Selasa, 01 Desember 2015

PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN VARIASI MODEL “WORSQOBSI” MELALUI PENDEKATAN JOYFULL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 DOLOPO TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Oleh: Hery Murotibah, Guru SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun

ABSTRAK
Hery Murotibah, Pembelajaran Kooperatif dengan Variasi Model  “Worsqobsi” melalui pendekatan Joyfull Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi  pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Dolopo Tahun Pelajaran 2008/2009. Hasil Penelitian Tindakan Kelas, Nopember  2008.
            Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar biologi materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa SMP Negeri 1 Dolopo. Peneliti menduga bahwa salah satu penyebabnya karena pola  pembelajaran  yang konvensional. Alternatif pemecahan masalah yang dapat peneliti lakukan adalah dengan menerapkan variasi model pembelajaran “Worsqobsi”. Pelaksanan tindakan dilakukan dalam  2 siklus tindakan. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun sebanyak 40 anak.
         Rumusan permasalahan penelitian ini adalah: (1).Apakah variasi model pembelajaran “Worsqobsi” dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran? (2). Apakah  variasi model pembelajaran “Worsqobsi”  dapat   meningkatkan hasil belajar siswa?
               Instrumen yang digunakan adalah: (1). Tes hasil  belajar, 2). Lembar observasi siswa, (3). Lembar observasi guru, dan (4). Lembar kuesioner siswa. Teknik analisis data secara deskriptif untuk mendeskripsikan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa .
               Berdasarkan analisis deskriptif disimpulkan: (1). Variasi model pembelajaran “Worsqobsi” dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Siswa dapat merasakan bahwa variasi model pembelajaran sangat menyenangkan, oleh karena itu keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat. (2). Variasi model pembelajaran “Worsqobsi” dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sangat mungkin terjadi karena dengan  melakukan observasi siswa mengalami sendiri, pemahaman konsep materi dimantapkan dengan mengerjakan soal-soal Word square dan diskusi sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan tidak mudah hilang dan akhirnya hasil belajar siswa meningkat.

Kata Kunci: Hasil Belajar Biologi, Variasi Model Pembelajaran “Worsqobsi”




I. PENDAHULUAN
   Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap  siswa dalam satu kelas  yang dapat memahami betul tentang  klasifikasi makhluk hidup tidak mencapai angka 75%. Dengan kata lain hasil tersebut belum memenuhi Standar Ketuntasan Minimal  yang telah ditetapkan sekolah.
Berdasarkan  pemantauan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada materi klasifikasi makhluk hidup adalah metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik atau kurang menyenangkan bagi siswa. Selama ini di  kegiatan pembelajaran Biologi di SMP Negeri 1 Dolopo masih didominasi guru. Guru yang menjadi pusat pembelajaran, sementara siswa masih berperan sebagai obyeknya. Siswa tidak secara aktif dilibatkan. Siswa seolah menjadi penonton atau pendengar dari semua aktivitas yang dilakukan guru. Kondisi seperti itu  menjadikan siswa kurang bersemangat, tidak siap belajar, tidak bergairah, suasana kelas tidak menyenangkan  bahkan siswa cenderung ramai karena berbicara dengan temannya dengan topik  lain yang tidak sesuai materi pembelajaran,  interaksi guru dengan siswa sangat kurang apalagi antar siswa dan siswa karena siswa cenderung pasif .
Proses pembelajaran yang dilakukan pada bidang studi Biologi juga masih banyak dilakukan menggunakan metode ceramah, yang berarti bahwa pengajar memberikan materi dalam bentuk uraian verbal secara intensif sampai siswa menguasai materi yang diajarkan. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa sangat berkaitan erat dengan keberhasilan pendidikan. Pemakaian metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan keadaan siswa sangat diperlukan. Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran seorang guru dituntut untuk memilih model-model pembelajaran yang sesuai dengan  keadaan  siswa atau bahkan bila memungkinkan seorang guru harus berkreasi membuat model pembelajaran yang kreatif inovatif demi keberhasilan siswanya.
Peneliti mencoba mencari alternatif pemecahannya melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Variasi Model “Worsqobsi” melalui Pendekatan Joyfull Learning untuk Meningkatkan  Hasil Belajar Biologi  materi klasifikasi makhluk hidup pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Dolopo. Model pembelajaran ini  melibatkan anak untuk melakukan kegiatan pengamatan  dan aktif bekerja memecahkan masalah dalam kelompok. Siswa dapat belajar bersosialisasi dengan teman sehingga interaksi antar siswa dapat terjalin. Selain itu metode ini dirancang dalam suasana santai karena mengandung unsur bermain sehingga menimbulkan perasaan senang. Upaya ini diharapkan  menimbulkan minat yang besar terhadap materi pembelajaran, dan  akhirnya  hasil belajar siswa menjadi meningkat.

II.  KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pembelajaran
Pengertian belajar juga sering disamakan dengan pengertian pembelajaran. Secara sederhana pengetian pembelajaran adalah "upaya untuk membelajarkan siswa" (Degeng, 1990:2). Upaya tersebut tidak hanya berupa bagaimana siswa belajar dengan sendiri, melainkan bertujuan, dan terkontrol. Lebih lanjut Degeng (1990:2) mengemu­kakan bahwa ungkapan pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk mengungkapkan hakikat perancangan (disain) upaya membela­jarkan siswa.
Pengertian pembelajaran erat kaitannya dengan pengertian mengajar, namun menurut Sardiman, (1984:7) pengertian mengajar dengan pembelajaran berbeda. Mengajar diartikan sebagai perbuatan guru dalam menyajikan materi pelajaran kepada murid, dalam kon­teks ruang secara formal (kelas). Sedangkan pembelajaran penger­tiannya lebih luas, menyangkut juga kegiatan belajar siswa yang tidak dihadiri guru secara fisik.

B. Pembelajaran Kooperatif  
Kauchak dan Eggen (1993:319) mendefinisikan bahwa belajar kooperatif adalah sebagai kumpulan strategi mengajar yang digunakan untuk membantu siswa satu dengan lainnya dalam suatu kelompok untuk mempelajari sesuatu. Sedangkan Slavin (1995:50) menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif secara ekstensif. Pendapatnya tersebut didasari teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan konsep-konsep itu dengan teman sebayanya.
Pembelajaran kooperatif meliputi suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama lainnya. Tidaklah cukup menunjukkan sebuah pembelajaran kooperatif jika para siswa duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi mereka menyelesaikan  masalah sendiri-sendiri. Bukanlah pembelajaran kooperatif jika para siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang di antaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok.Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya    sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih dini muncul dalam percakapan atau kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap kedalam individu tersebut. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademis dsan juga efektif untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang suliat dan para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

C. Variasi Model Pembelajaran “WORSQOBSI”
Variasi model pembelajaran “WORCOBSI” yang peneliti terapkan adalah gabungan dari ketrampilan proses  observasi, Word Square Puzzle (teka-teki Word Square) dan metode Diskusi. 
1.       Ketrampilan Proses Observasi (Pengamatan)
Pengamatan adalah suatu proses untuk mengenal sesuatu dengan  memperhatikan suatu obyek dan peristiwa secara cermat (Kadaryanto,2007:8). Pengamatan yang benar dilakukan dengan melibatkan semua alat indera. Pengamatan yang hanya menggunakan  satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang diamati. Makin banyak indera yang terlibat di dalam suatu pengamatan, makin lengkaplah deskripsi obyek yang diamati.
Ketrampilan melakukan pengamatan sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan peserta didik   yang lainnya, misalnya ketrampilan menafsirkan, ketrampilan mengkomunikasikan, ketrampilan membuat prediksi, mengklasi­fikasi­kan, mengukur dan sebagainya. Pengamatan dilakukan dengan  mengguna­kan alat indera. Lewat indera kita memperoleh informasi. Dengan informasi siswa  dapat termotivasi untuk semakin ingin tahu, bertanya, berfikir, membuat penafsiran tentang apa yang mereka  amati. Selanjutnya akan mengadakan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh lebih banyak informasi atau mencari jawaban atas pertanyaan mereka atau menguji apa yang mereka pikirkan.
2. Word Square
Word Square adalah permainan kata atau teka-teki  yang huruf-hurufnya ditempatkan di dalam kotak. Word Square mempunyai ukuran yang  bervariasi. Untuk anak-anak kecil dapat menggunakan ukuran 3x3 atau 4x4.  Permainan menjadi lebih menantang apabila jumlah kotak atau ukurannya dibuat besar.  Syarat untuk mengisi  Word Square harus dapat menjawab pertanyaan yang disertakan pada teka-teki itu.Word Square dikerjakan dengan memberi arsiran pada kotak-kotak yang berisi huruf sesuai jawaban pertanyaan.Penggunaan pensil berwarna lebih  meningkatkan daya tarik siswa. Kelebihan penggunaan Word Square yaitu  melatih siswa disiplin dan meningkat­kan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
3.    Pembelajaran Interaksi Kelompok dengan Metode Diskusi
Diskusi merupakan suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari penyelesaian atas suatu masalah. Sedangkan diskusi sebagai suatu metode mengajar, merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa atau kelompok-kelompok siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Di dalam diskusi, proses belajar mengajar terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah (Surakhmad, 1989: 103).
Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan dalam proses belajar mengajar apabila guru; (a) ingin memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada diri siswa, (b) memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan kemampuan yang dimilikinya, (c) memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah dicapai, (d) membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiat-an sekolah, (e) membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun orang lain, (f) membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah, dan (g) mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut (Winatapura, 2002: 4.20).
Kebaikan metode diskusi menurut Arsyad Azhar (2002: 99) adalah 1). merangsang kreatifitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan-prakarsa, dan terobo­san baru dalam pemecahan masalah, 2). mengembangkan sikap menghargai penda­pat orang lain,3). memperluas wawasan, dan 4)          membina untuk terbiasa musyawarah mufakat dalam menyelesai­kan  masalah.
Kekurangan metode diskusi adalah : 1). pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu panjang, 2). tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar, 3). peserta mendapat informasi yang terbatas.
Kelebihan metode diskusi menurut Aziz Wahab (2002: 6.6) sebagai berikut: “melalui metode diskusi siswa mempero­leh pengalaman melalui partisipasi dan interaksi. Dengan menggunakan metode diskusi dapat dilaksanakan pertukaran gagasan, fakta dan pendapat diantara siswa, sehingga menjadkan suasana belajar lebih dinamis”.

D. Pendekatan  Pembelajaran Menyenang­kan (Joyfull Learning)
Belajar yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat menghadirkan situasi dan kondisi yang mengundang siswa dengan sukarela untuk melakukan tindak belajar. Situasi dan kondisi pembelajaran ini dapat membuat undangan belajar yang berasal dari guru dirasakan oleh siswa dari dirinya sendiri. Guru yang mampu menciptakan situasi dan kondisi pembelajaran tersebut dapat dikatakan “present in absent” (hadir dalam ketidakhadiran). Artinya guru tidak hadir secara fisik di sekitar anak, tetapi undangan, arahan dan bimbingan dirasakan dan tetap konsisten dilakukan walaupun ia tidak hadir secara fisik.
 “Present in absent” dapat dimiliki oleh guru dari TK sampai perguruan tinggi (khusus perguruan tinggi guru disebut dosen). Hal ini dapat dimengerti anak yang telah menaruh kepercayaan kepada gurunya apa yang dikatakan merupakan suatu kebenaran. Kebenaran yang disampaikan oleh guru tersebut apabila terjadi perbedaan dengan apa yang disampaikan orang tua maka anak tetap lebih percaya kepada gurunya daripada orangtuanya. Guru yang mampu “present in absent” dalam diri anak terutama anak dalam yang tahap pemgembangan diri didominasi oleh imitasi dan identifikasi terhadap perilaku orang dewasa yang mampu mengakrabkan diri dengan mereka apabila guru mampu berperilaku patut dicontoh, konsisten, adanya rasa kebersamaan dengan anak didik dalam merealisasikan aturan-aturan, menciptakan situasi dan kondisi keterbukaan dan dialog yang dialogis, menciptakan suasana dan hubungan yang mesra dengan anak didik (Shochib., 2003: 3).
Ciri-ciri pembelajaran Joyfull Learning adalah sebagai berikut: 1). Aktivitas pembelajaran yang lebih bersifat individual, 2). Aktivitas pembelajaran yang menyenangkan dan menggairahkan, 3). Guru memiliki kemampuan untuk memasuki dunia anak sehingga mempu memberikan pengaruh kepadanya. Guru tersebut berarti mampu menggetarkan dawai kata hati anak didik sehingga kewibawaan dan keterpercayaan bergelora dalam diri mereka, 4). Penataan lingkungan fisik dan sosial  memiliki makna untuk memberikan kontribusi terhadap mereka untuk dijadikan lahan dialog dalam mengembangkan dirinya, 5). Setiap hasil karya anak dihargai sebagai bentuk kompetisi untuk dirinya sendiri,  6). Setiap karya anak memper­oleh pangharagaan sebagai bentuk keberhasilan, 7). Penataan lingkungan ruang kelas, ruang bermain di dalam dan di luar kelas dapat membuat interaksi antara guru dengan anak didik dan anak didik dengan anak didik semakin akrab dan dekat sehingga dapat menjadi wahana saling merasakan dan mengakrabkan di antara mereka, 8). Pelibatan anak didik dalam menetapkan tujuan pembelajaran dan aturan-aturan, 9). Guru dan anak didik merupakan mitra belajar, 10). Media belajar dirancang sesuai dengan karakteristik tujuan, materi, dan anak didik, 11). Lingkungan sekitar kelas yang nyaman dan aman, 12). Penataan tanaman, hewan kesayangan, dan aroma yang dapat menjadikan anak didik betah dan nyaman, 13). Penataan musik yang membuat anak didik dapat mengurangi ketegangan dan mengembangkan emosinya, dan 14). Anak memiliki kebebasan untuk memilih kegiatan sesuai dengan motif dan minatnya.

E.    Hasil Belajar
Pengertian prestasi belajar secara keseluruhan adalah sesuatu yang dihasilkan dan pencapaiannya oleh siswa dalam jangka waktu  tertentu serta pelajaran tertentu atau perubahan tingkah laku yang aktual maupun potensial yang telah didapatnya kecapakan yang baru karena usaha yang telah dilakukan. Prestasi yang telah dicapai masing-masing individu akan berbeda.
Prestasi dapat didefinisikan sebagai hasil  yang telah dicapai siswa selama menempuh atau mengikuti pelajaran  di sekolah yang ditulis dalam buku laporan pendidikan. Dengan prestasi belajar  yang diperoleh siswa dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana mereka mencapai kemajuan belajarnya.
Pencapaian hasil  belajar juga tergantung pada apa yang dipelajari, bagaimana bahan pelajaran itu dipelajari dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah 1)  Bahan atau hal yang harus dipelajari yaitu bahan pelajaran, kesulitan dan manfaat bahan pelajaran ikut menentukan pencapaian  belajar, 2) Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor  eksternal dapat berupa: a). Lingkungan alam dan lingkungan fisik, misalnya sungai, danau, tumbuhan, udara, baru dan sebagainya. b) Lingkungan  sosial, misalnya keluarga, masyarakat  desa dan kota, lembaga dan badan sosial lainnya. Hasil belajar siswa, kemajuan atau kemundurannya, ditentukan oleh beberapa faktor sosial, baik yang terdapat di dalam sekolah maupun di luar sekolah, seperti bakat alam, tuntutan guru, kondisi keluarga, kebudayaan kelompok sebaya dan pribadi.
Adapun faktor-faktor yang mem­pengaruhi hasil belajar menurut Nana Sudjana ada 2, yaitu : 1) Faktor dari dalam diri siswa, terutama kemampuan yang dimilikinya. faktor kemampuan yang dimiliki siswa ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping itu ada faktor lainnya seperti motivasi belajar, motivasi dan perhatian siswa, sikap dan kebiasaan siswa belajar, ketekunan, sosial ekonomis, faktor fisik dan psikis, 2) Faktor yang datang dari luar diri siswa  atau lingkungan. Yaitu meliputi kondisi proses belajar mengajar, lingkungan sekolah dan lingkungan di luar sekolah. (Sudjana, 1991 : 39).

III.   METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP negeri 1 Dolopo Kabupaten Madiun.  SMP Negeri 1 Dolopo berada di daerah kecamatan  dengan jumlah kelas paralel 27 kelas yang terbagi menjadi 9 kelas untuk kelas VII, 9 kelas untuk kelas VIII dan   9 kelas untuk kelas IX.  Tiap kelas jumlah siswanya rata-rata 40 siswa.  Pelaksanaan penelitian pada semester I tahun pelajaran 2008/2009.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII I dengan jumlah siswa 40 anak terdiri dari 25 siswa perempuan dan  15 siswa laki-laki.
Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu:1.Perencanaan Tindakan, 2. Pelaksanaan Tindakan, 3. Pengamatan dan 4. Refleksi.
Kegiatan Perencanaan yang dilakukan meliputi : 1. Menetapkan kelas dan waktu penelitian, 2. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari: Lembar observasi guru, Lembar observasi siswa, Lembar kuesioner siswa, Lembar post test dan Catatan lapangan 3. Menetapkan materi pembelajaran, 4. Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang    dituangkan dalam Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP), 5. Menyiapkan alat bantu pendukung pembelajaran.
Pelaksanakan tindakan pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan dalam RPP. Meliputi seluruh proses kegiatan pembelajaran kooperatif dengan variasi model pembelajaran “WORSQOBSI” melalui pendekatan Joyfull learning.
Pada tahap Pengamatan, observasi dilakukan seorang rekan guru sebagai kolaborator untuk membantu   mengamati dan mengumpulkan data sesuai dengan instrumen yang sudah disiapkan.
Teknik Pengumpulan Data untuk masing-masing instrumen yaitu: (1). Lembar observasi guru, diisi oleh  kolaborator dengan cara menuliskan tanda cek list (√) sesuai dengan keadaan yang diamati pada setiap butir instrumen yang dibuat dan dikumpulkan oleh kolaborator, (2). Lembar observasi siswa, diisi dengan menuliskan tanda cek list (√) untuk selanjutnya  dikumpulkan oleh kolaborator, (3). Lembar kuesioner , data kuesioner diisi oleh siswa dan dikumpulkan oleh kolaborator .Jika siswa menjawab sangat setuju skornya 4, setuju skornya 3, cukup setuju skornya 2, dan kurang setuju skornya 1, (4). Lembar post test : Berupa hasil belajar siswa dan dikumpulkan guru peneliti, (5). Catatan lapangan,  berupa rekaman kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang dilakukan kolaborator.
Analisa data dilakukan terhadap:(1). Tes Hasil Belajar. Tes hasil belajar diambil dari nilai  post test yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus. Teknik analisis hasil belajar, dilakukan dengan cara memberikan skor atau nilai berdasarkan jawaban siswa yang benar. Tujuan penelitian dikatakan berhasil apabila terdapat sekurang-kurangnya 85% siswa mendapat nilai 65 atau lebih, (2). Observasi siswa.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEM­BAHA­SAN
A.    Siklus I
1. Perencanaan penelitian
a.     Satu minggu sebelum pelaksanaan penelitian siswa kelas VII I dibagi menjadi 10 kelompok, setiap kelompok terdiri 4 siswa. Kemudian semua siswa diberi tugas mempelajari materi klasifikasi makhluk hidup.
b.    Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa, kuesioner, post test maupun catatan lapangan.
c.     Menyiapkan lembar “Word Square” yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan klasifikasi makhluk hidup.

2. Pelaksanaan penelitian
Langkah-langkah kegiatan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
a.     Peneliti membuka pertemuan, meng­absen, memberi motivasi dan apersepsi.
b.    Mempersilakan siswa berkumpul menurut kelompok masing-masing dan  selanjutnya bersama-sama menuju perpustakaan sekolah untuk mengamati pegawai perpustakaan yang menata buku dan buku-buku yang telah diatur pada rak buku.
c.     Kemudian siswa diajak kembali masuk kelas dan mempersilakan duduk bersama anggota kelompok. Peneliti membagikan lembar “Word Square” yang berisi soal-soal yang berhubungan dengan klasifikasi makhluk hidup kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan bersama siswa dalam satu kelompok.
d.    Salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk mengkomunikasikan hasil kerja kelompoknya dan 9 kelompok yang lain menjadi peserta diskusi.
e.     Dengan dibimbing peneliti semua siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
f.     Pembelajaran diakhiri dengan mengerja­kan post test.

3. Pengamatan
a.     Data kemampuan siswa  melakukan observasi siklus I.
b.    Data Keaktifan siswa selama proses pembelajaran siklus I.
c.     Data lembar observasi guru siklus I.
1)    Kemampuan siswa melakukan pengamatan.
2)    Keaktifan siswa dalam mengerjakan lembar “Word Square” dan kegiatan diskusi.         
d. Post test siklus I.

4. Refleksi
Hasil pengamatan yang dilakukan observer ditemukan beberapa kekurangan seperti dituliskan di bawah ini:
a.     Guru belum optimal dalam  membantu kesulitan siswa dalam melakukan observasi.
b. Guru  masih kurang dalam mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan kegiatan observasi
c.  Siswa kurang aktif melakukan observasi.
d. Guru kurang dalam memberi motivasi kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran.
e.  Guru tidak memantau kesulitan belajar siswa.
f. Siswa belum mampu  berdiskusi dengan baik.
g. Siswa kurang  aktif mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun mengemukakan pendapat.
h. Guru belum membantu siswa membuat kesimpulan.
i.  Siswa yang mendapat nilai   65 atau lebih  baru mencapai 75%, masih sesuai dengan indikator yang ditentukan yaitu 85% siswa mendapat nilai 65 ke atas.

B. Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Kekurangan–kekurangan guru yang perlu diperbaiki adalah :
a.     Guru belum optimal dalam  membantu kesulitan siswa dalam melakukan observasi.
b.    Guru  masih kurang dalam mengingatkan siswa yang tidak memperhatikan kegiatan observasi
c.     Guru lebih aktif dalam memberi motivasi pada siswa dalam berdiskusi.
d.    Guru  belum memantau kesulitan belajar siswa.
e.     Guru belum membantu siswa dalam menarik kesimpulan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah kegiatan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
a.     Peneliti membuka pertemuan, meng­absen, memberi motivasi dan apersepsi.
b.    Mempersilakan siswa berkumpul menurut kelompok masing-masing dan  selanjutnya bersama-sama menuju halaman depan kelas  untuk mengamati tanaman yang telah ditempeli kertas bertuliskan nama ilmiahnya.
c.     Kemudian siswa diajak kembali masuk kelas dan mempersilakan duduk bersama anggota kelompok. Peneliti membagikan lembar “Word Square” yang berisi soal tentang pertanyaan seputar nama ilmiah makhluk hidup kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan bersama  siswa dalam satu  kelompok.
d.    Salah satu kelompok dipersilakan maju ke depan kelas untuk mengkomuni­kasikan hasil kerja kelompoknya dan 9 kelompok yang lain menjadi peserta diskusi.
e.     Dengan dibimbing peneliti semua siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
f.     Pembelajaran diakhiri dengan mengerja­kan post test.



3. Pengamatan
a. Data kemampuan siswa  melakukan observasi Siklus II
Tabel  Data  Kemampuan Siswa  Melakukan Observasi Siklus I dan II
No.
Kegiatan Siswa
Prosentase
Sikus I
Siklus II
1.
Aktif melakukan observasi
80
90
2.
Membawa alat tulis untuk mencatat obyek observasi
90
95
3.
Bertanya tentang obyek observasi
15
25
4.
Tidak melakukan kegiatan lain selama observasi                
87,5
85
5.
Tidak memperhatikan   hal-hal selain obyek observasi
85
90
6.
Tidak ngobrol dengan siswa lain
80
90
7.
Mencatat hasil hasil pengamatan observasi
85
85
Jumlah
527
560
Rerata
75,3
80
           
Terjadi peningkatan Kemampuan siswa dalam melakukan observasi dari rata-rata 75,3 menjadi 80.

     b. Data Keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada Siklus II
Tabel  Data Keaktifan Siswa Siklus I dan II
No.
Kegiatan Siswa
Prosentase
Siklus I
Siklus II
1.
Aktif mengerjakan  soal word square
75
80
2.
Bekerjasama dengan teman lain

87,5
3.  
Memperhatikan jalannya diskusi
50
80
4.
Mengajukan pertanyaan

30
5.
Menjawab pertanyaan

50
6.
Menyampaikan pendapat
12,5
20
7.
Mencatat hasil diskusi
77,5
80
Jumlah
99
432
Rerata
14,14
61,71
              


Dari tabel hasil  keaktifan diketahui ada beberapa peningkatan kegiatan yang melibatkan 75% siswa  yaitu  mengerjakan soal-soal word square, memperhatikan jalannya diskusi, mencatat hasil diskusi, dan bekerjasama dengan teman. Akan tetapi untuk kemampuan mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan serta mengemukakan pendapat  belum mencapai target yang diharapkan.



c. Data lembar observasi guru pada siklus II
Tabel  Lembar Observasi Guru Siklus I dan II
No.
Aspek yang diamati
Silus I
Siklus II
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1.
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
v

v

2.
Menyiapkan alat bantu pembelajaran
v

v

3.
Mengemukakan alur kegiatan  siswa
v

v

4.
Menggunakan alat pembelajaran
v

v

5.
Media sesuai materi pembelajaran
v

v

6.
Memotivasi siswa    untuk bertanya

v
v

7.
Memantau kesulitan belajar siswa

v
v

8.
Membimbing siswa membuat kesimpulan

v
v

        


Terjadi peningkatan kegiatan yang dilakukan Guru. Pada siklus II guru sudah melakukan semua kegiatan sesuai lembar observasi akan tetapi motivasi yang diberikan masih belum cukup untuk mendorong  siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam berdiskusi, hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa bertanya, menjawab pertanyaan dan mengeluarkan pendapat masih rendah.




d. Post test siklus II :
Tabel Hasil Post Test Siklus I dan II
Nilai
Siklus I
Siklus II
Jml Siswa
Prosentase
Jml Siswa
Prosentase
Kurang dari 65
10
25
5
12,5
65 atau Lebih
30
75
35
87,5
        


Dari tabel hasil post test siklus I dan siklus II dapat diuraikan bahwa siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 mengalami penurunan sebesar 12,5% dan   siswa yang nilainya 65 ke atas mengalamai kenaikan 12,5% yaitu dari 75% menjadi 87,5%. Berdasarkan indikator yang telah ditentukan bahwa hasil belajar dikatakan berhasil apabila di dalam satu kelas terdapat sekurang-kurangnya 85 Dari uraian itu dapat dikatakan hasil belajar siswa telah tercapai pada akhir siklus II.




e. Data kuesioner siswa
               Tabel  Hasil kuesioner siswa
Skor
Kualifikasi
Jumlah
Prosentase
0-25
26-50
51-75
76-100
Tidak senang
Cukup senang
Senang
Sangat senang
5
3
14
18
12,5
7,5
35
45



Hasil kuesioner yang telah diisi siswa menunjukkan bahwa yang senang dan sangat senang dengan Pembelajaran Kooperatif dengan variasi model pembelajaran “WORSQOBSI” sejumlah 30 siswa atau 80%. Dengan acuan indikator yang telah ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya 75% siswa yang senang dan sangat senang terhadap siswa maka tujuan yang  berhubungan dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan tercapai.


V.  KESIMPULAN  DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap pelaksanaan tindakan sebanyak 2 kali siklus, dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1.    Pembelajaran Kooperatif dengan variasi model pembelajaran “WORSQOBSI” melalui pendekat­an Joyfull Learning dapat  meningkatkan kemampuan siswa dalam pengamatan.
2.    Pembelajaran Kooperatif dengan  variasi model pembelajaran “WORSQOBSI” melalui pendekatan Joyfull Learning dapat  dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
3.    Pembelajaran Kooperatif dengan  variasi model pembelajaran “WORSQOBSI” melalui pendekatan Joyfull Learning dapat   menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
4. Pembelajaran Kooperatif dengan  variasi model pembelajaran “WORSQOBSI” melalui pendekatan Joyfull Learning dapat   meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan  yang telah dipaparkan dapat dikemukakan saran-saran :
1.    Sebelum melakukan melakukan tindakan kelas sebaiknya memaksimalkan persiapan penyusunan langkah-langkah penelitian, agar hasil yang diinginkan lebih memuaskan.
2.    Pembelajaran Kooperatif dengan  variasi model pembelajaran “WORSQOBSI” melalui pendekatan Joyfull Learning terbukti dapat   meningkatkan hasil belajar siswa, maka disarankan untuk guru Biologi mau mencoba menerapkannya.









DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 1995. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Degeng, I. N. S. 1990. Asumsi dan Landasan Teoritik Desain Pembelajaran, Jurnal Teknologi Pembelajaran, Teori dan Praktek. Malang. IPTI.
Kadaryanto, dkk. 2007. Biologi 1 Mengungkap Rahasia Alam Kehidupan.Bogor. Yudhistira.
Kauchak, Paul dan Eeggen, D.1993. Strategis for Teacher, Teaching Contents and Thinking Skill. Allyn and Bacon Publisher. Boston.
Sudjana ,Nana.1991.Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar.Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Porter dan Hernacki. 2005.Quantum Learning.Kaifa.Bandung.
Roestiyah NK, 1996. Strategi belajar Mengajar. Jakarta.rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 1995. Educational Psichology Theory and Practice. Boston : Allyn and Bacon.
Surakhmad, Winarno. 1989. Interaksi Belajar Mengajar. Bandung.Tarsito.

Winatapura, Udin, S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Universitas terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar