PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI
PEMBELAJARAN QUANTUM
TEACHING DAN SNOWBALL THROWING
SISWA KELAS IX-C SMP
NEGERI 2 KEBONSARI MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Disusun
Oleh : NUR AINI LANJARIYAH, S.Pd
ABSTRAK
Peningkatan Prestasi
Belajar IPA Melalui Pembelajaran Quantum Teaching Dan Snowball Throwing Siswa
Kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013
Kata
Kunci :Peningkatanprestasibelajar, Quantum Teaching dan Snowball Throwing
Berdasarkan pengamatan awal
terhadap proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun, diperoleh
informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh
potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi
individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Pembelajaran IPA
yang berlangsung, juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran yang
terpusat kepada guru. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya
dikuasai guru. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung kurang menarik
sehingga ada kecenderungan motivasi belajar IPA siswa rendah. Dampak yang
paling parah adalah rendahnya daya serap siswa sehingga nilai hasil belajar IPA
siswa pada umumnya rendah.
Terkait belum optimalnya hasil
belajar IPA siswa SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun, maka penulis berupaya untuk
menerapkan pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing secara
kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara
pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Untuk itu
penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul :
“Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing Siswa Kelas IX-CSMP Negeri 2 Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran
2012/2013”. Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching menggunakan
istilah TANDUR, yaitu : Tumbuhkan minat, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi
dan Rayakan. Dalam kerangka rancangan tersebut dimasukkan pembelajaran Snowball
Throwing.
Pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Pembelajaran pada siklus I dan siklus II
masing-masing dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, dan setiap pertemuan 2 x 40 menit. Masing-masing siklus terdiri atas : Perencanaan,
Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan
observasi dan penilaian setelah proses pembelajaran. Hasil penelitian
menunjukkan nilai rata-rata hasil tes pada siklus I : 68,15 dan pada siklus II : 77,04. Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individu pada
siklus I sebesar 66.67% dan siklus II sebesar 100%. Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini,
yang menyatakan bahwa : “Ada peningkatan prestasi belajar IPA melalui
pembelajaran QuantumTeaching dan Snowball
Throwing siswa kelas IX-C SMP Negeri 2 KebonsariMadiun tahun pelajaran
2012/2013”.
PENDAHULUAN
Sistem
pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha
pembaharuan dalam pendidikan. Perubahan-perubahan pendidikan, masyarakat
perguruan tinggi atau masyarakan pendidikan selalu berusaha dalam penemuan baru
di bidang ilmu pendidikan dan teknologi pendidian yang akan mebawa pengaruh
sangat besar dalam bidang pendidikan. Akibat pengaruh-pengaruh itu maka
pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Pembelajaran
yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan.
Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses
pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya
sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses
pembelajaran yang berlangsung, melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan
sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator
dalam proses pembelajaran tersebut.
Belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya
hasil ulangan siswa berbeda-beda, padahal mendapat pengajaran yang sama, dari
guru yang sama dan pada waktu yang sama pula. Makna dan hakikat belajar diartikan
sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan atau
pengamalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh
siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran
(pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004: 4).
Berdasarkan
pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Kebonsari
Madiun, diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum
memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu
mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran
lanjutan. Pembelajaran IPA yang berlangsung, juga tidak luput dari
kecenderungan proses pembelajaran yang terpusat kepada guru. Kondisi demikian
tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Akibatnya proses
pembelajaran berlangsung kurang menarik sehingga ada kecenderungan motivasi
belajar IPA siswa rendah. Hal ini antara lain dapat diamati dari beberapa hal
berikut : 1) siswa malas mengerjakan PR atau tugas, 2) siswa kurang
memperharikan, 3) siswa cenderung berbicara sendiri atau mengantuk. Rendahnya
motivasi belajar IPA siswa ini membawa dampak lanjutan berupa : 1) siswa
menjadi enggan bertanya atau menjawab pertanyaan, 2) siswa kesulitan dalam memahami
materi, 3) tingkat kemampuan penerapan atau aplikasi siswa rendah, 4) siswa
kesulitan mengerjakan soal hitungan. Dampak yang paling parah adalah rendahnya
daya serap siswa sehingga nilai hasil belajar IPA siswa pada umumnya rendah.
Terkait belum
optimalnya hasil belajar IPA siswa SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun, maka penulis
berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran
bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
Berdasarkan
kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan
kelas dengan judul : “Peningkatan Prestasi Belajar
IPA Melalui Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa Kelas IX-C
SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah :
Adakah peningkatan
prestasi belajar
IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching
dan Snowball Throwing siswa kelas IX-C
SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA materi
Indera melalui pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing pada
siswa Kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas maka dapat
ditentukan hipotesis penelitian ini, yakni sebagai berikut :
Ada peningkatan
prestasi belajar
IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching
dan Snowball Throwing siswa kelas IX-C
SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013.
Adapun
indikator kinerjanya adalah sebagai berikut : 85% siswa Kelas IX-C SMP
Negeri 2 Kebonsari Madiun mengalami ketuntasan hasil belajar IPA, dengan KKM =
65.
Manfaat Penelitian
Penelitian
tindakan kelas berupa penerapan pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing ini diharapkan dapat membawa manfaat antara lain :
1.
Bagi guru :
a.
Dapat menambah wawasan tentang
strategi pembelajaran.
b.
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru
dalam memilih suatu pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa.
2.
Bagi siswa :
a.
Meningkatkan keberanian siswa dalam
bertanya atau mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi.
b.
Membantu siswa lebih mudah memahami
suatu konsep dan cara memecahkan masalah.
3.
Bagi sekolah :
Dapat
memberikan kontribusi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
KAJIAN TEORI
A. Pengertian
Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar mengajar
merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak
kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun
dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar,
Purwanto (1995: 28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam
raport.”
B. Konsep
Dasar Pembelajaran
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa.
Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping
mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa,
yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan
menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (B. Suryobroto, 1997: 148).
C. Ranah
Hasil Belajar
Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang
harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk
memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional. Horward Kingsly
membagi tiga macam hasil belajar, yakni :
1) ketrampilan
dan kebiasaan,
2) pengetahuan
dan pengertian,
3) sikap
dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sedangan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni :
1) informasi
verbal,
2) ketrampilan
verbal,
3) strategi
kognitif,
4) sikap,
dan
5) ketrampilan
motoris.
Model Pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing
Quantum adalah
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang
menopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang
benar-benar menciptakan suasana belajar (Bobby De Porter, 2002: 89).
Secara aplikatif,
pembelajaran Quantum Teaching
berazaskan sistem TANDUR, yakni : Tumbuhkan minat, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan.
Jika
dicermati, model pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing bertalian
erat dengan teori belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget.
Pandangan Behaviouristik yang melahirkan Teori Belajar Koneksionisme dan Teori
Belajar Kondisionong. Teori belajar Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike
berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara
stimulus dan respon. Bilamana terjadi konseksi antara R – S dan diikuti dengan
keadaan yang memuaskan, maka koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila
koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi
akan menjadi berkurang (Hilgard dan Bower daam TIM MKDK IKIP Semarang, 1990:
110).
Snowball artinya bola salju
sedangkan throwing artinya melempar. Snowball
Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun
langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut : 1)
guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2) guru membentuk
kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi, 3) masing-masing ketua kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh
guru ke temannya, 4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di
jelaskan oleh ketua kelompok, 5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah
siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut
untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut
secara bergiliran, 6) evaluasi, dan 7) penutup (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).
Kerangka Berpikir
Penerapan
model pembelajaran Quantum Teaching
dan Snowball Throwing merupakan salah
satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran IPA. Melalui
model pembelajaran Quantum Teaching
dan Snowball Throwing, siswa dilibatkan baik secara aspek fisik, emosional, dan
intelektualnya.
Serangkaian
kegiatan penerapan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing merupakan refleksi dari sistem Tandur yakni Tumbuhkan minat
(memberikan motivasi dan apersepsi), Alami (melakukan eksperimen dan diskusi),
Namai (menyimpulkan materi), Demonstrasikan (melakukan Snowball Throwing),
Ulangi (merangkum materi dan guru memberikan penguatan), dan Rayakan (memberi
reward).
METODE
PENELITIAN
Jenis Penelitian
Sesuai dengan
pendapat Mc Niff (1992: 4) bahwa penelitian tindakan adalah suatu strategi
untuk meningkatkan pendidikan (pembelajaran) melalui perubahan dengan mendorong
guru untuk menyadari dan kritis terhadap praktik mengajar mereka dan siap
terhadap perubahan. Pada prinsipnya pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan siklus dalam rangka memecahkan masalah, sehingga masalah yang muncul dalam
proses pembelajaran dapat dipecahkan secara sistematik dan konstruktif.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang
terdiri atas empat komponen pokok penelitian tindakan kelas yakni :
1) perencanaan
(planning),
2) tindakan
(acting),
3) pengamatan
(observing), dan
4) refleksi
(reflecting). (Zainal Aqib, 2007: 21)
Oleh sebab itu
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam bentuk
penelitian tindakan kelas karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan
permasalahan yang diangkat dan tujuan penelitian ini, yaitu untuk meningkatkan
hasil belajar IPA siswa.
Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun yang terletak di Ds. Singgahan Kec./Kab. Madiun, pada semester
ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian adalah siswa Kelas IX-C SMP
Negeri 2 Kebonsari Madiun yang
berjumlah 27 siswa. Diambilnya subjek ini atas dasar pertimbangan bahwa
(1) subjek adalah siswa penulis dalam melaksanakan tugas mengajar di kelas
sehari-hari, (2) siswa di kelas itulah yang mayoritas motivasi belajarnya
rendah yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar yang rendah pula.
Sumber dan Data Penelitian
Agar diperoleh
data yang akurat, penulis menggunakan sumber data lebih dari satu. Adapun
sumber data yang digunakan yaitu :
a) Daftar
pengamatan kegiatan siswa (performent
assesment)
b) Daftar
penilaian proyek (project assesment)
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara penilaian. Hal ini dilakukan dalam dua
macam cara, yaitu :
a) Data
diperoleh melalui kegiatan pengamatan (performent
assesment)
b) Data
diperoleh dengan penilaian proyek (project
assesment)
Pengumpulan
data dilaksanakan dengan menggunakan beberapa instrument, antara lain :
1. Lembar
pengamatan kegiatan siswa, untuk mengetahui aktivitas siswa dalam mencapai
standar kompetensi.
2. Lembar
penilaian proyek, untuk mengukur tingkat kemampuan siswa setelah proses
pembelajaran selesai.
Kedua
instrument tersebut saling berkaitan dan pada akhirnya digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh peningkatan prestasi belajar IPA pada siswa melalui
pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing.
Teknik Analisis Data
Penelitian tindakan
kelas ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif (Supardi, 2006: 131).
Terhadap perolehan prestasi belajar IPA dianalisis secara kuantitatif dengan
memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data tersebut dianalisis mulai
dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif
prosentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif
prosentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik,
cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Klasifikasi Kategori
Tingkatan dan Prosentase (Depdiknas, 2002: 4)
Kriteria
|
Interval
Nilai
|
Penafsiran
|
Baik sekali
|
86
~ 100
|
Hasil
belajar baik sekali
|
Baik
|
71
~ 85
|
Hasil
belajar baik
|
Cukup
|
56
~ 70
|
Hasil
belajar cukup
|
Kurang
|
41
~ 55
|
Hasil
belajar kurang
|
Sangat
kurang
|
0
~ 40
|
Hasil
belajar sangat kurang
|
Sedangkan
terhadap hasil pengamatan kegiatan siswa dianalisis menggunakan teknik
deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, yang
digolongkan dalam 3 kategori, yaitu : baik, cukup, dan kurang. Kegiatan
tersebut direncanakan dalam dua siklus. Antara siklus I dengan siklus II
menggunakan indikator yang berbeda. Hasil akhir dari dua siklus dibandingkan
untuk mengetahui perkembangannya, yaitu lebih meningkat atau justru menurun.
Prosedur Penelitian
Prosedur
penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas
empat komponen pokok penelitian kelas yakni :
1) perencanaan
(planning),
2) tindakan
(acting),
3) pengamatan
(observing), dan
4) refleksi
(reflecting). (Zainal Aqib, 2007: 21)
Rencana Tindakan
Ø Siklus
I
1. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan penulis adalah :
a) Menyusun
Rencana Pembelajaran (RPP).
b) Menyusun
Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
c) Membuat
lembar observasi untuk aktivitas siswa.
d) Membuat
rubrik dan lembar penilaian hasil belajar siswa.
Pelaksanaan siklus I ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung,
dengan kerangka rancangan kegiatan sebagai berikut :
a) Tumbuhkan
minat. Guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan memberikan motivasi dan
apresepsi.
b) Alami.
Siswa melakukan diskusi. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.
c) Namai.
Siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama
melakukan diskusi dengan bimbingan guru.
d) Demonstrasikan.
Siswa melakukan Snowball dan Throwing dengan cara setiap kelompok menyiapkan
satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut dikepal
menjadi bulat seperti bola. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar
bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru.
Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok yang terakhir memegang
bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.
e) Ulangi.
Guru merangkum materi hasil diskusi dan eksperimen, lalu memberikan pertanyaan
sebagai penguatan kepada kelompok-kelompok.
f) Rayakan. Kelompok yang dapat menjawab
pertanyaan paling banyak dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan
teman sesama guru IPA untuk mengamati aktivitas (tingkah laku dan sikap) siswa
ketika mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan kolaborasi pembelajaran Quantum
Teaching dan Snowball Throwing.
4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil observasi, guru dapat merefleksikan diri, apakah
kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat berjalan sesuai dengan
ketercapaian indikator kinerja dan dapatkah meningkatkan hasil belajar IPA
siswa. Hasil observasi siklus I ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan siklus
berikutnya.
Ø Siklus
II
1. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan penulis adalah :
a) Menyusun
Rencana Pembelajaran (RPP).
b) Menyusun
Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
c) Membuat
lembar observasi untuk aktivitas siswa.
d) Membuat
rubrik dan lembar penilaian hasil belajar siswa.
Siklus II ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama pembelajaran
berlangsung, dengan kerangka rancangan kegiatan sebagai berikut :
a) Tumbuhkan
minat. Guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan memberikan motivasi dan
apresepsi.
b) Alami.
Siswa melakukan diskusi. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.
c) Namai.
Siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama
melakukan diskusi dengan bimbingan guru.
d) Demonstrasikan.
Siswa melakukan Snowball dan Throwing. Setiap kelompok menyiapkan satu
pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut digulung
dimasukkan ke dalam bola plastik kecil yang di belah kemudian di tutup dengan
isolatif. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke
kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain
berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok yang terakhir memegang bola mendapat
kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.
e) Ulangi.
Guru merangkum materi hasil diskusi dan eksperimen, lalu memberikan pertanyaan
sebagai penguatan kepada kelompok-kelompok.
f) Rayakan. Kelompok yang dapat menjawab
pertanyaan paling banyak dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan
teman sesama guru IPA untuk mengamati aktivitas (tingkah laku dan sikap) siswa
ketika mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan kolaborasi pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing.
4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil observasi, guru dapat merefleksikan diri, apakah
kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat berjalan sesuai dengan
ketercapaian indikator kinerja dan dapatkah meningkatkan hasil belajar IPA
siswa. Hasil observasi siklus II ini dibandingkan dengan hasil observasi siklus
I untuk mengetahui hasil perkembangannya, yaitu lebih meningkat atau justru
menurun.
HASIL
PENELITIAN
Hasil Penelitian Siklus I
1. Paparan
Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar IPA melalui
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data untuk
nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 85, nilai terendah sebesar 50,
dan rata-rata hasil belajar sebesar 68.15(lihat lampiran).
Selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai
dengan kategori hasil belajar sebagai berikut :
Tabel 4.1
Deskripsi Frekuensi
Bergolong Hasil Belajar pada Siklus I
Interval
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Kategori
|
86
~ 100
|
0
|
0%
|
Baik sekali
|
71
~ 85
|
10
|
41,4%
|
Baik
|
56
~ 70
|
15
|
51,7%
|
Cukup
|
41
~ 55
|
2
|
6,9%
|
Kurang
|
0
~ 40
|
0
|
0%
|
Sangat
Kurang
|
Jumlah
|
27
|
100%
|
|
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan prestasi belajar IPA melalui
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing : 0% siswa berada pada
kategori baik sekali, 41,4% baik, 51,7% cukup, 6,9% kurang dan 0% kurang
sekali.
Adapun rata-rata hasil belajar melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing Siklus I sebesar 68.15 dan ketuntasan individual
baru mencapai 66.67% (lihat lampiran Hasil Penilaian Siklus I).
Potret pembelajaran ini belum mencapai tujuan yang diharapkan guru yang
tertuang dalam indikator kinerja yaitu > 85% dari jumlah siswa dalam kelas
yang telah mencapai ketuntasan belajar individual.
2. Paparan
Observasi Proses Pembelajaran
Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap dan perilaku siswa perihal kesungguhan siswa.
Perhatian siswa mulai terpusat pada pelajaran walaupun belum maksimal.
Sedangkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran IPA mulai meningkat. Siswa
lebih bersemangat jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum kolaborasi
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing ditetapkan. Kemajuan
siswa juga terlihat dalam hal keberanian siswa ketika mengemukakan pendapat.
Siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya, hal ini terlihat dari keaktifan
siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa juga tidak malu lagi
menjawab pertanyaan, setiap siswa selalu berusaha menjawab pertanyaan dengan
benar tanpa malu-malu lagi. Keberanian siswa juga semakin terlihat ketika harus
tampil di depan kelas.
Perilaku lain yang menunjukkan peningkatan yaitu dalam hal ketepatan.
Tugas yang diberikan kepada siswa dapat diselesaikan dengan baik walaupun belum
semuanya dapat diselesaikan tepat waktu. Hal lain yang meningkat yaitu kemampuan
siswa dalam menjawab pertanyaan. Selain itu dalam membuat pertanyaan, siswa
mampu membuat pertanyaan sesuai materi yang sedang dipelajari.
Siswa belum dapat menyelesaikan tugas lebih awal dari waktu yang
ditentukan. Hal ini lantaran siswa belum terbiasa menyelesaikan tugas dengan
cepat. Namun kemampuan menjawab pertanyaa ada peningkatan. Siswa dapat menjawab
pertanyaan secara cepat dan tepat.
3. Refleksi
Dari hasil paparan di atas, karena hasil penilaian belum mencapai tujuan
yang diharapkan guru seperti yang tertuang dalam indikator kinerja, maka perlu
ada peningkatan dalam penerapan pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball
Throwing di siklus II, yaitu dengan memberikan motivasi dan bimbingan yang
lebih besar kepada siswa yang nilainya masuk kategori kurang dan kurang sekali.
Hasil Penilaian Evaluasi Siklus I
No
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
Ket
|
|
Jumlah Nilai
|
1840
|
|
Nilai Rata-rata
|
68.15
|
|
|
Prosentase Ketuntasan
|
66.67%
|
|
Hasil Penelitian Siklus II
1. Paparan
Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPA melalui
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data untuk
nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 95, nilai terendah sebesar 65
dan rata-rata hasil belajar sebesar 77,04 (lihat lampiran). Selengkapnya
dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori
hasil belajar sebagai berikut :
Tabel 4.2
Deskripsi Frekuensi
Bergolong Hasil Belajar pada Siklus II
Interval
|
Frekuensi
|
Prosentase
|
Kategori
|
86
~ 100
|
3
|
10,3%
|
Baik sekali
|
71
~ 85
|
16
|
62,1%
|
Baik
|
56
~ 70
|
8
|
27,6%
|
Cukup
|
41
~ 55
|
0
|
0%
|
Kurang
|
0
~ 40
|
0
|
0%
|
Sangat
Kurang
|
Jumlah
|
27
|
100%
|
|
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan prestasi belajar IPA melalui
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing : 10,3% siswa berada
pada kategori baik sekali, 62,1% baik, 27,6% cukup, 0% kurang dan sangat
kurang.
Adapun rata-rata hasil belajar materi suhu dan pengukurannya melalui
pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siklus II sebesar 77,04
dan ketuntasan individual mencapai 100% (lihat lampiran Hasil Penilaian
Evaluasi Siklus II). Potret pembelajaran ini sudah mencapai tujuan yang
diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja yaitu > 85% dari
jumlah siswa dalam kelas yang telah mencapai ketuntasan belajar individual.
2. Paparan
Observasi Proses Pembelajaran
Hasil observasi pada siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup
signifikan. Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran lebih meningkat.
Perhatian siswa secara penuh tertuju pada materi pelajaran. Semangat siswa
lebih meningkat, semua siswa mengikuti pelajaran dengan penuh semangat, tidak
ada yang malas atau kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPA.
Keberanian siswa mengemukakan pendapat juga semakin meningkat. Siswa
sudah berani mengungkapkan pendapat, mengomentari suatu hal atau pun
mengungkapkan ide-idenya. Keberanian lain yang juga semakin meningkat yaitu
keberanian menjawab pertanyaan. Mereka berlomba-lomba untuk memperoleh
pertanyaan dan menjawabnya. Peningkatan juga terlihat pada kemampuan siswa
untuk tampil di kelas. Masing-masing siswa berusaha tampil dengan
sebaik-baiknya.
Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi di aspek ketepatan.
Rata-rata siswa di kelas mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Mereka juga
mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. Selain itu siswa juga lebih mampu
membuat pertanyaan yang bagus dan mudah dipahami dan sesuai dengan materi.
Sehingga pelajaran dapat berlangsung dengan lancar, aktif, kreatif, bermakna,
dan menyenangkan.
Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudah memahami
materi pelajaran. Hasil belajar siswa meningkat dan kualitas guru dalam
mengajar juga meningkat. Sehingga tidak aneh lagi jika antara guru dan siswa
terjalin hubungan yang dinamis, harmonis, dan menyenangkan.
3. Refleksi
Dari hasil paparan di atas, karena hasil penilaian sudah mencapai tujuan
yang diharapkan guru seperti yang tertuang dalam indikator kinerja, tetapi
masih banyak siswa yang nilainya di bawah rata-rata, bahkan masih ada siswa
yang berada pada kategori kurang. Oleh karena itu masih diperlukan motivasi dan
bimbingan yang lebih besar kepada siswa yang berada pada kategori kurang
tersebut pada proses pembelajaran berikutnya.
Hasil Penilaian Evaluasi Siklus II
No
|
Nama Siswa
|
Nilai
|
Ket
|
|
Jumlah Nilai
|
2080
|
|
Nilai Rata-rata
|
77.04
|
|
|
Prosentase Ketuntasan
|
100%
|
|
Pembahasan
Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar IPA melalui
pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing. Hal tersebut diindikasikan dari perolehan nilai rata-rata
siklus I (68.15) dan siklus II (77,04). Sedangkan pencapaian ketuntasan
belajar individu pada siklus I sebesar 66.67% dan siklus II sebesar 100%.
Terjadinya
hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yang menyatakan bahwa : “Ada peningkatan
prestasi belajar
IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching
dan Snowball Throwing siswa kelas IX-C
SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013”, dapat diterima kebenarannya.
Disamping aspek kognitif siswa, penerapan model tersebut juga mampu meningkatkan
aspek afektif dan psikomotor. Aspek afektif yang tampak yakni kesungguhan dan keberanian. Sementara aspek
psikomotor dapat dilihat dari kecepatan dan ketetapan siswa menyelesaikan
serangkaian tugas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2002)
bahwa dalam pembelajaran terdapat tiga ranah yang menjadi fokus peningkatan
kualitas pembelajaran yakni ranah kognitif, ranah efektif dan ranah
psikomotoris. Dengan demikian hasil penelitian tindakan kelas ini dapat
dijadikan rujukan oleh peneliti lain yang hendak menelaah dan menindaklanjuti
sebagai fenomena aktual dibidang pendidikan, khususnya dalam hal inovasi
pembelajaran.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan
prestasi belajar
IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching
dan Snowball Throwing siswa kelas IX-C
SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut ditandai dari
ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya
peningkatan rata-rata hasil belajar IPA dari siklus I sebesar 68.15 dan 77,04 pada siklus II.
Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 66.67%
dan siklus II sebesar 100%.
Saran
Berdasarkan
hasil kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :
1. Para
guru, hendaknya lebih memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugasnya
dengan melaksanakan tugas pokok secara profesional, mengkaji dan menerapkan
berbagai inovasi pembelajaran secara variatif sebagai upaya untuk meningkatkan
hasil belajar.
2. Para
kepala sekolah dan pengawas sekolah, hendaknya lebih mengintensifikasikan
perannya sebagai supervisor agar guru memiliki motivasi dalam menerapkan pembelajaran
yang bermakna. Selebihnya, pemberian kesempatan untuk mengikuti penataran,
bintek, workshop, dan sejenisnya kepada guru perlu mendapat perhatian.
DAFTAR
PUSTAKA
Bobbi De Porter. 2002. Quantum
Teaching. Boston: Allyn Bacon.
B. Suryosubroto. 1997. Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen
Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan
Profesional, Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur
Balitbang Depdiknas.
Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1988. Metode
Penelitian Naturulistik Kualitatif. Bandung : Penerbit Tarsito.
Purwandi Suhandini. 2000. Penelitian
Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.
Purwanto, Ngalim, M. 1995. Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis. Edisi Kedua. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model
Pembelajaran Efektif. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).
28 Agustus 2007.
Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi
Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
Winkel, W.S. 1998. Psikologi
Pengajaran. Yogyakarta : Gramedia.
Zainal Aqib. 2007. Penelitian
Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar