Selasa, 01 Desember 2015

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DAN SNOWBALL THROWING SISWA KELAS IX-C SMP NEGERI 2 KEBONSARI MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI
PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DAN SNOWBALL THROWING
SISWA KELAS IX-C SMP NEGERI 2 KEBONSARI MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Disusun Oleh : NUR AINI LANJARIYAH, S.Pd


ABSTRAK

Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pembelajaran Quantum Teaching Dan Snowball Throwing Siswa Kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun  Tahun Pelajaran 2012/2013

Kata Kunci :Peningkatanprestasibelajar, Quantum Teaching dan Snowball Throwing

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun, diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Pembelajaran IPA yang berlangsung, juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran yang terpusat kepada guru. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung kurang menarik sehingga ada kecenderungan motivasi belajar IPA siswa rendah. Dampak yang paling parah adalah rendahnya daya serap siswa sehingga nilai hasil belajar IPA siswa pada umumnya rendah.
Terkait belum optimalnya hasil belajar IPA siswa SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun, maka penulis berupaya untuk menerapkan pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Untuk itu penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul : “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa Kelas IX-CSMP Negeri 2 Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013”. Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching menggunakan istilah TANDUR, yaitu : Tumbuhkan minat, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Dalam kerangka rancangan tersebut dimasukkan pembelajaran Snowball Throwing.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Pembelajaran pada siklus I dan siklus II masing-masing dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, dan setiap pertemuan 2 x 40 menit. Masing-masing siklus terdiri atas : Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan penilaian setelah proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata hasil tes pada siklus I : 68,15 dan pada  siklus II : 77,04. Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individu pada siklus I sebesar 66.67% dan siklus II sebesar 100%. Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yang menyatakan bahwa : “Ada peningkatan prestasi belajar IPA melalui pembelajaran QuantumTeaching dan Snowball Throwing siswa kelas IX-C SMP Negeri 2 KebonsariMadiun tahun pelajaran 2012/2013”.



PENDAHULUAN
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Perubahan-perubahan pendidikan, masyarakat perguruan tinggi atau masyarakan pendidikan selalu berusaha dalam penemuan baru di bidang ilmu pendidikan dan teknologi pendidian yang akan mebawa pengaruh sangat besar dalam bidang pendidikan. Akibat pengaruh-pengaruh itu maka pendidikan semakin mengalami kemajuan.
Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung, melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya hasil ulangan siswa berbeda-beda, padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama dan pada waktu yang sama pula. Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan atau pengamalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004: 4).
Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPA di SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun, diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Pembelajaran IPA yang berlangsung, juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran yang terpusat kepada guru. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung kurang menarik sehingga ada kecenderungan motivasi belajar IPA siswa rendah. Hal ini antara lain dapat diamati dari beberapa hal berikut : 1) siswa malas mengerjakan PR atau tugas, 2) siswa kurang memperharikan, 3) siswa cenderung berbicara sendiri atau mengantuk. Rendahnya motivasi belajar IPA siswa ini membawa dampak lanjutan berupa : 1) siswa menjadi enggan bertanya atau menjawab pertanyaan, 2) siswa kesulitan dalam memahami materi, 3) tingkat kemampuan penerapan atau aplikasi siswa rendah, 4) siswa kesulitan mengerjakan soal hitungan. Dampak yang paling parah adalah rendahnya daya serap siswa sehingga nilai hasil belajar IPA siswa pada umumnya rendah.
Terkait belum optimalnya hasil belajar IPA siswa SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun, maka penulis berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul : “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa Kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :
Adakah peningkatan prestasi belajar IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013?

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA materi Indera melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing pada siswa Kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013.

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas maka dapat ditentukan hipotesis penelitian ini, yakni sebagai berikut :
Ada peningkatan prestasi belajar IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013.
Adapun indikator kinerjanya adalah sebagai berikut : 85% siswa Kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun mengalami ketuntasan hasil belajar IPA, dengan KKM = 65.

Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas berupa penerapan pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing ini diharapkan dapat membawa manfaat antara lain :
1.       Bagi guru :
a.       Dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran.
b.       Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih suatu pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2.       Bagi siswa :
a.       Meningkatkan keberanian siswa dalam bertanya atau mengeluarkan pendapat dalam berdiskusi.
b.       Membantu siswa lebih mudah memahami suatu konsep dan cara memecahkan masalah.
3.       Bagi sekolah :
Dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.


KAJIAN TEORI
A.   Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar mengajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Purwanto (1995: 28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”

B.   Konsep Dasar Pembelajaran
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa, yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (B. Suryobroto, 1997: 148).
C.   Ranah Hasil Belajar
Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional. Horward Kingsly membagi tiga macam hasil belajar, yakni :
1)    ketrampilan dan kebiasaan,
2)    pengetahuan dan pengertian,
3)    sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni :
1)    informasi verbal,
2)    ketrampilan verbal,
3)    strategi kognitif,
4)    sikap, dan
5)    ketrampilan motoris.

Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar (Bobby De Porter, 2002: 89).
Secara aplikatif, pembelajaran Quantum Teaching berazaskan sistem TANDUR, yakni : Tumbuhkan minat, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan.
Jika dicermati, model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing bertalian erat dengan teori belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget. Pandangan Behaviouristik yang melahirkan Teori Belajar Koneksionisme dan Teori Belajar Kondisionong. Teori belajar Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Bilamana terjadi konseksi antara R – S dan diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi akan menjadi berkurang (Hilgard dan Bower daam TIM MKDK IKIP Semarang, 1990: 110).
Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-langkah pem­belajaran Snowball Throwing sebagai berikut : 1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3) masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya, 4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok, 5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran, 6) evaluasi, dan 7) penutup (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).

Kerangka Berpikir
Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran IPA. Melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, siswa dilibatkan baik secara aspek fisik, emosional, dan intelektualnya.
Serangkaian kegiatan penerapan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing merupakan refleksi dari sistem Tandur yakni Tumbuhkan minat (memberikan motivasi dan apersepsi), Alami (melakukan eksperimen dan diskusi), Namai (menyimpulkan materi), Demonstrasikan (melakukan Snowball Throwing), Ulangi (merangkum materi dan guru memberikan penguatan), dan Rayakan (memberi reward).


METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Sesuai dengan pendapat Mc Niff (1992: 4) bahwa penelitian tindakan adalah suatu strategi untuk meningkatkan pendidikan (pembelajaran) melalui perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari dan kritis terhadap praktik mengajar mereka dan siap terhadap perubahan. Pada prinsipnya pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan siklus dalam rangka memecahkan masalah, sehingga masalah yang muncul dalam proses pembelajaran dapat dipecahkan secara sistematik dan konstruktif. Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas empat komponen pokok penelitian tindakan kelas yakni :
1)    perencanaan (planning),
2)    tindakan (acting),
3)    pengamatan (observing), dan
4)    refleksi (reflecting). (Zainal Aqib, 2007: 21)
Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam bentuk penelitian tindakan kelas karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dan tujuan penelitian ini, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun yang terletak di Ds. Singgahan Kec./Kab. Madiun, pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Subjek penelitian adalah siswa Kelas IX-C SMP    Negeri 2 Kebonsari Madiun yang berjumlah 27 siswa. Diambilnya subjek ini atas dasar pertimbangan bahwa (1) subjek adalah siswa penulis dalam melaksanakan tugas mengajar di kelas sehari-hari, (2) siswa di kelas itulah yang mayoritas motivasi belajarnya rendah yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar yang rendah pula.

Sumber dan Data Penelitian
Agar diperoleh data yang akurat, penulis menggunakan sumber data lebih dari satu. Adapun sumber data yang digunakan yaitu :
a)    Daftar pengamatan kegiatan siswa (performent assesment)
b)    Daftar penilaian proyek (project assesment)

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penilaian. Hal ini dilakukan dalam dua macam cara, yaitu :
a)    Data diperoleh melalui kegiatan pengamatan (performent assesment)
b)    Data diperoleh dengan penilaian proyek (project assesment)
Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan beberapa instrument, antara lain :
1.    Lembar pengamatan kegiatan siswa, untuk mengetahui aktivitas siswa dalam mencapai standar kompetensi.
2.    Lembar penilaian proyek, untuk mengukur tingkat kemampuan siswa setelah proses pembelajaran selesai.
Kedua instrument tersebut saling berkaitan dan pada akhirnya digunakan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan prestasi belajar IPA pada siswa melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing.

Teknik Analisis Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif (Supardi, 2006: 131). Terhadap perolehan prestasi belajar IPA dianalisis secara kuantitatif dengan memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data tersebut dianalisis mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif prosentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif prosentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut :


Tabel 3.1.
Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase (Depdiknas, 2002: 4)
Kriteria
Interval Nilai
Penafsiran
Baik sekali
86 ~ 100
Hasil belajar baik sekali
Baik
71 ~ 85
Hasil belajar baik
Cukup
56 ~ 70
Hasil belajar cukup
Kurang
41 ~ 55
Hasil belajar kurang
Sangat kurang
0 ~ 40
Hasil belajar sangat kurang

Sedangkan terhadap hasil pengamatan kegiatan siswa dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, yang digolongkan dalam 3 kategori, yaitu : baik, cukup, dan kurang. Kegiatan tersebut direncanakan dalam dua siklus. Antara siklus I dengan siklus II menggunakan indikator yang berbeda. Hasil akhir dari dua siklus dibandingkan untuk mengetahui perkembangannya, yaitu lebih meningkat atau justru menurun.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas empat komponen pokok penelitian kelas yakni :
1)    perencanaan (planning),
2)    tindakan (acting),
3)    pengamatan (observing), dan
4)    refleksi (reflecting). (Zainal Aqib, 2007: 21)

Rencana Tindakan
Ø Siklus I
1.    Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan penulis adalah :
a)    Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP).
b)    Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
c)    Membuat lembar observasi untuk aktivitas siswa.
d)    Membuat rubrik dan lembar penilaian hasil belajar siswa.
Pelaksanaan siklus I ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

2.    Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, dengan kerangka rancangan kegiatan sebagai berikut :
a)    Tumbuhkan minat. Guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan memberikan motivasi dan apresepsi.
b)    Alami. Siswa melakukan diskusi. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.
c)    Namai. Siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama melakukan diskusi dengan bimbingan guru.
d)    Demonstrasikan. Siswa melakukan Snowball dan Throwing dengan cara setiap kelompok menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut dikepal menjadi bulat seperti bola. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.
e)    Ulangi. Guru merangkum materi hasil diskusi dan eksperimen, lalu memberikan pertanyaan sebagai penguatan kepada kelompok-kelompok.
f)       Rayakan. Kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.

3.    Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan teman sesama guru IPA untuk mengamati aktivitas (tingkah laku dan sikap) siswa ketika mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan kolaborasi pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing.

4.    Refleksi
Setelah mengkaji hasil observasi, guru dapat merefleksikan diri, apakah kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat berjalan sesuai dengan ketercapaian indikator kinerja dan dapatkah meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Hasil observasi siklus I ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan siklus berikutnya.

Ø Siklus II
1.    Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan penulis adalah :
a)    Menyusun Rencana Pembelajaran (RPP).
b)    Menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
c)    Membuat lembar observasi untuk aktivitas siswa.
d)    Membuat rubrik dan lembar penilaian hasil belajar siswa.
Siklus II ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

2.    Pelaksanaan
Penelitian tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung, dengan kerangka rancangan kegiatan sebagai berikut :
a)    Tumbuhkan minat. Guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan memberikan motivasi dan apresepsi.
b)    Alami. Siswa melakukan diskusi. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.
c)    Namai. Siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama melakukan diskusi dengan bimbingan guru.
d)    Demonstrasikan. Siswa melakukan Snowball dan Throwing. Setiap kelompok menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut digulung dimasukkan ke dalam bola plastik kecil yang di belah kemudian di tutup dengan isolatif. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.
e)    Ulangi. Guru merangkum materi hasil diskusi dan eksperimen, lalu memberikan pertanyaan sebagai penguatan kepada kelompok-kelompok.
f)       Rayakan. Kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.

3.    Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan teman sesama guru IPA untuk mengamati aktivitas (tingkah laku dan sikap) siswa ketika mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan kolaborasi pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing.

4.    Refleksi
Setelah mengkaji hasil observasi, guru dapat merefleksikan diri, apakah kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat berjalan sesuai dengan ketercapaian indikator kinerja dan dapatkah meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Hasil observasi siklus II ini dibandingkan dengan hasil observasi siklus I untuk mengetahui hasil perkembangan­nya, yaitu lebih meningkat atau justru menurun.


HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian Siklus I
1.    Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus I mengenai hasil belajar IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 85, nilai terendah sebesar 50, dan rata-rata hasil belajar sebesar 68.15(lihat lampiran). Selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar sebagai berikut :

Tabel 4.1
Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar pada Siklus I

Interval
Frekuensi
Prosentase
Kategori
86 ~ 100
0
0%
Baik sekali
71 ~ 85
10
41,4%
Baik
56 ~ 70
15
51,7%
Cukup
41 ~ 55
2
6,9%
Kurang
0 ~ 40
0
0%
Sangat Kurang
Jumlah
27
100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan prestasi belajar IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing : 0% siswa berada pada kategori baik sekali, 41,4% baik, 51,7% cukup, 6,9% kurang dan 0% kurang sekali.
Adapun rata-rata hasil belajar melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siklus I sebesar 68.15 dan ketuntasan individual baru mencapai 66.67% (lihat lampiran Hasil Penilaian Siklus I). Potret pembelajaran ini belum mencapai tujuan yang diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja yaitu > 85% dari jumlah siswa dalam kelas yang telah mencapai ketuntasan belajar individual.

2.    Paparan Observasi Proses Pembelajaran
Hasil observasi pada siklus I diperoleh gambaran tentang sikap  dan perilaku siswa perihal kesungguhan siswa. Perhatian siswa mulai terpusat pada pelajaran walaupun belum maksimal. Sedangkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran IPA mulai meningkat. Siswa lebih bersemangat jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum kolaborasi pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing ditetapkan. Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal keberanian siswa ketika mengemukakan pendapat. Siswa mulai berani mengemukakan pendapatnya, hal ini terlihat dari keaktifan siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa juga tidak malu lagi menjawab pertanyaan, setiap siswa selalu berusaha menjawab pertanyaan dengan benar tanpa malu-malu lagi. Keberanian siswa juga semakin terlihat ketika harus tampil di depan kelas.
Perilaku lain yang menunjukkan peningkatan yaitu dalam hal ketepatan. Tugas yang diberikan kepada siswa dapat diselesaikan dengan baik walaupun belum semuanya dapat diselesaikan tepat waktu. Hal lain yang meningkat yaitu kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan. Selain itu dalam membuat pertanyaan, siswa mampu membuat pertanyaan sesuai materi yang sedang dipelajari.
Siswa belum dapat menyelesaikan tugas lebih awal dari waktu yang ditentukan. Hal ini lantaran siswa belum terbiasa menyelesaikan tugas dengan cepat. Namun kemampuan menjawab pertanyaa ada peningkatan. Siswa dapat menjawab pertanyaan secara cepat dan tepat.

3.    Refleksi
Dari hasil paparan di atas, karena hasil penilaian belum mencapai tujuan yang diharapkan guru seperti yang tertuang dalam indikator kinerja, maka perlu ada peningkatan dalam penerapan pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing di siklus II, yaitu dengan memberikan motivasi dan bimbingan yang lebih besar kepada siswa yang nilainya masuk kategori kurang dan kurang sekali.

Hasil Penilaian Evaluasi Siklus I
No
Nama Siswa
Nilai
Ket

Jumlah Nilai
1840

Nilai Rata-rata
68.15

Prosentase Ketuntasan
66.67%


Hasil Penelitian Siklus II
1.    Paparan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian siklus II mengenai hasil belajar IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh responden adalah 95, nilai terendah sebesar 65 dan rata-rata hasil belajar sebesar 77,04 (lihat lampiran). Selengkapnya dapat dibaca pada tabel distribusi frekuensi bergolong sesuai dengan kategori hasil belajar sebagai berikut :

Tabel 4.2
Deskripsi Frekuensi Bergolong Hasil Belajar pada Siklus II

Interval
Frekuensi
Prosentase
Kategori
86 ~ 100
3
10,3%
Baik sekali
71 ~ 85
16
62,1%
Baik
56 ~ 70
8
27,6%
Cukup
41 ~ 55
0
0%
Kurang
0 ~ 40
0
0%
Sangat Kurang
Jumlah
27
100%


Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perolehan prestasi belajar IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing : 10,3% siswa berada pada kategori baik sekali, 62,1% baik, 27,6% cukup, 0% kurang dan sangat kurang.
Adapun rata-rata hasil belajar materi suhu dan pengukurannya melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siklus II sebesar 77,04 dan ketuntasan individual mencapai 100% (lihat lampiran Hasil Penilaian Evaluasi Siklus II). Potret pembelajaran ini sudah mencapai tujuan yang diharapkan guru yang tertuang dalam indikator kinerja yaitu > 85% dari jumlah siswa dalam kelas yang telah mencapai ketuntasan belajar individual.

2.    Paparan Observasi Proses Pembelajaran
Hasil observasi pada siklus II menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran lebih meningkat. Perhatian siswa secara penuh tertuju pada materi pelajaran. Semangat siswa lebih meningkat, semua siswa mengikuti pelajaran dengan penuh semangat, tidak ada yang malas atau kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran IPA.
Keberanian siswa mengemukakan pendapat juga semakin meningkat. Siswa sudah berani mengungkapkan pendapat, mengomentari suatu hal atau pun mengungkapkan ide-idenya. Keberanian lain yang juga semakin meningkat yaitu keberanian menjawab pertanyaan. Mereka berlomba-lomba untuk memperoleh pertanyaan dan menjawabnya. Peningkatan juga terlihat pada kemampuan siswa untuk tampil di kelas. Masing-masing siswa berusaha tampil dengan sebaik-baiknya.
Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi di aspek ketepatan. Rata-rata siswa di kelas mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Mereka juga mampu menyelesaikan tugas tepat waktu. Selain itu siswa juga lebih mampu membuat pertanyaan yang bagus dan mudah dipahami dan sesuai dengan materi. Sehingga pelajaran dapat berlangsung dengan lancar, aktif, kreatif, bermakna, dan menyenangkan.
Dengan suasana kelas yang demikian ternyata siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Hasil belajar siswa meningkat dan kualitas guru dalam mengajar juga meningkat. Sehingga tidak aneh lagi jika antara guru dan siswa terjalin hubungan yang dinamis, harmonis, dan menyenangkan.

3.    Refleksi
Dari hasil paparan di atas, karena hasil penilaian sudah mencapai tujuan yang diharapkan guru seperti yang tertuang dalam indikator kinerja, tetapi masih banyak siswa yang nilainya di bawah rata-rata, bahkan masih ada siswa yang berada pada kategori kurang. Oleh karena itu masih diperlukan motivasi dan bimbingan yang lebih besar kepada siswa yang berada pada kategori kurang tersebut pada proses pembelajaran berikutnya.

Hasil Penilaian Evaluasi Siklus II

No
Nama Siswa
Nilai
Ket

Jumlah Nilai
2080

Nilai Rata-rata
77.04

Prosentase Ketuntasan
100%


Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Hal tersebut diindikasikan dari perolehan nilai rata-rata siklus I (68.15) dan siklus II (77,04). Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individu pada siklus I sebesar 66.67% dan siklus II sebesar 100%.
Terjadinya hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yang menyatakan bahwa : “Ada peningkatan prestasi belajar IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013”, dapat diterima kebenarannya. Disamping aspek kognitif siswa, penerapan model tersebut juga mampu meningkatkan aspek afektif dan psikomotor. Aspek afektif yang tampak yakni  kesungguhan dan keberanian. Sementara aspek psikomotor dapat dilihat dari kecepatan dan ketetapan siswa menyelesaikan serangkaian tugas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2002) bahwa dalam pembelajaran terdapat tiga ranah yang menjadi fokus peningkatan kualitas pembelajaran yakni ranah kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotoris. Dengan demikian hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan rujukan oleh peneliti lain yang hendak menelaah dan menindaklanjuti sebagai fenomena aktual dibidang pendidikan, khususnya dalam hal inovasi pembelajaran.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan prestasi belajar IPA melalui pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing siswa kelas IX-C SMP Negeri 2 Kebonsari Madiun tahun pelajaran 2012/2013. Hal tersebut ditandai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar IPA dari siklus I sebesar 68.15 dan 77,04 pada siklus II. Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 66.67% dan siklus II sebesar 100%.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :
1.    Para guru, hendaknya lebih memiliki komitmen yang tinggi dalam menjalankan tugasnya dengan melaksanakan tugas pokok secara profesional, mengkaji dan menerapkan berbagai inovasi pembelajaran secara variatif sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar.
2.    Para kepala sekolah dan pengawas sekolah, hendaknya lebih mengintensifikasikan perannya sebagai supervisor agar guru memiliki motivasi dalam menerapkan pembelajaran yang bermakna. Selebihnya, pemberian kesempatan untuk mengikuti penataran, bintek, workshop, dan sejenisnya kepada guru perlu mendapat perhatian.






DAFTAR PUSTAKA
Bobbi De Porter. 2002. Quantum Teaching. Boston: Allyn Bacon.
B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturulistik Kualitatif. Bandung : Penerbit Tarsito.
Purwandi Suhandini. 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES.
Purwanto, Ngalim, M. 1995. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Edisi Kedua. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Puskur Balitbang Depdiknas. 2003. Model-model Pembelajaran Efektif. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com). 28 Agustus 2007.
Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.
Winkel, W.S. 1998. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Gramedia.
Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar