INOVASI
PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MACROMEDIA FLASH UNTUK PENINGKATAN
PENGUASAAN KONSEP MELALUI
METODE
GROUP INVESTIGATION (GI)
DI
SMP NEGERI 1 GEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh :
Ria Hartatik, Guru SMPN 1 Gemarang
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Peningkatan hasil pembelajaran pada
materi sistem koordinasi dengan penggunaan macromedia flash melalui
metode Group Investigation; (2)
Peningkatan penguasaan konsep materi sistem koordinasi dengan penggunaan macromedia
flash melalui metode Group Investigation.
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research (CAR)
Rancangan penelitian dan solusi disusun sesuai dengan permasalahan yang terjadi
pada proses pembelajaran di kelas dan dialami oleh guru peneliti. Adapun
rancangan solusi yang akan diterapkan adalah penggunaan macromedia flash
melalui metode Group Investigation. Penelitian yang dilakukan adalah PTK
kolaboratif dimana peneliti bekerjasama dengan guru kolaborator dalam melakukan
penelitian. Tindakan yang dilakukan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus
II berdasarkan hasil refleksi yang diadakan pada siklus I. Jadi penggunaan macromedia
flash melalui metode GI pada siklus I akan disempurnakan pada siklus II
tetapi dengan sub materi yang berbeda yaitu sistem saraf pada siklus I dan
sistem indera pada siklus II. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian
adalah deskripsi keadaan pembelajaran yang sebenarnya (deskripsi kualitatif ). Aspek
kualitatif mencakup kualitas pembelajaran yaitu
berupa keadaan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, hasil
observasi berdasarkan lembar observasi, wawancara dengan guru dan siswa dan
pemberian angket yang menggambarkan kegiatan pembelajaran oleh siswa di dalam
kelas. Data penguatan konsep adalah berupa prosentase kenaikan penguatan konsep
dari siklus I dan siklus II yang diperoleh melalui tes diagnostik.
Hasil penelitian
disimpulkan : (1) Penggunaan macromedia flash melalui metode Group
Investigation dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara
menyeluruh baik untuk aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik; (2)
Penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation
dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem koordinasi manusia (saraf
dan indera).
Implikasi
hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengembangan penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 1 Gemarang dan dapat
dijadikan upaya bersama antara sekolah, dan
guru yang lain untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran secara menyeluruh sehingga penguasaan konsep siswa
lebih meningkat. Sedangkan secara praktis dapat diterapkan pada proses
pembelajaran materi sistem koordinasi manusia, yaitu bahwa penggunaan macromedia
flash melalui metode Group Investigation dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang implikasinya dapat meningkatkan penguasaan konsep materi
sistem koordinasi.
Kata kunci : Macromedia
flash, penguasaan konsep, Group Investigation (GI)
Salah satu tujuan dalam pembelajaran adalah
tercapainya penguasaan konsep oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran,
seringkali siswa sulit menangkap materi yang disampaikan oleh guru sehingga
perlu adanya usaha untuk meningkatkan penguasaan konsep. Penguasaan konsep
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah input, dan proses
pembelajaran itu sendiri. Faktor-faktor ini tentu bervariasi pada tiap sekolah.
Fakta berdasarkan hasil observasi, menunjukkan bahwa
kualitas proses pembelajaran di kelas masih kurang optimal baik dari segi siswa,
guru, media maupun metode pembelajarannya. Guru masih cenderung menggunakan
metode ceramah di dalam menyampaikan materi pelajaran tanpa adanya dukungan
media yang memadai. Siswa juga cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran dan
belum ada peran aktif siswa dalam interaksi edukatif di kelas, siswa hanya
bertindak sebagai obyek dalam pembelajaran bahkan terkadang enggan dan acuh
dalam mengikuti proses pembelajaran. Akibat kurang optimalnya proses
pembelajaran ini adalah penguasaan konsep siswa yang cenderung rendah.
Proses pembelajaran yang
kurang optimal tersebut
dapat diatasi dengan melakukan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan
komputer sebagai media pembelajaran melalui penggunaan software pendidikan.
Salah satu program software yang sedang berkembang adalah macromedia
flash. Macromedia
flash merupakan
salah satu program software yang mampu menyajikan pesan audio visual
secara jelas kepada siswa dan materi yang bersifat abstrak dapat diilustrasikan
secara lebih menarik kepada siswa dengan berbagai gambar animasi yang dapat
merangsang minat belajar siswa.
Selain penggunaan media,
guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
komunikatif sehingga dapat menigkatkan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode Group
Investigation (GI), dimana siswa akan
terlibat secara langsung didalam menentukan materi pelajaran yang akan
dipelajari dengan materi umum yang telah diberikan oleh guru, dengan demikian
siswa mempunyai kebebasan didalam memilih sub materi yang diinginkan.
Komunikasi edukatif akan terjalin antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa dalam suatu diskusi kelas.
Penggunaan macromedia flash dengan
animasi gambar yang menarik diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Sedangkan penerapan metode Group Investigation
diharapkan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran sebagai salah satu indikator
kualitas pembelajaran.
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, secara umum permasalahan yang akan
dicari solusinya adalah :
1.
Apakah dengan
penggunaan macromedia flash dengan metode Group Investigation
dapat meningkatkan hasil
pembelajaran pada materi sistem koordinasi manusia?
2.
Apakah dengan
penggunaan macromedia flash dengan metode Group Investigation dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi
pada materi sistem koordinasi manusia?
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.
Peningkatan hasil pembelajaran pada
materi sistem koordinasi dengan penggunaan macromedia flash melalui
metode Group Investigation
2. Peningkatan penguasaan konsep materi sistem koordinasi
dengan penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation
KAJIAN TEORI
A.
Macromedia
Flash sebagai Suatu Media Pembelajaran
Kata media
berasal dari bahasa latin medius yang secaraharafiah berarti tengah,
perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan ( Azhar Arsyad, 2003 : 3). Media biasanya digunakan
dalam proses belajar mengajar atau dalam kegiatan-kegiatan lain misalnya
seminar, rapat dan kegiatan lainnya.
Romiszowski dalam Harjanto
( 1997 : 27) merumuskan media pengajaran… as the carriers of massage, from
some transmitting saorce ( wich may be a human being or an intimate object), to
the receiver of tha massage ( wich is our case is the learner). Penyampai
pesan (carries of information), berinteraksi dengan siswa melalui
penginderaannya. Siswa dapat di panggil untuk menggunakan sesuatu alat darinya
atau dapat juga menggunakan kombinasi alat dria sekaligus, sehingga kegiatan
komunikasi lebih seksama.
Metode GI akan melibatkan siswa sejak
perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara mempelajarinya melalui suatu
proses penyelidikan. Dalam metode pembelajaran GI kelas dibagi dalam beberapa
kelompok dengan anggota 5 - 6 orang siswa. Kelompok dalam GI biasanya heterogen
baik dalam kemampuan akademik maupun latar belakang budaya. Namun biasanya
kelompok dapat terbentuk dengan mudah karena adanya hubungan persahabatan atau
kesamaan minat terhadap suatu topik pelajaran.
Siswa dapat memilih topik yang diinginkan kemudian mendalaminya dalam
sub topik-sub topik dalam kegiatan investigasi (Arends, 1997 : 120-121).
B.
Penguasaan konsep
Menurut Slavin dalam Unggul Sudarmo
(2005 : 66) konsep merupakan abstraksi dari pemikiran yang merupakan
generalisasi dari sesuatu yang khusus atau spesifik. Dengan konsep seseorang
mampu menggolong-golongkan sesuatu sesuai dengan pengetahuannya.
Penguasaan
konsep pada diri siswa tidak dapat berlangsung secara bersamaan. Penguasaan
konsep siswa akan berbeda-beda pada setiap siswa karena adanya beberapa faktor.
Salah satu faktor itu adalah keadaan awal atau input siswa. Winkel (2005: 151)
menggambarkan bahwa : “Keadaan awal yaitu keadaan yang terdapat sebelum proses
belajar mengajar dimulai tetapi dapat berperanan dalam hal itu”.
METODE PENELITIAN
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gemarang tahun pelajaran 2013/2014. Waktu
pelaksanaan penelitian adalah antara bulan Oktober 2013 – Desember 20
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research (CAR) Rancangan
penelitian dan solusi disusun sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada
proses pembelajaran di kelas dan dialami oleh guru peneliti . Adapun rancangan
solusi yang akan diterapkan adalah penggunaan macromedia flash melalui
metode Group Investigation. Penelitian yang dilakukan adalah PTK
kolaboratif dimana peneliti bekerjasama dengan guru kolaborator dalam melakukan
penelitian. Dengan adanya prinsip kolaboratif ini guru dan peneliti dapat
bersinergi dalam menangkap fenomena yang muncul pada saat terjadi interaksi
antara guru dan siswa di kelas.
Tindakan yang dilakukan
pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II berdasarkan hasil refleksi yang
diadakan pada siklus I. Jadi penggunaan macromedia flash melalui metode
GI pada siklus I akan disempurnakan pada siklus II tetapi dengan sub materi
yang berbeda yaitu sistem saraf pada siklus I dan sistem indera pada siklus II
Data dan
Teknik Pengumpulan Data
Data
yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian adalah deskripsi keadaan
pembelajaran yang sebenarnya ( deskripsi kualitatif ). Aspek kualitatif
mencakup kualitas pembelajaran yaitu
berupa keadaan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, hasil
observasi berdasarkan lembar observasi , wawancara dengan guru dan siswa dan
pemberian angket yang menggambarkan kegiatan pembelajaran oleh siswa di dalam
kelas. Data penguatan konsep adalah berupa prosentase kenaikan penguatan konsep
dari siklus I dan siklus II yang diperoleh melalui tes diagnostik.
Sumber
data dalam penelitian berasal dari beberapa sumber, yaitu :
a.
Informasi dari
hasil wawancara dengan siswa
b.
Catatan
observasi lapangan peneliti di tempat berlangsungnya
penelitian.
c.
Dokumen antara
lain silabus pembelajaran, laporan hasil diskusi kelompok, buku teks dan
hasil tes pada siklus I dan siklus II.
Data
diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran, wawancara
dengan siswa, pemberian angket, pemberian tes untuk mengetahui peningkatan
penguasaan konsep sistem koordinasi dan kajian terhadap berbagai dokumen yang
mendukung.
Data kemudian dikumpulkan
menjadi :
a.
Konsep awal siswa tentang sistem
koordinasi manusia. Data tersebut dikumpulkan melalui tes kemampuan awal yakni
dengan tes tertulis pra tindakan
b.
Konsep siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Data
diperoleh melalui tes kemampuan pasca siklus I, pasca siklus II dan tes
kemampuan akhir.
Aktivitas siswa selama mengikuti
proses pembelajaran diperoleh dengan cara mengamati dan menyebar angket.
Pengamatan dan penilaian kerja kelompok dan hasilnya serta penampilan selama
presentasi yang berdasarkan pada penilaian unjuk kerja presentasi kelas.
Penyebaran angket kepada siswa dilakukan untuk mengetahui kepuasan siswa
terhadap penggunaan macromediaflash
dan metode GI, mengetahui keaktifan siswa dalam kelompok dan penilaian siswa
terhadap performance guru
Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data
maka digunakan instrumen sebagai berikut :
a. Silabus
Silabus
disusun oleh peneliti sesuai dengan mengacu pada langkah-langkah pelaksanaan
metode Group Investigation
b. Angket
Instrumen
ini disusun oleh peneliti untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber
mengenai:
1) Persepsi
siswa terhadap performance guru sebelum dan sesudah penelitian
2) Kepuasan
siswa terhadap penggunaan macromedia flash
3) Penilaian
siswa terhadap pembelajaran dengan metode Group Investigation.
c. LKS
LKS
disusun untuk bahan diskusi kelompok
Berisi uraian singkat materi dan bahan diskusi. LKS disusun mengacu pada
metode GI, dimana setiap kelompok mendapatkan bahan diskusi yang berbeda-beda.
d. Tes
Hasil Belajar
Instrumen
ini untuk mengetahui tingkat pemahaman dan peningkatan penguasaan konsep materi
sistem koordinasi manusia. Tes hasil belajar yang dilakukan adalah tes
kemampuan awal, pasca siklus I, pasca siklus II dan tes kemampuan akhir.
e. Lembar
observasi
Instrumen
ini digunakan untuk menilai keaktifan siswa dalam diskusi kelompok (afektif)
dan penilaian presentasi kelas (psikomotorik). Kisi-kisi penilaian ranah
afektif mengacu pada Winkel (2005:247-248) yang terdiri dari penerimaan,
partisipasi, penilaian, organisasi dan penentuan pola hidup. Aspek-aspek ini
diukur dengan pernyataan yang dinilai oleh teman lain dalam kelompok, guru dan
peneliti.
Analisis Data
Dalam kegiatan penelitian
tindakan kelas analisis data dilakukan sejak awal sampai berakhirnya kegiatan
pengumpulan data. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan
dianalisis secara kualitatif. Proses analisis
data menurut Miles dan Huberman dalam Sutopo (2002:91-92) mencakup tiga
komponen utama, yaitu : reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan.
Reduksi
data merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan dari data
lapangan (field note) yang berlangsung sepanjang kegiatan pelaksanaan
penelitian, penyajian data merupakan pemaparan atas semua data yang telah di
seleksi dan di reduksi yang dirangkai secara urut dan sistematis, dan penarikan kesimpulan
merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan
data. Dalam analisis lapangan data-data
berupa catatan lapangan dari peneliti disajikan dalam narasi informasi untuk mengadakan
refleksi yang jelas
Prosedur Penelitian
Prosedur
dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggar
dalam Zainal Aqib (2006, 22-23) yang berupa model spiral yang terdiri
dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kemudian setelah adanya
refleksi maka akan diikut dengan perencanaan kembali yang merupakan dasar
pemecahan masalah berikutnya.
Secara
operasional, langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
Siklus
I
1.
Tahap
Persiapan
§
Permintaan
ijin pada kepala sekolah SMP
Negeri 1 Gemarang.
§
Observasi pra
tindakan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas IX-A.
§
Identifikasi
masalah pembelajaran IPA
di kelas IX-A.
Setelah
diadakan identifikasi terhadap masalah di kelas, pelaksanaan masing-masing
siklus adalah sebagai berikut:
2.
Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini
peneliti menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan
meliputi:
Silabus materi
sistem koordinasi manusia sesuai dengan kurikulum KTSP, LKS sistem
saraf dan sistem indera, soal tes kognitif, angket performance guru, angket
peran serta siswa dalam metode GI, angket kepuasan terhadap macromedia flash,
lembar observasi diskusi kelompok serta lembar penilaian presentasi kelas
3.
Tahap
Pelaksanaan/tindakan
Siklus I
terdiri dari 3 pertemuan : Pertemuan 1
1)
Guru
memberikan tes kemampuan awal untuk materi sistem koordinasi manusia (sistem
saraf dan indera) serta angket penilian performance guru dalam
pembelajaran pra tindakan.
2)
Guru
memberikan pengarahan tentang metode Group Investigation yang akan
terapkan.
3)
Guru
menerangkan gambaran awal tentang sistem
saraf manusia dengan menggunakan macromedia flash.
4)
Guru membagi
materi sistem saraf menjadi 8 sub topik.
5)
Guru dan murid
mengadakan pembagian kelompok berdasarkan sub topik yang telah dipilih.
6)
Guru
membagikan LKS kepada masing-masing kelompok.
7)
Setiap
kelompok mengadakan diskusi terhadap masing-masing sub materi yang telah
dipilih. Pada tahap ini diadakan penilaian observasi diskusi kelas (penilaian
ranah afektif).
8)
Setiap
kelompok mengadakan presentasi kelas dan kelompok lain sebagai penanya. Dalam
presentasi diberi tampilan dengan macromedia flash.Pada tahap ini
diadakan penilaian observasi presentasi kelompok (penilaian ranah psikomotor).
a.
Pertemuan 2
1)
Guru
mengadakan kilas balik terhadap materi yang telah lalu.
2)
Kelompok yang
belum mengadakan presentasi kembali melanjutkan presentasi dan kelompok lain
sebagai penanya.
3)
Guru
memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran.
c. Pertemuan 3
1)
Guru
mengadakan kilas balik atas pertemuan yang lalu
2)
Guru
memberikan penguatan materi dengan menggunakan macromedia flash
diselingi tanya jawab dan pembahasan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam
presentasi
3)
Guru
memberikan tes kemampuan kognitif pasca siklus I
4.
Tahap Observasi dan Evaluasi
Observasi diadakan
sepanjang berlangsungnya proses pembelajaran. Fokus observasi adalah
implementasi penggunaan macromedia flash melalui metode GI terhadap kualitas
pembelajaran secara keseluruhan yang meliputi keterlibatan siswa dalam
pembelajaran (afektif) dan ketrampilan siswa dalam presentasi kelas
(psikomotorik), performance guru dalam pembelajaran dan tanggapan siswa
terhadap metode GI, serta penggunaan
macromedia flash sebagai media pembelajaran. Evaluasi kognitif digunakan
untuk mengetahui capaian konsep siswa pada siklus I.
5. Tahap Analisis Data
Setelah proses pembelajaran
pada siklus I berakhir, maka diadakan analisis terhadap semua data yang
diperoleh di lapangan yang diperoleh melalui proses observasi maupun
evaluasi. Hasil analisis menunjukkan
keaktifan siswa dalam diskusi kelompok rata-rata adalah tinggi dan ketrampilan dalam
presentasi kelompok baik.
6. Refleksi
Pada tahap ini di refleksi
kekurangan yang ada pada siklus I.
Siklus
II
1.
Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi
rencana perbaikan strategi pembelajaran
untuk siklus II yang didasarkan hasil refleksi pada siklus IPengoptimalan
kegiatan presentasi kelompok, guru berfungsi untuk memusatkan perhatian
kelompok pada topik pembelajaran sehingga diskusi tetap berada pada topik yang
dibahas, dengan demikian materi dapat
terserap dengan baik dan penguasaan konsep siswa dapat meningkat.
2.
Pelaksanaan Tindakan
a.
Pertemuan 1
1) Guru
mengadakan presentasi materi sistem indera manusia secara ringkas
2)
Pembagian materi sistem indera
menjadi 8 sub topik.
3)
Setiap
kelompok mengadakan diskusi kelompok, pada saat diskusi diadakan penilaian
observasi diskusi kelompok (ranah afektif)
4)
Presentasi
masing masing kelompok dan tim lain sebagai penanya, dilanjutkan pembahasan oleh guru dengan
menggunakan macromedia flash diselingi tanya jawab. Pada tahap ini
diadakan penilaian observasi presentasi kelompok (ranah psikomotorik)
5)
Guru
menyimpulkan materi.
b.
Pertemuan 2
1)
Kilas balik
materi yang telah lalu
2)
Melanjutkan
presentasi kelompok dan dilanjutkan dengan pembahasan oleh guru dengan
mengunakan macromedia flash diselingi dengan tanya jawab.
3)
Guru
menyimpulkan pembelajaran secara keseluruhan
c. Pertemuan 3
1)
Kilas balik
materi yang telah lalu
2)
Melanjutkan
presentasi kelompok dan dilanjutkan dengan pembahasan oleh guru dengan
mengunakan macromedia flash diselingi dengan tanya jawab.
3)
Tes kemampuan
kognitif pasca siklus II
d.
Pertemuan 4
1)
Guru mengulas
sekilas materi sistem saraf dan sistem indera manusia
2)
Tes kognitif
kemampuan akhir
Pola
pembelajaran dalam metode GI yang dilakukan untuk ke-dua siklus adalah :
a. Diskusi
kelas
b. Pembagian
topik menjadi beberapa sub topik
c.
Pemilihan sub topik
oleh siswa
d.
Pengelompokan siswa berdasarkan sub
topik yang telah dipilih
e.
Investigasi kelompok sesuai dengan
sub topik yang dipilih
f.
Penyusunan laporan kelompok
g.
Presentasi kelompok.
h.
Evaluasi
3.
Tahap Observasi dan Evaluasi
Fokus pengamatan adalah
pada peningkatan kualitas pembelajaran dengan penggunaan macromedia flash
melalui metode Group Investigation terhadap kualitas pembelajaran secara
keseluruhan yang meliputi keterlibatan siswa ( peran serta siswa) dalam
pembelajaran (afektif) dan ketrampilan siswa dalam presentasi kelas
(psikomotorik) serta performance guru dalam pembelajaran dan tanggapan
siswa terhadap pelaksanaan metode GI, serta penggunaan macromedia flash sebagai
media pembelajaran
4.
Tahap Analisis Data
Diadakan analisis terhadap
semua data di lapangan yang diperoleh melalui proses observasi maupun evaluasi.
Kektifan siswa dalam diskusi kelompok berada pada kategori tinggi dengan
peningkatan sebesar 2,13 dan ketrampilan siswa dalam presentasi kelompok
meningkat sebesar 2,88.
5.
Tahap Refleksi dan Tindak Lanjut
Guru
melakukan refleksi dan tindak lanjut dengan berusaha terus-menerus mengadakan
perbaikan baik dalam hal pemilihan model pembelajaran maupun dalam penentuan
media pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran secara
menyeluruh.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Observasi Pra Tindakan
Dari hasil
wawancara terlihat bahwa siswa belum mampu menguasai konsep-konsep biologi
secara menyeluruh. Hal ini dapat terlihat dari capaian nilai pada tes kognitif
yang dilakukan guru pada setiap materi pokok yang masih berkisar antara 60.
Bahkan masih banyak siswa yang tidak mampu mencapai batas tuntas meskipun telah
melalui proses remidiasi.
Dari hasil wawancara, kondisi ini juga disebabkan oleh :
1.
Belum ada
variasi penggunaan media serta kurang
variasi multi method (kurang variasi metode) dalam proses pembelajaran di
kelas.
2.
Belum ada
motivasi yang kuat dari diri siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran yang mengakibatkan kurang optimalnya proses pembelajaran.
3.
Sebagian siswa
tidak mempunyai buku pegangan materi yang memadai. Siswa hanya memakai LKS dan
buku paket yang dipinjam dari sekolah, bahkan ada siswa yang tidak membawanya sehingga sarana belajar
sangat minim.
Dari hasil
wawancara dan kesepakatan bersama selanjutnya peneliti mengadakan observasi
untuk masuk ke kelas dan mengikuti proses pembelajaran yang terjadi di kelas.
Pada proses pembelajaran guru bertindak sebagai penyampai informasi kepada
siswa dan sesekali siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Pada
bagian akhir guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang
belum di mengerti. Pada bagian ini siswa terlihat pasif dan hanya satu orang
yang menanyakan materi yang belum di pahaminya. Untuk mengetahui kemampuan
siswa, guru memberikan soal-soal latihan yang ada di LKS dan siswa mengerjakan
secara individual. Dalam pembelajaran ini guru hanya mengandalkan teks book
sebagai sumber belajar dan guru sebagai penyampai pesan (materi pelajaran).
B. Tes Kemampuan Awal
Untuk
mengetahui kondisi kemampuan awal siswa tentang materi sistem koordinasi
manusia dilakukan dengan pemberian tes diagnostik kepada siswa. Dari
hasil tes kemampuan awal diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 54,85.
Dari 33 siswa sebanyak 18 siswa belum
mencapai batas tuntas sedangkan sisanya
sebanyak 15 siswa telah mencapai batas tuntas. Dari hasil tersebut terlihat
jelas bahwa masih banyak siswa yang belum menguasai materi sistem koordinasi
manusia yang diakibatkan kurangnya kualitas pembelajaran.
C. Rincian Pelaksanaan Tindakan
Deskripsi dari
masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
1. SiklusI
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan
materi sistem koordinasi manusia sub materi
sistem saraf manusia dan seperangkat instrumen yang akan diterapkan pada
siklus satu. Instrumen meliputi silabus, angket, LKS, tes kognitif serta lembar
penilaian observasi psikomotorik.
b. PelaksanaanTindakan
Guru membagi materi menjadi 8 sub topik untuk 8 kelompok
yang heterogen. Diskusi kelompok ini dipantau
oleh guru dan peneliti dengan bantuan LKS.
Untuk mengetahui aspek afektif siswa mengisi angket peran
serta siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Selain itu untuk mengetahui
keberhasilan guru dalam pembelajan diukur dengan angket performance guru
yang diisi oleh siswa. Siswa juga mengisi lembar observasi untuk teman satu
kelompok untuk penilaian aspek psikomotorik.
c. Observasi dan Evaluasi
Secara garis besar hasil temuan selama proses pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1)
Masih ada 2
orang yang terlambat pada pertemuan pertama.
2)
Guru masih
sedikit canggung dalam penggunaan macromedia flash.
3)
Guru juga
nampak belum terbiasa memandu diskusi kelompok, guru masih nampak ingin
menguasai kegiatan pembelajaran.
4)
Pada awalnya
siswa tampak asing dengan media yang digunakan. Siswa tampak tertarik dalam tampilan
yang ada di depan kelas.
5)
Dalam presentasi kelompok ada beberapa siswa dapat
berbicara dengan baik di depan kelas yaitu kelompok 2 dan 5 sementara kelompok
yang lain masih nampak gugup dan kurang kompak.
Penilaian
terhadap aspek afektif didasarkan pada lembar observasi diskusi kelompok.
Berdasarkan penilaian
afektif terlihat jumlah siswa dengan kategori tinggi sebesar
66,67% dan siswa dengan kategori sedang sebesar 33.33%. Dan rata-rata kelas
sebesar 21,46 (tinggi).
Hasil evaluasi kognitif untuk siklus I adalah sebagai
berikut
penguasaan terhadap konsep struktur sel saraf 63,54%, fungsi sel saraf 58,34%,
proses sel saraf 57,50%, dan kelainan sel saraf 57,50%.
d. Analisis dan Refleksisiklus I
Berdasar hasil tes kognitif siklus I terlihat sudah ada
peningkatan jika dibandingkan dengan tes kemampuan awal. Prosentase capaian
konsep untuk materi sistem saraf meningkat sebesar 7,73% dari 51,52% menjadi 59,25% . Nilai
rata-rata kelas meningkat dari 54,85
menjadi 61,4 dan prosentase siswa yang mencapai batas ketuntasan belajar
mengajar meningkat sebesar 30,3% yaitu dari 45,46% menjadi 75,76%. Namun
demikian masih ada 3 konsep yang belum mencapai batas ketuntasan belajar yaitu
60 dan secara keseluruhan masih ada 24,24 % siswa yang belum mencapai batas
ketuntasan belajar mengajar.
Seluruh kelompok berada pada kategori baik dengan
rata-rata poin sebesar 23,001 untuk ranah psikomotorik.
Siklus I telah dapat berjalan cukup lancar. Namun
demikian masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki untuk refleksi
pada siklus II. Hal-hal yang perlu untuk diperbaiki tersebut antara lain:
1.
Guru perlu
meningkatkan keterampilan dalam menggunakan media pembelajaran sehingga tidak
terlihat canggung di depan kelas.
2.
Guru perlu
meningkatkan perhatiannya ke seluruh kelompok secara merata dan menempatkan
dirinya sebagai fasilitator kelas sehingga tidak terlihat mendominasi kegiatan
pembelajaran.
3.
Siswa harus
meningkatkan keaktifan dalam kegiatan kelompokknya.
4.
Standar
penguasaan konsep belum mencapai batas ketuntasan. Terlihat masih ada 24,24 %
siswa yang belum mencapai batas tuntas dan sebanyak 3 konsep yang belum
mencapai batas tuntas.
2. SiklusII
a. PerencanaanTindakan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana perbaikan
strategi pembelajaran untuk siklus II dengan sub materi sistem indera manusia.
Namun demikian ada beberapa perbedaan dari siklus I, hal ini didasarkan pada
hasil refleksi siklus I, rencana perbaikan pada siklus II adalah:
1)
Upaya
perbaikan performance guru untuk lebih terampil dalam menggunakan media
pembelajaran yang digunakan yaitu dengan mengadakan latihan sebelum memulai
pembelajaran.
2)
Mengadakan
pendekatan dan perhatian yang lebih merata kepada semua kelompok sehingga
kondisi diskusi dapat lebih hidup dan seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif
di dalamnya bukan hanya siswa yang pandai saja
3)
Meningkatkan
keaktifan dalam presentasi kelas. Siswa yang kurang aktif dipancing dengan melemparkan pertanyaan
langsung dan bagi kelompok yang pasif dapat disiasati dengan melemparkan
pertanyaan yang problematis.
4)
Pengoptimalan
kegiatan presentasi, guru berfungsi untuk memusatkan perhatian kelompok pada
topik pembelajaran sehingga diskusi tetap berada pada topik yang dibahas,
dengan demikian materi dapat terserap dengan baik dan penguasaan konsep siswa
dapat meningkat.
b. PelaksanaanTindakan
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II memperhatikan
hasil refleksi pada siklus I. Siklus II dilaksanakan sebanyak 4x2 jam
pelajaran. Alokasi waktu ini lebih banyak karena pada akhir pembelajaran
diadakan evaluasi secara menyeluruh antara materi sistem saraf dan sistem
indera manusia.
c. Observasi dan Evaluasi
Dari hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran
terlihat ada beberapa peningkatan dalan proses pembelajaran. Peningkatan
tersebut antara lain:
1)
Guru nampak
mulai terampil dan penampilan guru rileks dalam menggunakan media
pembelajaran.
2)
Guru telah
meningkatkan perhatiannya kepada setiap kelompok sehingga diskusi kelompok
dapat berjalan lancar. Semua siswa berpartisipasi aktif
3)
Pada kegiatan
presentasi kelompok siswa yang tadinya hanya diam, mulai mampu dan mau
berbicara dan menyampaikan pendapatnya sehingga sesekali terjadi ”perdebatan”
kecil antara penyaji dan penanya, namun guru dapat menjadi penengah yang baik.
Observasi pada siklus II juga dilakukan pada saat diskusi
kelompok. Berdasarkan Lampiran 7 halaman 219,
dapat dilihat bahwa aspek afektif siswa juga meningkat jika dibandingkan
dengan siklus I. Peningkatan ini sebesar 2,13 yaitu dari 21,46 pada siklus I
menjadi 23,59 pada siklus II dan nilai ini berada pada kriteria tinggi. Siswa
dengan kategori sedang sebesar 9.09% dan kategori tinggi sebesar 90.911%.
Dari hasil tes siklus II terlihat kemampuan siswa dalam
menjawab pertanyaan meningkat. Hasil tes siswa sebagai berikut : struktur indera 77,88%, fungsi
indera 88,80%, proses indera 61,38, dan kelainan indera 65,63%.
Hasil tes kemampuan akhir adalah sebagai berikut : penguasaan
terhadap konsep struktur sel saraf 63,64%, fungsi sel saraf 74,24%, proses sel
saraf 84,85%, dan kelainan sel saraf 75,76%, struktur indera 87,88%, fungsi
indera 90,91%, proses indera 63,64%, dan kelainan indera 72,73%.
Tabel 4. Prosentase Peningkatan Capaian Konsep Kemampuan
Awal-Kemampuan Akhir
No
|
Konsep
|
Prosentase
capaian konsep
|
||
Kemampuan
awal
|
Pasca
Siklus I/II
|
Kemampuan
Akhir
|
||
1
|
Struktur dalam sistem saraf
|
60,61
|
63,51
|
63,64
|
2
|
Fungsi saraf
|
57,58
|
58,34
|
74,24
|
3
|
Proses bekerjanya sel saraf
|
42,42
|
57,58
|
84,85
|
4
|
Kelainan pada sel saraf
|
45,45
|
57,58
|
75,76
|
5
|
Struktur indera
|
27,27
|
77,78
|
87,88
|
6
|
Fungsi indera
|
74,25
|
88,8
|
90,91
|
7
|
Proses bekerjanya indera
|
54,55
|
61,38
|
63,64
|
8
|
Kelainan pada indera
|
57,58
|
65,63
|
72,73
|
d. Analisis dan Refleksi
Dari hasil observasi dan tes pasca siklus I dan tes
kemampuan akhir terlihat adanya
peningkatan penguasaan konsep. Pada tes pasca siklus II capaian konsep sistem
Indera manusia meningkat sebesar 22,01% dari 51,41% menjadi 73,42%. Meskipun
capaian konsep pada siklus ini tidak terlalu tinggi,namun demikian hasil ini
cukup memuaskan karena ketuntasan konsep mencapai 100%. Nilai rata-rata kelas
pada siklus II adalah 75,76 berarti meningkat sebesar 14,36% jika dibandingkan
siklus I dan pada siklus ini semua siswa telah dapat mencapai batas ketuntasan
belajar mengajar.
Selanjutnya berdasarkan nilai tes kemampuan akhir, untuk
materi sistem saraf terjadi peningkatan capaian konsep sebesar 15,37% (yaitu
dari 59,25% pada siklus I menjadi 74,62% pada kemampuan akhir) dan materi
sistem indera manusia meningkat sebesar 5,37% (yaitu dari 73,42% pada siklus II
menjadi 78,79% pada kemampuan akhir)
Jika dilihat secara keseluruhan, maka nilai rata-rata
capaian konsep untuk materi sistem koordinasi manusia meningkat yaitu 52,46%
pada kemampuan awal, pasca siklus I/II 66,33% dan pada kemampuan akhir sebesar
76,71%. Jadi terdapat peningkatan sebesar 13,87% dari kemampuan awal ke siklus
I/II dan 10,38% dari siklus I/II ke kemampuan akhir. Dan pada kemampuan akhir ini ketuntasannya 100%.
Rata-rata nilai siswa pada siklus ini adalah 78,33.
Rata-rata aspek
psikomotorik siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 2,879
(dari 23,001 menjadi 25,88) dan ini berada pada kriteria baik, hal ini berarti
terjadi peningkatan ketrampilan siswa dalam presentasi kelompok baik dalam hal
kerjasama kelompok, kemampuan menanggapi pertanyaan, maupun dalam menyajikan
presentasi yang menarik perhatian.
Dari hasil pada siklus I dan siklus II serta kemampuan
akhir dapat dinyatakan bahwa penggunaan macromedia flash melalui metode GI
efektif untuk materi sistem koordinasi manusia. Berdasarkan hasil belajar
pada siklus I dan terlihat jelas bahwa
kualitas pembelajaran secara keseluruhan meningkat dan implikasinya
adalah meningkatnya capaian konsep siswa pada tiap siklus.
Penerapan media dan metode ini juga mendapat respon yang
baik dari siswa. Respon ini terlihat dari angket yang dibagikan kepada siswa
pada akhir pembelajaran.
Hasil penilaian angket respon siswa terhadap macromedia
flash disajikan dalam Tabel 6. di bawah ini:
Tabel 6. Respon Siswa Terhadap Macromedia Flash
No
|
Pernyataan
|
Prosentase
Jawaban
|
Kriteria
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Macromedia
flash cocok untuk materi sistem koordinasi
Saya menjadi termotivasi untuk
belajar setelah melihat macromedia flash
Macromedia flash membuat respon terhadap
materi menjadi lambat
Fasilitas yang digunakan untuk pembelajaran dengan macromedia
flash kurang memadai
Konsep materi yang disajikan dengan macromediaflash
kurang jelas
Sistematika penyajian materi dengan macromediaflash
kurang terstruktur
|
77,58
78,79
76,36
69,70
67,27
68,49
|
S
S
TS
TS
TS
TS
|
7.
8.
9.
10
|
Tampilan
gambar dalam macromedia flash sesuai dengan materi
Saya menjadi lebih paham
diterangkan dengan macromedia flash
Macromedia
flash dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem
koordinasi
Saya menjadi lebih kreatif
setelah melihat pembelajaran dengan macromedia flash
|
81,21
76,97
81,21
76,36
|
SS
S
SS
S
|
Dari Tabel 6.
diatas jelas bahwa menurut siswa macromedia flash dapat menjelaskan
materi secara jelas dan terstruktur, penyajian animasi juga dapat memacu
motivasi belajar siswa sehingga penyerapan konsep materi yang diajarkan akan
semakin mudah.
Selain media,
metode yang digunakan juga mendapat respon yang cukup baik dari siswa. Hasil
respon siswa terhadap metode yang digunakan disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 7. Respon Siswa Terhadap
Metode Group Investigation
No.
|
Pernyataan
|
Prosentase
Jawaban
|
Kriteria
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Metode
yang digunakan sesuai dengan topik
Belajar kelompok dapat
meningkatkan motivasi belajar saya
Belajar kelompok dapat
mengurangi kemampuan berpikir kritis saya
Presentasi dapat melatih
ketrampilan berbicara di depan umum.
Belajar kelompok dapat melatih
saya menghormati pendapat teman
Belajar kelompok dapat menambah
tingkat persaingan
Pembagian tugas dalam kelompok
melatih tanggung jawab dan disiplin saya
Belajar kelompok sering
dijadikan sebagai waktu bercanda
Diskusi sangat
melelahkanpikiran karena sering beradu argumen
Diskusi membutuhkan waktu yang
lama
|
79,39
82,42
65,46
86,06
81,82
63,64
82,42
63,64
64,24
56,97
|
S
SS
TS
SS
SS
TS
SS
TS
TS
KS
|
11.
12.
13.
14.
|
Belajar
kelompok lebih memudahkan saya dalam memahami pelajaran
Pembagian materi menjadi
topik-topik dapat mengurangi penguasaan konsep
Belajar kelompok dapat
meningkatkan penguasaan konsep materi indera
Belajar dari sesama teman
menambah kebingungan
|
78,18
66,06
81,21
72,73
|
S
TS
SS
TS
|
Berdasarkan Tabel 7. dapat
dinyatakan bahwa metode ini disambut positif oleh siswa. Hal ini ditunjukkan
bahwa sebagian besar siswa menyatakan setuju dan sangat setuju untuk pernyataan
positif dan tidak setuju untuk pernyataan negatif.
Respon positif siswa ini menunjukkan
bahwa metode ini akan menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang perlu
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru bertindak
sebagai fasilitator, dengan demikian siswa akan lebih mandiri untuk bekerjasama
dan mandiri dalam menemukan suatu data, fakta dan informasi tentang suatu
materi pelajaran. Hal ini tentu akan menimbulkan makna yang lebih baik bagi
siswa daripada sekedar menerima informasi dari guru.
Performance guru dalam menyampaikan
materi didepan kelas juga merupakan faktor yang sangat penting untuk
peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk mengetahui kualitas performance guru
siswa diberi angket yang merupakan umpan balik bagi perbaikan performance
guru. Adapun cara penilaian angket performance guru sama dengan angket
media dan metode diatas. Hasil dari respon siswa terhadap performance
guru disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 8. Respon Siswa Terhadap Performance Guru
No.
|
Pernyataan
|
Pra Penelitian
|
Pasca Penelitian
|
||
Prosen-
tase
|
Krite-
ria
|
Prosen-
tase
|
Krite-ria
|
||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
|
Guru tidak dapat
menghubungkan pelajaran dengan kemampuan siswa.
Bahasa
yang digunakan dalam pembelajaran sulit dipahami
Guru
membahas bagian-bagian penting dari materi yang disajikan
Guru
kurang menguasai bahan ajar
Setiap
akhir pembelajaran guru selalu menarik kesimpulan
Pertanyaan yang diajukan guru sesuai dengan materi
Feedback yang diajukan selalu memuaskan
Guru kurang memahami kesulitan yang dialami oleh siswa
Guru dapat berdialog dengan siswa secara komunikatif
Guru kurang dapat menyalurkan aspirasi siswa
Guru mampu mengoptimalkan lingkungan sebagai sumber
belajar
Pembelajaran yang dilakukan kurang menyenangkan
Guru selalu menarik perhatian siswa dengan variasi
media
Motivasi belajar selalu diberikan GURU
|
70,71
74,55
73,33
74,55
63,64
78,18
75,76
58,79
81,21
67,88
76,36
65,46
72,12
79,39
|
TS
TS
S
TS
S
S
S
KS
SS
TS
S
TS
S
S
|
73,33
76,36
77,58
75,76
65,46
80,03
80
61,82
83,03
67,27
76,36
75,15
84,85
82,42
|
TS
TS
S
TS
S
S
S
TS
SS
TS
S
TS
SS
SS
|
Dari pernyataan diatas secara
keseluruhan kualitas guru dalam menyapaikan materi cenderung meningkat. Guru
telah mampu mengoptimalkan segenap kompetensinya dalam pembelajaran dikelas.
Kekurangan-kekurangan pada performance pra penelitian telah dapat
diperbaiki pada siklus berikutnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan guru
juga telah mampu memfasilitasi kegiatan diskusi dengan baik, guru berkeliling
ke setiap kelompok untuk memberikan bimbingan dan bukan hanya sekedar
”mondar-mandir”. Hal ini tentu sangat efektif untuk membantu meningkatkan
motivasi belajar siswa di dalam kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan
penguasaan konsep materi sistem koordinasi setelah diadakan pembelajaran dengan
penggunaan macromedia flash melalui metode GI. Deskripsi ini didasarkan
pada evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Berdasar hasil penelitian yang
telah dilakukan penulis menyatakan bahwa penerapan metode GI dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran karena mampu meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam
proses pembelajaran. Partisipasi aktif ini terlihat dari peningkatan aspek
afektif dari siklus I ke siklus II sebesar 2,13 dan aspek psikomotor meningkat
sebesar 2,88.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendapat Mulyasa (2006:101) yang menyatakan suatu pembelajaran dapat dinyatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian
besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam
proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan salah satu konsep utama dalam metode
GI, yaitu inquiry (penemuan) dimana siswa dirangsang untuk
mengadakan reaksi terhadap suatu masalah melalui suatu penyelidikan
(Masrinawati, 2000:117)
Berdasar Tabel 8. dapat dinyatakan bahwa guru telah mampu
meningkatkan ketrampilan dalam pembelajaran, guru telah mampu menciptakan
suasana diskusi yang mengendalikan topik diskusi, mampu menyalurkan aspirasi
dan mengadakan dialog interaktif dengan siswa, mampu memberikan motivasi bagi
siswa dan selalu menarik kesimpulan di setiap akhir pembelajaran.
Peningkatan
kualitas pembelajaran pada tiap siklus akan meningkatkan penguasaan konsep oleh
siswa. Indikator dari penguasaan konsep yang di maksud dalam penelitian adalah
meningkatnya capaian konsep dari kemampuan awal-kemampuan akhir, capaian konsep
materi sistem koordinasi meningkat sebesar 13,87% pasca siklus I/II dan
meningkat lagi sebesar 10,38% pasca tes kemampuan akhir. Peningkatan ini juga
di pengaruhi oleh penggunaan media yang tepat. Penggunaan macromedia flash
dengan bantuan komputer sangat membantu siswa untuk menyerap materi dengan
mudah dan menyenangkan.
Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Erwin Sulistianti (2006:121) yang
menyatakan bahwa media LCD paling sesuai digunakan dalam proses pembelajaran
biologi materi sistem koordinasi. Dengan adanya macromedia flash yang
ditayangkan dengan LCD siswa akan tertarik untuk belajar karena dengan animasi
gambar dan gerak yang menarik akan menjadikan materi yang abstrak menjadi lebih
konkret dan animasi merupakan salah satu stimulus yang baik untuk ditangkap
indera visual sehingga akan meninggalkan jejak ingatan dalam diri siswa yang
dapat terekam dalam waktu yang lama.
Secara
keseluruhan dapat dinyatakan penggunaan macromedia flash melalui metode GI
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang implikasinya adalah
meningkatnya penguasaan konsep oleh siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Penggunaan macromedia flash
melalui metode GI
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara menyeluruh baik untuk
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
2.
Penggunaan macromedia flash
melalui metode GI
dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem koordinasi manusia (saraf
dan indera)
SARAN
a. Kepada
Sekolah
1. Perlu
adanya penambahan fasilitas yang ada di sekolah dan pengoptimalan segala media
dan fasilitas yang ada sehingga dapat lebih maksimal dalam mendukung
keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.
2. Sekolah
perlu membuka diri dengan berbagai lembaga pendidikan maupun instansi lain
untuk lebih meningkatkan kualitas terutama dalam hal pembelajaran di kelas.
b. Kepada
Guru Pengajar
1.
Guru hendaknya mengkaji lebih dalam
permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran di kelas sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
2.
Guru hendaknya mampu memilih metode
yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga nilai yang dicapai akan lebih
optimal.
c. Kepada
Peneliti Lain
1.
Bagi peneliti lain dapat menerapkan
penelitian yang sejenis dengan berbagai penyempurnaan dalam berbagai hal
sehingga hasilnya dapat lebih baik.
2.
Peneliti dapat mengadakan
penelitian tindakan kelas yang lain untuk dapat menyelesaikan permasalahan lain
pada materi yang lain dan kelas yang berbeda.
DAFTAR
PUSTAKA
Alhusin
Syahri. 2003. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS. 10 For Windows.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Anita Wulandari.2006.Studi
Komparasi Antara Metode GI dan Metode CIRC Serta Metode Konvensional Terhadap
Hasil Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi: Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Arends,
R. 1997. Classroom Instruction and Management.Boston : Mc. Graw Hill Co.
.1998. Learning To Teach (Fourth Edition).
Boston: Mc Graw Hill
Azhar
Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafida
Dewi
Salma P dan Evelin Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta :
Prenada Media.
Didik
Wijaya dan Hutasoit A.P. 2003. Tipdan
Trik Macromedia Flash MX
dengan Action Script. Jakarta : PT. Elex Media
Computindo.
Feden,
P.D & Vogel.R. 2003. Methods of
Teaching. Boston: Mc. Graw Hill
Harjanto.1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Istamar Syamsuri. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga
Kotler. 2011. http:///library.gunadarma.ac.id. (akses: 12 Oktober
2013)
Masrinawati. 2000. “Peningkatan
Pemahaman Konsep Pengukuran Luasdengan Investigasi Matematika di Kelas V Sekolah
Dasar”.Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid
7, No.2:115-124.
Mulyani Sumantri dan Johan Permana. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
. 2006. Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara
Purwanto. 2005. “Model Pembelajaran Group Investigation Dalam Proses
Belajar Mengajar Mata Kuliah dasar-dasar Ilmu Politik di FIS UNY”. Paedagogia
Jurnal Penelitian Pendidikan. Jilid 8, No.2:157-167
Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar mengajar. Yakarta;
Rineka Cipta
Saifudin Azwar. 2005. Tes prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slavin,
Robert. 1995. Learning To Cooperate, Cooperating To Learn. New York :
Plenum Press
Sugardini
dan N.N.L Artini.2002.Biologi. Bandung: Penerbit Lubuk Agung
Suharsimi
Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi
Revisi). Yogyakarta: Bumi Aksara
Sutopo,H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press
Tim Litbang LPKBM. 2004. Panduan Aplikatif Menguasai Macromedia Flash
MX 2004. Semarang : Penerbit Andi
Unggul Sudarmo. 2005. Miskonsepsi Dalam Konsep Kesetimbangan Kimia Pada Siswa dan Guru di
SMA Kota Surakarta. Varia Pendidikan. Surakarta : Program Pasca Sarjana UNS
Winkel, W.S . 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama
Widya.
Zeithaml.
2012. http:///library.gunadarma.ac.id. (akses:
12 Oktober 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar