PEMANFAATAN KISAH
INSPIRATIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PEMAHAMAN MENDISKRIPSIKAN PRANATA
DAN PENYIMPANGAN SOSIAL PADA SISWA KELAS
VIII.A SMP NEGERI 3 SARADAN TAHUN 2015
Oleh
: JARWANTO, SMP Negeri 3 Saradan Kabupaten
Madiun
ABSTRAK
Kata Kunci: Kisah Inspiratif, Motivasi
dan Pemahaman, Pranata dan Penyimpangan Sosial
Bahasan mengenai pranata dan penyimpangan
sosial merupakan materi esensial dalam pembelajaran IPS di SMP karena menyangkut
langsung etika kehidupan di masyarakat. Dalam materi ini banyak pesan moral
terkait perilaku sosial para siswa seusia SMP. Dengan karakteristik materi
pelajaran demikian, mestinya para siswa tertarik mengikuti pembelajaran (motivasi
instrinsik) dan mencapai hasil maksimal. Namun berdasar pengalaman pembelajaran
tahun terdahulu, penulis menggunakan metode konvensional (ceramah, diskusi, dan
penugasan) pada kompetensi (bahasan) tersebut menunjukkan respek siswa kurang baik pada saat proses
pembelajaran, dan daya serap yang rendah dari hasil ulangan harian pada
kompetensi terkait. Bertolak dari kegagalan tersebut kemudian penulis
melaksanakan refleksi dan instrospeksi untuk menemukan solusi keberhasilan.
Alternatif pemecahannya adalah menggunakan kisah inspiratif sebagai media
pembelajaran. Sehingga tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui proses
pembelajaran yang efektif dengan memanfaatkan kisah inspiratif sebagai media
pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman mendiskripsikan pranata
dan penyimpangan sosial; 2) untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan kisah
inspiratif sebagai media pembelajaran terhadap peningkatan prestasi siswa pada
kompetensi mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial.
Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus, pada siklus pertama menunjukkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
(40%) dan hasil post tes (78,5) belum mencapai indikator keberhasilan, sedang
tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang menyenangkan (95%) telah mencapai
indikator keberhasilan. Pada siklus kedua menunjukkan partisipasi siswa (100%),
hasil post tes (96%), dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang
menyenangkan (100%), semuanya telah mencapai indikator keberhasilan.
Simpulan hasil penelitian:
pemanfaatan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan
motivasi dan pemahaman siswa pada kompetensi mendiskripsikan pranata dan
penyimpangan sosial.
PENDAHULUAN
Bahasan mengenai
pranata dan penyimpangan sosial merupakan materi esensial dalam pembelajaran
IPS di SMP karena menyangkut langsung etika kehidupan di masyarakat. Dalam
materi ini banyak pesan moral terkait perilaku sosial para siswa seusia SMP.
Dengan karakteristik materi pelajaran demikian, mestinya para siswa tertarik
mengikuti pembelajaran (motivasi instrinsik) dan mencapai hasil maksimal. Namun
berdasar pengalaman pembelajaran tahun terdahulu, penulis menggunakan metode
konvensional (ceramah, diskusi, dan penugasan) pada kompetensi (bahasan)
tersebut menunjukkan
respek siswa kurang baik pada saat proses pembelajaran, dan daya serap yang
rendah dari hasil ulangan harian pada kompetensi terkait. Bertolak dari
kegagalan tersebut kemudian penulis melaksanakan refleksi dan instrospeksi
untuk menemukan solusi keberhasilan, Yaitu adanya keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran yang didasari atas motivasi yang baik, dan
menunjukkan daya serap yang tinggi dari hasil ulangan pada kompetensi terkait.
Analisis
permasalahan mengarah pada pemilihan metode pembelajaran yang tepat, pemilihan
dan penggunaan media pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi belajar,
peninjauan situasi dan kondisi belajar siswa, pengorganisasian materi
pembelajaran agar mudah dipahami, hingga perilaku guru dalam memimpin
pembelajara. Hasil analisis permasalahan mengarah pada pembuatan dan penggunaan
media pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Terkait
dengan materi pranata dan penyimpangan sosial, di sekolah belum ada media
pembelajaran khusus yang dapat dimanfaatkan, guru perlu merekayasa sendiri.
Dalam hal ini, guru terlintas pada peristiwa-peristiwa menarik berupa kisah
inspiratif yang dapat ditampilkan dalam
proses pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan pembelajaran, kisah inspiratif ini
dapat dijadikan sebagai bahan apersepsi, motivasi, atau sekaligus dikaitkan
dengan kontens materi dan tujuan pembelajaran.
Kisah
inspiratif dapat diambil dari acara televisi yang menarik, seperti: Kick Andy
TV Metro, Mario Teguh Golden Ways TV Metro,
Dangdut Academy TV Indosiar, Indonesian Idol RCTI, dan acara lain yang
memungkinkan. Acara tersebut diambil sebagai kisah inspiratif yang ditampilkan
dalam proses pembelajaran, berfungsi sebagai apersepsi, motivasi, dan bahan
kajian untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga dalam mencari dan memilih
kisah inspiratif tetap memperhatikan dan mengkaitkan dengan kontens materi dan
tujuan pembelajaran. Peristiwanya dapat di download dari internet. Selanjutnya
untuk mengetahui sejauhmana efektivitas pemanfaatan kisah inspiratif dalam
pembelajaran seperti yang dimaksud di atas, penulis melaksanakan penelitaian
ini. Hal ini sekaligus sebagai upaya meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa
terhadap materi pranata dan penyimpangan sosial. Sebagai subyek penelitian
dipilih kelas 8.A, hal ini didasarkan pada pengalaman hasil ulangan materi
sebelumnya, nilai rata-rata kelas ini yang paling rendah dibanding kelas lain
(ada empat kelas VIII di SMPN 3 Saradan).
Rumusan
masalah:
1.
Bagaimanakah pemanfaatan kisah inspiratif sebagai
media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman mendiskripsikan
pranata dan penyimpangan sosial ?
2.
Apakah pemanfaatan kisah inspiratif sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman mendiskripsikan pranata
dan penyimpangan sosial ?
Tujuan
penelitian:
1.
Untuk mengetahui proses pembelajaran yang efektif
dengan memanfaatkan kisah inspiratif sebagai media pembelajaran untuk
meningkatkan motivasi dan pemahaman mendiskripsikan pranata dan penyimpangan
sosial.
2.
Untuk mengetahui efektivitas pemanfaatan kisah
inspiratif sebagai media pembelajaran terhadap peningkatan prestasi siswa pada
kompetensi mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial.
Penjelasan
istilah:
Untuk menghindari terjadinya
perbedaan persepsi terhadap beberapa konsep dalam penelitian ini, maka
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pengertiannya
sebagai berikut :
1. Kisah Inspiratif
yaitu tampilan peristiwa-peristiwa
menarik dan memiliki nilai pendidikan yang diambil dari acara televisi. Kisah
inspiratif ini ditampilkan dalam pembelajaran di kelas, yang berfungsi sebagai
apersepsi, motivasi, dan kajian pembelajaran. Sehingga peristiwanya berkaitan
dengan kontens materi dan tujuan pembelajaran.
2.
Motivasi adalah kesanggupan partisipasi aktif siswa
dalam proses pembelajaran, hal ini dapat diketahui dari kegiatan observasi
(terstruktur) selama proses pembelajaran. Motivasi ini juga didasarkan pada
kerelaan dan kesadaran siswa dalam berpartisipasi pada proses pembelajaran, dan
bukan karena keterpaksaan. Hal ini dapat diketahui dari hasil angket siswa
dalam menanggapi kegiatan pembelajaran.
3.
Pemahaman adalah penguasaan siswa terhadap kompetensi
materi yang sedang dibahas yang dinyatakan dalam bentuk nilai / skor hasil tes
pada materi terkait.
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kisah Inspiratif
Dalam
kamus umum bahasa Indonesia yang disusun oleh Porwadarminta, kisah berarti
cerita atau kejadian, sedang inspirasi berarti ilham. Kisah inspirasi berarti
cerita atau kejadian yang mampu memberikan ilham. Istilah ilham atau inspirasi
di sini tentu memiliki makna yang positip, yaitu mampu membawa perubahan ke
arah yang dinamis. Perubahan dapat berbentuk pola pikir, sikap dan perilaku,
atau ketrampilan.
Untuk
memetik ilham dari kisah inspiratif, bisa ditampilkan melalui cerita (audio)
atau ditayangkan dalam bentuk filem (audio visual). Tampilan kisah inspiratif
antara lain bisa kita unduh dari acara televisi, seperti: Kick Andy TV Metro,
Mario Teguh Golden Ways TV Metro, Dangdut Academy TV Indosiar, Indosian
IdolRCTI, KDI MNC TV, Hitam Putih RCTI, atau acara lain yang mampu memberikan
sentuhan kalbu atau inspirasi pendidikan.
Tayangan
kisah inspiratif dalam bentuk filem (audio visual) akan lebih memberikan
pengaruh dibanding dalam bentuk cerita (audio). Nilai inspirasi dalam suatu
kisah dapat dipetik dari cerita ke-tokoh-an, kehebatan seseorang, sifat
kemuliaan seseorang, penampilan, pikiran seseorang, atau isi wawan cara yang
menggugah kalbu dan mendatangkan simpati.
B.
Kisah Inspiratif sebagai Media Pembelajaran
Istilah media berasal dari bahasa Latin yang secara harfiah berarti
perantara atau pengantar. Sehingga media pembelajaran adalah segala perantara
yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Aristo Rahadi, 2004: 7). Berdasar fungsinya, media
pembelajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana pembelajaran. Alat peraga merupakan media yang
mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga
ini berfungsi untuk membantu menurunkan tingkat keabstrakan konsep sehingga
ciri-ciri konsep dapat dengan mudah dikenali atau dipahami oleh siswa. Sedang
media pembelajaran selain alat peraga atau dalam bentuk sarana pembelajaran,
berfungsi sebagai alat untuk mempermudah komunikasi atau interaksi pembelajaran
antara guru dengan siswa(Tim Instruktur Matematika, 2000 : 1).
Bertolak dari pengertian di atas, kehadiran kisah inspiratif dalam
pembelajaran di kelas bisa disebut sebagai media pembelajaran ataupun sebagai
alat peraga. Mengingat kehadiran kisah inspiratif di sini mampu mempermudah
komunikasi atau interaksi pembelajaran antara guru dengan siswa (sebagai media
pembelajaran). Di lain pihak, kisah inpiratif juga menampilkan ciri-ciri atau
fakta konsep yang dipelajari. Untuk selanjutnya dalam karya tulis ini, kisah
inspiratif akan disebut sebagai media pembelajaran.
Media yang digunakan dalam pembelajaran harus memiliki relevansi dan
ketepatan dengan situasi – kondisi, karakteristik sasaran didik, dan tema
pembelajaran. Pembuatan dan penggunaan media pembelajaran yang tidak tepat
sasaran akan menjadi tidak berfungsi, atau bahkan bisa membingungkan peserta
didik(H. Punaji
Setyosari, 2007 : 4).
Kisah inspiratif yang dihadirkan sebagai media pembelajaran di kelas, tentu
harus memiliki keterkaitan dengan konsep pembelajaran.kehadirannya dapat
berfungsi sebagai apersepsi, motivasi, atau kajian materi. Dalam konteks kisah
inspiratif dijadikan kajian materi, berarti tampilannya harus ada keterkaitan
dengan tujuan pembelajaran dan topik yang dijadikan sasaran belajar. Hal
demikian, tidak mudah untuk mencari kisah inspiratif yang ada keterkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Berarti juga tidak semua topik pembelajaran bisa
mendapatkan kisah inspiratif. Jika guru akan menggunakan kisah inspiratif
sebagai media pembelajaran, berarti harus benar-benar memilih dan selektif agar
tidak terjadi salah konsep.
C. Kisah Inspiratif sebagai Pembangkit Motivasi
Motivasi berarti dorongan atau rangsangan yang menyebabkan seseorang
bersemangat untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi belajar berarti dorongan
atau rangsangan yang dialami seseorang hingga bersemangat untuk belajar. Dalam
konteks pembelajaran di kelas, kegiatan motivasi sangat penting agar mencapai
hasil pembelajaran yang optimal.
Manakala seorang guru mampu membangkitkan motivasi belajar siswa, ia akan
menghadapi situasi pembelajaran yang menyenangkan. Siswa aktif dalam proses
pembelajaran, hampir tidak ada gangguan pada jalannya pembelajaran, dan akan
mencapai hasil yang optimal. Dan sebaliknya, manakala guru tidak mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa, ia akan menghadapi situasi pembelajaran
yang melelahkan, siswa pasif, sering terjadi gangguan pada jalannya
pembelajaran, dan hasilnya pun tidak akan optimal. Terkait dengan uraian ini,
Erti (dalam Prayitno, 1989: 143) menyampaikan bahwa “motivasi adalah salah satu
prasyarat yang amat penting dalam belajar”.
Motivasi dapat timbul secara instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik
adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri
siswa. Indikator seorang pelajar memiliki motivasi instrinsik yang baik dalam
belajar, ia akan menunjukkan sikap ketekunan belajar dan semangat yang baik.
Sedang motivasi ekstrinsik adalah faktor pendorong dari luar diri seseorang,
misalnya: pujian dari orang lain, penghargaan, atau hadiah. Seorang guru juga
bisa membangkitkan motivasi ekstrinsik siswa misalnya dengan menampilkan model
pembelajaran yang menarik atau menggunakan media pembelajaran menarik.
Kisah inspiratif yang ditayangkan dalam pembelajaran dapat membangkitkan
motivasi (ekstrinsik) bagi siswa. Kelebihan kisah inspiratif sebagai media
pembelajaran dibanding dengan media pembelajaran yang lain, bahwa kisah
inspiratif juga bisa membangkitkan motivasi produktif. Motivasi produktif dalam
konteks pembelajaran, bahwa selain siswa aktif dan bergairah dalam mengikuti
pembelajaran, dia juga mendapatkan motivasi inspirasi atau ilham berupa perubahan
pola pikir, sikap dan perilaku yang berguna dalam hidupnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian
dilaksanakan pada siswa kelas VIII.A SMP Negeri 3 Saradan – kabupaten
Madiun, pada bulan Pebruari hingga bulan April tahun 2015,
yaitu semester 2
tahun pelajaran 2014 – 2015. Proses penelitian dilaksanakan terintegrasi
dengan kegiatan pembelajaran dan dibantu (kolaborasi) dengan guru lain.
Kegiatan kolaborasi terutama dilaksanakan pada kegiatan merancang instrumen
penelitian, observasi kegiatan pembelajaran, dan kegiatan refleksi. Sebagai
penelitian tindakan, kegiatan ini
dilaksanakan melalui beberapa siklus, yaitu 2 siklus sesuai rencana. Tahapan
tiap siklus meliputi
kegiatan: (1) planning (perencanaan), (2) acting (pelaksanaan), (3) observing
(pengamatan), (4) reflecting (refleksi).
Indikator
keberhasilan dari tindakan setiap siklus adalah:
1.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran (hasil penilaian
observer) dengan menggunakan media pembelajaran kisah inspiratif pada semua
aspek pengamatan mencapai predikat baik atau sangat baik.
2.
Tes hasil belajar siswa (post tes) mencapai ketuntasan
belajar klasikal, dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 77 (tujuh puluh
tujuh). Dalam hal ini, ketuntasan belajar klasikal tercapai apabila 85 %
dari jumlah siswa pada kelas tersebut mencapai nilai minimal 77 (tujuh puluh
tujuh).
3.
Tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran (hasil
angket siswa) menunjukkan minimal 90 % dari jumlah siswa menyatakan senang/
menyenangkan setelah mengikuti pembelajaran dengan media pembelajaran kisah
inspiratif.
Instrumen
penelitian
Ada
3 (tiga) instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu: untuk mengukur
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media kisah
inspiratif, untuk mengukur hasil belajar siswa, dan untuk mengetahui tanggapan
siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media kisah inspiratif.
Ketiganya diuraikan sebagai berikut:
1. Instrumen
untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
media kisah inspiratif dibuat lembar observasi terstruktur sebagai berikut:
No
|
Kategori
Pengamatan
|
Penilaian
Observer
|
||
Kurang
Baik
|
Cukup
Baik
|
Baik
|
||
1
|
Perhatian
siswa terhadap tayangan filem kisah inspiratif
|
|
|
|
2
|
Partisipasi
siswa dalam diskusi di kelompok masing-masing
|
|
|
|
3
|
Kelancaran
siswa mengerjakan permasalahan dalam diskusi
|
|
|
|
4
|
Ketepatan
waktu siswa mengerjakan tugas kelompok
|
|
|
|
5
|
Kualitas
jawaban siswa hasil diskusi kelompok
|
|
|
|
Rubrik Pengamatan Partisipasi Siswa
No
|
Kategori Pengamatan
|
Rubrik
|
1
|
Perhatian siswa terhadap tayangan filem kisah
inspiratif
|
Baik: ada ≤ 2 siswa menunjukkan sikap kurang
memperhatikan tayangan filem kisah inspiratif;
Cukup Baik: ada 3 – 5 siswa
menunjukkan sikap kurang memperhatikan tayangan filem kisah inspiratif;
Kurang Baik: ada ≥ 8 siswa menunjukkan sikap kurang
memperhatikan tayangan filem kisah inspiratif.
|
2
|
Partisipasi siswa dalam diskusi di kelompok
masing-masing
|
Baik: ada ≤ 2 siswa menunjukkan sikap kurang
melibatkan diri dalam kerja kelompok;
Cukup Baik: ada 3 – 5 siswa
menunjukkan sikap kurang melibatkan diri dalam kerja kelompok;
Kurang Baik: ada ≥ 8 siswa menunjukkan sikap kurang
melibatkan diri dalam kerja kelompok.
|
3
|
Kelancaran siswa mengerjakan permasalahan dalam
diskusi
|
Baik: ada ≤ 2 siswa menunjukkan sikap tidak
mampu menjawab permasalahan dalam diskusi di kelompoknya;
Cukup Baik: ada 3 – 5 siswa
menunjukkan sikap tidak mampu menjawab permasalahan dalam diskusi di
kelompoknya;
Kurang Baik: ada ≥ 8 siswa menunjukkan sikap tidak
mampu menjawab permasalahan dalam diskusi di kelompoknya.
|
4
|
Ketepatan waktu siswa mengerjakan tugas kelompok
|
Baik: semua kelompok diskusi
(6 kelompok) mengumpulkan hasil diskusi tepat waktu;
Cukup Baik: ada 1 kelompok diskusi
mengumpulkan hasil diskusi tidak tepat waktu;
Kurang Baik: ada ≥ 2 kelompok diskusi mengumpulkan
hasil diskusi tidak tepat waktu.
|
5
|
Kualitas jawaban siswa hasil diskusi kelompok
|
Baik: ada 1 kelompok diskusi
yang jawabannya hanya benar sebagian;
Cukup Baik: ada 2 kelompok diskusi
yang jawabannya hanya benar sebagian;
Kurang Baik: ada ≥ 3 kelompok diskusi yang jawabannya
hanya benar sebagian
|
2. Instrumen
untuk mengukur (mendapatkan data) tentang hasil belajar siswa digali melalui
tes hasil belajar (post tes) pada kompetensi terkait. Bentuk soal adalah uraian
terbatas.
3. Instrumen
untuk mengetahui pendapat/ tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan media kisah inspiratif dibuat angket seperti berikut:
A
|
B
|
C
|
Tidak Menyenangkan
|
Biasa-biasa saja
|
Menyenangkan
|
Sebab:
1.
Tayangan kisah inspiratif tidak
menarik
2.
Menyita waktu belajar
3.
Membingungkan
|
Sebab:
1.
Sama dengan model pembelajaran
lain
2.
Sama dengan belajar biasa/ tanpa
kisah inspiratif
3.
Tidak memberi daya tarik
|
Sebab:
1.
Menarik perhatian
2.
Tayangan kisah inspiratif
bermanfaat
3.
Mempermudah mengerjakan soal/
permasalahan
|
Catatan: siswa disuruh menyatakan
pendapatnya dengan melingkari hurub A; B; atau C sesuai pendapatnya, kemudian melingkari nomor 1; 2;
atau 3 sebagai sebab/ kelanjutan pilihan pertama.
Analisis
data:
1.
Data hasil observasi tentang
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dianalisis dengan perhitungan
persentase.
2.
Data tes hasil belajar siswa (pos
tes) dianalisis berdasar ketuntasan belajar (mastery learning) dengan KKM = 77.
3.
Data hasil angket tentang pendapat
siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media kisah inspiratif
dianalisis dengan perhitungan persentase.
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi
Pembelajaran Siklus 1
Pada
siklus I dilaksanakan 2 (dua) kali tatap muka (pertemuan) pembelajaran, dengan
durasi tiap pertemuan pembelajaran adalah 80 menit. Pada pertemuan pertama
(dalam siklus I) dipilih kisah inspiratif dari acara Dangdut Academy Indosiar
yang menampilkan salah satu peserta bernama “Subro”. Ia seorang tuna netra yang
memiliki kemampuan bagus dalam suara dan teknik bernyanyi, hingga termasuk
finalis. Acara ini dipilih karena memiliki keterkaitan dengan kajian materi
yang sedang dibahas.
Pada
saat kegiatan pembelajaran, setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran,
kemudian ditayangkan filem kisah inspiratif. Semua siswa bersemangat dan
tertarik menyaksikan tayangan filem tersebut. Seusai tayangan kisah inspiratif,
siswa berkumpul dalam kelompoknya masing-masing dan diberi soal untuk
didiskusikan. Proses diskusi berjalan lamban, siswa nampak kesulitan mengingat kembali tayangan filem yang
ditanyakan dalam soal diskusi. Ada 3 kelompok diskusi yang tidak menyelesaikan
tugas tepat waktu.
Pada
pertemuan ke-2 (dalam siklus I) dipilih kisah inspiratif pada acara Kick Andy TV Metro yang berjudul
“Aku juga bisa berprestasi”. Sebelum ditayangkan filemnya, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan menekankan pada siswa untuk lebih konsentrasi
menyaksikan dan mengingat tayangan filem tersebut utamanya yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran.
Seusai
tayangan filem kisah inspiratif, siswa berkumpul pada kelompoknya masing-masing
dan diberi soal untuk didiskusikan. Proses diskusi masih belum berjalan lancar,
beberapa siswa masih saling tanya tentang tayangan filem yang muncul dalam soal
diskusi. Masih ada 3 kelompok diskusi yang tidak tepat waktu mengerjakan tugas.
Kondisi
Pembelajaran Siklus 2
Berdasar
temuan permasalahan pada pembelajaran di siklus I, kemudian pada siklus II
dibuat tambahan tindakan sebagai solusi mengatasi permasalahan. Tambahan
tindakan pada siklus II adalah guru membuat “check list” untuk dikerjakan siswa
waktu menyaksikan tayangan kisah inspiratif. Tindakan check list ini
dimaksudkan agar siswa dapat memfokuskan diri dalam memetik tayangan kisah
inspiratif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga nantinya waktu
diskusi, mereka mudah untuk mengingat kembali berkaitan dengan tayangan filem
dengan soal dalam diskusi. Isi check list adalah daftar permasalahan (sesuai
tujuan pembelajaran) yang jawabannya bisa dipetik dari tayangan filem kisah
inspiratif.
Pada
pertemuan pembelajaran pertama (siklus II) dipilih kisah inspiratif dari acara
Dialok Khusus LTV (lampung TV) berjudul “Penyimpangan Sosial”. Terlebih dahulu
guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian membagi check list kepada setiap
kelompok. Siswa dalam kelompok masing-masing menyaksikan tayangan kisah
inspiratif sambil mengisi check list. Kegiatan selanjutnya adalah diskusi
kelompok membahas soal yang disampaikan oleh guru.
Proses
diskusi kelompok pada pertemuan pembelajaran pertama (siklus II) berjalan
lancar. Semua kelompok dapat mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Hasil post
tes juga menunjukkan peningkatan yang signifikant dibanding dari hasil post tes
pada siklus I. Pertemuan pembelajaran kedua pada siklus II juga menunjukan
hasil yang sama. Proses diskusi lancar, semua kelompok diskusi dapat
mengerjakan tugas dengan tepat waktu, post tes mencapai hasil ketuntasan
klasikal.
Hasil
Penelitian Per Siklus
Siklus
1
Hasil
Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran dengan Media Kisah
Inspiratif Siklus 1
Kategori Pengamatan
|
Penilaian Observer
|
1)
Kelancaran siswa mengerjakan
permasalahan dalam diskusi
2)
Ketepatan waktu siswa mengerjakan
tugas kelompok
3)
Kualitas jawaban siswa hasil
diskusi kelompok
|
Kurang Baik
|
1)
Perhatian siswa terhadap tayangan
filem kisah inspiratif
2)
Partisipasi siswa dalam diskusi
di kelompok masing-masing
|
Baik
|
Catatan: hasil di atas merupakan hasil
observasi pada pertemuan pembelajaran ke-1 dan ke-2, hasilnya sama.
Hasil
Post Tes Siklus 1
Pertm Pemblj ke
|
Jml Siswa
|
Rata-rata Nilai
|
Jml Siswa Tuntas
|
Jml Siswa tdk Tuntas
|
Persentase ketuntasan
|
1
|
30
|
79
|
23
|
7
|
77 %
|
2
|
81,5
|
24
|
6
|
80 %
|
|
Rata – rata ketuntasan
|
78,5 %
|
Hasil
Angket Pendapat Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Media
Kisah InspiratifSiklus 1 (pertemuan pemblj 1 / pertemuan pemblj 2)
Tidak Menyenangkan
|
Biasa-biasa saja
|
Menyenangkan
|
|||
2 / 1 siswa
|
- / -
|
28 / 29 siswa
|
|||
7 / 3 %
|
- / -
|
93 / 97 %
|
|||
Sebab:
|
Sebab:
|
Sebab:
|
|||
1.
Tayangan kisah inspiratif tidak
menarik
2.
Menyita waktu belajar
3.
Membingungkan
|
-
-
2/1
|
1.
Sama dengan model pembelajaran
lain
2.
Sama dengan belajar biasa/ tanpa
kisah inspiratif
3.
Tidak memberi daya tarik
|
-
-
-
|
1.
Menarik perhatian
2.
Tayangan kisah inspiratif
bermanfaat
3.
Mempermudah mengerjakan soal/
permasalahan
|
19/
20
6/
6
3/
3
|
Perbandingan
Hasil Tindakan Siklus 1 dengan Indikator Keberhasilan
Hasil Tindakan
|
Indikator Keberhasilan
|
Ketercapaian
|
|
Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran
|
|||
|
|
Belum tercapai
|
|
Hasil
Post Tes
|
|||
|
|
Belum tercapai
|
|
Hasil
Angket Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
|
|||
|
|
Tercapai
|
|
Siklus
2
Hasil
Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran dengan Media Kisah
Inspiratif Siklus 2
Kategori Pengamatan
|
Penilaian Observer
|
1)
Perhatian siswa terhadap tayangan
filem kisah inspiratif
2)
Partisipasi siswa dalam diskusi
di kelompok masing-masing
3)
Kelancaran siswa mengerjakan
permasalahan dalam diskusi
4)
Ketepatan waktu siswa mengerjakan
tugas kelompok
5)
Kualitas jawaban siswa hasil
diskusi kelompok
|
Baik
|
Catatan: hasil di atas merupakan hasil
observasi pada pertemuan pembelajaran ke-1 dan ke-2, hasilnya sama.
Hasil
Post Tes Siklus 2
Pertm Pemblj ke
|
Jml Siswa
|
Rata-rata Nilai
|
Jml Siswa Tuntas
|
Jml Siswa tdk Tuntas
|
Persentase ketuntasan
|
1
|
30
|
90,17
|
28
|
2
|
93 %
|
2
|
95
|
30
|
-
|
100 %
|
|
Rata – rata ketuntasan
|
96,5 %
|
Hasil
Angket Pendapat Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan Media
Kisah Inspiratif Siklus 2 (pertemuan
pemblj 1 / pertemuan pemblj 2)
Tidak Menyenangkan
|
Biasa-biasa saja
|
Menyenangkan
|
|||
-
/ -
|
- / -
|
30 / 30 siswa
|
|||
-
/ -
|
- / -
|
100 / 100 %
|
|||
Sebab:
|
Sebab:
|
Sebab:
|
|||
1.
Tayangan kisah inspiratif tidak
menarik
2.
Menyita waktu belajar
3.
Membingungkan
|
-
-
-
|
1.
Sama dengan model pembelajaran
lain
2.
Sama dengan belajar biasa/ tanpa
kisah inspiratif
3.
Tidak memberi daya tarik
|
-
-
-
|
1.
Menarik perhatian
2.
Tayangan kisah inspiratif
bermanfaat
3.
Mempermudah mengerjakan soal/
permaslhan
|
19/
20
7/
6
4/
4
|
Perbandingan Hasil Tindakan Siklus
2 dengan Indikator Keberhasilan
Hasil Tindakan
|
Indikator Keberhasilan
|
Ketercapaian
|
Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran
|
||
|
|
Tercapai
|
Hasil Post Tes
|
||
|
|
Tercapai
|
Hasil Angket Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan
Pembelajaran
|
||
|
|
Tercapai
|
PENUTUP
Simpulan
Pemanfaatan
kisah inspiratif sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan pemahaman pada kompetensi
mendiskripsikan pranata dan penyimpangan sosial.
Saran
1.
Bagi Guru: agar mengembangkan media pembelajaran dalam
bentuk kisah inspiratif pada bahasan
atau kompetensi lain, dan mencari (koleksi) tayangan kisah inspiratif dari
berbagai sumber untuk kepentingan pembelajaran.
2.
Bagi Sekolah: agar hasil penelitian ini dijadikan
koleksi perpustakaan sebagai bahan bandingan atau rujukan bagi guru-guru yang
akan mengembangkan media pembelajaran atau menyusun PTK sejenis.
3.
Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota: agar hasil
penelitian ini dijadikan sebagai referensi baru tentang media pembelajaran
untuk dperkenalkan di sekolah-sekolah atau pada guru-guru dengan harapan dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Azis Wahab, 2007, Metode dan Model – Model
Mengajar, Alfabeta, Bandung
Aristo
Rahadi, 2004, Media Pembelajaran,
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen, Jakarta.
Hery
Sukarman, 2004, Dasar – Dasar
Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen, Jakarta.
I
Wayan Dasna dan Ach. Fatchan, 2007, Penelitian Tindakan Kelas dan Karya
Ilmiah, Universitas Negeri Malang - Badan Penyelenggara Sertifikasi
Guru Rayon 15, Malang
Poerwadarminta,
W.J.S., 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta
Punaji Setyosari, 2007, Pemanfaatan Media, Universitas Negeri Malang - Badan
Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 15, Malang.
Suprayekti,
2003, Interkasi Belajar Mengajar,
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikdasmen, Jakarta.