PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN VARIASI MODEL “WORSQOBSI” MELALUI PENDEKATAN JOYFULL
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DOLOPO TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Oleh: Hery Murotibah, Guru SMP Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun
ABSTRAK
Hery
Murotibah, Pembelajaran Kooperatif dengan Variasi Model “Worsqobsi” melalui pendekatan Joyfull
Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Dolopo Tahun Pelajaran 2008/2009. Hasil
Penelitian Tindakan Kelas, Nopember
2008.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
rendahnya hasil belajar biologi materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP
Negeri 1 Dolopo. Peneliti menduga bahwa salah satu penyebabnya karena pola pembelajaran
yang konvensional. Alternatif pemecahan masalah yang dapat peneliti
lakukan adalah dengan menerapkan variasi model pembelajaran “Worsqobsi”. Pelaksanan
tindakan dilakukan dalam 2 siklus
tindakan. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun sebanyak 40 anak.
Rumusan
permasalahan penelitian ini adalah: (1).Apakah variasi model pembelajaran “Worsqobsi” dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran? (2). Apakah
variasi model pembelajaran “Worsqobsi”
dapat meningkatkan hasil belajar
siswa?
Instrumen yang digunakan adalah:
(1). Tes hasil belajar, 2). Lembar
observasi siswa, (3). Lembar observasi guru, dan (4). Lembar kuesioner siswa.
Teknik analisis data secara deskriptif untuk mendeskripsikan keaktifan siswa
dalam pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa .
Berdasarkan analisis deskriptif
disimpulkan: (1). Variasi model pembelajaran “Worsqobsi” dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran. Siswa dapat merasakan bahwa variasi model
pembelajaran sangat menyenangkan, oleh karena itu keaktifan siswa dalam
pembelajaran meningkat. (2). Variasi model pembelajaran “Worsqobsi” dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sangat mungkin terjadi karena
dengan melakukan observasi siswa
mengalami sendiri, pemahaman konsep materi dimantapkan dengan mengerjakan
soal-soal Word square dan diskusi sehingga pengetahuan yang mereka
dapatkan tidak mudah hilang dan akhirnya hasil belajar siswa meningkat.
Kata Kunci: Hasil
Belajar Biologi, Variasi Model Pembelajaran “Worsqobsi”
I. PENDAHULUAN
Dari
hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap
siswa dalam satu kelas yang dapat
memahami betul tentang klasifikasi
makhluk hidup tidak mencapai angka 75%. Dengan kata lain hasil tersebut belum
memenuhi Standar Ketuntasan Minimal yang
telah ditetapkan sekolah.
Berdasarkan
pemantauan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa salah satu penyebab
rendahnya hasil belajar siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup adalah
metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik atau kurang menyenangkan bagi
siswa. Selama ini di kegiatan
pembelajaran Biologi di SMP Negeri 1 Dolopo masih didominasi guru. Guru yang
menjadi pusat pembelajaran, sementara siswa masih berperan sebagai obyeknya.
Siswa tidak secara aktif dilibatkan. Siswa seolah menjadi penonton atau pendengar
dari semua aktivitas yang dilakukan guru. Kondisi
seperti itu menjadikan siswa kurang
bersemangat, tidak siap belajar, tidak bergairah, suasana kelas tidak
menyenangkan bahkan siswa cenderung
ramai karena berbicara dengan temannya dengan topik lain yang tidak sesuai materi
pembelajaran, interaksi guru dengan
siswa sangat kurang apalagi antar siswa dan siswa karena siswa cenderung pasif
.
Proses pembelajaran yang dilakukan
pada bidang studi Biologi juga masih banyak dilakukan menggunakan metode ceramah,
yang berarti bahwa pengajar memberikan materi dalam bentuk uraian verbal secara
intensif sampai siswa menguasai materi yang diajarkan. Proses
pembelajaran yang dilakukan siswa sangat berkaitan erat dengan keberhasilan
pendidikan. Pemakaian metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan keadaan
siswa sangat diperlukan. Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran seorang guru
dituntut untuk memilih model-model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan
siswa atau bahkan bila memungkinkan seorang guru harus berkreasi membuat
model pembelajaran yang kreatif inovatif demi keberhasilan siswanya.
Peneliti mencoba mencari alternatif
pemecahannya melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Variasi Model “Worsqobsi” melalui
Pendekatan Joyfull Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Dolopo. Model pembelajaran ini melibatkan anak untuk melakukan kegiatan
pengamatan dan aktif bekerja memecahkan
masalah dalam kelompok. Siswa dapat belajar bersosialisasi dengan teman
sehingga interaksi antar siswa dapat terjalin. Selain itu metode ini dirancang
dalam suasana santai karena mengandung unsur bermain sehingga menimbulkan
perasaan senang. Upaya ini diharapkan
menimbulkan minat yang besar terhadap materi pembelajaran, dan akhirnya
hasil belajar siswa menjadi meningkat.
II. KAJIAN
TEORI
A. Pengertian Pembelajaran
Pengertian belajar juga sering disamakan dengan pengertian
pembelajaran. Secara sederhana pengetian pembelajaran adalah "upaya untuk membelajarkan
siswa" (Degeng, 1990:2). Upaya tersebut tidak hanya berupa bagaimana siswa
belajar dengan sendiri, melainkan bertujuan, dan terkontrol. Lebih lanjut
Degeng (1990:2) mengemukakan bahwa ungkapan pembelajaran memiliki makna yang
lebih dalam untuk mengungkapkan hakikat perancangan (disain) upaya membelajarkan
siswa.
Pengertian pembelajaran erat kaitannya dengan pengertian mengajar,
namun menurut Sardiman, (1984:7) pengertian mengajar dengan pembelajaran
berbeda. Mengajar diartikan sebagai perbuatan guru dalam menyajikan materi
pelajaran kepada murid, dalam konteks ruang secara formal (kelas). Sedangkan
pembelajaran pengertiannya lebih luas, menyangkut juga kegiatan belajar siswa
yang tidak dihadiri guru secara fisik.
B. Pembelajaran Kooperatif
Kauchak dan Eggen (1993:319) mendefinisikan
bahwa belajar kooperatif adalah sebagai kumpulan strategi mengajar yang
digunakan untuk membantu siswa satu dengan lainnya dalam suatu kelompok untuk
mempelajari sesuatu. Sedangkan Slavin (1995:50) menjelaskan tentang
pembelajaran kooperatif secara ekstensif. Pendapatnya tersebut didasari teori
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
apabila mereka dapat mendiskusikan konsep-konsep itu dengan teman sebayanya.
Pembelajaran kooperatif meliputi suatu
kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah
masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama
lainnya. Tidaklah cukup menunjukkan sebuah pembelajaran kooperatif jika para siswa
duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi mereka menyelesaikan masalah sendiri-sendiri. Bukanlah
pembelajaran kooperatif jika para siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok
kecil dan mempersilahkan salah seorang di antaranya untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan kelompok.Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman
sebaya yang berinteraksi antar sesamanya
sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori
belajar kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori
vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran.
Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih dini muncul dalam percakapan atau
kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap
kedalam individu tersebut. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai hasil belajar akademis dsan juga efektif untuk mengembangkan
ketrampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang suliat dan para pengembang
model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah
dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar.
C.
Variasi Model Pembelajaran “WORSQOBSI”
Variasi model pembelajaran “WORCOBSI” yang
peneliti terapkan adalah gabungan dari ketrampilan proses observasi, Word Square Puzzle
(teka-teki Word Square) dan metode Diskusi.
1.
Ketrampilan
Proses Observasi (Pengamatan)
Pengamatan adalah suatu proses untuk mengenal
sesuatu dengan memperhatikan suatu obyek
dan peristiwa secara cermat (Kadaryanto,2007:8). Pengamatan yang benar
dilakukan dengan melibatkan semua alat indera. Pengamatan yang hanya
menggunakan satu indera tidak dapat
memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang diamati. Makin banyak
indera yang terlibat di dalam suatu pengamatan, makin lengkaplah deskripsi
obyek yang diamati.
Ketrampilan melakukan pengamatan sangat penting
untuk mengembangkan ketrampilan peserta didik
yang lainnya, misalnya ketrampilan menafsirkan, ketrampilan
mengkomunikasikan, ketrampilan membuat prediksi, mengklasifikasikan, mengukur
dan sebagainya. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan alat indera. Lewat indera kita memperoleh informasi. Dengan
informasi siswa dapat termotivasi untuk
semakin ingin tahu, bertanya, berfikir, membuat penafsiran tentang apa yang
mereka amati. Selanjutnya akan mengadakan
penelitian lebih lanjut untuk memperoleh lebih banyak informasi atau mencari
jawaban atas pertanyaan mereka atau menguji apa yang mereka pikirkan.
2. Word Square
Word Square adalah permainan kata atau
teka-teki yang huruf-hurufnya
ditempatkan di dalam kotak. Word Square mempunyai ukuran yang bervariasi. Untuk anak-anak kecil dapat
menggunakan ukuran 3x3 atau 4x4.
Permainan menjadi lebih menantang apabila jumlah kotak atau ukurannya
dibuat besar. Syarat untuk mengisi Word Square harus dapat menjawab pertanyaan
yang disertakan pada teka-teki itu.Word Square dikerjakan dengan memberi
arsiran pada kotak-kotak yang berisi huruf sesuai jawaban pertanyaan.Penggunaan
pensil berwarna lebih meningkatkan daya
tarik siswa. Kelebihan penggunaan Word Square yaitu melatih siswa disiplin dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
3. Pembelajaran Interaksi Kelompok dengan
Metode Diskusi
Diskusi merupakan suatu percakapan ilmiah oleh
beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar
pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari penyelesaian atas
suatu masalah. Sedangkan diskusi sebagai suatu metode mengajar, merupakan suatu
cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa
atau kelompok-kelompok siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif
pemecahan atas sesuatu masalah. Di dalam diskusi, proses belajar mengajar
terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah (Surakhmad, 1989: 103).
Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan
diperlukan dalam proses belajar mengajar apabila guru; (a) ingin memanfaatkan
berbagai kemampuan yang ada pada diri siswa, (b) memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk menyalurkan kemampuan yang dimilikinya, (c) memperoleh umpan
balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah
dicapai, (d) membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat
berbagai mata pelajaran dan kegiat-an sekolah, (e) membantu para siswa belajar
menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun orang lain, (f) membantu para
siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah dari pengalaman sendiri
maupun dari pelajaran sekolah, dan (g) mengembangkan motivasi untuk belajar
lebih lanjut (Winatapura, 2002: 4.20).
Kebaikan metode diskusi menurut Arsyad Azhar
(2002: 99) adalah 1). merangsang
kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa, dan terobosan baru
dalam pemecahan masalah, 2). mengembangkan sikap menghargai pendapat orang
lain,3). memperluas
wawasan, dan 4) membina untuk terbiasa musyawarah
mufakat dalam menyelesaikan masalah.
Kekurangan metode diskusi adalah :
1). pembicaraan
terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu panjang, 2). tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, 3). peserta
mendapat informasi yang terbatas.
Kelebihan metode diskusi menurut Aziz Wahab
(2002: 6.6) sebagai berikut: “melalui metode diskusi siswa memperoleh
pengalaman melalui partisipasi dan interaksi. Dengan menggunakan metode diskusi
dapat dilaksanakan pertukaran gagasan, fakta dan pendapat diantara siswa,
sehingga menjadkan suasana belajar lebih dinamis”.
D. Pendekatan
Pembelajaran Menyenangkan (Joyfull Learning)
Belajar yang menyenangkan adalah pembelajaran
yang dapat menghadirkan situasi dan kondisi yang mengundang siswa dengan
sukarela untuk melakukan tindak belajar. Situasi dan kondisi pembelajaran ini
dapat membuat undangan belajar yang berasal dari guru dirasakan oleh siswa dari
dirinya sendiri. Guru yang mampu menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran
tersebut dapat dikatakan “present in absent” (hadir dalam
ketidakhadiran). Artinya guru tidak hadir secara fisik di sekitar anak, tetapi
undangan, arahan dan bimbingan dirasakan dan tetap konsisten dilakukan walaupun
ia tidak hadir secara fisik.
“Present in absent” dapat
dimiliki oleh guru dari TK sampai perguruan tinggi (khusus perguruan tinggi
guru disebut dosen). Hal ini dapat dimengerti anak yang telah menaruh
kepercayaan kepada gurunya apa yang dikatakan merupakan suatu kebenaran.
Kebenaran yang disampaikan oleh guru tersebut apabila terjadi perbedaan dengan
apa yang disampaikan orang tua maka anak tetap lebih percaya kepada gurunya
daripada orangtuanya. Guru yang mampu “present
in absent” dalam diri anak terutama anak dalam yang tahap pemgembangan diri
didominasi oleh imitasi dan identifikasi terhadap perilaku orang dewasa yang
mampu mengakrabkan diri dengan mereka apabila guru mampu berperilaku patut
dicontoh, konsisten, adanya rasa kebersamaan dengan anak didik dalam
merealisasikan aturan-aturan, menciptakan situasi dan kondisi keterbukaan dan
dialog yang dialogis, menciptakan suasana dan hubungan yang mesra dengan anak
didik (Shochib., 2003: 3).
Ciri-ciri pembelajaran Joyfull Learning adalah
sebagai berikut: 1). Aktivitas
pembelajaran yang lebih bersifat individual, 2). Aktivitas pembelajaran yang
menyenangkan dan menggairahkan, 3). Guru memiliki kemampuan
untuk memasuki dunia anak sehingga mempu memberikan pengaruh kepadanya. Guru
tersebut berarti mampu menggetarkan dawai kata hati anak didik sehingga kewibawaan
dan keterpercayaan bergelora dalam diri mereka, 4). Penataan lingkungan fisik
dan sosial memiliki makna untuk
memberikan kontribusi terhadap mereka untuk dijadikan lahan dialog dalam
mengembangkan dirinya, 5). Setiap hasil karya anak dihargai sebagai bentuk
kompetisi untuk dirinya sendiri, 6). Setiap karya
anak memperoleh pangharagaan sebagai bentuk keberhasilan, 7). Penataan
lingkungan ruang kelas, ruang bermain di dalam dan di luar kelas dapat membuat
interaksi antara guru dengan anak didik dan anak didik dengan anak didik
semakin akrab dan dekat sehingga dapat menjadi wahana saling merasakan dan
mengakrabkan di antara mereka, 8). Pelibatan
anak didik dalam menetapkan tujuan pembelajaran dan aturan-aturan, 9). Guru dan
anak didik merupakan mitra belajar, 10). Media belajar dirancang sesuai dengan
karakteristik tujuan, materi, dan anak didik, 11). Lingkungan sekitar kelas yang nyaman dan aman, 12). Penataan
tanaman, hewan kesayangan, dan aroma yang dapat menjadikan anak didik betah dan
nyaman, 13). Penataan
musik yang membuat anak didik dapat mengurangi ketegangan dan mengembangkan
emosinya, dan 14). Anak
memiliki kebebasan untuk memilih kegiatan sesuai dengan motif dan minatnya.
E. Hasil Belajar
Pengertian prestasi
belajar secara keseluruhan adalah sesuatu yang dihasilkan dan pencapaiannya
oleh siswa dalam jangka waktu tertentu
serta pelajaran tertentu atau perubahan tingkah laku yang aktual maupun
potensial yang telah didapatnya kecapakan yang baru karena usaha yang telah
dilakukan. Prestasi yang telah dicapai masing-masing
individu akan berbeda.
Prestasi dapat didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai siswa selama menempuh atau
mengikuti pelajaran di sekolah yang
ditulis dalam buku laporan pendidikan. Dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa dapat dijadikan tolak
ukur sejauh mana mereka mencapai kemajuan belajarnya.
Pencapaian hasil belajar juga tergantung pada apa yang
dipelajari, bagaimana bahan pelajaran itu dipelajari dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah 1) Bahan atau hal yang
harus dipelajari yaitu bahan pelajaran, kesulitan dan manfaat bahan pelajaran
ikut menentukan pencapaian belajar, 2) Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor eksternal dapat berupa: a). Lingkungan alam dan lingkungan fisik, misalnya sungai,
danau, tumbuhan, udara, baru dan sebagainya. b) Lingkungan sosial, misalnya keluarga, masyarakat desa dan kota, lembaga dan badan sosial
lainnya. Hasil belajar siswa, kemajuan atau kemundurannya, ditentukan oleh
beberapa faktor sosial, baik yang terdapat di dalam sekolah maupun di luar
sekolah, seperti bakat alam, tuntutan guru, kondisi keluarga, kebudayaan
kelompok sebaya dan pribadi.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar menurut Nana Sudjana ada 2, yaitu : 1) Faktor dari dalam diri
siswa, terutama kemampuan yang dimilikinya. faktor kemampuan yang dimiliki
siswa ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.
Disamping itu ada faktor lainnya seperti motivasi belajar, motivasi dan
perhatian siswa, sikap dan kebiasaan siswa belajar, ketekunan, sosial ekonomis,
faktor fisik dan psikis, 2) Faktor yang datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Yaitu meliputi kondisi
proses belajar mengajar, lingkungan sekolah dan lingkungan di luar sekolah.
(Sudjana, 1991 : 39).
III. METODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP negeri 1 Dolopo
Kabupaten Madiun. SMP Negeri 1 Dolopo
berada di daerah kecamatan dengan jumlah
kelas paralel 27 kelas yang terbagi menjadi 9 kelas untuk kelas VII, 9 kelas
untuk kelas VIII dan 9 kelas untuk
kelas IX. Tiap kelas jumlah siswanya
rata-rata 40 siswa. Pelaksanaan penelitian
pada semester I tahun pelajaran 2008/2009.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII I
dengan jumlah siswa 40 anak terdiri dari 25 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 2
siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu:1.Perencanaan Tindakan, 2. Pelaksanaan Tindakan, 3.
Pengamatan dan 4. Refleksi.
Kegiatan Perencanaan yang
dilakukan meliputi : 1. Menetapkan
kelas dan waktu penelitian, 2. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri
dari: Lembar
observasi guru, Lembar
observasi siswa, Lembar
kuesioner siswa, Lembar post
test dan Catatan
lapangan 3. Menetapkan materi pembelajaran, 4. Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang dituangkan
dalam Rencana Pelaksaaan
Pembelajaran (RPP), 5. Menyiapkan alat bantu
pendukung pembelajaran.
Pelaksanakan tindakan
pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan
dalam RPP. Meliputi seluruh proses kegiatan pembelajaran kooperatif dengan variasi model
pembelajaran “WORSQOBSI” melalui pendekatan Joyfull learning.
Pada tahap Pengamatan, observasi
dilakukan seorang rekan guru sebagai kolaborator untuk membantu mengamati dan mengumpulkan data sesuai
dengan instrumen yang sudah disiapkan.
Teknik Pengumpulan Data untuk masing-masing instrumen yaitu: (1). Lembar
observasi guru, diisi
oleh kolaborator dengan cara menuliskan tanda
cek list (√) sesuai dengan keadaan yang diamati pada setiap butir instrumen
yang dibuat dan dikumpulkan
oleh kolaborator, (2). Lembar observasi siswa, diisi dengan menuliskan tanda cek list
(√) untuk selanjutnya dikumpulkan oleh kolaborator, (3). Lembar kuesioner , data kuesioner diisi oleh siswa dan
dikumpulkan oleh kolaborator .Jika siswa menjawab sangat setuju skornya 4,
setuju skornya 3, cukup setuju skornya 2, dan kurang setuju skornya 1, (4). Lembar
post test : Berupa hasil
belajar siswa dan dikumpulkan guru peneliti, (5). Catatan lapangan, berupa rekaman kejadian-kejadian selama proses
pembelajaran yang dilakukan kolaborator.
Analisa data dilakukan
terhadap:(1). Tes Hasil Belajar. Tes hasil belajar diambil
dari nilai post test yang diberikan
kepada siswa pada setiap akhir siklus. Teknik analisis hasil belajar, dilakukan
dengan cara memberikan skor atau nilai berdasarkan jawaban siswa yang benar.
Tujuan penelitian dikatakan berhasil apabila terdapat sekurang-kurangnya 85%
siswa mendapat nilai 65 atau lebih, (2). Observasi siswa.
IV. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Siklus I
1. Perencanaan penelitian
a.
Satu
minggu sebelum pelaksanaan penelitian siswa kelas VII I dibagi menjadi 10
kelompok, setiap kelompok terdiri 4 siswa. Kemudian semua siswa diberi tugas
mempelajari materi klasifikasi makhluk hidup.
b.
Menyiapkan
lembar observasi guru dan siswa, kuesioner, post test maupun catatan lapangan.
c.
Menyiapkan
lembar “Word Square” yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan klasifikasi makhluk hidup.
2. Pelaksanaan
penelitian
Langkah-langkah kegiatan dalam pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
a.
Peneliti
membuka pertemuan, mengabsen, memberi motivasi dan apersepsi.
b.
Mempersilakan
siswa berkumpul menurut kelompok masing-masing dan selanjutnya bersama-sama menuju perpustakaan sekolah
untuk mengamati pegawai perpustakaan yang menata buku dan buku-buku yang telah
diatur pada rak buku.
c.
Kemudian
siswa diajak kembali masuk kelas dan mempersilakan duduk bersama anggota
kelompok. Peneliti membagikan lembar “Word Square” yang berisi soal-soal
yang berhubungan dengan klasifikasi makhluk hidup kepada masing-masing kelompok
untuk dikerjakan bersama siswa dalam satu kelompok.
d.
Salah
satu kelompok maju ke depan kelas untuk mengkomunikasikan hasil kerja
kelompoknya dan 9 kelompok yang lain menjadi peserta diskusi.
e.
Dengan
dibimbing peneliti semua siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
f.
Pembelajaran
diakhiri dengan mengerjakan post test.
3. Pengamatan
a.
Data
kemampuan siswa melakukan observasi
siklus I.
b.
Data
Keaktifan siswa selama proses pembelajaran siklus I.
c.
Data
lembar observasi guru siklus I.
1)
Kemampuan
siswa melakukan pengamatan.
2)
Keaktifan
siswa dalam mengerjakan lembar “Word Square” dan kegiatan diskusi.
d. Post test siklus I.
4. Refleksi
Hasil pengamatan yang dilakukan observer
ditemukan beberapa kekurangan seperti dituliskan di bawah ini:
a. Guru belum optimal dalam membantu kesulitan siswa dalam melakukan
observasi.
b. Guru masih kurang dalam mengingatkan siswa yang
tidak memperhatikan kegiatan observasi
c. Siswa kurang aktif melakukan observasi.
d. Guru
kurang dalam memberi motivasi kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.
e. Guru tidak memantau kesulitan belajar siswa.
f. Siswa belum mampu berdiskusi dengan baik.
g. Siswa kurang
aktif mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun mengemukakan
pendapat.
h. Guru belum membantu siswa membuat kesimpulan.
i. Siswa yang mendapat nilai 65 atau lebih baru mencapai 75%, masih sesuai dengan
indikator yang ditentukan yaitu 85% siswa mendapat nilai 65 ke atas.
B.
Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Kekurangan–kekurangan guru yang perlu
diperbaiki adalah :
a.
Guru
belum optimal dalam membantu kesulitan
siswa dalam melakukan observasi.
b.
Guru masih kurang dalam mengingatkan siswa yang
tidak memperhatikan kegiatan observasi
c.
Guru
lebih aktif dalam memberi motivasi pada siswa dalam berdiskusi.
d.
Guru belum memantau kesulitan belajar siswa.
e.
Guru
belum membantu siswa dalam menarik kesimpulan.
2. Pelaksanaan
Tindakan
Langkah-langkah kegiatan dalam pelaksanaan
penelitian adalah sebagai berikut:
a.
Peneliti
membuka pertemuan, mengabsen, memberi motivasi dan apersepsi.
b.
Mempersilakan
siswa berkumpul menurut kelompok masing-masing dan selanjutnya bersama-sama menuju halaman depan
kelas untuk mengamati tanaman yang telah
ditempeli kertas bertuliskan nama ilmiahnya.
c.
Kemudian
siswa diajak kembali masuk kelas dan mempersilakan duduk bersama anggota
kelompok. Peneliti membagikan lembar “Word Square” yang berisi soal tentang
pertanyaan seputar nama ilmiah makhluk hidup kepada masing-masing kelompok
untuk dikerjakan bersama siswa dalam
satu kelompok.
d.
Salah
satu kelompok dipersilakan maju ke depan kelas untuk mengkomunikasikan hasil
kerja kelompoknya dan 9 kelompok yang lain menjadi peserta diskusi.
e.
Dengan
dibimbing peneliti semua siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
f.
Pembelajaran
diakhiri dengan mengerjakan post test.
3. Pengamatan
a. Data kemampuan siswa melakukan observasi Siklus II
Tabel
Data Kemampuan Siswa Melakukan Observasi Siklus I dan II
No.
|
Kegiatan Siswa
|
Prosentase
|
|
Sikus I
|
Siklus II
|
||
1.
|
Aktif melakukan
observasi
|
80
|
90
|
2.
|
Membawa alat tulis
untuk mencatat obyek observasi
|
90
|
95
|
3.
|
Bertanya tentang
obyek observasi
|
15
|
25
|
4.
|
Tidak melakukan
kegiatan lain selama observasi
|
87,5
|
85
|
5.
|
Tidak
memperhatikan hal-hal selain obyek
observasi
|
85
|
90
|
6.
|
Tidak ngobrol dengan
siswa lain
|
80
|
90
|
7.
|
Mencatat hasil hasil
pengamatan observasi
|
85
|
85
|
Jumlah
|
527
|
560
|
|
Rerata
|
75,3
|
80
|
Terjadi peningkatan Kemampuan siswa dalam
melakukan observasi dari rata-rata 75,3 menjadi 80.
b.
Data Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada Siklus II
Tabel Data
Keaktifan Siswa Siklus I dan II
No.
|
Kegiatan Siswa
|
Prosentase
|
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
1.
|
Aktif
mengerjakan soal word square
|
75
|
80
|
2.
|
Bekerjasama dengan
teman lain
|
|
87,5
|
3.
|
Memperhatikan
jalannya diskusi
|
50
|
80
|
4.
|
Mengajukan pertanyaan
|
|
30
|
5.
|
Menjawab pertanyaan
|
|
50
|
6.
|
Menyampaikan pendapat
|
12,5
|
20
|
7.
|
Mencatat hasil
diskusi
|
77,5
|
80
|
Jumlah
|
99
|
432
|
|
Rerata
|
14,14
|
61,71
|
Dari tabel hasil keaktifan diketahui ada beberapa peningkatan
kegiatan yang melibatkan 75% siswa
yaitu mengerjakan soal-soal word
square, memperhatikan jalannya diskusi, mencatat hasil diskusi, dan bekerjasama
dengan teman. Akan tetapi untuk kemampuan mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan serta mengemukakan pendapat
belum mencapai target yang diharapkan.
c. Data lembar observasi guru pada siklus II
Tabel
Lembar Observasi Guru Siklus I dan II
No.
|
Aspek yang diamati
|
Silus I
|
Siklus II
|
||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
|
v
|
|
v
|
|
2.
|
Menyiapkan alat bantu pembelajaran
|
v
|
|
v
|
|
3.
|
Mengemukakan alur kegiatan siswa
|
v
|
|
v
|
|
4.
|
Menggunakan alat pembelajaran
|
v
|
|
v
|
|
5.
|
Media sesuai materi pembelajaran
|
v
|
|
v
|
|
6.
|
Memotivasi siswa
untuk bertanya
|
|
v
|
v
|
|
7.
|
Memantau kesulitan belajar siswa
|
|
v
|
v
|
|
8.
|
Membimbing siswa membuat kesimpulan
|
|
v
|
v
|
|
Terjadi peningkatan kegiatan yang dilakukan
Guru. Pada siklus II guru sudah melakukan semua kegiatan sesuai lembar
observasi akan tetapi motivasi yang diberikan masih belum cukup untuk
mendorong siswa untuk meningkatkan
kemampuan dalam berdiskusi, hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa
bertanya, menjawab pertanyaan dan mengeluarkan pendapat masih rendah.
d. Post
test siklus II :
Tabel Hasil
Post Test Siklus I dan II
Nilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
Jml Siswa
|
Prosentase
|
Jml Siswa
|
Prosentase
|
|
Kurang dari 65
|
10
|
25
|
5
|
12,5
|
65 atau Lebih
|
30
|
75
|
35
|
87,5
|
Dari tabel hasil post test siklus I dan siklus
II dapat diuraikan bahwa siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 mengalami
penurunan sebesar 12,5% dan siswa yang nilainya 65 ke atas mengalamai
kenaikan 12,5% yaitu dari 75% menjadi 87,5%. Berdasarkan indikator yang telah
ditentukan bahwa hasil belajar dikatakan berhasil apabila di dalam satu kelas
terdapat sekurang-kurangnya 85 Dari uraian itu dapat dikatakan hasil belajar
siswa telah tercapai pada akhir siklus II.
e. Data
kuesioner siswa
Tabel Hasil kuesioner siswa
Skor
|
Kualifikasi
|
Jumlah
|
Prosentase
|
0-25
26-50
51-75
76-100
|
Tidak senang
Cukup senang
Senang
Sangat senang
|
5
3
14
18
|
12,5
7,5
35
45
|
Hasil kuesioner yang telah diisi siswa
menunjukkan bahwa yang senang dan sangat senang dengan Pembelajaran Kooperatif
dengan variasi model pembelajaran “WORSQOBSI” sejumlah 30 siswa atau 80%. Dengan
acuan indikator yang telah ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya 75% siswa yang
senang dan sangat senang terhadap siswa maka tujuan yang berhubungan dengan menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan tercapai.
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis terhadap pelaksanaan tindakan sebanyak 2 kali siklus, dapat
diambil simpulan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
Kooperatif dengan variasi model pembelajaran “WORSQOBSI” melalui pendekatan Joyfull Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
pengamatan.
2.
Pembelajaran
Kooperatif dengan variasi model
pembelajaran “WORSQOBSI” melalui pendekatan Joyfull
Learning dapat dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran.
3.
Pembelajaran
Kooperatif dengan variasi model pembelajaran
“WORSQOBSI” melalui pendekatan Joyfull
Learning dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan.
4. Pembelajaran Kooperatif dengan variasi model pembelajaran “WORSQOBSI”
melalui pendekatan Joyfull Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dipaparkan dapat dikemukakan
saran-saran :
1.
Sebelum
melakukan melakukan tindakan kelas sebaiknya memaksimalkan persiapan penyusunan
langkah-langkah penelitian, agar hasil yang diinginkan lebih memuaskan.
2. Pembelajaran Kooperatif dengan variasi model pembelajaran “WORSQOBSI”
melalui pendekatan Joyfull Learning terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
maka disarankan untuk guru Biologi mau mencoba menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 1995. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Degeng,
I. N. S. 1990. Asumsi dan Landasan Teoritik Desain Pembelajaran, Jurnal Teknologi
Pembelajaran, Teori dan Praktek. Malang. IPTI.
Kadaryanto,
dkk. 2007. Biologi 1 Mengungkap Rahasia Alam Kehidupan.Bogor. Yudhistira.
Kauchak,
Paul dan Eeggen, D.1993. Strategis for Teacher, Teaching Contents and
Thinking Skill. Allyn and Bacon Publisher. Boston.
Sudjana
,Nana.1991.Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar.Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Porter
dan Hernacki. 2005.Quantum Learning.Kaifa.Bandung.
Roestiyah
NK, 1996. Strategi belajar Mengajar. Jakarta.rineka Cipta.
Slavin,
Robert E. 1995. Educational Psichology Theory and Practice. Boston : Allyn and
Bacon.
Surakhmad, Winarno. 1989. Interaksi Belajar Mengajar.
Bandung.Tarsito.
Winatapura,
Udin, S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Universitas terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar