : 101
Strategies to Teach Any Subject. Boston:Allyn Bacon.
Nurhadi dkk, (II Rev. 2004)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and learning/CTL) dan
Penerapannya dalam KBK; Malang ; Penerbit Universitas Negeri Malang.
Rachiati
Wiriatmadja, 2005. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Suharsimi
Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca
Strategi Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Wawang Hutawarman, 2004. Model-Model Pembelajaran Kooperatif.
Workshop
PTK, 2005, Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif,
Dinas P dan K.
(http://eni-wihayati.blogspot.com/2011/11/menyanyikan-puisi-yang-sudah.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar