Selasa, 01 Desember 2015

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MACROMEDIA FLASH UNTUK PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP MELALUI METODE GROUP INVESTIGATION (GI) DI SMP NEGERI 1 GEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MACROMEDIA FLASH UNTUK PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP MELALUI
METODE GROUP INVESTIGATION (GI)
DI SMP NEGERI 1 GEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh : Ria Hartatik, Guru SMPN 1 Gemarang

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Peningkatan hasil pembelajaran pada materi sistem koordinasi dengan penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation; (2) Peningkatan penguasaan konsep materi sistem koordinasi dengan penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research (CAR) Rancangan penelitian dan solusi disusun sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas dan dialami oleh guru peneliti. Adapun rancangan solusi yang akan diterapkan adalah penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation. Penelitian yang dilakukan adalah PTK kolaboratif dimana peneliti bekerjasama dengan guru kolaborator dalam melakukan penelitian. Tindakan yang dilakukan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II berdasarkan hasil refleksi yang diadakan pada siklus I. Jadi penggunaan macromedia flash melalui metode GI pada siklus I akan disempurnakan pada siklus II tetapi dengan sub materi yang berbeda yaitu sistem saraf pada siklus I dan sistem indera pada siklus II. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian adalah deskripsi keadaan pembelajaran yang sebenarnya (deskripsi kualitatif ). Aspek kualitatif mencakup kualitas pembelajaran yaitu  berupa keadaan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, hasil observasi berdasarkan lembar observasi, wawancara dengan guru dan siswa dan pemberian angket yang menggambarkan kegiatan pembelajaran oleh siswa di dalam kelas. Data penguatan konsep adalah berupa prosentase kenaikan penguatan konsep dari siklus I dan siklus II yang diperoleh melalui  tes diagnostik.
Hasil penelitian disimpulkan : (1) Penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara menyeluruh baik untuk aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik; (2) Penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem koordinasi manusia (saraf dan indera).
Implikasi hasil penelitian ini secara teoritis dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 1 Gemarang dan dapat dijadikan upaya bersama antara sekolah, dan  guru  yang lain untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara menyeluruh sehingga penguasaan konsep siswa lebih meningkat. Sedangkan secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran materi sistem koordinasi manusia, yaitu bahwa penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang implikasinya dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem koordinasi.

Kata kunci : Macromedia flash, penguasaan konsep, Group Investigation (GI)



Salah satu tujuan dalam pembelajaran adalah tercapainya penguasaan konsep oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, seringkali siswa sulit menangkap materi yang disampaikan oleh guru sehingga perlu adanya usaha untuk meningkatkan penguasaan konsep. Penguasaan konsep dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara­­nya adalah input, dan proses pembelajaran itu sendiri. Faktor-faktor ini tentu bervariasi pada tiap sekolah.
Fakta berdasarkan hasil observasi, menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran di kelas masih kurang optimal baik dari segi siswa, guru, media maupun metode pembelajarannya. Guru masih cenderung menggunakan metode ceramah di dalam menyampaikan materi pelajaran tanpa adanya dukungan media yang memadai. Siswa juga cenderung pasif dalam kegiatan pembelajar­an dan belum ada peran aktif siswa dalam interaksi edukatif di kelas, siswa hanya bertindak sebagai obyek dalam pembelajaran bahkan terkadang enggan dan acuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Akibat kurang optimalnya proses pembelajaran ini adalah penguasaan konsep siswa yang cenderung rendah.
Proses pembelajaran yang kurang optimal tersebut dapat diatasi dengan melakukan inovasi pembelajaran dengan memanfaatkan komputer sebagai media pem­belaja­ran melalui penggunaan software pendidikan. Salah satu program software yang sedang berkembang adalah macromedia flash. Macromedia flash merupakan salah satu program software yang mampu menyajikan pesan audio visual secara jelas kepada siswa dan materi yang bersifat abstrak dapat diilustrasikan secara lebih menarik kepada siswa dengan berbagai gambar animasi yang dapat merangsang minat belajar siswa.
Selain penggunaan media, guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang lebih menyenangkan dan komunikatif sehingga dapat menigkatkan peran serta siswa dalam proses pembelajaran. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode Group Investigation (GI), dimana siswa akan terlibat secara langsung didalam menentukan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan materi umum yang telah diberikan oleh guru, dengan demikian siswa mempunyai kebebasan didalam memilih sub materi yang diinginkan. Komunikasi edukatif akan terjalin antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam suatu diskusi kelas.
 Penggunaan macromedia flash dengan animasi gambar yang menarik diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan penerapan metode Group Investigation diharapkan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam proses  pembelajaran sebagai salah satu indikator kualitas pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, secara umum permasalahan yang akan dicari solusinya adalah :
1.    Apakah dengan penggunaan macromedia flash dengan metode Group Investigation dapat meningkatkan hasil pembelajaran pada materi sistem koordinasi manusia?
2.    Apakah dengan penggunaan macromedia flash dengan metode Group Investigation  dapat meningkatkan penguasaan konsep biologi pada materi sistem koordinasi manusia?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.    Peningkatan hasil pembelajaran pada materi sistem koordinasi dengan penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation
2.  Peningkatan penguasaan konsep materi sistem koordinasi dengan penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation

KAJIAN TEORI
A.       Macromedia Flash sebagai Suatu Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secaraharafiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan ( Azhar Arsyad, 2003 : 3). Media biasanya digunakan dalam proses belajar mengajar atau dalam kegiatan-kegiatan lain misalnya seminar, rapat dan kegiatan lainnya.
Romiszowski dalam Harjanto ( 1997 : 27) merumuskan media pengajaran… as the carriers of massage, from some transmitting saorce ( wich may be a human being or an intimate object), to the receiver of tha massage ( wich is our case is the learner). Penyampai pesan (carries of information), berinteraksi dengan siswa melalui penginderaannya. Siswa dapat di panggil untuk menggunakan sesuatu alat darinya atau dapat juga menggunakan kombinasi alat dria sekaligus, sehingga kegiatan komunikasi lebih seksama.
 Metode GI akan melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam seleksi topik maupun cara mempelajarinya melalui suatu proses penyelidikan. Dalam metode pembelajaran GI kelas dibagi dalam beberapa kelompok dengan anggota 5 - 6 orang siswa. Kelompok dalam GI biasanya heterogen baik dalam kemampuan akademik maupun latar belakang budaya. Namun biasanya kelompok dapat terbentuk dengan mudah karena adanya hubungan persahabatan atau kesamaan minat terhadap suatu topik pelajaran.  Siswa dapat memilih topik yang diinginkan kemudian mendalaminya dalam sub topik-sub topik dalam kegiatan investigasi (Arends, 1997 : 120-121).

B.   Penguasaan konsep
Menurut Slavin dalam Unggul Sudarmo (2005 : 66) konsep merupakan abstraksi dari pemikiran yang merupakan generalisasi dari sesuatu yang khusus atau spesifik. Dengan konsep seseorang mampu menggolong-golong­kan sesuatu sesuai dengan pengetahuannya.
Penguasaan konsep pada diri siswa tidak dapat berlangsung secara bersamaan. Penguasaan konsep siswa akan berbeda-beda pada setiap siswa karena adanya beberapa faktor. Salah satu faktor itu adalah keadaan awal atau input siswa. Winkel (2005: 151) menggambarkan bahwa : “Keadaan awal yaitu keadaan yang terdapat sebelum proses belajar mengajar dimulai tetapi dapat berperanan dalam hal itu”.

 METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksana­kan di SMP Negeri 1 Gemarang tahun pelajaran 2013/2014. Waktu pelaksanaan penelitian adalah antara bulan Oktober 2013 – Desember 20
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research (CAR) Rancangan penelitian dan solusi disusun sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran di kelas dan dialami oleh guru peneliti . Adapun rancangan solusi yang akan diterapkan adalah penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation. Penelitian yang dilakukan adalah PTK kolaboratif dimana peneliti bekerjasama dengan guru kolaborator dalam melakukan penelitian. Dengan adanya prinsip kolaboratif ini guru dan peneliti dapat bersinergi dalam menangkap fenomena yang muncul pada saat terjadi interaksi antara guru dan siswa di kelas.
Tindakan yang dilakukan pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II berdasarkan hasil refleksi yang diadakan pada siklus I. Jadi penggunaan macromedia flash melalui metode GI pada siklus I akan disempurnakan pada siklus II tetapi dengan sub materi yang berbeda yaitu sistem saraf pada siklus I dan sistem indera pada siklus II

Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian adalah deskripsi keadaan pembelajaran yang sebenarnya ( deskripsi kualitatif ). Aspek kualitatif mencakup kualitas pembelajaran yaitu  berupa keadaan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, hasil observasi berdasarkan lembar observasi , wawancara dengan guru dan siswa dan pemberian angket yang menggambarkan kegiatan pembelajaran oleh siswa di dalam kelas. Data penguatan konsep adalah berupa prosentase kenaikan penguatan konsep dari siklus I dan siklus II yang diperoleh melalui  tes diagnostik.
Sumber data dalam penelitian berasal dari beberapa sumber, yaitu :
a.       Informasi dari hasil wawancara dengan siswa
b.       Catatan observasi lapangan  peneliti di tempat berlangsungnya penelitian.
c.       Dokumen antara lain silabus pembelaja­r­an, laporan hasil diskusi kelompok, buku teks dan hasil tes pada siklus I dan siklus II.
Data diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran, wawancara dengan siswa, pemberian angket, pemberian tes untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep sistem koordinasi dan kajian terhadap berbagai dokumen yang mendukung.
Data kemudian dikumpulkan menjadi :
a.     Konsep awal siswa tentang sistem koordinasi manusia. Data tersebut dikumpulkan melalui tes kemampuan awal yakni dengan tes tertulis pra tindakan
b.    Konsep siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Data diperoleh melalui tes kemampuan pasca siklus I, pasca siklus II dan tes kemampuan akhir.
Aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran diperoleh dengan cara mengamati dan menyebar angket. Pengamatan dan penilaian kerja kelompok dan hasilnya serta penampilan selama presentasi yang berdasarkan pada penilaian unjuk kerja presentasi kelas. Penyebaran angket kepada siswa dilakukan untuk mengetahui kepuasan siswa terhadap  penggunaan macromediaflash dan metode GI, mengetahui keaktifan siswa dalam kelompok dan penilaian siswa terhadap performance guru

Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data maka digunakan instrumen sebagai berikut :
a.     Silabus
Silabus disusun oleh peneliti sesuai dengan mengacu pada langkah-langkah pelaksanaan metode Group Investigation
b.    Angket
Instrumen ini disusun oleh peneliti untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber mengenai:
1)    Persepsi siswa terhadap performance guru sebelum dan sesudah penelitian
2)    Kepuasan siswa terhadap penggunaan macromedia flash
3)    Penilaian siswa terhadap pembelajaran dengan metode Group Investigation.
c.     LKS
LKS disusun untuk bahan diskusi kelompok  Berisi uraian singkat materi dan bahan diskusi. LKS disusun mengacu pada metode GI, dimana setiap kelompok mendapatkan bahan diskusi yang berbeda-beda.
d.    Tes Hasil Belajar
Instrumen ini untuk mengetahui tingkat pemahaman dan peningkatan penguasaan konsep materi sistem koordinasi manusia. Tes hasil belajar yang dilakukan adalah tes kemampuan awal, pasca siklus I, pasca siklus II dan  tes kemampuan akhir.
e.     Lembar observasi
Instrumen ini digunakan untuk menilai keaktifan siswa dalam diskusi kelompok (afektif) dan penilaian presentasi kelas (psikomotorik). Kisi-kisi penilaian ranah afektif mengacu pada Winkel (2005:247-248) yang terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan penentuan pola hidup. Aspek-aspek ini diukur dengan pernyataan yang dinilai oleh teman lain dalam kelompok, guru dan peneliti.

Analisis Data
Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas analisis data dilakukan sejak awal sampai berakhirnya kegiatan pengumpulan data. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif.  Proses analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Sutopo (2002:91-92) mencakup tiga komponen utama, yaitu : reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan dari data lapangan (field note) yang berlangsung sepanjang kegiatan pelaksanaan penelitian, penyajian data merupakan pemaparan atas semua data yang telah di seleksi dan di reduksi yang dirangkai secara urut dan sistematis, dan penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data.  Dalam analisis lapangan data-data berupa catatan lapangan dari peneliti disajikan dalam narasi informasi untuk mengadakan refleksi yang jelas

Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggar  dalam Zainal Aqib (2006, 22-23) yang berupa model spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kemudian setelah adanya refleksi maka akan diikut dengan perencanaan kembali yang merupakan dasar pemecahan masalah berikutnya.
Secara operasional, langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:

Siklus I
1.    Tahap Persiapan
§  Permintaan ijin pada kepala sekolah SMP Negeri 1 Gemarang.
§  Observasi pra tindakan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas IX-A.
§  Identifikasi masalah pembelajaran IPA di kelas IX-A.
Setelah diadakan identifikasi terhadap masalah di kelas, pelaksanaan masing-masing siklus adalah sebagai berikut:

2.    Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan meliputi:
Silabus materi sistem koordinasi manusia sesuai dengan kurikulum KTSP, LKS sistem saraf dan sistem indera, soal tes kognitif, angket performance guru, angket peran serta siswa dalam metode GI, angket kepuasan terhadap macromedia flash, lembar observasi diskusi kelompok serta lembar penilaian presentasi kelas

3.    Tahap Pelaksanaan/tindakan
Siklus I terdiri dari 3 pertemuan : Pertemuan 1
1)    Guru memberikan tes kemampuan awal untuk materi sistem koordinasi manusia (sistem saraf dan indera) serta angket penilian performance guru dalam pembelajaran pra tindakan.
2)    Guru memberikan pengarahan tentang metode Group Investigation yang akan terapkan.
3)    Guru menerangkan gambaran awal tentang  sistem saraf manusia dengan menggunakan macromedia flash.
4)    Guru membagi materi sistem saraf menjadi 8 sub topik.
5)    Guru dan murid mengadakan pembagian kelompok berdasarkan sub topik yang telah dipilih.
6)    Guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok.
7)    Setiap kelompok mengadakan diskusi terhadap masing-masing sub materi yang telah dipilih. Pada tahap ini diadakan penilaian observasi diskusi kelas (penilaian ranah afektif).
8)    Setiap kelompok mengadakan presentasi kelas dan kelompok lain sebagai penanya. Dalam presentasi diberi tampilan dengan macromedia flash.Pada tahap ini diadakan penilaian observasi presentasi kelompok (penilaian ranah psikomotor).
a.    Pertemuan 2
1)    Guru mengadakan kilas balik terhadap materi yang telah lalu.
2)    Kelompok yang belum mengadakan presentasi kembali melanjutkan presentasi dan kelompok lain sebagai penanya.
3)    Guru memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran.
c. Pertemuan 3
1)    Guru mengadakan kilas balik atas pertemuan yang lalu
2)    Guru memberikan penguatan materi dengan menggunakan macromedia flash diselingi tanya jawab dan pembahasan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam presentasi
3)    Guru memberikan tes kemampuan kognitif pasca siklus I

4. Tahap Observasi dan Evaluasi
Observasi diadakan sepanjang berlangsungnya proses pembelajaran. Fokus observasi adalah implementasi penggunaan macromedia flash melalui metode GI terhadap kualitas pembelajaran secara keseluruhan yang meliputi keterlibatan siswa dalam pembelajaran (afektif) dan ketrampilan siswa dalam presentasi kelas (psikomotorik), performance guru dalam pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap metode GI, serta penggunaan macromedia flash sebagai media pembelajaran. Evaluasi kognitif digunakan untuk mengetahui capaian konsep siswa pada siklus I.

5. Tahap Analisis Data
Setelah proses pembelajaran pada siklus I berakhir, maka diadakan analisis terhadap semua data yang diperoleh di lapangan yang diperoleh melalui proses observasi maupun evaluasi.  Hasil analisis menunjukkan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok rata-rata adalah tinggi dan ketrampilan dalam presentasi kelompok baik.

6. Refleksi
Pada tahap ini di refleksi kekurangan yang ada pada siklus I.

Siklus II
1.    Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan strategi  pembelajaran untuk siklus II yang didasarkan hasil refleksi pada siklus IPengoptimalan kegiatan presentasi kelompok, guru berfungsi untuk memusatkan perhatian kelompok pada topik pembelajaran sehingga diskusi tetap berada pada topik yang dibahas,  dengan demikian materi dapat terserap dengan baik dan penguasaan konsep siswa dapat meningkat.

2.    Pelaksanaan Tindakan
a.    Pertemuan 1
1)    Guru mengadakan presentasi materi sistem indera manusia secara ringkas
2)    Pembagian materi sistem indera menjadi 8 sub topik.
3)    Setiap kelompok mengadakan diskusi kelompok, pada saat diskusi diadakan penilaian observasi diskusi kelompok (ranah afektif)
4)    Presentasi masing masing kelompok dan tim lain sebagai penanya,  dilanjutkan pembahasan oleh guru dengan menggunakan macromedia flash diselingi tanya jawab. Pada tahap ini diadakan penilaian observasi presentasi kelompok (ranah psikomotorik)
5)    Guru menyimpulkan materi.
b.    Pertemuan 2
1)    Kilas balik materi yang telah lalu
2)    Melanjutkan presentasi kelompok dan dilanjutkan dengan pembahasan oleh guru dengan mengunakan macromedia flash diselingi dengan tanya jawab.
3)    Guru menyimpulkan pembelajaran secara keseluruhan
c.     Pertemuan 3
1)    Kilas balik materi yang telah lalu
2)    Melanjutkan presentasi kelompok dan dilanjutkan dengan pembahasan oleh guru dengan mengunakan macromedia flash diselingi dengan tanya jawab.
3)    Tes kemampuan kognitif pasca siklus II
d.    Pertemuan 4
1)    Guru mengulas sekilas materi sistem saraf dan sistem indera manusia
2)    Tes kognitif kemampuan akhir
Pola pembelajaran dalam metode GI yang dilakukan  untuk ke-dua siklus adalah :
a.     Diskusi kelas
b.    Pembagian topik menjadi beberapa sub topik
c.       Pemilihan  sub topik  oleh siswa
d.       Pengelompokan siswa berdasarkan sub topik yang telah dipilih
e.       Investigasi kelompok sesuai dengan sub topik yang dipilih
f.        Penyusunan laporan kelompok
g.       Presentasi kelompok.
h.       Evaluasi

3.    Tahap Observasi dan Evaluasi
Fokus pengamatan adalah pada peningkatan kualitas pembelajaran dengan penggunaan macromedia flash melalui metode Group Investigation terhadap kualitas pembelajaran secara keseluruhan yang meliputi keterlibatan siswa ( peran serta siswa) dalam pembelajaran (afektif) dan ketrampilan siswa dalam presentasi kelas (psikomotorik) serta performance guru dalam pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap pelaksanaan metode GI, serta penggunaan macromedia flash sebagai media pembelajaran

4.    Tahap Analisis Data
Diadakan analisis terhadap semua data di lapangan yang diperoleh melalui proses observasi maupun evaluasi. Kektifan siswa dalam diskusi kelompok berada pada kategori tinggi dengan peningkatan sebesar 2,13 dan ketrampilan siswa dalam presentasi kelompok meningkat sebesar 2,88.

5.    Tahap Refleksi dan  Tindak Lanjut
            Guru melakukan refleksi dan tindak lanjut dengan berusaha terus-menerus mengadakan perbaikan baik dalam hal pemilihan model pembelajaran maupun dalam penentuan media pembelajaran, sehingga dapat meningkat­kan kualitas pembelajaran secara menyeluruh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Observasi Pra Tindakan
Dari hasil wawancara terlihat bahwa siswa belum mampu menguasai konsep-konsep biologi secara menyeluruh. Hal ini dapat terlihat dari capaian nilai pada tes kognitif yang dilakukan guru pada setiap materi pokok yang masih berkisar antara 60. Bahkan masih banyak siswa yang tidak mampu mencapai batas tuntas meskipun telah melalui proses remidiasi.
Dari hasil wawancara,  kondisi ini juga disebabkan oleh :
1.    Belum ada variasi penggunaan  media serta kurang variasi multi method (kurang variasi metode) dalam proses pembelajaran di kelas.
2.    Belum ada motivasi yang kuat dari diri siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan kurang optimalnya proses pembelajaran.
3.    Sebagian siswa tidak mempunyai buku pegangan materi yang memadai. Siswa hanya memakai LKS dan buku paket yang dipinjam dari sekolah, bahkan ada siswa  yang tidak membawanya sehingga sarana belajar sangat minim.
Dari hasil wawancara dan kesepakatan bersama selanjutnya peneliti mengadakan observasi untuk masuk ke kelas dan mengikuti proses pembelajaran yang terjadi di kelas. Pada proses pembelajaran guru bertindak sebagai penyampai informasi kepada siswa dan sesekali siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Pada bagian akhir guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang belum di mengerti. Pada bagian ini siswa terlihat pasif dan hanya satu orang yang menanyakan materi yang belum di pahaminya. Untuk mengetahui kemampuan siswa, guru memberikan soal-soal latihan yang ada di LKS dan siswa mengerjakan secara individual. Dalam pembelajaran ini guru hanya mengandalkan teks book sebagai sumber belajar dan guru sebagai penyampai pesan (materi pelajaran).

B. Tes Kemampuan Awal
Untuk mengetahui kondisi kemampuan awal siswa tentang materi sistem koordinasi manusia dilakukan dengan pemberian tes diagnostik kepada siswa. Dari hasil tes kemampuan awal diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 54,85. Dari  33 siswa sebanyak 18 siswa belum mencapai batas  tuntas sedangkan sisanya sebanyak 15 siswa telah mencapai batas tuntas. Dari hasil tersebut terlihat jelas bahwa masih banyak siswa yang belum menguasai materi sistem koordinasi manusia yang diakibatkan kurangnya kualitas pembelajaran.

C. Rincian Pelaksanaan Tindakan
Deskripsi dari masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
1. SiklusI
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan materi sistem koordinasi manusia sub materi sistem saraf manusia dan seperangkat instrumen yang akan diterapkan pada siklus satu. Instrumen meliputi silabus, angket, LKS, tes kognitif serta lembar penilaian observasi psikomotorik.

b. PelaksanaanTindakan
Guru membagi materi menjadi 8 sub topik untuk 8 kelompok yang heterogen. Diskusi kelompok ini dipantau  oleh guru dan peneliti dengan bantuan LKS.
Untuk mengetahui aspek afektif siswa mengisi angket peran serta siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Selain itu untuk mengetahui keberhasilan guru dalam pembelajan diukur dengan angket performance guru yang diisi oleh siswa. Siswa juga mengisi lembar observasi untuk teman satu kelompok untuk penilaian aspek psikomotorik.

c. Observasi dan Evaluasi
Secara garis besar hasil temuan selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1)      Masih ada 2 orang yang terlambat pada pertemuan pertama.
2)    Guru masih sedikit canggung dalam penggunaan macromedia flash.
3)    Guru juga nampak belum terbiasa memandu diskusi kelompok, guru masih nampak ingin menguasai kegiatan pembelajaran.
4)    Pada awalnya siswa tampak asing dengan media yang digunakan. Siswa tampak tertarik dalam tampilan yang ada di depan kelas.
5)    Dalam  presentasi kelompok ada beberapa siswa dapat berbicara dengan baik di depan kelas yaitu kelompok 2 dan 5 sementara kelompok yang lain masih nampak gugup dan kurang kompak.
Penilaian terhadap aspek afektif didasarkan pada lembar observasi diskusi kelompok.
Berdasarkan penilaian afektif terlihat jumlah siswa dengan kategori tinggi sebesar 66,67% dan siswa dengan kategori sedang sebesar 33.33%. Dan rata-rata kelas sebesar 21,46 (tinggi).
Hasil evaluasi kognitif untuk siklus I adalah sebagai berikut penguasaan terhadap konsep struktur sel saraf 63,54%, fungsi sel saraf 58,34%, proses sel saraf 57,50%, dan kelainan sel saraf 57,50%.

d. Analisis dan Refleksisiklus I
Berdasar hasil tes kognitif siklus I terlihat sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan tes kemampuan awal. Prosentase capaian konsep untuk materi sistem saraf meningkat sebesar  7,73% dari 51,52% menjadi 59,25% . Nilai rata-rata kelas meningkat dari  54,85 menjadi 61,4 dan prosentase siswa yang mencapai batas ketuntasan belajar mengajar meningkat sebesar 30,3% yaitu dari 45,46% menjadi 75,76%. Namun demikian masih ada 3 konsep yang belum mencapai batas ketuntasan belajar yaitu 60 dan secara keseluruhan masih ada 24,24 % siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar mengajar.
Seluruh kelompok berada pada kategori baik dengan rata-rata poin sebesar 23,001 untuk ranah psikomotorik.
Siklus I telah dapat berjalan cukup lancar. Namun demikian masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki untuk refleksi pada siklus II. Hal-hal yang perlu untuk diperbaiki tersebut antara lain:
1.    Guru perlu meningkatkan keterampilan dalam menggunakan media pembelajaran sehingga tidak terlihat canggung di depan kelas.
2.    Guru perlu meningkatkan perhatiannya ke seluruh kelompok secara merata dan menempatkan dirinya sebagai fasilitator kelas sehingga tidak terlihat mendominasi kegiatan pembelajaran.
3.    Siswa harus meningkatkan keaktifan dalam kegiatan kelompokknya.
4.    Standar penguasaan konsep belum mencapai batas ketuntasan. Terlihat masih ada 24,24 % siswa yang belum mencapai batas tuntas dan sebanyak 3 konsep yang belum mencapai batas tuntas.

2. SiklusII
a. PerencanaanTindakan
Pada tahap ini peneliti menyusun rencana perbaikan strategi pembelajaran untuk siklus II dengan sub materi sistem indera manusia. Namun demikian ada beberapa perbedaan dari siklus I, hal ini didasarkan pada hasil refleksi siklus I, rencana perbaikan pada siklus II adalah:
1)      Upaya perbaikan performance guru untuk lebih terampil dalam menggunakan media pembelajaran yang digunakan yaitu dengan mengadakan latihan sebelum memulai pembelajaran.
2)      Mengadakan pendekatan dan perhatian yang lebih merata kepada semua kelompok sehingga kondisi diskusi dapat lebih hidup dan seluruh siswa dapat berpartisipasi aktif di dalamnya bukan hanya siswa yang pandai saja
3)      Meningkatkan keaktifan dalam presentasi kelas. Siswa yang kurang aktif  dipancing dengan melemparkan pertanyaan langsung dan bagi kelompok yang pasif dapat disiasati dengan melemparkan pertanyaan yang problematis.
4)      Pengoptimalan kegiatan presentasi, guru berfungsi untuk memusatkan perhatian kelompok pada topik pembelajaran sehingga diskusi tetap berada pada topik yang dibahas, dengan demikian materi dapat terserap dengan baik dan penguasaan konsep siswa dapat meningkat.

b. PelaksanaanTindakan
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus II memperhatikan hasil refleksi pada siklus I. Siklus II dilaksanakan sebanyak 4x2 jam pelajaran. Alokasi waktu ini lebih banyak karena pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi secara menyeluruh antara materi sistem saraf dan sistem indera manusia.

c. Observasi dan Evaluasi
Dari hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran terlihat ada beberapa peningkatan dalan proses pembelajaran. Peningkatan tersebut antara lain:
1)    Guru nampak mulai terampil dan penampilan guru rileks dalam mengguna­kan media pembelajaran.
2)    Guru telah meningkatkan perhatiannya kepada setiap kelompok sehingga diskusi kelompok dapat berjalan lancar. Semua siswa berpartisipasi aktif
3)    Pada kegiatan presentasi kelompok siswa yang tadinya hanya diam, mulai mampu dan mau berbicara dan menyampaikan pendapatnya sehingga sesekali terjadi ”perdebatan” kecil antara penyaji dan penanya, namun guru dapat menjadi penengah yang baik.
Observasi pada siklus II juga dilakukan pada saat diskusi kelompok. Berdasarkan Lampiran 7 halaman 219,  dapat dilihat bahwa aspek afektif siswa juga meningkat jika dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan ini sebesar 2,13 yaitu dari 21,46 pada siklus I menjadi 23,59 pada siklus II dan nilai ini berada pada kriteria tinggi. Siswa dengan kategori sedang sebesar 9.09% dan kategori tinggi sebesar 90.911%.
Dari hasil tes siklus II terlihat kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan meningkat. Hasil tes siswa sebagai berikut : struktur indera 77,88%, fungsi indera 88,80%, proses indera 61,38, dan kelainan indera 65,63%.
Hasil tes kemampuan akhir adalah sebagai berikut : penguasaan terhadap konsep struktur sel saraf 63,64%, fungsi sel saraf 74,24%, proses sel saraf 84,85%, dan kelainan sel saraf 75,76%, struktur indera 87,88%, fungsi indera 90,91%, proses indera 63,64%, dan kelainan indera 72,73%.



Tabel 4. Prosentase Peningkatan Capaian Konsep Kemampuan Awal-Kemampuan Akhir
No
Konsep
Prosentase capaian konsep
Kemampuan awal
Pasca
Siklus I/II
Kemampuan Akhir
1
Struktur dalam sistem saraf
60,61
63,51
63,64
2
Fungsi saraf
57,58
58,34
74,24
3
Proses  bekerjanya sel saraf
42,42
57,58
84,85
4
Kelainan pada sel saraf
45,45
57,58
75,76
5
Struktur indera
27,27
77,78
87,88
6
Fungsi indera
74,25
88,8
90,91
7
Proses bekerjanya indera
54,55
61,38
63,64
8
Kelainan pada indera
57,58
65,63
72,73



d. Analisis dan Refleksi
Dari hasil observasi dan tes pasca siklus I dan tes kemampuan akhir terlihat  adanya peningkatan penguasaan konsep. Pada tes pasca siklus II capaian konsep sistem Indera manusia meningkat sebesar 22,01% dari 51,41% menjadi 73,42%. Meskipun capaian konsep pada siklus ini tidak terlalu tinggi,namun demikian hasil ini cukup memuaskan karena ketuntasan konsep mencapai 100%. Nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah 75,76 berarti meningkat sebesar 14,36% jika dibandingkan siklus I dan pada siklus ini semua siswa telah dapat mencapai batas ketuntasan belajar mengajar.
Selanjutnya berdasarkan nilai tes kemampuan akhir, untuk materi sistem saraf terjadi peningkatan capaian konsep sebesar 15,37% (yaitu dari 59,25% pada siklus I menjadi 74,62% pada kemampuan akhir) dan materi sistem indera manusia meningkat sebesar 5,37% (yaitu dari 73,42% pada siklus II menjadi 78,79% pada kemampuan akhir)
Jika dilihat secara keseluruhan, maka nilai rata-rata capaian konsep untuk materi sistem koordinasi manusia meningkat yaitu 52,46% pada kemampuan awal, pasca siklus I/II 66,33% dan pada kemampuan akhir sebesar 76,71%. Jadi terdapat peningkatan sebesar 13,87% dari kemampuan awal ke siklus I/II dan 10,38% dari siklus I/II ke kemampuan akhir.  Dan pada kemampuan akhir ini ketuntasannya 100%. Rata-rata nilai siswa pada siklus ini adalah 78,33.
 Rata-rata aspek psikomotorik siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 2,879 (dari 23,001 menjadi 25,88) dan ini berada pada kriteria baik, hal ini berarti terjadi peningkatan ketrampilan siswa dalam presentasi kelompok baik dalam hal kerjasama kelompok, kemampuan menang­gapi pertanyaan, maupun dalam menyajikan presentasi yang menarik perhatian.
Dari hasil pada siklus I dan siklus II serta kemampuan akhir dapat dinyatakan bahwa penggunaan macromedia flash melalui metode GI efektif untuk materi sistem koordinasi manusia. Berdasarkan hasil belajar pada siklus I dan terlihat jelas bahwa  kualitas pembelajaran secara keseluruhan meningkat dan implikasinya adalah meningkatnya capaian konsep siswa pada tiap siklus.
Penerapan media dan metode ini juga mendapat respon yang baik dari siswa. Respon ini terlihat dari angket yang dibagikan kepada siswa pada akhir pembelajaran.
Hasil penilaian angket respon siswa terhadap macromedia flash disajikan dalam Tabel 6. di bawah ini:



Tabel 6. Respon Siswa Terhadap Macromedia Flash
No
Pernyataan
Prosentase Jawaban
Kriteria
1.
2.

3.
4.

5.
6.

Macromedia flash cocok untuk materi sistem koordinasi
Saya menjadi termotivasi untuk belajar setelah melihat macromedia flash
Macromedia flash membuat respon terhadap materi menjadi lambat
Fasilitas yang digunakan untuk pembelajaran dengan macromedia flash kurang memadai
Konsep materi yang disajikan dengan macromediaflash kurang jelas
Sistematika penyajian materi dengan macromediaflash kurang terstruktur
77,58
78,79

76,36
69,70

67,27
68,49

S
S

TS
TS

TS
TS

7.
8.
9.

10
Tampilan gambar dalam macromedia flash sesuai dengan materi
Saya menjadi lebih paham diterangkan dengan macromedia flash
Macromedia flash dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem koordinasi
Saya menjadi lebih kreatif setelah melihat pembelajaran dengan macromedia flash
81,21
76,97
81,21

76,36

SS
S
SS

S




Dari Tabel 6. diatas jelas bahwa menurut siswa macromedia flash dapat menjelaskan materi secara jelas dan terstruktur, penyajian animasi juga dapat memacu motivasi belajar siswa sehingga penyerapan konsep materi yang diajarkan akan semakin mudah.
Selain media, metode yang digunakan juga mendapat respon yang cukup baik dari siswa. Hasil respon siswa terhadap metode yang digunakan disajikan dalam tabel dibawah ini:



Tabel 7. Respon Siswa Terhadap Metode Group Investigation
No.
Pernyataan
Prosentase Jawaban
Kriteria
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
Metode yang digunakan sesuai dengan topik
Belajar kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar saya
Belajar kelompok dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis saya
Presentasi dapat melatih ketrampilan berbicara di depan umum.
Belajar kelompok dapat melatih saya menghormati pendapat teman
Belajar kelompok dapat menambah tingkat persaingan
Pembagian tugas dalam kelompok melatih tanggung jawab dan disiplin saya
Belajar kelompok sering dijadikan sebagai waktu bercanda
Diskusi sangat melelahkanpikiran karena sering beradu argumen
Diskusi membutuhkan waktu yang lama
79,39
82,42
65,46
86,06
81,82
63,64
82,42

63,64
64,24
56,97
S
SS
TS
SS
SS
TS
SS

TS
TS
KS
11.
12.

13.

14.
Belajar kelompok lebih memudahkan saya dalam memahami pelajaran
Pembagian materi menjadi topik-topik dapat mengurangi penguasaan konsep
Belajar kelompok dapat meningkatkan penguasaan konsep materi indera
Belajar dari sesama teman menambah kebingungan
78,18
66,06

81,21

72,73
S
TS

SS

TS



Berdasarkan Tabel 7. dapat dinyatakan bahwa metode ini disambut positif oleh siswa. Hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan setuju dan sangat setuju untuk pernyataan positif dan tidak setuju untuk pernyataan negatif.
Respon positif siswa ini menunjukkan bahwa metode ini akan menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, dengan demikian siswa akan lebih mandiri untuk bekerjasama dan mandiri dalam menemukan suatu data, fakta dan informasi tentang suatu materi pelajaran. Hal ini tentu akan menimbulkan makna yang lebih baik bagi siswa daripada sekedar menerima informasi dari guru.
Performance guru dalam menyampa­ikan materi didepan kelas juga merupakan faktor yang sangat penting untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk mengetahui kualitas performance guru siswa diberi angket yang merupakan umpan balik bagi perbaikan performance guru. Adapun cara penilaian angket performance guru sama dengan angket media dan metode diatas. Hasil dari respon siswa terhadap performance guru disajikan dalam tabel berikut ini:



Tabel 8. Respon Siswa Terhadap Performance Guru
No.
Pernyataan
Pra Penelitian
Pasca Penelitian
Prosen-
tase
Krite-
ria
Prosen-
tase
Krite-ria
1.

2.

3.

4.
5.

6.
7.
8.

9.
10.
11.

12.
13.

14.
Guru tidak dapat menghubungkan pelajaran dengan kemampuan siswa.
Bahasa yang digunakan dalam pembelajaran sulit dipahami
Guru membahas bagian-bagian penting dari materi yang disajikan
Guru kurang menguasai bahan ajar
Setiap akhir pembelajaran guru selalu menarik kesimpulan
Pertanyaan yang diajukan guru sesuai dengan materi
Feedback yang diajukan selalu memuaskan
Guru kurang memahami kesulitan yang dialami oleh siswa
Guru dapat berdialog dengan siswa secara komunikatif
Guru kurang dapat menyalurkan aspirasi siswa
Guru mampu mengoptimalkan lingkungan sebagai sumber belajar
Pembelajaran yang dilakukan kurang menyenangkan
Guru selalu menarik perhatian siswa dengan variasi media
Motivasi belajar selalu diberikan GURU
70,71

74,55

73,33

74,55
63,64

78,18
75,76
58,79

81,21
67,88
76,36

65,46
72,12

79,39
TS

TS

S

TS
S

S
S
KS

SS
TS
S

TS
S

S
73,33

76,36

77,58

75,76
65,46

80,03
80
61,82

83,03
67,27
76,36

75,15
84,85

82,42
TS

TS

S

TS
S

S
S
TS

SS
TS
S

TS
SS

SS



Dari pernyataan diatas secara keseluruhan kualitas guru dalam menyapaikan materi cenderung meningkat. Guru telah mampu mengoptimalkan segenap kompetensinya dalam pembelajaran dikelas. Kekurangan-kekurangan pada performance pra penelitian telah dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan guru juga telah mampu memfasilitasi kegiatan diskusi dengan baik, guru berkeliling ke setiap kelompok untuk memberikan bimbingan dan bukan hanya sekedar ”mondar-mandir”. Hal ini tentu sangat efektif untuk membantu meningkatkan motivasi belajar siswa di dalam kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan penguasaan konsep materi sistem koordinasi setelah diadakan pembelajaran dengan penggunaan macromedia flash melalui metode GI. Deskripsi ini didasarkan pada evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan penulis menyatakan bahwa penerapan metode GI dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran karena mampu meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran. Partisipasi aktif ini terlihat dari peningkatan aspek afektif dari siklus I ke siklus II sebesar 2,13 dan aspek psikomotor meningkat sebesar 2,88.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mulyasa (2006:101) yang menyatakan suatu pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan salah satu konsep utama dalam metode GI, yaitu inquiry (penemuan) dimana siswa dirangsang untuk mengadakan reaksi terhadap suatu masalah melalui suatu penyelidikan (Masrinawati, 2000:117)
Berdasar Tabel 8.  dapat dinyatakan bahwa guru telah mampu meningkatkan ketrampilan dalam pembelajaran, guru telah mampu menciptakan suasana diskusi yang mengendalikan topik diskusi, mampu menyalurkan aspirasi dan mengadakan dialog interaktif dengan siswa, mampu memberikan motivasi bagi siswa dan selalu menarik kesimpulan di setiap akhir pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran pada tiap siklus akan meningkatkan penguasaan konsep oleh siswa. Indikator dari penguasaan konsep yang di maksud dalam penelitian adalah meningkatnya capaian konsep dari kemampuan awal-kemampuan akhir, capaian konsep materi sistem koordinasi meningkat sebesar 13,87% pasca siklus I/II dan meningkat lagi sebesar 10,38% pasca tes kemampuan akhir. Peningkatan ini juga di pengaruhi oleh penggunaan media yang tepat. Penggunaan macromedia flash dengan bantuan komputer sangat membantu siswa untuk menyerap materi dengan mudah dan menyenangkan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Erwin Sulistianti (2006:121) yang menyatakan bahwa media LCD paling sesuai digunakan dalam proses pembelajaran biologi materi sistem koordinasi. Dengan adanya macromedia flash yang ditayangkan dengan LCD siswa akan tertarik untuk belajar karena dengan animasi gambar dan gerak yang menarik akan menjadikan materi yang abstrak menjadi lebih konkret dan animasi merupakan salah satu stimulus yang baik untuk ditangkap indera visual sehingga akan meninggalkan jejak ingatan dalam diri siswa yang dapat terekam dalam waktu yang lama.
Secara keseluruhan dapat dinyatakan penggunaan macromedia flash melalui metode GI dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang implikasinya adalah meningkatnya penguasaan konsep oleh siswa.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I dan siklus II maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.       Penggunaan macromedia flash melalui metode GI dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara menyeluruh baik untuk aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
2.       Penggunaan macromedia flash melalui metode GI dapat meningkatkan penguasaan konsep materi sistem koordinasi manusia (saraf dan indera)

SARAN
a.    Kepada Sekolah
1.    Perlu adanya penambahan fasilitas yang ada di sekolah dan pengoptimalan segala media dan fasilitas yang ada sehingga dapat lebih maksimal dalam mendukung keberhasilan proses pembelajaran di sekolah.
2.    Sekolah perlu membuka diri dengan berbagai lembaga pendidikan maupun instansi lain untuk lebih meningkatkan kualitas terutama dalam hal pembelajaran di kelas.
b.    Kepada Guru Pengajar
1.    Guru hendaknya mengkaji lebih dalam permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
2.    Guru hendaknya mampu memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga nilai yang dicapai akan lebih optimal.
c.     Kepada Peneliti Lain
1.    Bagi peneliti lain dapat menerapkan penelitian yang sejenis dengan berbagai penyempurnaan dalam berbagai hal sehingga hasilnya dapat lebih baik.
2.    Peneliti dapat mengadakan penelitian tindakan kelas yang lain untuk dapat menyelesaikan permasalahan lain pada materi yang lain dan kelas yang berbeda.






DAFTAR PUSTAKA

Alkrismanto. 2010. Model-model Pembelajaran. http://www.cobb.k12.ga.us(akses: 12 Oktober 2013)

-------------. 2001. http://static.howstuffworks.com/gif/brain-neuron.gif. (akses: 12 Oktober 2013)

Alhusin Syahri. 2003. Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS. 10 For Windows. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anita Wulandari.2006.Studi Komparasi Antara Metode GI dan Metode CIRC Serta Metode Konvensional Terhadap Hasil Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi: Universitas Sebelas Maret Surakarta

Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management.Boston : Mc. Graw Hill Co.

 .1998. Learning To Teach (Fourth Edition). Boston: Mc Graw Hill

Azhar Arsyad. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafida

Dewi Salma P dan Evelin Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media.

Didik Wijaya dan  Hutasoit A.P. 2003. Tipdan Trik Macromedia Flash MX
              dengan Action Script. Jakarta : PT. Elex  Media Computindo.

Feden, P.D  & Vogel.R. 2003. Methods of Teaching. Boston: Mc. Graw Hill

Harjanto.1997. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Istamar Syamsuri. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga

Kotler. 2011. http:///library.gunadarma.ac.id. (akses:  12 Oktober 2013)

Masrinawati.  2000. “Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran Luasdengan Investigasi Matematika di Kelas V Sekolah Dasar”.Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 7, No.2:115-124.

Mulyani Sumantri dan Johan Permana. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya

Mulyasa, E.  2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

                    . 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nana Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Purwanto. 2005. “Model Pembelajaran Group Investigation Dalam Proses Belajar Mengajar Mata Kuliah dasar-dasar Ilmu Politik di FIS UNY”. Paedagogia Jurnal Penelitian Pendidikan. Jilid 8, No.2:157-167

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar mengajar. Yakarta; Rineka Cipta

Saifudin Azwar. 2005. Tes prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slavin, Robert. 1995. Learning To Cooperate, Cooperating To Learn. New York : Plenum Press

Sugardini dan N.N.L Artini.2002.Biologi. Bandung: Penerbit Lubuk Agung

Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Revisi). Yogyakarta: Bumi Aksara

Sutopo,H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press

Tim Litbang LPKBM. 2004. Panduan Aplikatif Menguasai Macromedia Flash MX 2004. Semarang : Penerbit Andi

Unggul Sudarmo. 2005. Miskonsepsi Dalam Konsep  Kesetimbangan Kimia Pada Siswa dan Guru di SMA Kota Surakarta. Varia Pendidikan. Surakarta : Program Pasca Sarjana UNS

Winkel, W.S . 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi

Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Zeithaml. 2012. http:///library.gunadarma.ac.id. (akses: 12 Oktober 2013)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar