Selasa, 01 Desember 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYANYIKAN PUISI MELALUI METODE ”THINK-PAIR-SHARE ”SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 2 KEBONSARI KABUPATEN MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYANYIKAN PUISI MELALUI
METODE ”THINK-PAIR-SHARE ”SISWA KELAS IX C
SMP NEGERI 2 KEBONSARI KABUPATEN MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Disusun Oleh :

Endah Sukminingsih, SMPN 2 Kebonsari Kab.Madiun





ABSTRAK

Kata Kunci :Kemampuan menyanyikan puisi, Think Pair Share

Membaca merupakan salah satu dari ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Dengan membaca seseorang dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasan. Membaca merupakan media untuk berkomunikasi  seseorang kepada orang lain.
Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP yang memegang peranan penting ialah pengajaran membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Hal ini dikarenakan membaca merupakan suatu komponen berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan belajar mengajar membaca dipergunakan oleh anak untuk mencatat, merekam, dan melaporkan yang merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah penggunaan model cooperative learning dengan pendekatan struktural ”Think-Pair-Share” dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas    IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015 pada pelajaran Bahasa Indonesia  kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian tindakan. Dalam penelitian ini peneliti  berkolaborasi dengan guru lain serta dengan kepala sekolah. Peneliti terlibat langsung dalam penelitian mulai dari awal sampai penelitian berakhir. Peneliti berusaha melihat, mengamati, merasakan, menghayati, merefleksi dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (obseving), dan refleksi (relecting). Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat maka data yang telah terkumpul dianalisis secara statistik yaitu mengunakan rumus mean atau rata-rata.
Mengacu pada hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini rata-rata Siklus I = 64.6 (kategori Cukup) dan Siklus II = 71.6 (kategori Baik), maka dapat disimpulkan ada peningkatan ketuntasan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia  kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun dengan cooperative learning type ”Think-Pair-Share” siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015.




PENDAHULUAN
Membaca merupakan salah satu dari ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Dengan membaca seseorang dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasan. Membaca merupakan media untuk berkomunikasi  seseorang kepada orang lain. Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP yang memegang peranan penting ialah pengajaran membaca. Tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak akan mengalami kesulitan belajar di kemudian hari. Hal ini dikarenakan membaca merupakan suatu komponen berbahasa yang dipergunakann untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan belajar mengajar membaca dipergunakan oleh anak untuk mencatat, merekam, dan melaporkan yang merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran
Melalui pembelajaran kooperatif, para siswa secara bersama-sama terlibat dalam perencanaan, aktivitas, dan pencapaian tujuan belajar. Dengan cara ini, diharapkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuanya, bersikap kritis , mencari kejelasan, dan membuat pengetahuan tersebut bermakna.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ”think-pair-share” dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia  dapat dilakukan dengan relatif mudah oleh seorang guru. Dengan kemampuan manajemen kelas, guru hanya perlu memberikan arahan-arahan aktivitas yang harus dilakukan siswa serta mengkondisikan siswa agar belajar dengan kelompoknya. Bimbingan guru tetap diperlukan selama pembelajaran berlangsung. Apalagi bila ada permasalahan yang tidak dapat dipecahkan siswa dalam kelompoknya. Setiap kelompok memperoleh tugas presentasi untuk menyajikan beberapa kompetensi dasar Bahasa Indonesia dalam diskusi kelas. Pada tahap akhir, guru dapat memberikan penekanan kembali tentang meteri-materi yang penting dikuasai, serta bersama siswa mengevaluasi sumbangan anggota dan prestasi kelompoknya.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran, salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa, misalnya dengan pembelajaraan kooperatif dengan pendekatan struktural ” Think-Pair-Share” yang akan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya sehingga akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap apa yang diajarkan. Pemahaman terhadap konsep memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu guru harus memberikan motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan bagaimana siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau bagaimana siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau bagaimana siswa menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunaan  proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari, sehingga siswa akan menyerap dan mengendapkan materi dengan baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001 : 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa
Berdasar uraian tersebut diatas penulis mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural ”Think-Pair-Share” untuk mengungkapkan apakah dengan model pembelajaran ini ketuntasan belajar Bahasa Indonesia siswa dapat meningkat. Penulis memilih model pembelajaran ini mengkondisikan siswa agar terbiasa berfikir, mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran dan berbagi kepada seluruh kelas tentang apa yang telah mereka pelajari. Dalam model cooperative learning ini siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah  sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk bagaimana cara memecahkan masalah itu.
Berdasarkan uraian diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menyanyikan Puisi Melalui Metode ”Think-Pair-Share” Siswa Kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2014/2015

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, maka masalah pada penelitian ini kami rumuskan sebagai berikut :
1.    Apakah model cooperative learning dengan pendekatan ”Think-Pair-Share” dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Indonesia  kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun siswa kelas  IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015? 
2.    Apakah penggunaan model cooperative learning dengan pendekatan struktural ”Think-Pair-Share” dapat meningkatkan ketuntasan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun  tahun pelajaran 2014/2015?

KAJIAN TEORI

1.    Pendekatan Struktural Think-Pair-Share
Strategi ini tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus yang diuraikan di sini mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari unversitas Meryland pada tahun 1985. Ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskursus di dalam kelas. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan di dalam seting seluruh kelompok. Think-Pair-Shere memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Andaikan guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas. Sekarang guru menginginkan siswa memikirkan secara lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Ia memilih untuk menggunakan strategi Think-Pair-Share sebagai gantinya tanya jawab seluruh kelas. Ia menerapkan langkah-langkah seperti berikut ini
Tahap 1: Thinking (berfikir). Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk berapa saat.
Tahap 2: Pairing. Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3: Sharing, Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah dibicarakan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.
Secara rinci langkah-langkah pendekatan Struktural Think-Pair-and Share adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah :
a.     Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
b.    Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
c.     Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
d.    Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
e.     Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
f.     Guru memberi kesimpulan
g.    Penutup

2.    Motivasi dan Ketuntasan Belajar
Motivasi belajar merupakan hal yang amat penting bagi kelangsungan belajar dan peningkatan belajar, yang berupa dorongan moral yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia.
Stipek dan Hunter dalam Susanto ( 1999 : 29 ) menjelaskan target 10 cara yang dapat digunakan untuk meningkatakn motivasi belajar siswa yaitu :
a.         Menjadikan tugas menantang.
b.         Mengurangi penekanan belajar ada tes penilaian .
c.         Memberi bantuan tetapi tidak over aktif.
d.         Mengubah motivasi ekstrinsik menjadi intrisik.
e.         Memberi hadiah.
f.          Menaruh harapan tinggi pada semua siswa.
g.         Memberitahukan hasil  belajar.
h.         Mempromosikan keberhasilan untuk semua anggota kelasnya.
i.          Meningkatkan persepsi siswa sebagai kontrol .
j.          Mengubah struktur tujuan penghargaan kelas.
Mutu Pembelajaran mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan konsep guru berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai subjek belajar.
Sebagai fasilitator guru berperan memberi kemudahan siswa untuk memperoleh kemampuan tertentu sesuai dengan rumusan tujuan yang telah direncanakan. Siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya dengan sedikit mungkin bantuan guru. Indikator keberhasilan pembelajaran yang efektif dan bermakna adalah bila proses pembelajaran dapat memberikan keberhasilan dan kepuasan baik bagi siswa maupun guru.
Dalam  peraturan pemerintah No 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan menengah, Pasal 20 ayat (1) menyebutkan: “ Penilaian kegiatan dan memajukan belajar siswa dilakukan untuk mengetahui hasil belajar dan membantu perkembangan siswa”. Dari pasal di atas nampak dengan jelas bahwa hasil penilaian harus dapat digunakan untuk membina dan memberikan dorongan semua siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Karena itu hasil belajar harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai  penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sebaliknya merupakan peringatan bagi siswa yang kurang atau tidak berhasil.
Selain itu hasil yang dicantumkan dalam raport dapat dijadikan bahan pertanggung jawaban kepada orang tua siswa yang telah memberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan.
Dalam setiap proses pembelajaran diketemukan berbagai masalah yang bermuara pada rendahnya prestasi siswa. Tindakan perbaikan mutlak adanya dan mungkin telah dilakukan oleh guru dengan jalan bertanya kepada sejawat atau sesama guru dan mengkaji pedoman yang sudah ada seperti kurikulum, GBPP dan lain-lain.
Menurut Natawijaya (1999:82), Penelitian tindakan kelas (PTK) atau class room action research adalah sebagai bentuk kajian bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
Fungsi dan peranan Penelitian Tindakan kelas (PTK) dalam ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:
a.     Meningkatkan kerja sama antar guru, terutama guru antar mata pelajaran.
b.    Saling bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi bersama.
c.     Menjadi sarana komunikasi dan kolaborasi antara guru sebidang studi.
Penilaian proses dan hasil belajar bertujuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan pendidikan dan atau tujuan pembelajaran yang telah diterapkan dalam kurikulum Garis-Garis Besar Program Pengajaran atau dalam perangkat perencanaan kegiatan pembelajaran lainnya (Buku Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kurikulum, 1994).
 Dari tujuan penilaian yang telah dikemukakan di atas maka dapat kita kemukakan beberapa fungsi penilaian:
a.     Sebagai pedoman untuk mengetahui apakah anak didik terdapat kemajuan atau sebaliknya.
b.    Sebagai alat untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap meteri pelajaran yang telah diberikan guru.
c.     Sebagai alat untuk memberi motivasi belajar anak didik, siswa yang mendapat angka kurang supaya lebih giat belajar, sedangkan siswa yang mendapat angka baik supaya berusaha mempertahankan.
d.    Sebagai bahan laporan pada orang tua siswa yang telah mempercayakan pendidikan anaknya  kepala sekolah yang berbentuk laporan pendidikan.
e.     Sebagai alat seleksi, misalnya siapa yang dapat naik kelas dan tidak dapat naik kelas, pengajuan beasiswa, pengajuan siswa teladan dan sebagainya.
Dari uraian tersebut penilaian fungsinya sangat tinggi baik bagi anak didik, guru, maupun orang tua, karena melalui penilaian akan mudah diketahui perkembangan siswa maupun pencapaian sasaran pendidikan.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015 semester I, dengan mengambil objek penelitian siswa kelas IX C dengan jumlah siswa sebanyak 22 siswa. Penelitian tindakan kelas ini mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun.
Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia  kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun dengan pembelajaran kooperatif tipe ”think-pair-share” siswa kelas IX C SMP  2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015 dengan langkah sebagai berikut:
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia  kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun dan meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia  di kelas. Proses pelaksanaan tindakan kelas melalui empat tahap (dalam 2 siklus) mulai dari (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Depdikbud, 2005 : 4).
1.    Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini penelitian dan guru secara kolaboratif megadakan kegiatan sebagai berikut:
a. Mengamati teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia  sebelumnya,
b. Mengidentifikasi faktor-faktor hambatan dan kemudahan yang ditemui guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia  sebelumnya,
c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilakasanakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia  sebagai upaya untuk mempraktikkan metode penelitian sosial, dan meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia  di kelas.
d. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia  dengan teknik ”think-pair-share” meliputi (1) pemilihan tema  dengan benar-benar relevan dengan kehidupan sekitar siswa,  menarik perhatian siswa, dan memberi wawasan dan pengetahuan baru yang menantang kreatifitas berfikir, (2) pemilihan prosedur yang benar-benar efektif, efisien, dan kreatif; (3) mengatur tata letak dan tempat duduk yang dapat menimbulkan suasana aman, nyaman dan relaks, sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan; dan (4) panduan teknik ”think-pair-share”.

2.    Pelaksanaan (Acting)
Dalam tahap pelaksanaan, peran peneliti adalah (1) merancang intervensi yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan metode atau teknik ”think-pair-share” dengan cara mengkomunikasikan dan bernegosiasi dengan praktisi (guru) sehingga diperoleh kesempatan tentang rancangan tindakan yang direncanakan; (2) bekerja dengan praktisi dalam melaksanakan tindakan yang direncanakan; (3) peneliti berperan sebagai pendamping praktisi (guru) untuk memberikan pengarahan, motivasi dan stimulus agar praktisi (guru) untuk melaksanakan perannya berdasarkan rencana;

3. Pengamatan (Observing)
Pemantauan secara menyeluruh (komperhensif) terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen pengumpul data yang telah dibuat sehingga diperoleh data empirik pelakasanaan tindakan pembelajaran, kendala yang dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang berkaitan dengan penggunaan teknik ”think-pair-share” dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk melakukan refleksi.

4.    Refleksi (Reflecting)
Peneliti dan praktisi mendiskusikan hasil pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang dibahas adalah (1) analisis tentang tindakan yang dilakukan; (2) mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan; (3) melakukan intervensi, pemaknaan dan penyimpulan data yang telah diproses, serta melihat hubungan dengan teori dan rencana yang telah ditetapkan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Siklus Pertama

a.     Perencanaan (Planning)
Pada tahap proses rencana tindakan ini, mula-mula guru mengidentifikasikan konsep-konsep Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun yang sukar dipahami siswa.
Bardasarkan masalah tersebut, sebagai acuan implementasi tindakan yang dipilih pada konsep tersebut dipelajari dan diidentifikasi, maka guru menyusun rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran ini memuat:
1)    Pengalaman belajar dengan konsep kajian pustaka
2)    Sistem pembelajaran dengan cara siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
3)    Dalam satu kelompok tersebut diberi permasalahan yang terkait dengan pokok bahasan yang mengarah pada kemampuan dasar tertentu dalam hal ini kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun.
4)    Kemudian masing-masing kelompok mengidentifikasikan permasalahan dengan sesama temanya untuk membahas materi yang telah dipegang sesuai dengan topik yang dihadapi.
5)    Semua kelompok diminta untuk menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dalam kelompok diskusi pleno kelas.
6)    Guru memberikan penekanan dan kesimpulan pada akhir diskusi terkait dengan kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun.
7)    Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015 semester I.

b.    Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di sekolah.
Hasil Pelaksanaan pada siklus  I sebagai berikut:





Tabel 1 : Hasil Penilaian Siklus I

No
Nama
Aspek
Nilai Rata-rata
Ket.
1
2
3
   1.                 
Adi Sulaeman
70
75
75
73.3
Tuntas
   2.                 
Aditya Pratama Ega . S
65
75
65
68.3
Remidi
   3.                 
Anggit Cakra Pradana
45
60
50
51.7
Remidi
   4.                 
Arie Widosena
50
75
65
63.3
Remidi
   5.                 
Ahmad Syaifudin
70
65
65
66.7
Remidi
   6.                 
Bagus Cokro Hary W
75
60
70
68.3
Remidi
   7.                 
Desy Kumalasari
75
75
70
73.3
Tuntas
   8.                 
Devi Ratna Andriani
65
70
65
66.7
Remidi
   9.                 
Haris Sukmawati
60
65
50
58.3
Remidi
  10.               
Ibnu Prasetya
50
65
60
58.3
Remidi
  11.               
Khoirul Anwar
65
60
60
61.7
Remidi
  12.               
Khoirun Nafiah
60
60
60
60.0
Remidi
  13.               
Latif Irfan Faris
75
75
65
71.7
Tuntas
  14.               
Mutiara Bunga Jelita Putri
70
50
70
63.3
Remidi
  15.               
Nunung Dwiyanti
75
70
60
68.3
Remidi
  16.               
Pipit Kumalasari
65
70
65
66.7
Remidi
  17.               
Ramadani Fraansisca Putri
50
65
50
55.0
Remidi
  18.               
Saka Adhi Pratama
70
65
60
65.0
Remidi
  19.               
Sasa Putri Pambayun
60
60
65
61.7
Remidi
  20.               
Wahyudi
70
65
70
68.3
Remidi
  21.               
Widia Puspitasari
70
60
60
63.3
Remidi
  22.               
Yusuf Sayfudin
65
75
65
68.3
Remidi

JUMLAH
1420.0
1460.0
1385.0
1421.7


RATA-RATA
64.5
66.4
63.0
64.6





Aspek penilaian :
1.    Mampu menentukan suasana puisi
2.    Mampu menghubungkan suasana puisi dengan dengan irama musikalisasi puisi
3.    Mampu menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi
Rentang Nilai :
1.    A     = 85 – 100            : Baik Sekali
2.    B     = 70 – 84              : Baik
3.    C     = 55 – 69              : Cukup
4.    D     = 40 – 54              : Kurang

Adapun hasil penilaian sebagai berikut:
1.    Mampu menentukan suasana puisi rata-rata = 64.5 (cukup)
2.    Mampu menghubungkan suasana puisi dengan dengan irama musikalisasi puisi rata-rata = 66.4 (cukup)
3.    Mampu menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi = 63.0 (cukup)
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui :
                      1421.7
Rata-rata =   --------- = 64.6
                         22
Sedangkan prosentase ketuntasan belajar
                        3
Ketuntasan  ------- x 100% = 13.6%
                        22

2.    Siklus Kedua

a.    Perencanaan
Pada tahap proses rencana tindakan ini, mula-mula guru mengidentifikasikan konsep-konsep Bahasa Indonesia  pada kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun yang sukar dipahami siswa.
Bardasarkan masalah tersebut, sebagai acuan implementasi tindakan yang dipilih pada konsep tersebut dipelajari dan didentifikasi, maka guru menyusun rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran ini memuat:
1)     Pengalaman belajar dengan konsep kajian pustaka
2)     Sistem pembelajaran dengan cara siswa diminta secara acak berpasangan dengan temannya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
3)     Dalam satu kelompok tersebut diberi permasalahan yang terkait dengan pokok bahasan yang mengarah pada kemampuan dasar tertentu dalam hal ini pada kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun.
4)     Kemudian masing-masing kelompok mengidentifikasikan permasalahan dengan sesama temanya untuk membahas materi yang telah dipegang sesuai dengan topik yang dihadapi.
5)     Semua kelompok diminta untuk menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dalam kelompok diskusi pleno kelas.
6)     Guru memberikan penekanan dan kesimpulan pada akhir diskusi
7)     Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun ajaran 2014/2015 semester I.

b.    Pelaksanaan
Tindakan utama pada siklus II adalah pemberian modul/diktat pada kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun untuk meningkatkan kemampuan awal siswa dan merevisi kesalahan-kesalahan konsep pada siklus I, yang mungkin menyebabkan hambatan-hambatan bagi pengembangan pemahaman siswa atas konsep-konsep yang akan dipelajari. 
Pelaksanaan PTK ini dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil penilaian pada siklus II sebagai berikut:




Tabel 2 : Hasil Penilaian Siklus II

No
Nama
Aspek
Nilai Rata-rata
Ket.
1
2
3
   1.                 
Adi Sulaeman
75
75
75
75.0
Tuntas
   2.                 
Aditya Pratama Ega . S
70
80
70
73.3
Tuntas
   3.                 
Anggit Cakra Pradana
55
70
65
63.3
Remidi
   4.                 
Arie Widosena
75
85
70
76.7
Tuntas
   5.                 
Ahmad Syaifudin
75
70
70
71.7
Tuntas
   6.                 
Bagus Cokro Hary W
80
65
75
73.3
Tuntas
   7.                 
Desy Kumalasari
75
75
70
73.3
Tuntas
   8.                 
Devi Ratna Andriani
75
80
70
75.0
Tuntas
   9.                 
Haris Sukmawati
60
65
55
60.0
Remidi
  10.               
Ibnu Prasetya
70
75
70
71.7
Tuntas
  11.               
Khoirul Anwar
65
65
60
63.3
Remidi
  12.               
Khoirun Nafiah
75
70
75
73.3
Tuntas
  13.               
Latif Irfan Faris
75
75
65
71.7
Tuntas
  14.               
Mutiara Bunga Jelita Putri
80
65
70
71.7
Tuntas
  15.               
Nunung Dwiyanti
80
80
75
78.3
Tuntas
  16.               
Pipit Kumalasari
75
75
70
73.3
Tuntas
  17.               
Ramadani Fraansisca Putri
65
70
65
66.7
Remidi
  18.               
Saka Adhi Pratama
75
75
60
70.0
Tuntas
  19.               
Sasa Putri Pambayun
70
70
65
68.3
Remidi
  20.               
Wahyudi
80
75
70
75.0
Tuntas
  21.               
Widia Puspitasari
75
75
70
73.3
Tuntas
  22.               
Yusuf Sayfudin
75
80
75
76.7
Tuntas

JUMLAH
1600.0
1615.0
1510.0
1575.0


RATA-RATA
72.7
73.4
68.6
71.6




Aspek penilaian :
1.    Mampu menentukan suasana puisi
2.    Mampu menghubungkan suasana puisi dengan dengan irama musikalisasi puisi
3.    Mampu menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi
Rentang Nilai :
1.    A       = 85 – 100        : Baik Sekali
2.    B       = 70 – 84          : Baik
3.    C       = 55 – 69          : Cukup
4.    D       = 40 – 54          : Kurang
Adapun hasil penilaian sebagai berikut:
1.    Mampu menentukan suasana puisi rata-rata = 72.7 (baik)
2.    Mampu menghubungkan suasana puisi dengan dengan irama musikalisasi puisi rata-rata = 73.4 (baik)
3.    Mampu menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi = 68.6 (cukup)
Dari tabel 2 di atas diketahui :
                      1575.0
Rata-rata =   --------- = 71.6
                         22

Sedangkan prosentase ketuntasan belajar
                        17
Ketuntasan  ------- x 100% = 77.3%
                        22
Pembahasan
Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan siswa guru menunjukkan bahwa dengan menggunakan ”think-pair-share” dapat membantu siswa dalam meningkatkan memahami pelajaran Bahasa Indonesia  pada kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun.
Data perbandingan nilai rata-rata setiap siklus

Tabel 3
Perbandingan Rata-rata Setiap Siklus
Kelas
Siklus I
Siklus II
IX C
64.6
71.6


Tabel 4
Perbandingan Ketuntasan Belajar
Kelas
Siklus I
Siklus II
IX C
13.6%
77.3%


Dari hasil pelaksanaan dan pengamatan siswa dan guru cenderung lebih baik setiap siklus, maka dapat disimpulkan bahwa ; Ada peningkatan ketuntasan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia  kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun dengan cooperative learning type ”Think-Pair-Share” siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015.

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan analisis hasil kegiatan siswa serta guru, selama PTK diperoleh hal-hal sebagai berikut :
1.     Terjadi perubahan tingkah laku pada sebagain besar siswa kearah yang lebih baik, diantaranya adalah minat belajar, keingintahuan, motivasi, keberanian melakukan tindakan (psikomotorik), keberanian menyampaikan pendapat (afektif) baik secara individu maupun kelompok.
2.     Terjadi perubahan yang signifikan pada rata-rata hasil belajar (prestasi) dari Siklus I = 64.6 (kategori Cukup) dan Siklus II = 71.6 (kategori Baik).
3.     Terjadi perubahan kinerja guru menjadi lebih baik; di antaranya adalah kreatifitas menyusun bahan ajar, peranan guru, dan inovatif dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning dengan pendekatan struktural  “think-pair-share” dapat meningkatkan minat belajar, dan prestasi belajar siswa baik sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar  mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menyanyikan puisi yang sudah dimusikalisasi dengan berpedoman pada isi puisi dan suasana/rima yang dibangun siswa kelas IX C SMP Negeri 2 Kebonsari Kabupaten Madiun tahun pelajaran 2014/2015.

Saran-saran
Dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
1.     Bagi Guru :
a.     Guru diharapkan lebih mampu melakukan pengelolaan pembelajaran yang berkualitas, baik dari perencanaan, pelaksanaan maupun tindak lanjut. Dan tidak segan-segan untuk selalu merefleksi diri untuk perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan berikutnya.
b.     Untuk setiap topik pembelajaran membutuhkan penyiapan bahan ajar yang spesifik, karena itu perlu persiapan yang baik dalam menyiapkan modul, latihan kerja siswa,  karena modul dan LKS yang dipakai sangat menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
c.     Guru diharapkan dapat mengembangkan media pembelajaran, modul dan LKS yang inovatif untuk topik-topik yang lain.
2.      Bagi Siswa :
Siswa diharapkan dapat selalu berperan aktif dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Karena sebagai salah satu objek dalam kegiatan belajar mengajar agar dalam proses pengkonstruksian pengetahuan dalam dirinya dapat lebih permanen dan bermakna, dan diharapkan siswa mencari strategi belajar sendiri yang sesuai dengan kondisi pribadinya masing-masing.
3.     Bagi Sekolah :
Sekolah diharapkan dapat mendukung dalam kegiatan penelitian tindakan kelas dan pengadaan modul, media pembelajaran dan lembar kegiatan siswa.







DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 1999. Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan (Action Research); Jakarta. Depdikbud

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2000. Panduan Kurikulum Metode Alternatif Belajar/Mengajar Jakarta.Depdikbud

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Satker Pembinaan Pendidikan Menengah Umum (2005/2006) Buku Materi Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK); Jawa Timur;.

Departemen Pendidikan Nasional Kurikulum. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.

Departemen Pendidikan Nasional Kurikulum. 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

Melvin L. Silberman, 1996. Active Learning : 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston:Allyn Bacon.

Nurhadi dkk, (II Rev. 2004) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK; Malang ; Penerbit Universitas Negeri Malang.

Rachiati Wiriatmadja, 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca Strategi Suatu Ketrampilan Berbahasa.  Bandung : Angkasa.

Wawang Hutawarman, 2004. Model-Model Pembelajaran Kooperatif.        

Workshop PTK, 2005, Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif, Dinas P dan K.

(http://eni-wihayati.blogspot.com/2011/11/menyanyikan-puisi-yang-sudah.html)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar